You are on page 1of 9

ALamaranA Kanggo tulisan luwih gamblang prakawis iki mangga pirsani: Lamaran pengantenan Upacara lamaran iku upacara

kanggo nrima kaluarga calon penganten kakung neng dalm calon penganten putri. Upacara iki dadi tanda yen wongtua utawa kaluarga manten putri setuju yen putrine didaeake pasangan urip calon penganten kakung. Neng acara lamaran iki biasane sekalian kanggo nento'ake dina utawa tanggal penyelenggaraan rangkeyan upacara lanjutane, utamane tanggal pesta penganten [sunting] Siraman Kanggo tulisan luwih gamblang prakawis iki mangga pirsani: Siraman Acara siraman iku sejati upacara perlambang kanggo ngresi'ake jiwa calon penganten. Upacara iki diselenggaraake sedina sedurung ijab kabul lan dilako'ake neng umah masingmasing calon manten, umume neng bagian umah sing radha terbuka kaya neng halaman mburi umah utawa neng taman ngarepan umah. Sing nyiram pertama biasane wong tua calon manten banjur sedulur liyane uga pemaes. [sunting] Midodaren Kanggo tulisan luwih gamblang prakawis iki mangga pirsani: Midodaren Tembung midodaren iku asale saka basa Jawa yaiku widodari utawa bidadari neng basa Indonesia. Acara iki ngandung makna yen mbengi sedurung acara pengantenan iku, kabeh para widadari mudhun saka surga kanggo aweh restu uga kanggo pralambang yen ngesuk neng acara utama, penganten putrine bakal ayu kaya widodari. Neng acara iki penganten putri ora metu saka kamar moali jam 6 sore nganti tengah mbengi lan dikancani dening sedulur-sedulur putrine sing ngancani sinambi aweh nasihat. Rangkeyan acara neng mbengi widodaren iki seje-seje neng masing-masing dhaerah, kadhang ana sing barengake karo acara peningsetan lan srah srahan. [sunting] Srah-srahan Srah-srahan iku disebut ugo "asok tukon" yaiku pihak kakung nyerahake uba rampe lan biaya sing bakal kangge saat pelaksanaan pesta pengantenan. Contone uba rampe iku beras, sayuran, pitik, jajan pasar lan liyo-liyane. Sakliyane iku sing paling penting wonten ing papasrahan yaiku duwit sing bakal dianggo tumprape pihak estri pas acara pesta pengantin.

[sunting] Ijab kabul [sunting] Upacara panggih [sunting] Upacara balangan suruh [sunting] Upacara wiji dadi [sunting] Tukar cincin [sunting] Sungkeman [sunting] Kenduren / resepsi Kenduren utawa kenduri iku dadi puncak acara pengantenan, uga kadang diarani resepsi utawa walimahan. Sejatine kagiatan iki nduwe makna upacara selametan, selamet merga inti acarane yaiku ijab kabul wis rampung diselenggaraake. Neng acara iki, pasangan penganten nerima ucapan selamat saka kerabat, kanca uga kabeh sing hadir neng acara iki. [sunting] Liyane [sunting] Dekorasi [sunting] Tarub [sunting] Pemaes [sunting] Uga pirsani Pengantenan adat Jawa Surakarta Pengantenan adat Jawa Yogyakarta Penganten Kondangan Upacara PANGGIH: Suara sangat bagus dan mistik dari Gamelan digabungkan dengan tradisi Panggih atau Temu: pertemuan antara pengantin wanita yang cantik dengan pengantin laki-laki yang tampan di depan rumah yang di hias dengan tanaman Tarub. Pengantin laki-laki di antar oleh keluarga dekatnya (tetapi bukan orangtuanya karena mereka tidak boleh berada selama upacara), tiba di rumah dari orangtua pengantin wanita dan berhenti di depan pintu gerbang. Pengantin wanita, di antar oleh dua wanita yang dituakan, berjalan keluar dari kamar pengantin. Orangtuanya dan keluarga dekat berjalan di belakangnya. Di depannya dua puteri disebut Patah, dengan membawa kipas. Dua wanita dituakan atau dua putera membawa dua Kembar Mayang yang tingginya sekitar satu meter atau lebih. Satu orang wanita dari keluarga pengantin laki-laki berjalan keluar dari barisan dan memberi Sanggan ke ibu pengantin perempuan, sebagai tanda dari penghargaan kepada tuan rumah dari upacara. Selama upacara Panggih, Kembar Mayang di bawa keluar rumah dan diletakan di persimpangan dekat rumah,

