You are on page 1of 48

Tata Surya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari

Gambaran umum Tata Surya (Ukuran planet digambarkan sesuai skala, sedangkan jaraknya tidak): Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Ceres, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, Haumea, Makemake dan Eris.
Berkas suara ini dibuat dari revisi tanggal 2010-09-10, dan tidak termasuk suntingan terbaru ke artikel. (Bantuan suara)

Tata Surya[a] adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi[b], dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya. Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar. Berdasarkan jaraknya dari matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).

Asal usul
Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, di antaranya :

Pierre-Simon Laplace, pendukung Hipotesis Nebula

Gerard Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi Hipotesis Nebula

Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772)[1] taun 1734 lan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada taun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace[2] secara independen pada taun 1796. Hipotesis ini, sing lewih dikenal karo Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk sekang debu, es, lan gas sing disebut nebula, lan unsur gas sing sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi sing dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut lan berputar karo arah tertentu, suhu kabut memanas, lan akhirnya menjadi lintang raksasa (srengenge). srengenge raksasa terus menyusut lan berputar semakin cepat, lan cincin-cincin gas lan es terlontar ke sekeliling srengenge. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring karo penurunan suhunya lan membentuk planet dalam lan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar sekang planet-planet merupakan konsekuensi sekang pembentukan mereka.[3]

Hipotesis Planetisimal

Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin lan Forest R. Moulton pada taun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya lintang lain sing lewat cukup dekat karo srengenge, pada masa awal pembentukan srengenge. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan srengenge, lan bersama proses internal srengenge, menarik materi berulang kali sekang srengenge. Efek gravitasi lintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral sing memanjang sekang srengenge. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin lan memadat, lan menjadi benda-benda berukuran kecil sing mereka sebut planetisimal lan beberapa sing besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan sekang waktu ke waktu lan membentuk planet lan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet lan asteroid.

Hipotesis Pasang Surut lintang

Hipotesis pasang surut lintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada taun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya lintang lain kepada srengenge. Keadaan sing hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi sekang srengenge lan lintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, sing kemudian terkondensasi menjadi planet.[3] Namun astronom Harold Jeffreys taun 1929 membantah bahwa tabrakan sing sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi.[3] Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[4]
Hipotesis Kondensasi

Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda sing jenenge G.P. Kuiper (1905-1973) pada taun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk sekang bola kabut raksasa sing berputar membentuk cakram raksasa.
Hipotesis lintang Kembar

Hipotesis lintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada taun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua lintang sing hampir sama ukurannya lan berdekatan sing salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi lintang sing tidak meledak lan mulai mengelilinginya.

[sunting] Sejarah penemuan


Lima planet terdekat ke srengenge selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter lan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua teyeng dilihat karo mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri kanggo masing-masing planet.

Perkembangan ilmu pengetahuan lan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa menungsa kanggo memahami benda-benda langit terbebas sekang selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) karo teleskop refraktornya mampu menjadikan mata menungsa "lebih tajam" dalam mengamati benda langit sing tidak teyeng diamati melalui mata telanjang. Karena teleskop Galileo teyeng mengamati lewih tajam, ia teyeng ndeleng berbagai perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap srengenge. Penalaran Venus mengitari srengenge makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa srengenge adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, sing sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris adalah srengenge dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.

Model heliosentris dalam manuskrip Copernicus.

Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) sing menemukan Titan, satelit Saturnus, sing berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter. Perkembangan teleskop juga diimbangi pula karo perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit lan hubungan satu karo sing lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) karo Hukum Kepler. lan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) karo hukum gravitasi. karo dua teori perhitungan inilah sing memungkinkan pencarian lan perhitungan benda-benda langit selanjutnya Pada 1781, William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada sing mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930. Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa sing berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit sing mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet sing sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh karo Pluto.

Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya sing letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), sing juga mengelilingi srengenge. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa sing dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian sekang objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, lan [[Haumea (planet katai)|Cithakan:Mp]] (1.500 km pada Mei 2004). Penemuan Cithakan:Mp cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lewih kecil sekang Pluto. lan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) sing diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lewih besar sekang Pluto, objek ini juga memiliki satelit.

[sunting] Struktur

Perbanding relatif massa planet. Yupiter adalah 71% sekang total lan Saturnus 21%. Merkurius lan Mars, sing total bersama hanya kurang sekang 0.1% tidak nampak dalam diagram di atas.

Orbit-orbit Tata Surya karo skala sing sesungguhnya

Illustrasi skala

Komponen utama sistem Tata Surya adalah srengenge, sebuah lintang deret utama kelas G2 sing mengandung 99,86 persen massa sekang sistem lan mendominasi seluruh karo gaya gravitasinya.[5] Yupiter lan Saturnus, dua komponen terbesar sing mengedari srengenge, mencakup kira-kira 90 persen massa selebihnya.[c] Hampir semua objek-objek besar sing mengorbit srengenge terletak pada bidang edaran bumi, sing umumnya dinamai ekliptika. Semua planet terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet lan objek-objek sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut sing sangat besar dibandingkan ekliptika.

Planet-planet lan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi srengenge berlawanan karo arah jarum jam jika dilihat sekang atas kutub utara srengenge, terkecuali Komet Halley. Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit sekang objek-objek Tata Surya sekeliling srengenge bergerak mengikuti bentuk elips karo srengenge sebagai salah satu titik fokusnya. Objek sing berjarak lewih dekat sekang srengenge (sumbu semi-mayor-nya lewih kecil) memiliki taun waktu sing lewih pendek. Pada orbit elips, jarak antara objek karo srengenge bervariasi sepanjang taun. Jarak terdekat antara objek karo srengenge dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh sekang srengenge dinamai aphelion. Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion lan terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet teyeng dibilang hampir berbentuk lingkaran, sedangkan komet, asteroid lan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya berbentuk elips. Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak antara orbit sing sama antara satu karo lainnya. Pada kenyataannya, karo beberapa perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk sekang srengenge, semakin besar jarak antara objek itu karo jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak sekitar sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) lewih sekang Merkurius[d], sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA sekang Yupiter, lan Neptunus terletak 10,5 SA sekang Uranus. Beberapa upaya telah dicoba kanggo menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima. Hampir semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit alami sing disebut satelit, atau bulan. Beberapa benda ini memiliki ukuran lewih besar sekang planet. Hampir semua satelit alami sing paling besar terletak di orbit sinkron, karo satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga memliki cincin sing berisi partikel-partikel kecil sing mengorbit secara serempak.
[sunting] Terminologi

Secara informal, Tata Surya teyeng dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet kebumian lan sabuk asteroid utama. Pada daerah sing lewih jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa.[6] Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah berbeda tersendiri sing meliputi semua objek melampaui Neptunus.[7] Secara dinamis lan fisik, objek sing mengorbit srengenge teyeng diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet kerdil, lan benda kecil Tata Surya. Planet adalah sebuah badan sing mengedari srengenge lan mempunyai massa cukup besar kanggo membentuk bulatan diri lan telah membersihkan orbitnya karo menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya. karo definisi ini, Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, lan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya karena tidak teyeng membersihkan orbitnya sekang objek-objek Sabuk Kuiper.[8] Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit sing mengelilingi srengenge, mempunyai massa sing cukup kanggo teyeng membentuk bulatan diri tetapi belum teyeng membersihkan daerah sekitarnya.[8] Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, lan

Eris.[9] Objek lain sing mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, lan Quaoar. Planet kerdil sing memiliki orbit di daerah trans-Neptunus biasanya disebut "plutoid".[10] Sisa objek-objek lain berikutnya sing mengitari srengenge adalah benda kecil Tata Surya.[8] Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah gas, es, lan batu kanggo mendeskripsi kelas zat sing terdapat di dalam Tata Surya. Batu digunakan kanggo menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar sekang 500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam, merupakan komponen pembentuk utama hampir semua planet kebumian lan asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom hidrogen, helium, lan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya, sing didominasi oleh Yupiter lan Saturnus. Sedangkan es, seperti air, metana, amonia lan karbon dioksida,[11] memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini merupakan komponen utama sekang sebagian besar satelit planet raksasa. Ia juga merupakan komponen utama Uranus lan Neptunus (yang sering disebut "es raksasa"), serta berbagai benda kecil sing terletak di dekat orbit Neptunus.[12] Istilah volatiles mencakup semua bahan bertitik didih rendah (kurang sekang ratusan kelvin), sing termasuk gas lan es; tergantung pada suhunya, 'volatiles' teyeng ditemukan sebagai es, cairan, atau gas di berbagai bagian Tata Surya.
[sunting] Zona planet

Zona Tata Surya sing meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, lan sabuk Kuiper. (Gambar tidak sesuai skala)

