You are on page 1of 9

Pengertian taubat

Posted on Januari 6, 2010 by faisal ashaz Ketahuilah bahwa taubat adalah ibarat dari pengertian yang tersusun dari tiga perkara, yang pertama , adapun ilmu yang dimaksud, ialah : 1. Pengertian tentang bahayanya dosa 2. Sebab-sebab yang menjadi hijab antara seseorang hamba dengan yang dicintainya. Ketika hal demikin telah diketahui dengan seyakin-yakinnya, maka timbulah kesedihan dalam hati, sebuah kesedihan hati disebabkan karena terpisah dengan yang dicintainya, dan ia merasa sedih apabila kesedihan itu telah menguasai hati, maka timbulah dorongan yang lain di dalam hati yang di sebut iradah dan kesengajaan ingin berbuat sesuatu, perbuatan yang berhubungan dengan waktu itu, waktu yang telah lewat, dan waktu yang akan datang. sedangkan yang berhubungan dengan waktu itu, yaitu meninggalkan dosa yang telah dialami, dalam masalah ini tentu yang harus ada pertama adalah ilmu, sebab ilmu lah yang mengajari kebaikan yang dimaksudkan dengan ilmu itu ialah iman dan yaqin. iman dimaksud adalah suatu pengertian yang membenarkan bahwa dosa adalah racun yang membinasakan, sedangkan yaqin itu suatu pengertian yang menguatkan pembenaran tersebut dan menghilangkan keraguan. Apabila yakin telah menguasai hati, maka cahaya iman menjadi timbul dan memancar. Ketika api penyesalan dalam hati itu menyala, maka karenanya ia menjadi bersedih, sebab dengan sorotan iman itu ia mengetahui bahwa dirinya terhalang dari yang dicintainya. Jadi istilah taubat itu untuk ketiga makna diatas dalam satu pengertian. tapi banyak yang mengartikan taubat atas penyesalan saja, pendapat-pendapat mengenai definisi taubat tidak terhitung banyaknya, tetapi jika anda memahami tiga arti di atas , hubungan serta urutannya maka anda ketahui bahwa semua ketentuan taubat yang dikatakan tersebut tersimpul dalam lingkungan ketiga makna tersebut, Mendalami hakekat ilmu dari suatu perkara , jauh lebih baik dari pada hanya sekedar merangkai kata-kata belaka.

Taubat Masih Terbuka Lebar, Sebelum Matahari Terbit Dari Barat

Tujuan utama Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah kepada-Nya semata, dan tidak menyekutukanNya dengan apapun. Allah Taala berfirman:


Sesungguhnya Aku menciptakan manusia dan jin hanyalah agar mereka beribadah kepadaku (semata). Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Maha Pemberi Rezeki dan mempunyai Kekuatan yang Sangat Kokoh (QS. Adz Dzariyat: 56) Bagaimana mungkin seorang mukmin akan menyadari statusnya sebagai hamba Allah, jika ia merasa tidak memiliki dosa dan enggan bertaubat? Karena sadar akan banyaknya dosa dan keinginan untuk bertaubat kepada Allah adalah salah satu bentuk penghambaan. Dan diterima atau tidaknya taubat adalah hakikat yang agung dari tauhid uluhiyyah. Pintu Taubat Dibuka Lebar

Sungguh Allah Taala telah melapangkan dan melonggarkan serta memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada kita untuk bertaubat kepada-Nya. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda:


Sungguh, Allah meluaskan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di siang hari. Dan Allah meluaskan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di malam hari (HR. Muslim no.7165) Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam juga bersabda:


Sungguh Allah menerima taubat hamba-Nya selama belum yu-ghorghir (HR. At Tirmidzi, 3880. Ia berkata: Hadits ini hasan gharib. Dihasan-kan oleh Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi) Yu-ghor-ghir artinya ketika nyawa sudah sampai di kerongkongan. Itulah batas waktu terakhir yang Allah tidak menerima lagi taubat hamba-Nya. Kemudian Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam juga telah mengabarkan kepada kita kisah seorang lelaki yang telah membunuh 99 orang:

Lelaki tersebut ditunjukkan kepada seorang ahli ibadah, ia mendatanginya dan bertanya: Aku telah membunuh 99 orang. Apakah aku masih bisa bertaubat?. Ahli ibadah tadi berkata: Tidak. Lelaki tersebut pun membunuhnya hingga genaplah 100 orang. Kemudian ia bertanya kepada penduduk yang paling alim, dan ia pun ditunjukkan kepada seorang ulama. Ia kemudian bertanya: Aku telah membunuh 100 orang. Apakah aku masih bisa bertaubat?. Ulama tadi berkata: Ya. Memangnya siapa yang bisa menghalangimu untuk mendapatkan taubat? (HR. Muslim, no.7184) Perkataan siapa yang bisa menghalangimu untuk mendapatkan taubat, inilah intinya. Maka siapakah yang bisa menghalangi anda dari taubat, saudaraku? Kesempatan selalu terbuka lebar! Allah Taala berfirman:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Allah kehendaki (QS. An Nisa: 4) Bahkan dosa syirik! Ketika seorang musyrik bertaubat kepada Allah dan ia kembali ke jalan Allah Taala, maka tidak ada yang dapat menghalangi ia dari Allah. Bahkan, Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam mengabarkan bahwa orang musyrik dari kalangan ahlul kitab yang bertaubat, ia mendapat dua pahala dari taubatnya[1]. Hendaknya Kita Senantiasa Bertaubat Taubat itu akan menguatkan ikatan antara hamba dengan Rabb-nya. Jika ia terus-menerus mengharap ampunan dari Rabb-Nya. Perhatikan sang utusan Islam, Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam, beliau bersabda:

Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah. Sungguh aku biasa bertaubat kepada Allah seratus kali dalam sehari (HR. Muslim no.7034) Padahal beliau manusia yang mashum, dosa beliau telah diampuni oleh Allah dari awal hingga akhirnya. Namun ini merupakan teladan yang mulia dari beliau dalam berserah diri kepada Allah. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam juga bersabda:


Siapa saja yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, Allah akan terima taubatnya (HR. Muslim no.7036) Lihatlah betapa beliau Shallallahualaihi Wasallam menghasung umatnya untuk bersungguh-sungguh mencari ampunan Allah yang begitu luas. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam juga bersabda:


Penyesalan adalah taubat (HR. Ahmad no.3568, Ibnu Majah no.4252, Al Baihaqi no.21067. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah) Sampai-sampai rasa penyesalan terhadap dosa yang kita perbuat pun sudah dianggap sebagai sebuah taubat. Selain itu, taubat menimbulkan banyak pengaruh yang baik bagi diri seorang hamba. Bahkan, taubat itu sendiri adalah bentuk taufiq dari Allah Taala. Imam Al Qurthubi ketika menjelaskan ayat:


Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya (QS. At Taubah: 118)

Beliau menukil perkataan sebagian ulama tentang makna ayat ini, mereka berkata: Aku salah sangka dalam 4 perkara. Karena ternyata Allah Taala mendahuluiku. Pertama, aku mengira akulah yang mencintai Allah, ternyata Allah Taala lebih dulu mencintaiku. Ia berfirman:

Allah Taala mencintai mereka, dan mereka pun mencintai Allah (QS. Al Maidah: 54) Kedua, aku mengira akulah yang ridha kepada Allah, ternyata Allah Taala lebih dahulu ridha terhadapku. Ia berfirman:


Allah telah ridha kepada mereka, dan mereka pun ridha kepada Allah (QS. Al Maidah: 119) Ketiga, aku mengira akulah yang mengingat Allah, ternyata Ia lebih dulu mengingatku. Allah Taala berfirman:


Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar (QS. Al Ankabut: 45) Keempat, aku mengira bahwa hanya akulah yang bertaubat kepadaNya, ternyata Ia lebih dahulu memberi ampunan kepadaku. Allah Taala berfirman:


Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya (QS. At Taubah: 118) (sampai di sini nukilan dari Tafsir Al Qurthubi)

Semangat untuk bertaubat adalah hal yang sudah semestinya dimiliki oleh seorang hamba yang rabbani. Betapa indah ucapan seorang penyair:

*** ***
Beranikan dirimu untuk mengharapkan ampunan Sebelum engkau mati dan lisanmu kelu Bersegeralah bertaubat, sebelum ruh dikunci Karena taubat adalah simpanan dan harta Bagi orang baik yang kembali kepada-Nya Demikianlah, taubat adalah pintu kebaikan. Maka tidak layak bagi hamba yang sejati meninggalkan taubat dan meremehkan buah manis darinya. Buah Manis Taubat 1. Taubat adalah sebab dari istiqamah Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam memberi teladan untuk senantiasa berusaha tegar dalam keimanan dan ketaqwaan. Beliau Shallallahualaihi Wasallam bersabda:


Wahai Sang Pembolak-balik hati, tsabbit (tegarkan) hatiku pada agama-Mu (HR. Tirmidzi no.3517, Ahmad, 302/6. At Tirmidzi berkata: Hasan Shahih)

Dan yang dimaksud dengan tsabaat adalah sebagaimana sabda beliau Shallallahualaihi Wasallam:


Sungguh setiap amal tergantung pada bagian akhirnya (HR. Bukhari no. 6493) Dan tsabaat ini hanya dapat diwujudkan dengan terus-menerus beramal shalih kepada Allah Taala. Termasuk ke dalamnya taubat. Karenanya dengan amal tersebut, seorang hamba akan semakin dekat dengan Rabbnya. Oleh karenanya salah satu buah dari taubat adalah ia merupakan salah satu agar seseorang bisa tegar dalam keimanan dan ketaqwaan. Allah Taala berfirman:


Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka (QS. At Taubah: 117) Ibnul Jauzi menjelaskan faedah yang indah dari ayat ini: Kita perhatikan penyebutan taubat diulang di akhir ayat, karena penyataan ini tidak didahului dengan penyebutan dosa yang menjadi sebab taubat. Allah Taala mendahulukan penyebutan taubat sebagai keutamaan bagi mereka. Kemudian baru menjelaskan dosa yang menjadi sebab taubat. Kemudian mengulang lagi penyebutan taubat (Zaadul Masiir, 240/3, Asy Syamilah). Hal ini dikarena Allah Taala ingin memperlihatkan betapa luas ampunan yang diberikan-Nya. 2. Taubat adalah sebab hidayah

Allah Taala berfirman:


Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian Allah memberinya hidayah (QS. Thaha: 82) Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan: Kemudian Allah memberinya hidayah karena ia terus menerus dalam keadaan yang disebutkan sebelumnya (taubat, iman dan amal shalih) sampai ia mati (Tafsir Al Jalalain, 429/5, Asy Syamilah)

You might also like