melukiskan bahwa setan tidak akan menggangu selama upacara di rumah dan di sekitarnya. Untuk dekorasi, dua Kembar Mayang diletakan di samping kanan dan kiri dari kursi pasangan pengantin. Dekorasi itu hanya digunakan bila pasangan pengantin sebelumnya tidak pernah menikah. Upacara BALANGAN SURUH: Pengantin wanita bertemu dengan pengantin laki-laki. Mereka mendekati satu sama lain, jaraknya sekitar tiga meter. Mereka mulia melempar sebundel daun betel dengan jeruk di dalamnya bersama dengan benang putih. Mereka melakukannya dengan keinginan besar dan kebahagian, semua orang tersenyum bahagia. Menurut kepercayaan kuno, daun betel mempunyai kekuatan untuk menolak dari gangguan buruk. Dengan melempar daun betel satu sama lain, itu akan mencoba bahwa mereka benar-benar orang yang sejati, bukan setan atau orang lain yang menganggap dirinya sebagai pengantin laki-laki atau perempuan. Upacara WIJI DADI: Pengantin laki-laki menginjak telur dengan kaki kanannya. Pengantin perempuan mencuci kaki pengantin laki-laki dengan menggunakan air dicampur dengan bermacam bunga. Itu melukiskan bahwa pengantin laki-laki siap untuk menjadi ayah yang bertangung jawab dan pengantin perempuan akan melayani setia suaminya. Upacara SINDUR BINAYANG: Setelah upacara Wiji Dadi, ayah pengantin perempuan mengantar pasangan pengantin ke kursi pengantin, ibu pengantin perempuan menutup pundak pasangan pengantin dengan Sindur. Itu berarti bahwa ayah akan menunjukan jalan kebahagiaan. Ibu memberi dorongan moral. Upacara TIMBANG: Kedua pasangan pengantin duduk di atas pangkuan ayah dari pengantin wanita, sementara dia bicara bahwa mereka sama beratnya, berarti dia cinta mereka sederajat. Upacara TANEM: Ayah pengantin wanita mendudukan pasangan pengantin ke kursi pengantin. Itu melukiskan bahwa dia menyetujui perkawinan. Dia memberi restu. Upacara TUKAR KALPIKA: Pertukaran cincin pengantin simbol dari tanda cinta. Upacara KACAR KUCUR atau TAMPA KAYA: Dengan dibantu oleh Pemaes, pasangan pengantin berjalan bergandengan tangan dengan jari kelingking ke tempat upacara Kacar Kucur atau Tampa Kaya. Di sana, pengantin perempuan mendapat dari pengantin laki-laki beberapa kedelai, kacang, padi, jagung, beras kuning, jamu dlingo bengl, bunga, dan beberapa mata uang yang berbeda nilainya

(jumlah dari mata uang harus genap). Itu melukiskan bahwa suami akan memberi semua gajinya ke istrinya. Pengantin perempuan sangat berhati-hati dalam menerima pemberiannya di dalam kain putih, di atas tikar yang sudah diletakan di pangkuannya. Dia akan mengurus dan menjadi ibu rumah tangga yang baik. Upacara DAHAR KLIMAH atau DAHAR KEMBUL: Pasangan pengantin makan bersama dan menyuapi satu sama lain. Pemaes, menjadi pemimpin dari upacara, memberi piring ke pengantin wanita (dengan nasi kuning, dadar telur, tahu, tempe, abon dan hati ayam). Pertama, pengantin laki-laki membuat tiga bulatan kecil dari nasi dengan tangan kanannya dan di berinya ke pengantin wanita. Setelah pengantin wanita memakannya, dia melakukan sama untuk suaminya. Setelah mereka selesai, mereka minum teh manis. Upacara itu melukiskan bahwa pasangan akan menggunakan dan menikmati hidup bahagia satu sama lain. Upacara MERTUI: Orangtua pengantin wanita menjemput orangtua pengantin laki-laki di depan rumah. Mereka berjalan bersama menuju ke tempat upacara. Kedua ibu berjalan di depan, dan kedua ayah berjalan di belakang. Orangtua dari pengantin laki-laki duduk di sebelah kiri dari pasangan pengantin. Orangtua dari pengantin perempuan duduk di sebelah kanan dari pasangan pengantin. Upacara SUNGKEMAN: Mereka bersujut untuk mohon doa restu dari orangtua mereka. Pertama ke orangtua pengantin wanita, kemudian ke orangtua pengantin laki-laki. Selama Sungkeman, Pemaes mengambil keris dari pengantin laki-laki. Setelah Sungkeman, pengantin laki-laki memakai kembali kerisnya. Orantua pasangan pengantin memakai motif batik yang sama (Truntum), berarti pasangan akan selalu mempunyai cukup keuntungan untuk hidup baik, mereka juga memakai Sindur seperti ikat pinggang. Warna merah dari Sindur dengan pinggir berliku berarti bahwa hidup itu seperti sungai mengalir di gunung. Orangtua mengantar mereka ke kehidupan nyata dan mereka akan membentuk keluarga yang kuat. Panggih = temu adalah rangkaian upacara adat Jawa. Upacara ini seharusnya diadakan di rumah pengantin putri. Tapi, di era sekarang ini, sering diadakan di gedung pertemuan, dimana resepsi akan dilaksanakan, dengan alasan efisiensi waktu dan tempat. Begitulah, keponakanku melakukan upacara panggih di Birawa Hall, Bidakara Hotel. Uba rampe [= kelengkapan] yang dipakai dalam upacara ini antara lain: - pisang sanggan sebagai tanda penghargaan kepada