Di zona planet dalam, srengenge adalah pusat Tata Surya lan letaknya paling dekat karo planet Merkurius (jarak sekang srengenge 57,9 106 km, atau 0,39 SA), Venus (108,2 106 km, 0,72 SA), Bumi (149,6 106 km, 1 SA) lan Mars (227,9 106 km, 1,52 SA). Ukuran diameternya antara 4.878 km lan 12.756 km, karo massa jenis antara 3,95 g/cm3 lan 5,52 g/cm3. Antara Mars lan Yupiter terdapat daerah sing disebut sabuk asteroid, kumpulan batuan metal lan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid), lan beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih. Ceres, bagian sekang kumpulan

asteroid ini, berukuran sekitar 960 km lan dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit asteroidasteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus) lan Uranus (Chiron). Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 106 km, 5,2 SA), Uranus (2,875 109 km, 19,2 SA) lan Neptunus (4,504 109 km, 30,1 SA) karo massa jenis antara 0,7 g/cm3 lan 1,66 g/cm3. Jarak rata-rata antara planet-planet karo srengenge teyeng diperkirakan karo menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan merupakan efek resonansi sisa sekang awal terbentuknya Tata Surya. Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, sing membuat para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.
[sunting] srengenge Artikel utama kanggo bagian kiye yakuwe: srengenge

srengenge dilihat sekang spektrum sinar-X

srengenge adalah lintang induk Tata Surya lan merupakan komponen utama sistem Tata Surya ini. lintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa sing besar ini menyebabkan kepadatan inti sing cukup besar kanggo teyeng mendukung kesinambungan fusi nuklir lan menyemburkan sejumlah energi sing dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik. srengenge dikategorikan ke dalam lintang kerdil kuning (tipe G V) sing berukuran tengahan, tetapi nama ini teyeng menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan karo lintang-lintang sing ada di dalam galaksi Bima Sakti, srengenge termasuk cukup besar lan cemerlang. lintang diklasifikasikan karo diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik sing menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah lintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, lintang sing lewih panas akan lewih cemerlang. lintang-lintang sing mengikuti pola ini dikatakan terletak pada deret utama, lan srengenge letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, lintang-lintang sing lewih cemerlang lan lewih panas sekang srengenge adalah langka, sedangkan lintang-lintang sing lewih redup lan dingin adalah umum.[13]

Dipercayai bahwa posisi srengenge pada deret utama secara umum merupakan "puncak hidup" sekang sebuah lintang, karena belum habisnya hidrogen sing tersimpan kanggo fusi nuklir. Saat ini srengenge tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen sekang kecermelangan sekarang.[14] srengenge secara metalisitas dikategorikan sebagai lintang "populasi I". lintang kategori ini terbentuk lewih akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung lewih banyak unsur sing lewih berat daripada hidrogen lan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan karo lintang "populasi II".[15] Unsur-unsur sing lewih berat daripada hidrogen lan helium terbentuk di dalam inti lintang purba sing kemudian meledak. lintang-lintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta teyeng dipenuhi oleh unsur-unsur sing lewih berat ini. lintang-lintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan lintang baru mempunyai kandungan metal sing lewih tinggi. Tingkat metalitas sing tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.[16] [sunting] Medium antarplanet

Lembar aliran heliosfer, karena gerak rotasi magnetis srengenge terhadap medium antarplanet.

Di samping cahaya, srengenge juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) sing dikenal sebagai angin srengenge. Semburan partikel ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam,[17] menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) sing merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga heliopause). Kesemuanya ini disebut medium antarplanet. Badai geomagnetis pada permukaan srengenge, seperti semburan srengenge (solar flares) lan lontaran massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa.[18] Struktur terbesar sekang heliosfer dinamai lembar aliran heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral sing terjadi karena gerak rotasi magnetis srengenge terhadap medium antarplanet.[19][20] Medan magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi karo angin srengenge. Venus lan Mars sing tidak memiliki medan magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.[21] Interaksi antara angin srengenge lan medan magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, sing teyeng dilihat dekat kutub magnetik bumi.

Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya sekang sinar kosmik sing berasal sekang luar Tata Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium antarlintang lan kekuatan medan magnet srengenge mengalami perubahan pada skala waktu sing sangat panjang, sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak diketahui seberapa besar.[22] Medium antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling tidak dua daerah mirip piringan sing berisi debu kosmis. sing pertama, awan debu zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam lan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk sekang tabrakan dalam sabuk asteroid sing disebabkan oleh interaksi karo planet-planet.[23] Daerah kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA, lan mungkin disebabkan oleh tabrakan sing mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.[24][25]
[sunting] Tata Surya bagian dalam

Tata Surya bagian dalam adalah nama umum sing mencakup planet kebumian lan asteroid. Terutama terbuat sekang silikat lan logam, objek sekang Tata Surya bagian dalam melingkup dekat karo srengenge, radius sekang seluruh daerah ini lewih pendek sekang jarak antara Yupiter lan Saturnus. [sunting] Planet-planet bagian dalam
Artikel utama kanggo bagian kiye yakuwe: Planet kebumian

Planet-planet bagian dalam. sekang kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi, lan Mars (ukuran menurut skala)

Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki komposisi batuan sing padat, hampir tidak mempunyai atau tidak mempunyai bulan lan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat sing membentuk kerak lan selubung, lan logam seperti besi lan nikel sing membentuk intinya. Tiga sekang empat planet ini (Venus, Bumi lan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor lan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi lan lembah pecahan. Planet sing letaknya di antara srengenge lan bumi (Merkurius lan Venus) disebut juga planet inferior.
[sunting] Merkurius

Merkurius (0,4 SA sekang srengenge) adalah planet terdekat sekang srengenge serta juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami lan ciri geologisnya di samping kawah meteorid sing diketahui adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya.[26] Atmosfer Merkurius sing hampir teyeng diabaikan terdiri sekang atom-atom sing terlepas sekang permukaannya karena semburan angin srengenge.[27] Besarnya inti besi lan tipisnya kerak Merkurius masih belum teyeng teyeng diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, lan perkembangan ("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal srengenge.[28][29]
[sunting] Venus

Venus (0,7 SA sekang srengenge) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). lan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat sing tebal lan berinti besi, atmosfernya juga tebal lan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lewih kering sekang bumi lan atmosfernya sembilan kali lewih padat sekang bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas karo suhu permukaan mencapai 400 C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca sing terkandung di dalam atmosfer.[30] Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan magnet sing teyeng mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal sekang gunung berapi.[31]
[sunting] Bumi

Bumi (1 SA sekang srengenge) adalah planet bagian dalam sing terbesar lan terpadat, satusatunya sing diketahui memiliki aktivitas geologi lan satu-satunya planet sing diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya sing cair adalah khas di antara planet-planet kebumian lan juga merupakan satu-satunya planet sing diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup sing menghasilkan 21% oksigen.[32] Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar sekang planet kebumian di dalam Tata Surya.
[sunting] Mars

Mars (1,5 SA sekang srengenge) berukuran lewih keci sekang bumi lan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis sing kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars sing dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons lan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas geologis sing terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal sekang warna karat tanahnya sing kaya besi.[33] Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos lan Phobos) sing diduga merupakan asteroid sing terjebak gravitasi Mars.[34]

[sunting] Sabuk asteroid


Artikel utama kanggo bagian kiye yakuwe: Sabuk asteroid

Sabuk asteroid utama lan asteroid Troya

Asteroid secara umum adalah objek Tata Surya sing terdiri sekang batuan lan mineral logam beku.[35] Sabuk asteroid utama terletak di antara orbit Mars lan Yupiter, berjarak antara 2,3 lan 3,3 SA sekang srengenge, diduga merupakan sisa sekang bahan formasi Tata Surya sing gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter.[36] Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres sing terbesar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta lan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.[37] Sabuk asteroid terdiri sekang beribu-ribu, mungkin jutaan objek sing berdiameter satu kilometer.[38] Meskipun demikian, massa total sekang sabuk utama ini tidaklah lewih sekang seperseribu massa bumi.[39] Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos daerah ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid sing berdiameter antara 10 lan 104 m disebut meteorid.[40]
[sunting] Ceres

Ceres

Ceres (2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid lan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang sekang 1000 km, cukup besar kanggo memiliki gravitasi sendiri kanggo menggumpal membentuk bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada abad ke 19, tetapi di-reklasifikasi menjadi asteroid pada taun 1850an setelah observasi lewih lanjut menemukan beberapa asteroid lagi.[41] Ceres direklasifikasi lanjut pada taun 2006 sebagai planet kerdil.
[sunting] Kelompok asteroid

Asteroid pada sabuk utama dibagi menjadi kelompok lan keluarga asteroid bedasarkan sifat-sifat orbitnya. Bulan asteroid adalah asteroid sing mengedari asteroid sing lewih besar. Mereka tidak mudah dibedakan sekang bulan-bulan planet, kadang kala hampir sebesar pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet sabuk utama sing mungkin merupakan sumber air bumi.[42] Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4 atau L5 Yupiter (daerah gravitasi stabil sing berada di depan lan belakang sebuah orbit planet), sebutan "trojan" sering digunakan kanggo objek-objek kecil pada Titik Langrange sekang sebuah planet atau satelit. Kelompok Asteroid Hilda terletak di orbit resonansi 2:3 sekang Yupiter, sing artinya kelompok ini mengedari srengenge tiga kali kanggo setiak dua edaran Yupiter. Bagian dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh asteroid liar, sing banyak memotong orbit-orbit planet planet bagian dalam.
[sunting] Tata Surya bagian luar

Pada bagian luar sekang Tata Surya terdapat gas-gas raksasa karo satelit-satelitnya sing berukuran planet. Banyak komet berperioda pendek termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di daerah ini. Badan-badan padat di daerah ini mengandung jumlah volatil (contoh: air, amonia, metan, sing sering disebut "es" dalam peristilahan ilmu keplanetan) sing lewih tinggi dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata Surya.

[sunting] Planet-planet luar


Artikel utama kanggo bagian kiye yakuwe: Raksasa gas

Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya lan srengenge, berdasarkan skala

Keempat planet luar, sing disebut juga planet raksasa gas (gas giant), atau planet jovian, secara keseluruhan mencakup 99 persen massa sing mengorbit srengenge. Yupiter lan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen lan helium; Uranus lan Neptunus memiliki proporsi es sing lewih besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.[43] Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus sing teyeng dilihat karo mudah sekang bumi.
[sunting] Yupiter

Yupiter (5,2 SA), karo 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa sekang gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen lan helium. Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan lan Bintik Merah Raksasa. Sejauh sing diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat sing terbesar, Ganymede, Callisto, Io, lan Europa menampakan kemiripan karo planet kebumian, seperti gunung berapi lan inti sing panas.[44] Ganymede, sing merupakan satelit terbesar di Tata Surya, berukuran lewih besar sekang Merkurius.
[sunting] Saturnus

Saturnus (9,5 SA) sing dikenal karo sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan karo Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang sekang sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet sing paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit sing diketahui sejauh ini (dan 3 sing belum dipastikan) dua di antaranya Titan lan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski hampir terdiri hanya sekang es saja.[45] Titan berukuran lewih besar sekang Merkurius lan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya sing memiliki atmosfer sing cukup berarti.

[sunting] Uranus

Uranus (19,6 SA) sing memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet sing paling ringan di antara planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari srengenge karo bujkuran poros 90 derajad pada ekliptika. Planet ini memiliki inti sing sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya lan hanya sedikit memancarkan energi panas.[46] Uranus memiliki 27 satelit sing diketahui, sing terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel lan Miranda.
[sunting] Neptunus

Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lewih kecil sekang Uranus, memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya lewih padat. Planet ini memancarkan panas sekang dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.[47] Neptunus memiliki 13 satelit sing diketahui. sing terbesar, Triton, geologinya aktif, lan memiliki geyser nitrogen cair.[48] Triton adalah satu-satunya satelit besar sing orbitnya terbalik arah (retrogade). Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, sing disebut Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 karo Neptunus.

[sunting] Komet
Artikel utama kanggo bagian kiye yakuwe: Komet

Komet Hale-Bopp

Komet adalah badan Tata Surya kecil, biasanya hanya berukuran beberapa kilometer, lan terbuat sekang es volatil. Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelionnya terletak di planet-planet bagian dalam lan letak aphelion-nya lewih jauh sekang Pluto. Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, dekatnya jarak sekang srengenge menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi lan berionisasi, sing menghasilkan koma, ekor gas lan debu panjang, sing sering teyeng dilihat karo mata telanjang. Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang sekang dua ratus taun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit sing berlangsung ribuan taun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal sekang Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal sekang Awan Oort. Banyak kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk sekang pecahan sebuah induk tunggal.[49] Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal sekang luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.[50] Komet tua sing bahan volatilesnya telah habis karena panas srengenge sering dikategorikan sebagai asteroid.[51] [sunting] Centaur Centaur adalah benda-benda es mirip komet sing poros semi-majornya lewih besar sekang Yupiter (5,5 SA) lan lewih kecil sekang Neptunus (30 SA). Centaur terbesar sing diketahui adalah, 10199 Chariklo, berdiameter 250 km.[52] Centaur temuan pertama, 2060 Chiron, juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti komet kalau mendekati srengenge.[53] Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai objek sabuk Kuiper sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt objects), seiring karo sebaran keluar sing bertempat di piringan tersebar (outward-scattered residents of the scattered disc).[54]
[sunting] Daerah trans-Neptunus

Plot seluruh objek sabuk Kuiper

Diagram sing menunjukkan pembagian sabuk Kuiper

Daerah sing terletak jauh melampaui Neptunus, atau daerah trans-Neptunus, sebagian besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan daerah ini sebagian besar terdiri sekang dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki diameter seperlima bumi lan bermassa jauh lewih kecil sekang bulan) lan terutama mengandung batu lan es. Daerah ini juga dikenal sebagai daerah luar Tata Surya, meskipun berbagai orang menggunakan istilah ini kanggo daerah sing terletak melebihi sabuk asteroid. [sunting] Sabuk Kuiper
Artikel utama kanggo bagian kiye yakuwe: Sabuk Kuiper

Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip karo sabuk asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak antara 30 lan 50 SA, lan terdiri sekang benda kecil Tata Surya. Meski demikian, beberapa objek Kuiper sing terbesar, seperti Quaoar, Varuna, lan Orcus, mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper sing berdiameter lewih sekang 50 km, tetapi diperkirakan massa total Sabuk Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi.[55] Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda lan kebanyakan memiliki orbit di luar bidang eliptika. Sabuk Kuiper secara kasar teyeng dibagi menjadi "sabuk klasik" lan resonansi. Resonansi adalah orbit sing terkait pada Neptunus (contoh: dua orbit kanggo setiap tiga orbit Neptunus atau satu kanggo setiap dua). Resonansi sing pertama bermula pada Neptunus sendiri. Sabuk klasik terdiri sekang objek sing tidak memiliki resonansi karo Neptunus, lan terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA.[56] Anggota sekang sabuk klasik diklasifikasikan sebagai cubewanos, setelah anggota jenis pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1 [57]
[sunting] Pluto lan Charon

Pluto lan ketiga bulannya

Pluto (rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek terbesar sejauh ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada taun 1930, benda ini dianggap sebagai planet sing kesembilan, definisi ini diganti pada taun 2006 karo diangkatnya definisi formal planet. Pluto memiliki kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat sekang bidang ekliptika) lan berjarak 29,7 SA sekang srengenge pada titik prihelion (sejarak orbit Neptunus) sampai 49,5 SA pada titik aphelion. Tidak jelas apakah Charon, bulan Pluto sing terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai satelit atau menjadi sebuah planet kerdil juga. Pluto lan Charon, keduanya mengedari titik barycenter gravitasi di atas permukaannya, sing membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua bulan sing jauh lewih kecil Nix lan Hydra juga mengedari Pluto lan Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan lan memiliki 3:2 resonansi karo Neptunus, sing berarti Pluto mengedari srengenge dua kali kanggo setiap tiga edaran Neptunus. Objek sabuk Kuiper sing orbitnya memiliki resonansi sing sama disebut plutino.[58]
[sunting] Haumea lan Makemake

Haumea (rata-rata 43,34 SA) lan Makemake (rata-rata 45,79 SA) adalah dua objek terbesar sejauh ini di dalam sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah objek berbentuk telur lan memiliki dua bulan. Makemake adalah objek paling cemerlang di sabuk Kuiper setelah Pluto. Pada awalnya dinamai Cithakan:Mp lan Cithakan:Mp, pada taun 2008 diberi nama lan status sebagai planet kerdil. Orbit keduanya berinklinasi jauh lewih membujur sekang Pluto (28 lan 29) [59] lan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi oleh Neptunus, sebagai bagian sekang kelompok Objek Sabuk Kuiper klasik. [sunting] Piringan kesebar
Artikel utama kanggo bagian kiye yakuwe: Piringan kesebar

Ireng: kesebar; biru: klasik; ijo: resonan

Eris lan satelitnya Dysnomia

Piringan kesebar (scattered disc) berpotongan karo sabuk Kuiper lan menyebar keluar jauh lewih luas. Daerah ini diduga merupakan sumber komet berperioda pendek. Objek piringan tersebar diduga terlempar ke orbit sing tidak menentu karena pengaruh gravitasi sekang gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan objek piringan tersebar (scattered disc objects, atau SDO) memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper lan apehelion hampir sejauh 150 SA sekang srengenge. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bidang ekliptika lan sering hampir bersudut siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan piringan tersebar hanya sebagai bagian sekang sabuk Kuiper lan menjuluki piringan tersebar sebagai "objek sabuk Kuiper tersebar" (scattered Kuiper belt objects).[60]
[sunting] Eris

Eris (rata-rata 68 SA) adalah objek piringan tersebar terbesar sejauh ini lan menyebabkan mulainya debat tentang definisi planet, karena Eris hanya 5%lebih besar sekang Pluto lan memiliki perkiraan diameter sekitar 2.400 km. Eris adalah planet kerdil terbesar sing diketahui lan memiliki satu bulan Dysnomia.[61] Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas tinggi, karo titik perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto ke srengenge) lan titik aphelion 97,6 SA karo bidang ekliptika sangat membujur.
[sunting] Daerah terjauh

Titik tempat Tata Surya berakhir lan ruang antar lintang mulai tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk sekang dua gaya tekan sing terpisah: angin srengenge lan gravitasi srengenge. Batasan terjauh pengaruh angin srengenge kira kira berjarak empat kali jarak Pluto lan srengenge. Heliopause ini disebut sebagai titik permulaan medium antar lintang. Akan tetapi Bola Roche srengenge, jarak efektif pengaruh gravitasi srengenge, diperkirakan mencakup sekitar seribu kali lewih jauh. [sunting] Heliopause