keluarga pengantin wanita - manuk-manukan [burung-burungan] - kembar mayang Rombongan pengantin kakung maupun putri akan membawa manuk-manukan dan kembar mayang yang kemudian saling ditukarkan. Nah, urutan prosesi panggih keponakan saya kira-kira seperti ini: - paling depan adalah adik suamiku yang paling kecil dengan membawa pisang sanggan - pembawa manuk-manukan - pembawa kembar mayang - pengantin kakung digandeng oleh Eyangnya dan seorang teman dekat kakak ipar Prosesi berjalan pelan-pelan diiringi gending Jawa dari cassette kalau tidak salah gendingnya Kodok Ngorek. , Prosesi pengantin putri, urutannya sama, tapi tanpa pisang sanggan. Setelah rombongan prosesi saling mendekat dimulailah upacaranya: - pisang sanggan diserahkan ke ibu penganten putri - tukar menukar manuk-manukan dan kembar mayang - balangan [lempar-lemparan] kira-kira jarak 3 meteran, pengantin saling melempar beberapa lembar daun sirih yang diikat benang putih konon, kata sahibul hikayat, kalau yang dilempar menghilang, berarti bukan manusia! - wiji dadi atau injak telor pengantin kakung menginjak telor dengan kaki kanan dan pengantin putri mencuci kaki tersebut dengan air bunga yang artinya .. tanda bakti seorang isteri kepada suami, serta kesiapan seorang suami untuk menjadi kepala keluarga yang bertanggung-jawab Kemudian upacara sinduran [sindur adalah semacam selendang berwarna merah, berpinggir putih berliku-liku]. Sindur ini dikrukubkan di pundak penganten oleh ibu pengantin putri, kemudian bapak menyeret pengantin pelanpelan menuju pelaminan, ibu pengantin putri ikut mendorong dari belakang. [Seperti main kereta-keretaan ] Katanya, artinya: bapak-ibu menunjukkan jalan menuju kebahagiaan dan dorongan dalam membina rumah tangga. Sindur yang berpinggir lekuk-lekuk putih ada artinya lho yaitu: jalan hidup itu tidak lurus tapi berliku-liku, kadang diatas kadang dibawah . begitu lho. Sampai di pelaminan, bapak pengantin putri duduk dan memangku kedua pengantin namanya upacara timbangan ibu bertanya pada bapak: abot endi pak? [berat mana pak?] bapak menjawab: pada abote [beratnya sama] yang artinya: kasih sayang terhadap anak dan mantu sama besarnya, tidak membeda-bedakan.

Upacara timbangan diikuti tanem [menanam] bapak pengantin putri mendudukkan pengantin ke pelaminan, menandakan bahwa, pernikahan mereka mendapat restu. Upacara kacar-kucur pengantin kakung mengucurkan dari sebuah kantong yang berisi: kedelai, kacang, padi, jagung, beras kuning, bunga dan uang receh, ke sehelai kain di pangkuan pengantin. Yang artinya: suami memberi semua penghasilannya pada isteri, dan isteri menerima dengan sepenuh hati dan akan mengelolanya dengan sebaik-baiknya secara bertanggung jawab. Selanjutnya upacara dahar kembul atawa makan bersama. Pengantin makan sepiring berdua, dan saling menyuapi. Maknanya: akan selalu bersama dalam susah maupun senang. Perlu diketahui bahwa, selama upacara panggih ini, orang tua pengantin kakung sama sekali tidak boleh menyaksikan. Nah, setelah semua rangkaian acara di atas selesai, barulah bapakibu pengantin putri menjemput besannya. Upacara ini namanya mertui. Mereka kemudian bersama-sama berjalan menuju tempat yang telah disediakan untuk menerima sungkem dari anak-anaknya. Sungkeman pun ada caranya. Sebelum memulai sungkem, keris pengantin kakung harus dilepas dulu. Mengapa keris harus dilepas? Takut terjadi accident menghadap sesepuh/raja, harus menanggalkan senjata! Yang pertamatama disungkemi adalah orang tua pengantin putri, setelah itu baru orangtua pengantin kakung. Sudah selesai ----- rangkaian upacara selesai diikuti resepsi dan makan-makan. Upacara adat itu repot dan melelahkan, tapi asyik. Asyik untuk diketahui dan dipelajari, karena banyak makna yang tersirat. Selain itu bagi yang sudah menikah, diingatkan kembali makna pernikahan suci yang sudah dijalaninya. Mudah-mudahan upacara semacam ini tidak pudar dan kemudian hilang, mudah-mudahan masih banyak generasi muda yang menginginkan menjalani upacara ini saat pernikahannya. Di bumi Indonesia yang kaya akan ragam budaya, adat istiadat yang dimiliki beragam pula. Termasuk di dalamnya prosesi pernikahan. Adat Jawa misalnya. Kebanyakan orang hanya mengenal proses siraman dan midodareni. Padahal ada beberapa proses lain yang tak kalah pentingnya. Walau terkesan njelimet, tak ada salahnya kan jika Anda mengenal lebih jauh prosesi pernikahan adat Jawa. Proses pernikahan adat Jawa dimulai dengan Siraman yang dilakukan sebagi proses pembersihan jiwa dan raga yang dilakukan sehari sebelum ijab kabul.

Ada 7 Pitulungan (penolong) yang melakukan proses siraman. Airnya merupakan campuran dari kembang setaman yang disebut Banyu Perwitosari yang jika memungkinkan diambil dari 7 mata air. Diawali siraman oleh orangtua calon pengantin, acara siraman ditutup oleh siraman pemaes yang kemudian memecahkan kendi. Beranjak malam, acara dilanjutkan dengan Midodareni, yaitu malam kedua mempelai melepas masa lajang. Dalam acara Midodareni yang digelar di kediaman perempuan ini, ada acara nyantrik untuk memastikan pengantin laki-laki akan hadir pada ijab kabul dan kepastian bahwa keluarga mempelai perempuan siap melaksanakan perkawinan dan upacara panggih di hari berikutnya. Upacara Panggih Usai acara akad nikah dilakukan upacara Panggih, di mana kembang mayang dibawa keluar rumah dan diletakkan di persimpangan dekat rumah yang tujuannya untuk mengusir roh jahat. Setelah itu pengantin perempuan yang bertemu pengantin melakukan : 1. Balangan suruh Melempar daun sirih yang melambangkan cinta kasih dan kesetiaan 2. Wiji dadi Mempelai laki-laki menginjak telur ayam hingga pecah, kemudian mempelai perempuan akan membasuh kaki sang suami dengan air bunga. Proses ini melambangkan seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. 3. Pupuk Ibu mempelai perempuan mengusap mempelai mantu laki-laki sebagai tanda ikhlas menerimanya sebagai bagian dari keluarga. 4. Sinduran Berjalan perlahan-lahan dengan menyampirkan kain sindur sebagai tanda bahwa kedua mempelai sudah diterima sebagai keluarga. 5. Timbang Kedua mempelai duduk di pangkuan bapak mempelai perempuan sebagai tanda kasih sayang orangtua terhadap anak dan menantu sama besarnya. 6. Kacar-kucur Kacar-kucur yang dituangkan ke pangkuan perempuan sebagai simbol pemberian nafkah. laki-laki akan melanjutkan upacara dengan

7. Dahar Klimah Saling menyuapi satu sama lain yang melambangkan kedua mempelai akan hidup bersama dalam susah maupun senang. 8. Mertui Orangtua mempelai perempuan menjemput orangtua mempelai laki-laki di depan rumah untuk berjalan bersama menuju tempat upacara. 9. Sungkeman Kedua mempelai memohon restu dari kedua orangtua. Setelah mengetahui prosesnya, apakah Anda juga tertarik menggunakan prosesi pernikahan adat Jawa ? Serba-Serbi Upacara Pernikahan Adat Jawa - Surakarta 06 April 2007 09:21 pm 1218 views Serba-Serbi Upacara Pernikahan Adat Jawa Surakarta Adat Jawa - Surakarta --------------------Lamaran Keluarga calon mempelai pria mendatangi (atau mengirim utusan ke) keluarga calon mempelai perempuan untuk melamar putri keluarga tersebut menjadi istri putra mereka. Pada acara ini, kedua keluarga jika belum saling mengenal dapat lebih jauh mengenal satu sama lain, dan berbincangbincang mengenai hal-hal yang ringan. Biasanya keluarga dari calon mempelai perempuan yang mempunyai hak menentukan lebih banyak, karena merekalah yang biasanya menentukan jenis pernikahannya: * Paes Agung yaitu pernikahan agung * Paes Kesatriyan yaitu pernikahan jenis ksatria yang lebih sederhana Jika lamaran diterima, maka kedua belah pihak akan mulai mengurus segala persiapan pernikahan. Persiapan Pernikahan Setelah lamaran diterima, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah mempersiapkan pesta pernikahan. Pesta pernikahan Jawa adat Surakarta yang lengkap memerlukan banyak hal, dan pesta tersebut tidak dapat terlaksana tanpa bantuan seorang profesional. Orang yang bertanggung jawab mengatur segala persiapan pernikahan adat Jawa tersebut disebut Pemaes yang mewakili mempelai perempuan. Pemaes atau juru rias ini antara lain bertanggung jawab mengatur pakaian dan rias muka yang akan dikenakan oleh kedua pengantin. Selain itu panitia yang terdiri dari sang Pemaes dan kerabat-kerabat dekat pengantin juga mengatur berbagai hal