Voyager memasuki heliosheath

Heliopause dibagi menjadi dua bagian terpisah. Awan angin sing bergerak pada kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma sekang medium ruang antarlintang. Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi sing kira kira terletak di 80-100 SA sekang srengenge pada daerah lawan angin lan sekitar 200 SA sekang srengenge pada daerah searah jurusan angin. Kemudian angin melambat dramatis, memampat lan berubah menjadi kencang, membentuk struktur oval sing dikenal sebagai heliosheath, karo kelakuan mirip seperki ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA di bagian arah lawan angin lan berkali-kali lipat lewih jauh pada sebelah lainnya. Voyager 1 lan Voyager 2 dilaporkan telah menembus benturan terminasi ini lan memasuki heliosheath, pada jarak 94 lan 84 SA sekang srengenge. Batasan luar sekang heliosfer, heliopause, adalah titik tempat angin srengenge berhenti lan ruang antar lintang bermula. Bentuk sekang ujung luar heliosfer kemungkinan dipengaruhi sekang dinamika fluida sekang interaksi medium antar lintang lan juga medan magnet srengenge sing mengarah di sebelah selatan (sehingga memberi bentuk tumpul pada hemisfer utara karo jarak 9 SA, lan lewih jauh daripada hemisfer selatan. Selebih sekang heliopause, pada jarak sekitar 230 SA, terdapat

benturan busur, jaluran ombak plasma sing ditinggalkan srengenge seiring edarannya berkeliling di Bima Sakti. Sejauh ini belum ada kapal luar angkasa sing melewati heliopause, sehingga tidaklah mungkin mengetahui kondisi ruang antar lintang lokal karo pasti. Diharapkan satelit NASA voyager akan menembus heliopause pada sekitar dekade sing akan datang lan mengirim kembali data tingkat radiasi lan angin srengenge. Dalam pada itu, sebuah tim sing dibiayai NASA telah mengembangkan konsep "Vision Mission" sing akan khusus mengirimkan satelit penjajak ke heliosfer. [sunting] Awan Oort
Artikel utama kanggo bagian kiye yakuwe: Awan Oort

Gambaran seorang artis tentang Awan Oort

Secara hipotesa, Awan Oort adalah sebuah massa berukuran raksasa sing terdiri sekang bertrilyun-trilyun objek es, dipercaya merupakan sumber komet berperioda panjang. Awan ini menyelubungi srengenge pada jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1 taun cahaya) sampai sejauh 100.000 SA (1,87 taun cahaya). Daerah ini dipercaya mengandung komet sing terlempar sekang bagian dalam Tata Surya karena interaksi karo planet-planet bagian luar. Objek Awan Oort bergerak sangat lambat lan teyeng digoncangkan oleh situasi-situasi langka seperti tabrakan, effek gravitasi sekang laluan lintang, atau gaya pasang galaksi, gaya pasang sing didorong Bima Sakti.[62][63] [sunting] Sedna

Foto teleskop Sedna

90377 Sedna (rata-rata 525,86 SA) adalah sebuah benda kemerahan mirip Pluto karo orbit raksasa sing sangat eliptis, sekitar 76 SA pada perihelion lan 928 SA pada aphelion lan berjangka orbit 12.050 taun. Mike Brown, penemu objek ini pada taun 2003, menegaskan bahwa Sedna tidak merupakan bagian sekang piringan tersebar ataupun sabuk Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh sekang pengaruh migrasi Neptunus. Dia lan beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa Sedna adalah objek pertama sekang sebuah kelompok baru, sing mungkin juga mencakup 2000 CR105. Sebuah benda bertitik perihelion pada 45 SA, aphelion pada 415 SA, lan berjangka orbit 3.420 taun. Brown menjuluki kelompok ini "Awan Oort bagian dalam", karena mungkin terbentuk melalui proses sing mirip, meski jauh lewih dekat ke srengenge. Kemungkinan besar Sedna adalah sebuah planet kerdil, meski bentuk kebulatannya masih harus ditentukan karo pasti. [sunting] Batasan-batasan
Deleng uga: Planet X

Banyak hal sekang Tata Surya kita sing masih belum diketahui. Medan gravitasi srengenge diperkirakan mendominasi gaya gravitasi lintang-lintang sekeliling sejauh dua taun cahaya (125.000 SA). Perkiraan bawah radius Awan Oort, di sisi lain, tidak lewih besar sekang 50.000 SA.[64] Sekalipun Sedna telah ditemukan, daerah antara Sabuk Kuiper lan Awan Oort, sebuah daerah sing memiliki radius puluhan ribu SA, teyeng dikatakan belum dipetakan. Selain itu, juga ada studi sing sedang berjalan, sing mempelajari daerah antara Merkurius lan srengenge.[65] Objek-objek baru mungkin masih akan ditemukan di daerah sing belum dipetakan.
[sunting] Dimensi

Perbandingan beberapa ukuran penting planet-planet:


Karakteristik Jarak orbit (juta km) (SA) Merkurius Venus 57,91 (0,39) 108,21 (0,72) Bumi 149,60 (1,00) Mars 227,94 (1,52) Yupiter 778,41 (5,20) Saturnus Uranus Neptunus 4.498,25 (30,07)

1.426,72 2.870,97 (9,54) (19,19)

Waktu edaran (taun)

0,24 (88 hari)

0,62 (224 hari) 243,02 hari

1,00

1,88

11,86

29,45

84,02

164,79

Jangka rotasi

58,65 hari

23 jam 56 menit 0,017

24 jam 9 jam 55 10 jam 47 17 jam 14 37 menit menit menit menit 0,093 0,048 0,054 0,047

16 jam 7 menit

Eksentrisitas edaran Sudut inklinasi orbit () Sudut inklinasi ekuator terhadap orbit () Diameter ekuator (km) Massa (dibanding Bumi) Kepadatan menengah (g/cm) Suhu permukaan min. menengah maks.

0,206

0,007

0,009

7,00

3,39

0,00

1,85

1,31

2,48

0,77

1,77

0,00

177,36

23,45

25,19

3,12

26,73

97,86

29,58

4.879

12.104

12.756

6.805 142.984

120.536

51.118

49.528

0,06

0,81

1,00

0,15

317,8

95,2

14,5

17,1

5,43

5,24

5,52

3,93

1,33

0,69

1,27

1,64

-173 C +437 C +167 C +464 C +427 C +497 C

-89 C -133 C +15 C -55 C +58 C +27 C

-108 C

-139 C

-197 C

-201 C

[sunting] Konteks galaksi

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi Bima Sakti

Lukisan artis sekang Gelembung Lokal

Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti, sebuah galaksi spiral sing berdiameter sekitar 100.000 taun cahaya lan memiliki sekitar 200 milyar lintang.[66] srengenge berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi sing disebut Lengan Orion.[67] Letak srengenge berjarak antara 25.000 lan 28.000 taun cahaya sekang pusat galaksi, karo kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200 kilometer per detik. Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta taun. Waktu revolusi ini dikenal sebagai taun galaksi Tata Surya.[68] Apex srengenge, arah jalur srengenge di ruang semesta, dekat letaknya karo konstelasi Herkules terarah pada posisi akhir lintang Vega.[69] Lokasi Tata Surya di dalam galaksi berperan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Bentuk orbit bumi adalah mirip lingkaran karo kecepatan hampir sama karo lengan spiral galaksi, karenanya bumi sangat jarang menerobos jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki konsentrasi supernova tinggi sing berpotensi bahaya sangat besar terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas sing panjang sing memungkinkan evolusi kehidupan.[70] Tata Surya juga terletak jauh sekang daerah padat lintang di pusat galaksi. Di daerah pusat, tarikan gravitasi lintang-lintang sing berdekatan teyeng menggoyang benda-benda di Awan Oort lan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini teyeng menghasilkan potensi tabrakan sing merusak kehidupan di Bumi. Intensitas radiasi sekang pusat galaksi juga memengaruhi perkembangan bentuk hidup tingkat tinggi. Walaupun demikian, para ilmuwan berhipotesa bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova telah memengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 taun terakhir karo melemparkan pecahan-pecahan inti lintang ke arah srengenge dalam bentuk debu radiasi atau bahan sing lewih besar lainnya, seperti berbagai benda mirip komet.[71]
[sunting] Daerah lingkungan sekitar

Lingkungan galaksi terdekat sekang Tata Surya adalah sesuatu sing dinamai Awan Antarlintang Lokal (Local Interstellar Cloud, atau Local Fluff), yaitu wilayah berawan tebal sing dikenal karo nama Gelembung Lokal (Local Bubble), sing terletak di tengah-tengah wilayah sing jarang. Gelembung Lokal ini berbentuk rongga mirip jam pasir sing terdapat pada medium antarlintang,

lan berukuran sekitar 300 taun cahaya. Gelembung ini penuh ditebari plasma bersuhu tinggi sing mungkin berasal sekang beberapa supernova sing belum lama terjadi.[72] Di dalam jarak sepuluh taun cahaya (95 triliun km) sekang srengenge, jumlah lintang relatif sedikit. lintang sing terdekat adalah sistem kembar tiga Alpha Centauri, sing berjarak 4,4 taun cahaya. Alpha Centauri A lan B merupakan lintang ganda mirip karo srengenge, sedangkan Centauri C adalah kerdil merah (disebut juga Proxima Centauri) sing mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 taun cahaya. lintang-lintang terdekat berikutnya adalah sebuah kerdil merah sing dinamai lintang Barnard (5,9 taun cahaya), Wolf 359 (7,8 taun cahaya) lan Lalande 21185 (8,3 taun cahaya). lintang terbesar dalam jarak sepuluh taun cahaya adalah Sirius, sebuah lintang cemerlang dikategori 'urutan utama' kira-kira bermassa dua kali massa srengenge, lan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih jenenge Sirius B. Keduanya berjarak 8,6 taun cahaya. Sisa sistem selebihnya sing terletak di dalam jarak 10 taun cahaya adalah sistem lintang ganda kerdil merah Luyten 726-8 (8,7 taun cahaya) lan sebuah kerdial merah jenenge Ross 154 (9,7 taun cahaya).[73] lintang tunggal terdekat sing mirip srengenge adalah Tau Ceti, sing terletak 11,9 taun cahaya. lintang ini kira-kira berukuran 80% berat srengenge, tetapi kecemerlangannya (luminositas) hanya 60%.[74] Planet luar Tata Surya terdekat sekang srengenge, sing diketahui sejauh ini adalah di lintang Epsilon Eridani, sebuah lintang sing sedikit lewih pudar lan lewih merah dibandingkan mathari. Letaknya sekitar 10,5 taun cahaya. Planet lintang ini sing sudah dipastikan, jenenge Epsilon Eridani b, kurang lewih berukuran 1,5 kali massa Yupiter lan mengelilingi induk lintangnya karo jarak 6,9 taun cahaya.[75]

[sunting] Catatan
a. Kapitalisasi istilah ini beragam. Persatuan Astronomi Internasional, badan sing mengurusi masalah penamaan astronomis, menyebutkan bahwa seluruh objek astronomi dikapitalisasi namanya (Tata Surya). Namun, istilah ini juga sering ditemui dalam bentuk huruf kecil (tata surya) b. ^ Lihat Daftar bulan kanggo semua satelit alami sekang delapan planet lan lima planet kerdil. c. ^ Massa Tata Surya tidak termasuk srengenge, Yupiter, lan Saturnus, teyeng dihitung karo menambahkan semua massa objek terbesar sing dihitung lan menggunakan perhitungan kasar kanggo massa awan Oort (sekitar 3 kali massa Bumi),,[76] sabuk Kuiper (sekitar 0,1 kali massa Bumi)[55] lan sabuk asteroid (sekitar 0,0005 kali massa Bumi)[39] karo total massa ~37 kali massa Bumi, atau 8,1 persen massa di orbit di sekitar srengenge. Jika dikurangi karo massa Uranus lan Neptunus (keduanya ~31 kali massa Bumi), sisanya ~6 kali massa Bumi merupakan 1,3 persen sekang massa keseluruhan. d. ^ Astronom mengukur jarak di dalam Tata Surya karo satuan astronomi (SA). Satu SA jaraknya sekitar jarak rata-rata srengenge lan Bumi, atau 149.598.000 km. Pluto berjarak sekitar 38 SA sekang srengenge, Yupiter 5,2 SA. Satu taun cahaya adalah 63.240 SA..
^

[
enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.

bumi
Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6 miliar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU (Inggris: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan Bumi dari angin matahari, sinar ultraviolet dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer dan Eksosfer. Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di lapisan stratosfer dan mesosfer dan melindungi bumi dari sinar ultraungu. Perbedaan suhu permukaan bumi adalah antara -70 C hingga 55 C bergantung pada iklim setempat. Sehari dibagi menjadi 24 jam dan setahun di bumi sama dengan 365,2425 hari. Bumi mempunyai massa seberat 59.760 miliar ton, dengan luas permukaan 510 juta kilometer persegi. Berat jenis Bumi (sekitar 5.500 kilogram per meter kubik) digunakan sebagai unit perbandingan berat jenis planet yang lain, dengan berat jenis Bumi dipatok sebagai 1. Bumi mempunyai diameter sepanjang 12.756 kilometer. Gravitasi Bumi diukur sebagai 10 N kg1 dijadikan unit ukuran gravitasi planet lain, dengan gravitasi Bumi dipatok sebagai 1. Bumi mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan bumi diliputi air. Udara Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen dan 1% uap air, karbondioksida dan gas lain. Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri dari besi nikel beku setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500 C, diselimuti pula oleh inti luar yang bersifat cair setebal 2.100 kilometer, lalu diselimuti pula oleh mantel silika setebal 2.800 kilometer membentuk 83% isi bumi dan akhirnya sekali diselimuti oleh kerak bumi setebal kurang lebih 85 kilometer. Kerak bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer. Kerak bumi terbagi kepada beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori Continental Drift) yang menghasilkan gempa bumi. Titik tertinggi di permukaan bumi adalah gunung Everest setinggi 8.848 meter dan titik terdalam adalah palung Mariana di samudra Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter. Danau terdalam adalah Danau Baikal dengan kedalaman 1.637 meter, sedangkan danau terbesar adalah Laut Kaspia dengan luas 394.299 km2.

Komposisi dan struktur


Bumi adalah sebuah planet kebumian, yang artinya terbuat dari batuan, berbeda dibandingkan gas raksasa seperti Jupiter. Planet ini adalah yang terbesar dari empat planet kebumian, dalam kedua arti, massa dan ukuran. Dari keempat planet kebumian, bumi juga memiliki kepadatan

tertinggi, gravitasi permukaan terbesar, medan magnet terkuat dan rotasi paling cepat. Bumi juga merupakan satu-satunya planet kebumian yang memiliki lempeng tektonik yang aktif.
[sunting] Bentuk

Putaran rotasi bumi pada poros utara-selatan yang berakibat terjadinya siang dan malam

Bentuk planet Bumi sangat mirip dengan bulat pepat (oblate spheroid), sebuah bulatan yang tertekan ceper pada orientasi kutub-kutub yang menyebabkan buncitan pada bagian khatulistiwa. Buncitan ini terjadi karena rotasi bumi, menyebabkan ukuran diameter katulistiwa 43 km lebih besar dibandingkan diameter dari kutub ke kutub. Diameter rata-rata dari bulatan bumi adalah 12.742 km, atau kira-kira 40.000 km/. Karena satuan meter pada awalnya didefinisikan sebagai 1/10.000.000 jarak antara katulistiwa ke kutub utara melalui kota Paris, Perancis. Topografi lokal sedikit bervariasi dari bentuk bulatan ideal yang mulus, meski pada skala global, variasi ini sangat kecil. Bumi memiliki toleransi sekitar satu dari 584, atau 0,17% dibanding bulatan sempurna (reference spheroid), yang lebih mulus jika dibandingkan dengan toleransi sebuah bola biliar, 0,22%. Lokal deviasi terbesar pada permukaan bumi adalah gunung Everest (8.848 m di atas permukaan laut) dan Palung Mariana (10.911 m di bawah permukaan laut). Karena buncitan khatulistiwa, bagian bumi yang terletak paling jauh dari titik tengah bumi sebenarnya adalah gunung Chimborazo di Ekuador. Proses alam endogen/tenaga endogen adalah tenaga bumi yang berasal dari dalam bumi. Tenaga alam endogen bersifat membangun permukaan bumi ini. Tenaga alam eksogen berasal dari luar bumi dan bersifat merusak. Jadi kedua tenaga itulah yang membuat berbagai macam relief di muka bumi ini seperti yang kita tahu bahwa permukaan bumi yang kita huni ini terdiri atas berbagai bentukan seperti gunung, lembah, bukit, danau, sungai, dsb. Adanya bentukan-bentukan tersebut, menyebabkan permukaan bumi menjadi tidak rata. Bentukan-bentukan tersebut dikenal sebagai relief bumi.
[sunting] Komposisi kimia Tabel Kerak oksida F. W. Clarke

Senyawa Silika Alumina kapur Magnesia Natrium oksida Besi(II) oksida Kalium oksida Besi(III) oksida Air Titanium dioksida Fosfor pentaoksida Total

Formula Komposisi SiO2 Al2O3 CaO MgO Na2O FeO K2O Fe2O3 H2O TiO2 P2O5 59,71% 15,41% 4,90% 4,36% 3,55% 3,52% 2,80% 2,63% 1,52% 0,60% 0,22% 99,22%

Massa bumi kira-kira adalah 5,981024 kg. Kandungan utamanya adalah besi (32,1%), oksigen (30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), sulfur (2,9%), nikel (1,8%), kalsium (1,5%), and aluminium (1,4%); dan 1,2% selebihnya terdiri dari berbagai unsur-unsur langka. Karena proses pemisahan massa, bagian inti bumi dipercaya memiliki kandungan utama besi (88,8%) dan sedikit nikel (5,8%), sulfur (4,5%) dan selebihnya kurang dari 1% unsur langka.[10] Ahli geokimia F. W. Clarke memperhitungkan bahwa sekitar 47% kerak bumi terdiri dari oksigen. Batuan-batuan paling umum yang terdapat di kerak bumi hampir semuanya adalah oksida (oxides); klorin, sulfur dan florin adalah kekecualian dan jumlahnya di dalam batuan biasanya kurang dari 1%. Oksida-oksida utama adalah silika, alumina, oksida besi, kapur, magnesia, potas dan soda. Fungsi utama silika adalah sebagai asam, yang membentuk silikat. Ini adalah sifat dasar dari berbagai mineral batuan beku yang paling umum. Berdasarkan perhitungan dari 1,672 analisa berbagai jenis batuan, Clarke menyimpulkan bahwa 99,22% batuan terdiri dari 11 oksida (lihat tabel kanan). Konstituen lainnya hanya terjadi dalam jumlah yang kecil. [note 3]

[
Inti bumi bagian luar merupakan salah satu bagian dalam bumi yang melapisi inti bumi bagian dalam. Inti bumi bagian luar mempunyai tebal 2250 km dan kedalaman antara 2900-4980 km. Inti bumi bagian luar terdiri atas besi dan nikel cair dengan suhu 3900 C.

Inti Bumi bagian dalam

Inti bumi bagian dalam merupakan bagian bumi yang paling dalam atau dapat juga disebut inti bumi. inti bumi mempunyai tebal 1200km dan berdiameter 2600km. Inti bumi terdiri dari besi dan nikel berbentuk padat dengan temperatur dapat mencapai 4800 C.