seputar pesta yang akan dilangsungkan: * makanan dan minuman yang akan disajikan * tari-tarian dan musik (biasanya musik gamelan)yang akan mengiringi pesta * pembawa acara (emcee) yang akan diundang * acara Siraman * acara Ijab dan saksi-saksinya * kata sambutan * keamanan, transportasi, komunikasi, dokumentasi * sewa gedung (akomodasi), perlengkapan pesta, dan lain sebagainya * dekorasi tempat pernikahan Hal terpenting yang harus mereka persiapkan adalah acara Ijab upacara pernikahan sipil), yang melegitimasi kedua pasangan sebagai suami dan istri yang sah. Hiasan Pernikahan Sehari sebelum pernikahan, biasanya gerbang rumah pengantin perempuan akan dihiasi Tarub atau janur kuning yang terdiri dari berbagai macam tumbuhan dan daun-daunan: * 2 pohon pisang dengan setandan pisang masak pada masingmasing pohon, melambangkan suami yang akan menjadi kepala rumah tangga yang baik dan pasangan yang akan hidup baik dan bahagia dimanapun mereka berada (seperti pohon pisang yang mudah tumbuh dimanapun). * Tebu Wulung atau tebu merah, yang berarti keluarga yang mengutamakan pikiran sehat. * Cengkir Gading atau buah kelapa muda, yang berarti pasangan suami istri akan saling mencintai dan saling menjagai dan merawat satu sama lain. * Berbagai macam daun seperti daun beringin, daun mojokoro, daun alang-alang, dadap serep, sebagai simbol kedua pengantin akan hidup aman dan keluarga mereka terlindung dari mara bahaya. Selain itu di atas gerbang rumah juga dipasang bekletepe yaitu hiasan dari daun kelapa untuk mengusir roh-roh jahat dan sebagai tanda bahwa ada acara pernikahan sedang berlangsung di tempat tersebut. Sebelum Tarub dan janur kuning tersebut dipasang, sesajen atau persembahan sesajian biasanya dipersiapkan terlebih dahulu. Sesajian tersebut antara lain terdiri dari: pisang, kelapa, beras, daging sapi, tempe, buah-buahan, roti, bunga, bermacam-macam minuman termasuk jamu, lampu, dan lainnya. Arti simbolis dari sesajian ini adalah agar diberkati leluhur dan dilindungi dari roh-roh jahat. Sesajian ini diletakkan di tempat-tempat dimana upacara pernikahan akan dilangsungkan, seperti kamar mandi, dapur, pintu gerbang, di

bawah Tarub, di jalanan di dekat rumah, dan sebagainya. Dekorasi lain yang dipersiapkan adalah Kembar Mayang yang akan digunakan dalam upacara panggih Upacara Siraman Acara yang dilakukan pada siang hari sebelum Ijab atau upacara pernikahan ini bertujuan untuk membersihkan jiwa dan raga. Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi atau taman keluarga masing-masing dan dilakukan oleh orang tua atau wakil mereka. Ada tujuh Pitulungan atau penolong (Pitu artinya tujuh)biasanya tujuh orang yang dianggap baik atau penting - yang membantu acara ini. Airnya merupakan campuran dari kembang setaman yang disebut Banyu Perwitosari yang jika memungkinkan diambil dari tujuh mata air dan melambangkan kehidupan. Keluarga pengantin perempuan akan mengirim utusan dengan membawa Banyu Perwitosari ke kediaman keluarga pengantin pria dan menuangkannya di dalam rumah pengantin pria. Acara siraman diawali oleh orang tua dan ditutup oleh Pemaes yang kemudian dilanjutkan dengan memecahkan kendi. Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum acara dimulai: * Tempat air dari perunggu atau tembaga yang berisi air dari tujuh mata air. * Kembang setaman yaitu bunga-bunga seperti mawar, melati, cempaka, kenanga, yang ditaruh di air. * Aroma lima warna yang digunakan sebagai sabun. * Sabun cuci rambut tradisional dari abu dari merang, santan, dan air asam Jawa. * Gayung yang berasal dari kulit kelapa sebagai ciduk air. * Kursi yang dilapisi tikar, kain putih, dedaunan, kain lurik untuk tempat duduk pengantin selama prosesi berlangsung. * Kain putih untuk dipakai selama upacara siraman. * Baju batik untuk dipakai setelah uparaca siraman. * Kendi. * Sesajian Sesajian merupakan hal yang dianggap penting dalam upacara Jawa. Sesajian untuk siraman terdiri dari berbagai macam sajian: * Tumpeng Robyong, nasi kuning dengan hiasan-hiasan. * Tumpeng Gundhul, nasi kuning tanpa hiasan. * Makanan seperti ayam, tahu, telur. * Buah-buahan seperti pisang dan lain-lain. * Kelapan muda. * Tujuh macam bubur. * Jajanan seperti kue manis, lemper, cendol. * Seekor ayam jago * Lampu lentera * Kembang Telon - tiga macam bunga (kenanga, melati,

cempaka). Urut-urutan acara siraman adalah sebagai berikut: * Pengantin pria / perempuan dengan rambut terurai keluar dari kamarnya diiringi oleh orangtuanya masing-masing. * Beberapa orang berjalan di belakang mereka membawa baju batik, handuk, dan sebagainya. * Pengantin tersebut duduk di kursi dan memanjatkan doa. * Sang ayah memandikan sang pengantin, disusul oleh sang ibu. * Sang pengantin duduk dengan kedua tangan diletakkan di depan dalam posisi berdoa. * Mereka menuangkan air ke atas tangannya dan sang pengantin berkumur tiga kali. * Lalu mereka menuangkan air ke atas kepalanya, muka, telinga, leher, tangan dan kaki masing masing tiga kali. * Setelah orangtua menyelesaikan prosesi siraman disusul oleh empat orang lain yang dianggap penting. * Orang terakhir yang memandikan sang pengantin adalah Pemaes atau orang lain yang dianggap spesial. Sang pengantin dimandikan dengan sabun dan shampo (secara simbolik). * Setelah itu acara pecah kendi yang dilakukan oleh ibu pengantin perempuan. * Sang pengantin akan mengenakan baju batik kemudian diiringi kembali ke kamar pengantin dan bersiap siap untuk acara Midodaren Pecah Kendi Kendi yang digunakan untuk siraman diambil. Ibu pengantin perempuan atau Pameas(untuk siraman pengantin pria) atau orang yang terakhir akan memecahkan kendi dan mengatakan: "Wis Pecah Pamore" - artinya sekarang sang pengantin siap untuk menikah. Pangkas Rikmo lan Tanam Rikmo Acara memotong sedikit rambut pengantin perempuan dan potongan rambut tersebut ditanam di rumah belakang. Ngerik Setelah acara Siraman, pengantin perempuan duduk di dalam kamarnya. Pemaes lalu mengeringkan rambutnya dan memberi pewangi di rambutnya. Rambutnya lalu disisir dan digelung atau dibentuk konde. Setelah Pameas mengeringkan wajah dan leher sang pengantin, lalu ia mulai mendandani wajah sang pengantin. Lalu sang pengantin akan dipakaikan baju kebaya dan kain batik. Sesajian untuk upacara Ngerik pada dasarnya sama untuk acara siraman. Biasanya supaya lebih mudah sesajian untuk siraman digunakan / dimasukkan ke kamar pengantin dan dipakai untuk sesajian upacara Ngerik. Gendhongan Kedua orangtua pengantin perempuan menggendong anak mereka yang melambangkan ngentaske artinya mengentaskan seorang anak Dodol Dhawet Kedua orangtua pengantin wanita berjualan minuman dawet yaitu minuman manis khas Solo, tujuannya agar banyak tamu yang datang. Temu Panggih Penyerahan pisang sanggan berupa gedung ayu suruh ayu sebagai tebusan atau syarat untuk pengantin perempuan. Penyerahan Cikal Sebagai tanda agar kehidupan mendatang menjadi orang berguna dan tak kurang suatu apapun. Penyerahan Jago Kisoh Sebagai tanda melepaskan anak dengan penuh ikhlas. Tukar Manuk Cengkir Gading Acara tukar menukar kembang mayang diawali tukar menukar manuk cengkir gading, sebagai simbol agar kedua pengantin menjadi pasangan yang berguna bagi keluarga dan masyarakat Upacara Midodaren Acara ini dilakukan pada malam hari sesudah siraman. Midodaren berarti menjadikan sang pengantin perempuan secantik dewi Widodari. Pengantin perempuan akan tinggal di kamarnya mulai dari jam enam sore sampai tengah malam dan ditemani oleh kerabat-kerabatnya yang perempuan. Mereka akan bercakap-cakap dan memberikan nasihat kepada pengantin perempuan. Orangtua pengantin perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai besok ia akan menjadi tanggung jawab suaminya. Peningsetan Peningsetan yang berasal dari kata 'singset' atau langsing, memiliki arti untuk mempersatukan; Kedua keluarga mempelai setuju untuk kedua anak mereka disatukan dalam tali pernikahan. Keluarga pengantin pria datang berkunjung ke kediaman keluarga pengantin perempuan membawa berbagai macam hadiah: * Satu set Suruh Ayu (semacam daun yang wangi), mendoakan keselamatan. * Pakaian batik dengan motif yang berbeda-beda, mendoakan kebahagiaan. * Kain kebaya, mendoakan kebahagiaan. * Ikat pinggang kain (setagen) bewarna putih, melambangkan kemauan yang kuat dari mempelai perempuan * Buah-buahan, mendoakan kesehatan.

* Beras, gula, garam, minyak, dll, melambangkan kebutuhan hidup sehari-hari. * Sepasang cincin untuk kedua mempelai. * Sejumlah uang untuk digunakan di acara pernikahan. Acara ini disebut juga acara serah-serahan - bisa diartikan sang calon mempelai perempuan 'diserahkan' kepada keluarga calon mempelai pria sebagai menantu mereka atau calon mempelai pria nyantri di kediaman keluarga calon mempelai perempuan. Pada masa kini, demi alasan kepraktisan, kedua belah pihak kadang-kadang dapat berbicara langsung tanpa upacara apapun. Selain menghemat waktu dan uang, juga langsung pada pokok persoalan. Sesajian untuk upacara midodaren: * Nasi dimasak dengan santan. * Ayam inkung yang telah dimasak * Bumbu sayuran * Kembang telon * Teh dan kopi pahit * Minuman kelapa muda dengan gula kelapa * Lampu lentera yang dinyalakan * Pisang Raja * Kembang setaman * Lemper, kue * Rokok dan kretek Barang-barang yang ditaruh di kamar pengantin: * Satu set Kembar Mayang. * Dua kendi yang diisi bumbu, jamu, beras, kacang, dll, dan ditutupi kain batik. * Dua kendi yang berisi air kembang setaman ditutupi daun dadap serep. * Ukub yaitu sebuah nampan berisi wangi-wangian daun dan bunga yang diletakkan di bawah tempat tidur. * Suruh Ayu * Kacang * Tujuh macam kain tradisional. Makanan sesajian dapat dikeluarkan dari kamar setelah tengah malam. Sanak keluarga dan para tamu dapat memakannya. Pada jaman dahulu, acara temu keluarga antara kedua keluarga pengantin dilakukan setelah tengah malam, namun sekarang ini, dengan alasan kepraktisan, kedua keluarga dapat bertemu seperti yang disebutkan di atas. Nyantri Selama acara midodaren berlangsung, calon mempelai pria tidak boleh masuk menemui keluarga calon mempelai perempuan. Selama keluarganya berada di dalam rumah, ia hanya boleh duduk di depan rumah ditemani oleh beberapa