Sejarah Awal Teori Pembentukan Tata Surya Friday, 07 December 2007 00:00 Written by Ridwan Abadi Sebuah teori lahir dari keingintahuan akan suatu kejadian atau keadaan. Tidak mudah untuk mempercayai sebuah teori baru, apalagi jika teori tersebut lahir ditengah kondisi masyarakat yang memiliki kepercayaan yang berbeda. Tapi itulah kenyataan yang harus dihadapi oleh para ilmuwan di awal-awal penemuan mereka.

Hal utama yang dihadapi untuk mengerti lebih jauh lagi tentang Tata Surya adalah bagaimana Tata Surya itu terbentuk, bagaimana objek-objek didalamnya bergerak dan berinteraksi serta gaya yang bekerja mengatur semua gerakan tersebut. Jauh sebelum Masehi, berbagai penelitian, pengamatan dan perhitungan telah dilakukan untuk mengetahui semua rahasia dibalik Tata Surya.

Pengamatan pertama kali dilakukan oleh bangsa China dan Asia Tengah, khususnya dalam pengaruhnya pada navigasi dan pertanian. Dari para pengamat Yunani ditemukan bahwa selain objek-objek yang terlihat tetap di langit, tampak juga objek-objek yang mengembara dan dinamakan planet. Orang-orang Yunani saat itu menyadari bahwa Matahari, Bumi, dan Planet merupakan bagian dari sistem yang berbeda. Awalnya mereka memperkirakan Bumi dan Matahari berbentuk pipih tapi Phytagoras (572-492 BC) menyatakan semua benda langit berbentuk bola (bundar). Sampai dengan tahun 1960, perkembangan teori pembentukan Tata Surya bisa dibagi dalam dua kelompok besar yakni masa sebelum Newton dan masa sesudah Newton. Permulaan Perhitungan Ilmiah Perhitungan secara ilmiah pertama kali dilakukan oleh Aristachrus dari Samos (310-230 BC). Ia

mencoba menghitung sudut Bulan-Bumi-Matahari dan mencari perbandingan jarak dari BumiMatahari, dan Bumi-Bulan. Aristachrus juga merupakan orang pertama yang menyimpulkan Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam lintasan berbentuk lingkaran yang menjadi titik awal teori Heliosentrik. Jadi bisa kita lihat kalau teori heliosentrik bukan teori yang baru muncul di masa Copernicus. Namun jauh sebelum itu, Aristrachrus sudah meletakkan dasar bagi teori heliosentris tersebut. Pada era Alexandria, Eratoshenes (276-195BC) dari Yunani berhasil menemukan cara mengukur besar Bumi, dengan mengukur panjang bayangan dari kolom Alexandria dan Syene. Ia menyimpulkan, perbedaan lintang keduanya merupakan 1/50 dari keseluruhan revolusi. Hasil perhitungannya memberi perbedaan sebesar 13% dari hasil yang ada saat ini. Ptolemy dan Teori Geosentrik Ptolemy (c 150AD) menyatakan bahwa semua objek bergerak relatif terhadap bumi. Dan teori ini dipercaya selama hampir 1400 tahun. Tapi teori geosentrik mempunyai kelemahan, yaitu Matahari dan Bulan bergerak dalam jejak lingkaran mengitari Bumi, sementara planet bergerak tidak teratur dalam serangkaian simpul ke arah timur. Untuk mengatasi masalah ini, Ptolemy mengajukan dua komponen gerak. Yang pertama, gerak dalam orbit lingkaran yang seragam dengan periode satu tahun pada titik yang disebut deferent. Gerak yang kedua disebut epycycle, gerak seragam dalam lintasan lingkaran dan berpusat pada deferent. Teori heliosentrik dan gereja Nicolaus Copernicus (1473-1543) merupakan orang pertama yang secara terang-terangan menyatakan bahwa Matahari merupakan pusat sistem Tata Surya, dan Bumi bergerak mengeliinginya dalam orbit lingkaran. Untuk masalah orbit, data yang didapat Copernicus memperlihatkan adanya indikasi penyimpangan kecepatan sudut orbit planet-planet. Namun ia mempertahankan bentuk orbit lingkaran dengan menyatakan bahwa orbitnya tidak kosentrik. Teori heliosentrik disampaikan Copernicus dalam publikasinya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium kepada Paus Pope III dan diterima oleh gereja. Tapi dikemudian hari setelah kematian Copernicus pandangan gereja berubah ketika pada akhir abad ke-16 filsuf Italy, Giordano Bruno, menyatakan semua bintang mirip dengan Matahari dan masing-masing memiliki sistem planetnya yang dihuni oleh jenis manusia yang berbeda. Pandangan inilah yang menyebabkan ia dibakar dan teori Heliosentrik dianggap berbahaya karena bertentangan dengan pandangan gereja yang menganggap manusialah yang menjadi sentral di alam semesta. Lahirnya Hukum Kepler Walaupun Copernicus telah menerbitkan tulisannya tentang Teori Heliosentrik, tidak semua orang setuju dengannya. Salah satunya, Tycho Brahe (1546-1601) dari Denmark yang mendukung teori matahari dan bulan mengelilingi bumi sementara planet lainnya mengelilingi matahari. Tahun 1576, Brahe membangun sebuah observatorium di pulau Hven, di laut Baltic dan melakukan penelitian disana sampai kemudian ia pindah ke Prague pada tahun 1596. Di Prague, Brahe menghabiskan sisa hidupnya menyelesaikan tabel gerak planet dengan bantuan asistennya Johannes Kepler (1571-1630). Setelah kematian Brahe, Kepler menelaah data yang

ditinggalkan Brahe dan menemukan bahwa orbit planet tidak sirkular melainkan elliptik. Kepler kemudian mengeluarkan tiga hukum gerak orbit yang dikenal sampai saat ini yaitu ;

1. Planet bergerak dalam orbit ellips mengelilingi matahari sebagai pusat sistem. 2. Radius vektor menyapu luas yang sama dalam interval waktu yang sama. 3. Kuadrat kala edar planet mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga jarak ratarata dari matahari. Kepler menuliskan pekerjaannya dalam sejumlah buku, diantaranya adalah Epitome of The Copernican AstronomyIndex Librorum Prohibitorum yang merupakan buku terlarang bagi umat Katolik. Dalam daftar ini juga terdapat publikasi Copernicus, De Revolutionibus Orbium Coelestium. dan segera menjadi bagian dari daftar Awal mula dipakainya teleskop Pada tahun 1608, teleskop dibuat oleh Galileo Galilei (1562-1642), .Galileo merupakan seorang professor matematika di Pisa yang tertarik dengan mekanika khususnya tentang gerak planet. Ia salah satu yang tertarik dengan publikasi Kepler dan yakin tentang teori heliosentrik. Dengan teleskopnya, Galileo berhasil menemukan satelit-satelit Galilean di Jupiter dan menjadi orang pertama yang melihat keberadaan cincin di Saturnus. Salah satu pengamatan penting yang meyakinkannya mengenai teori heliosentrik adalah masalah fasa Venus. Berdasarkan teori geosentrik, Ptolemy menyatakan venus berada dekat dengan titik diantara matahari dan bumi sehingga pengamat dari bumi hanya bisa melihat venus saat mengalami fasa sabit. Tapi berdasarkan teori heliosentrik dan didukung pengamatan Galileo, semua fasa Venus bisa terlihat bahkan ditemukan juga sudut piringan venus lebih besar saat fasa sabit dibanding saat purnama. Publikasi Galileo yang memuat pemikirannya tentang teori geosentrik vs heliosentrik, Dialogue of The Two Chief World System, menyebabkan dirinya dijadikan tahanan rumah dan dianggap sebagai penentang oleh gereja. Dasar yang diletakkan Newton Di tahun kematian Galileo, Izaac Newton (1642-1727) dilahirkan. Bisa dikatakan Newton memberi dasar bagi pekerjaannya dan orang-orang sebelum dirinya terutama mengenai asal mula Tata Surya. Ia menyusun Hukum Gerak Newton dan kontribusi terbesarnya bagi Astronomi adalah Hukum Gravitasi yang membuktikan bahwa gaya antara dua benda sebanding dengan massa masing-masing objek dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda. Hukum Gravitasi Newton memberi penjelasan fisis bagi Hukum Kepler yang ditemukan sebelumnya berdasarkan hasil pengamatan. Hasil pekerjaannya dipublikasikan dalam Principia yang ia tulis selama 15 tahun.