teman atau anggota keluarga. Dalam kurun waktu itu, ia hanya boleh diberi segelas air, dan tidak diperbolehkan merokok. Sang calon mempelai pria baru boleh makan setelah tengah malam. Hal itu merupakan pelajaran bahwa ia harus dapat menahan lapar dan godaan. Sebelum keluarganya meninggalkan rumah tersebut, kedua orangtuanya akan menitipkan anak mereka kepada keluarga calon mempelai perempuan, dan malam itu sang calon mempelai pria tidak akan pulang ke rumah. Setelah mereka keluar dari rumah dan pulan, calon mempelai pria diijinkan masuk ke rumah namun tidak diijinkan masuk ke kamar pengantin. Calon mertuanya akan mengatur tempat tinggalnya malam itu. Ini disebut dengan Nyantri. Nyantri dilakukan untuk alasan keamanan dan praktis, mengingat bahwa besok paginya calon pengantin akan didandani dan dipersiapkan untuk acara Ijab dan acaraacara lainnya. Upacara Ijab Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ini disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah. Pawai (untuk anggota kerajaan) Untuk pernikahan anggota kerajaan Surakarta, setelah upacara panggih diakhiri dengan pawai yang meriah agar seluruh warga kota Solo dapat melihat anggota kerajaan yang baru menikah. Pada acara ini seluruh anggota keraton termasuk tentara keraton berpakaian serba tradisional. Jika yang menikah adalah seorang pangeran, maka sang pangeran mengendarai kuda di bagian paling belakang pawai, di belakang kereta kerajaan yang berisi sang istri pangeran. Prosesi pawai mengelilingi halaman keraton selama satu kali kemudian iring-iringan akan memasuki halaman keraton. Upacara Panggih / Temu Pada upacara ini kembar mayang akan dibawa keluar rumah dan diletakan di persimpangan dekat rumah yang tujuannya untuk mengusir roh jahat. Kembar mayang adalah karangan bunga yang terdiri dari daun-daun pohon kelapa yang ditancapkan ke sebatang tanggul kelapa. Dekorasi ini memiliki makna yang luas: * Berbentuk seperti gunung, tinggi dan luas, melambangkan seorang laki-laki harus berpengetahuan luas, berpengalaman, dan sabar. * Hiasan menyerupai keris, pasangan harus berhati-hati di dalam hidup mereka.

* Hiasan menyerupai cemeti, pasangan harus selalu berpikir positif dengan harapan untuk hidup bahagia. * Hiasan menyerupai payung, pasangan harus melindungi keluarga mereka. * Hiasan menyerupai belalang, pasangan harus tangkas, berpikir cepat dan mengambil keputusan untuk keselamatan keluarga mereka. * Hiasan menyerupai burung, pasangan harus memiliki tujuan hidup yang tinggi. * Daun beringin, pasangan harus selalu melindungi keluarga mereka dan orang lain. * Daun kruton, melindungi pasangan pengantin dari roh-roh jahat. * Daun dadap serep, daun ini dapat menjadi obat turun panas, menandakan pasangan harus selalu berpikiran jernih dan tenang dalam menghadapi segala permasalahan (menenangkan perasaan dan mendinginkan kepala). * Bunga Patra Manggala, digunakan untuk mempercantik hiasan kembar mayang. Sebagai hiasan, sepasang kembar mayang diletakkan di samping kanan dan kiri tempat duduk pengantin selama resepsi pernikahan. Kembar mayang hanya digunakan jika pasangan pengantin belum pernah menikah sebelumnya. Setelah itu pengantin laki-laki (dengan ditemani kerabat dekatnya (orang tuanya tidak boleh menemaninya dalam acara ini) tiba di depan gerbang rumah pengantin perempuan dan pengantin perempuan keluar dari kamar pengantin dengan diapit oleh dua orang tetua perempuan dan diikuti dengan orangtua dan keluarganya. Di depannya dua anak perempuan (yang disebut Patah) berjalan dan dua remaja laki-laki berjalan membawa kembar mayang dan kemudian melanjutkan upacara dengan melakukan beberapa ritual: Balangan Suruh Pada saat jarak mereka sekitar tiga meter, mereka saling melempar tujuh bungusan yang berisi daun sirih, jeruk, yang ditali dengan benang putih. Mereka melempar dengan penuh semangat dan tertawa. Dengan melempar daun sirih satu sama lain, menandakan bahwa mereka adalah manusia, bukan makhluk jadi-jadian yang menyamar jadi pengantin. Selain itu ritual ini juga melambangkan cinta kasih dan kesetiaan. Wiji Dadi Mempelai laki-laki menginjak telur ayam hingga pecah dengan kaki kanan, kemudian pengantin perempuan akan membasuh kaki sang suami dengan air bunga. Proses ini melambangkan seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya dan istri yang taat melayani suaminya Pupuk