Teori Newton menjadi dasar bagi berbagai teori pembentukan Tata Surya yang lahir kemudian, sampai dengan tahun 1960 termasuk didalamnya teori monistik dan teori dualistik. Teori monistik menyatakan bahwa matahari dan planet berasal dari materi yang sama. Sedangkan teori dualistik menyatakan matahari dan bumi berasal dari sumber materi yang berbeda dan terbetuk pada waktu yang berbeda. Teori Pembentukan Tata Surya Sesudah Newton Kemunculan Newton dengan teori gravitasinya menjadi dasar yang kuat dalam menciptakan teori ilmiah pembentukan Tata Surya. Dalam artikel ini akan dibahas teori pembentukan Tata Surya yang lahir sesudah era Newton sampai akhir abad ke-19. Perkembangan teori pembentukan Tata Surya sampai dengan tahun 1960 terbagi dalam dua kelompok pemikiran yakni teori monistik yang menyatakan bahwa matahari dan planet berasal dari materi yang sama. Dan yang kedua teori dualistik menyatakan matahari dan bumi berasal dari sumber materi yang berbeda dan terbetuk pada waktu yang berbeda. Teori Komet Buffon Tahun 1745, George comte de Buffon (1701-1788) dari Perancis mempostulatkan teori dualistik dan katastrofi yang menyatakan bahwa tabrakan komet dengan permukaan matahari menyebabkan materi matahari terlontar dan membentuk planet pada jarak yang berbeda. Kelemahannya Buffon tidak bisa menjelaskan asal komet. Ia hanya mengasumsikan bahwa komet jauh lebih masif dari kenyataannya. Teori Nebula Laplace Ada beberapa teori yang menginspirasi terbentuknya teori Laplace, dimulai dari filsuf Perancis, Ren Descartes (1596-1650) yang percaya bahwa angkasa terisi oleh fluida alam semesta dan planet terbentuk dalam pusaran air. Sayangnya teori ini tidak didukung dasar ilmiah. Seratus tahun kemudian Immanuel Kant (1724-1804) menunjukkan adanya awan gas yang berkontraksi dibawah pengaruh gravitasi sehingga awan tersebut menjadi pipih. Ide ini didasarkan dari teori pusaran Descartes tapi fluidanya berubah menjadi gas. Setelah adanya teleskop, William Herschel (1738-1822) mengamati adanya nebula yang ia asumsikan sebagai kumpulan bintang yang gagal. Tahun 1791, ia melihat bintang tunggal yang dikelilingi halo yang terang. Hal inilah yang memberinya kesimplan bahwa bintang terbentuk dari nebula dan halo merupakan sisa nebula. Dari teori-teori ini Pierre Laplace (1749-1827) menyatakan adanya awan gas dan debu yang berputar pelan dan mengalami keruntuhan akibat gravitasi. Pada saat keruntuhan, momentum sudut dipertahankan melalui putaran yang dipercepat sehingga terjadi pemipihan. Selama kontraksi ada materi yang tertinggal kedalam bentuk piringan sementara pusat massa terus berkontraksi. Materi yang terlepas kedalam piringan akan membentuk sejumlah cincin dan materi di dalam cincin akan mengelompok akibat adanya gravitasi. Kondensasi juga terjadi di setiap cincin yang menyebabkan terbentuknya sistem planet. Materi di dalam awan yang runtuh dan memiliki massa dominan akan membentuk matahari. Namun menurut Clerk Maxwell (1831-1879) letak permasalahan teori ini cincin hanya bisa stabil jika terdiri dari partikel-partikel padat bukannya gas. Menurut Maxwell cincin tidak bisa

berkondensasi menjadi planet karena gaya inersianya akan memisahkan bagian dalam dan luar cincin. Seandainya proses pemisahan bisa terlewati, massa cincin masih jauh lebih masif dibanding massa planet yang terbentuk. Permasalahan lain muncul dari distribusi momentum sudut dimana tidak ada mekanisme tertentu yang bisa menjelaskan bahwa keberadaan materi dalam jumlah kecil, yang membentuk planet, bisa memiliki semua momentum sudutnya. Seharusnya sebagian besar momentum sudut berada di pusat objek. Jika momentum sudut intrinsik dari materi luar bisa membentuk planet, maka kondensasi pusat tidak mungkin runtuh untuk membentuk bintang, Penyempurnaan Teori Laplace Tahun 1854, Edouard Roche (1820-1883) mengatakan bahwa awan yang diajukan Laplace dalam teorinya bisa memiliki kondensasi pusat yang tinggi sehingga sebagian besar massa berada dekat spin axis dan memiliki kaitan yang kecil dengan momentum angular. Tahun 1873, Roche menyempurnakan teori Laplace dengan analisis Matahari ditambah atmosfer, yang memiliki kondensasi pusat yang tinggi. Model ini berada diluar rentang planet dan mengalami keruntuhan saat mendingin. Dalam model ini atmosfer berkorotasi terhadap matahari. Saat sistem mengalami keruntuhan kecepatan sudut bertambah untuk mempertahankan momentum sudut sementara jarak mengecil. Jika jarak mengecil lebih cepat dari radius efektif atmosfer, maka semua atmosfer diluar jarak akan membentuk cincin. Keberatan dari James Jeans (1877-1946). Ia menunjukkan dengan distribusi nebula yang diberikan oleh Roche, materi luar akan menjadi renggang sehingga tidak dapat melawan gaya pasang surut terhadap pusat massanya dan kondensasi tidak akan terjadi. Jeans juga mennunjukkan bahwa untuk materi di dalam cincin yang mengalir dari nebula yang runtuh menuju kondensasi membutuhkan kerapatan yang lebih besar dari kerapatan sistem. Hal ini akan menghasilkan massa atmosfer dengan magnitudo mendekati magnitudo di pusat massa, sehingga bisa menyelesaikan permasalahan momentum sudut. Teori Pembentukan Tata Surya Awal Abad ke-20 Perkembangan teori pementukan Tata Surya pada dekade terakhir abad ke-19 dan dekade pertama abad ke-20, didominasi oleh 2 orang Amerika yakni Thomas Chamberlin (1843-1928) dan Forest Moulton (1872-1952). Dalam membangun teorinya, mereka melakukan komunikasi secara konstan, bertukar pemikiran dan menguji ide-ide yang muncul, namun publikasi atas karya besar mereka dilakukan secara terpisah. Pada tahun 1890-an, Chamberlin menawarkan solusi untuk teori nebula Laplace. Ia menawarkan adanya satu akumulasi yang membentuk planet atau inti planet (objek kecil terkondensasi diluar materi nebula) yang kemudian dikenal sebagai planetesimal. Menurut Chamberlin, planetesimal akan bergabung membentuk proto planet. Namun karena adanya perbedaan kecepatan partikel dalam dan partikel luar, dimana partikel dalam bergerak lebih cepat dari partikel luar, maka objek yang terbentuk akan memiliki spin retrograde. Walaupun ide planetesimal ini cukup baik, sejak tahun 1900 Chamberlin dan Moulton mengembangkan teori alternatif untuk pembentukan planet. Keduanya mengembangkan teori tentang materi yang terlontar dari bintang membentuk nebula spiral. Nebula spiral ini tidak

diketahui asalnya dan berhasil dipotret oleh para pengamat. Menurut mereka, materi yang terlontar ini bisa membentuk planet yang akan mengitari bintang induknya. Tapi ide ini kemudian mereka tolak karena orbit yang mereka dapatkan terlalu eksentrik/lonjong. Chamberlin kemudian membangun teori baru yang melibatkan erupsi matahari. Ia memberikan kemungkinan bahwa spiral nebula merupakan hasil interaksi pemisahan dari bintang yang berada dalam proses erupsi dengan bintang lainnya. Teori ini membutuhkan matahari yang aktif dengan prominensa yang masif. Namun sayangnya gaya pasang surut bintang yang berinteraksi dengan matahari hanya mampu menahan materi prominensa di luar matahari tapi tidak mampu memindahkan materi dari matahari. Untuk itu dibutuhkan jarak matahari-bintang lebih besar dari limit Roche untuk matahari dan massa masif yang lebih besar dari massa matahari untuk bintang lainnya. Teori Pasang Surut Jeans Astronomi Inggris, James Jeans (1877-1946) mengemukakan Tata Surya merupakan hasil interaksi antara bintang lain dan matahari. Perbedaan ide yang ia munculkan dengan ide Chamberlin Moulton terletak pada absennya prominensa. Menurut Jeans dalam interaksi antara matahari dengan bintang lain yang melewatinya, pasang surut yang ditimbulkan pada matahari sangat besar sehingga ada materi yang terlepas dalam bentuk filamen. Filamen ini tidak stabil dan pecah menjadi gumpalan-gimpalan yang kemudian membentuk proto planet. Akibat pengaruh gravitasi dari bintang proto planet memiliki momentum sudut yang cukup untuk masuk kedalam orbit disekitar matahari. Pada akhirnya efek pasang surut matahari pada proto planet saat pertama kali melewati perihelion memberikan kemungkinan bagi proses pembentukan planet untuk membentuk satelit. Pada model ini tampaknya spin matahari yang lambat dikesampingkan karena dianggap matahari telah terlebih dahulu terbentuk sebelum proses pembentukan planet. Selain itu tanpa adanya prominensa maka kemiringan axis solar spin dan bidang orbit matahari-bintang tidak akan bisa dijelaskan. Tahun 1919, Jeans memperbaharui teorinya. Ia menyatakan bahwa saat pertemuan kedua bintang terjadi, radius matahari sama dengan orbit Neptunus. Pengubahan ini memperlihatkan kemudahan untuk melontarkan materi pada jarak yang dikehendaki. Materinya juga cukup dingin, dengan temperatur 20 K dan massa sekitar massa jupiter. Harold Jeffreys (1891-1989) yang sebelumnya mengkritik teori Chamberlin-Moulton juga memberikan beberapa keberatan atas teori Jeans. Keberatan pertamanya mengenai keberadaan bintang masif yang jarang sehingga kemungkinan adanya bintang yang berpapasan dengan matahari pada jarak yang diharapkan sangatlah kecil. Tahun 1939, keberatan lain datang dari Lyman Spitzer (1914-1997). Menurutnya jika matahari sudah berada dalam kondisi sekarang saat materinya membentuk Jupiter maka diperlukan materi pembentuk yang berasal dari kedalaman dimana kerapatannya sama dengan kerapatan rata-rata matahari dan temperatur sekitar 106 K. Tapi jika harga temperatur ini dipakai dalam persamaan untuk massa kritis jeans, maka massa minimum Jupiter menjadi 100 kali massa Jupiter saat ini.