Ibu pengantin perempuan yang mengusap pengantin laki-laki sebagai tanda ikhlas menerimanya sebagai bagian dari keluarga. Sindur Binayang Di dalam ritual khas pernikahan adat Solo ini ayah pengantin perempuan menuntun pasangan pengantin ke kursi pelaminan, ibu pengantin perempuan menyampirkan kain sindur sebagai tanda bahwa sang ayah menunjukkan jalan menuju kebahagiaan dan sang ibu memberikan dukungan moral. Timbang / Pangkon Di dalam ritual khas pernikahan adat Solo ini pasangan pengantin duduk di pangkuan ayah pengantin perempuan, dan sang ayah akan berkata bahwa berat mereka sama, berarti bahwa cinta mereka sama-sama kuat dan juga sebagai tanda kasih sayang orang tua terhadap anak dan menantu sama besarnya. Tanem Di dalam ritual khas pernikahan adat Solo ini ayah pengantin perempuan mendudukkan pasangan pengantin di kursi pengantin sebagai tanda merestui pernikahan mereka dan memberikan berkat. Tukar Kalpika Mula-mula, pengantin pria meninggalkan kamarnya dengan diapit oleh anggota laki-laki keluarga (saudara laki-laki dan paman-paman). Seorang anggota keluarga yang dihormati terpilih untuk berperan sebagai kepala rombongan. Pada waktu yang sama, pengantin perempuan juga meninggalkan kamar sambil diapit oleh bibi-bibinya untuk menemui pengantin pria. Sekarang kedua pengantin duduk di meja dengan wakil-wakil dari masing-masing keluarga, dan kemudian saling menukarkan cincin sebagai tanda cinta. Kacar-kucur / Tampa Kaya / Tandur Dengan bantuan Pemaes, pasangan pengantin berjalan dengan memegang jari kelingking pasangannya,ke tempat ritual kacar-kucur atau tampa kaya. Pengantin pria akan menuangkan kacang kedelai, kacang tanah, beras, jagung, beras ketan, bunga dan uang logam (jumlahnya harus genap) ke pangkuan perempuan sebagai simbol pemberian nafkah. Pengantin perempuan menerima hadiah ini dengan dibungkus kain putih yang ada di pangkuannya sebagai simbol istri yang baik dan peduli. Dahar Klimah / Dahar Kembul / Dahar Walimah Kedua pengantin saling menyuapi nasi satu sama lain yang melambangkan kedua mempelai akan hidup bersama dalam susah dan senang dan saling menikmati milik mereka bersama. Pemaes akan memberikan sebuah piring kepada pengantin perempuan (berisi nasi kuning, telur goreng,

kedelai, tempe, abon, dan hati ayam). Pertama-tama, pengantin pria membuat tiga bulatan nasi dengan tangan kanannya dan menyuapkannya ke mulut pengantin perempuan. Setelah itu ganti pengantin perempuan yang menyuapi pengantin pria. Setelah makan, mereka lalu minum teh manis. Rujak Degan Acara pembuka untuk anak pertama, memohon supaya segera memiliki anak. Rujak degan artinya agar dalam pernikahan selalu sehat sejahtera. [sunting] Bubak Kawah Acara perebutan alat-alat dapur untuk anak pertama. Artinya agar pernikahan keduanya sehat dan sejahtera. Tumplak punjen Acara awal untuk anak bungsu. Artinya segala kekayaan ditumpahkan karena menantu yang terakhir. Mertui Orang tua pengantin perempuan menjemput orang tua pengantin laki-laki di depan rumah untuk berjalan bersama menuju tempat upacara. Kedua ibu berjalan di muka, kedua ayah di belakang. Orangtua pengantin pria duduk di sebelah kiri pasangan pengantin, dan sebaliknya. Sungkeman Kedua pengantin bersujud memohon restu dari masing-masing orangtua. Pertama-tama ayah dan ibu pengantin perempuan, kemudian baru ayah dan ibu pengantin pria. Selama sungkeman, Pemaes mengambil keris dari pengantin pria, dan setelah sungkeman baru dikembalikan lagi. Resepsi Pernikahan Setelah semua upacara selesai dilakukan, saatnya untuk resepsi pernikahan dan para tamu mulai makan dan minum makanan tradisional Solo dengan disertai tari tradisional Jawa dan musik gamelan. Acara foto-foto dan salam-salaman dengan kedua pengantin juga dilangsungkan.

You might also like