Struktur Dan Lapisan Bumi Artikel struktur dan lapisan bumi ini saya buat untuk memenuhi permintaan salah satu pengunjung dalam tulisan terdahulu tentang jenis jenis batuan. Sebagaimana kita ketahui bumi adalah planet pada urutan ketiga setelah planet-planet lain yang berdekatan dengan matahari. Jarak bumi dengan matahari sekitar 150 juta km, berbentuk bulat dengan radius 6.370 km. Bumi terdiri dari bermacam-macam srtuktur dan lapisan sehingga terbentuk satu planet yaitu bumi.

Struktur Bumi
Bentuk Planet Bumi Bentuk planet Bumi sangat mirip dengan bulat pepat (oblate spheroid), sebuah bulatan yang tertekan ceper pada orientasi kutub-kutub yang menyebabkan buncitan pada bagian khatulistiwa. Buncitan ini terjadi karena rotasi bumi, menyebabkan ukuran diameter katulistiwa 43 km lebih besar dibandingkan diameter dari kutub ke kutub. Diameter rata-rata dari bulatan bumi adalah 12.742 km, atau kira-kira 40.000 km/. Karena satuan meter pada awalnya didefinisikan sebagai 1/10.000.000 jarak antara katulistiwa ke kutub utara melalui kota Paris, Perancis. Topografi lokal sedikit bervariasi dari bentuk bulatan ideal yang mulus, meski pada skala global, variasi ini sangat kecil. Bumi memiliki toleransi sekitar satu dari 584, atau 0,17% dibanding bulatan sempurna (reference spheroid), yang lebih mulus jika dibandingkan dengan toleransi sebuah bola biliar, 0,22%. Lokal deviasi terbesar pada permukaan bumi adalah gunung Everest (8.848 m di atas permukaan laut) dan Palung Mariana (10.911 m di bawah permukaan laut). Karena buncitan khatulistiwa, bagian bumi yang terletak paling jauh dari titik tengah bumi sebenarnya adalah gunung Chimborazo di Ekuador. Proses alam endogen/tenaga endogen adalah tenaga bumi yang berasal dari dalam bumi. Tenaga alam endogen bersifat membangun permukaan bumi ini. Tenaga alam eksogen berasal dari luar bumi dan bersifat merusak. Jadi kedua tenaga itulah yang membuat berbagai macam relief di muka bumi ini seperti yang kita tahu bahwa permukaan bumi yang kita huni ini terdiri atas berbagai bentukan seperti gunung, lembah, bukit, danau, sungai, dsb. Adanya bentukan-bentukan tersebut, menyebabkan permukaan bumi menjadi tidak rata. Bentukan-bentukan tersebut dikenal sebagai relief bumi. Komposisi Kimia Bumi Massa bumi kira-kira adalah 5,981024 kg. Kandungan utamanya adalah besi(32,1%), oksigen (30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), sulfur (2,9%), nikel (1,8%), kalsium (1,5%), and aluminium (1,4%); dan 1,2% selebihnya terdiri dari berbagai unsur-unsur langka. Karena proses pemisahan massa, bagian inti bumi dipercaya memiliki kandungan utama besi (88,8%) dan sedikit nikel (5,8%), sulfur (4,5%) dan selebihnya kurang dari 1% unsur langka. Ahli geokimia F. W. Clarke memperhitungkan bahwa sekitar 47% kerak bumi terdiri dari oksigen. Batuanbatuan paling umum yang terdapat di kerak bumi hampir semuanya adalah oksida (oxides); klorin, sulfur

dan florin adalah kekecualian dan jumlahnya di dalam batuan biasanya kurang dari 1%. Oksida-oksida utama adalah silika, alumina, oksida besi, kapur, magnesia, potas dan soda. Fungsi utama silika adalah sebagai asam, yang membentuk silikat. Ini adalah sifat dasar dari berbagai mineral batuan beku yang paling umum. Berdasarkan perhitungan dari 1,672 analisa berbagai jenis batuan, Clarke menyimpulkan bahwa 99,22% batuan terdiri dari 11 oksida (lihat tabel kanan). Konstituen lainnya hanya terjadi dalam jumlah yang kecil.

Lapisan Lapisan Bumi


Menurut komposisi (jenis dari materialnya), bumi dapat dibagi menjadi lapisan-lapisan sebagai berikut: 1. Kerak bumi (crush) merupakan kulit bumi bagian luar (permukaan bumi). Tebal lapisan kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri dari batu-batuan basa dan masam. Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100 oC. Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga kedalaman 100 km dinamakan litosfer. 2. Selimut atau selubung (mantle) merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak bumi. Tabal selimut bumi mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan padat. Suhu di bagian bawah selimut bumi mencapai 3.000 oC. 3. Inti bumi (core), yang terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi (90%), nikel (8%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900 5200 km. Lapisan ini dibedakan menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti dalam. Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai 2.200 oC. inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar

2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai 4.500 oC.

Berdasarkan susunan kimianya, bumi dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni bagian padat (lithosfer) yang terdiri dari tanah dan batuan; bagian cair (hidrosfer) yang terdiri dari berbagai bentuk ekosistem perairan seperti laut, danau dan sungai; bagian udara (atmosfer) yang menyelimuti seluruh permukaan bumi serta bagian yang ditempati oleh berbagai jenis organisme (biosfer). Selengkapnya mengenai atmosfer,bisa membaca pada tulisan terdahulu tentang pengertian atmosfer. Keempat komponen tersebut berinteraksi secara aktif satu sama lain, misalnya dalam siklus biogeokimia dari berbagai unsure kimia yang ada di bumi, proses transfer panas dan perpindahan materi padat.

Benua

Benua adalah daratan yang sangat luas; (kontinen). Pada awalnya bumi terbentuk seluruh benua merupakan satu daratan yang amat luas, belum terbagi-bagi oleh pergeseran kerak bumi; daratan tersebut disebut Pangan supercontinent, pada masa mesozoic terbagi atas dua bagian besar yaitu gondwana dibelahan bumi selatan dan laurasia dibelahan bumi utara. Pada masa kini bumi terbagi atas beberapa benua :

Afrika Amerika (Amerika Selatan, Amerika Utara) Antartika Asia Eropa Australia

Samudera

Samudera atau Lautan (dari bahasa Sansekerta) adalah laut yang luas dan merupakan massa air asin yang sambung-menyambung meliputi permukaan bumi yang dibatasi oleh benua ataupun kepulauan yang besar.

Ada lima samudra di bumi yaitu:


Samudra Arktik Samudra Atlantik Samudra Hindia Samudra Pasifik / Lautan Teduh Samudra Antarktika / Lautan Selatan

Samudra meliputi 71% permukaan bumi, dengan area sekitar 361 juta kilometer persegi, isi samudra sekitar 1.370 juta km, dengan kedalaman rata-rata 3.790 meter. (Perhitungan tersebut tidak termasuk laut yang tak berhubungan dengan samudra, seperti Laut Kaspia). Bagian yang lebih kecil dari samudra adalah laut, selat, teluk.

Ilmu pengetahuan moderen, ilmu astronomi, baik yang berdasarkan pengamatan maupun berupa teori, dengan jelas menunjukkan bahwa pada suatu saat seluruh alam semesta masih berupa 'gumpalan asap' (yaitu komposisi gas yang sangat rapat dan tak tembus pandang, The First Three Minutes, a Modern View of the Origin of the Universe, Weinberg, hal. 94-105.). Hal ini merupakan sebuah prinsip yang tak diragukan lagi menurut standar astronomi moderen. Para ilmuwan sekarang dapat melihat pembentukan bintang-bintang baru dari peninggalan 'gumpalan asap' semacam itu (lihat gambar 10 dan 11) Bintang-bintang yang berkilauan yang kita lihat di malam hari, sebagaimana seluruh alam semesta, dulunya berupa materi 'asap' semacam itu. Allah telah berfirman di dalam Al Qur'an:

Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,... (Al Fushshiilat, 41: 11) Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet, galaksi dan lain-lain) terbentuk dari 'gumpalan asap' yang sama, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa matahari dan bumi dahulu merupakan satu kesatuan. Kemudian mereka berpisah dan terbentuk dari 'asap' yang homogen ini. Allah telah berfirman:

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. (Al Anbiya, 21:30) Dr. Alfred Kroner adalah salah satu ahli ilmu bumi terkemuka. Ia adalah Profesor geologi dan Kepala Departemen Geologi pada Institute of Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Ia berkata: "Jika menilik tempat asal Muhammad... Saya pikir sangat tidak mungkin jika ia bisa mengetahui sesuatu semisal asal mula alam semesta dari materi yang satu, karena para ilmuwan saja baru mengetahui hal ini dalam beberapa tahun yang lalu melalui berbagai cara yang rumit dan dengan teknologi mutakhir. Inilah kenyataannya." Ia juga berkata: "Seseorang yang tidak mengetahui apapun tentang fisika inti 14 abad yang lalu, menurut saya, tidak akan pernah bisa mengetahui, melalui pemikirannya sendiri, bahwa dulunya bumi dan langit berasal dari hal yang satu."

KETERATURAN DI LANGIT

....Sesuatu yang lain pasti berada di belakang segalanya, mengarahkan. Dan itu, bisa disebut, semacam bukti matematika atas ketuhanan. (Guy Murchie, Penulis Sains dari Amerika) 44

Pada malam tanggal 4 Juli 1054, para ahli astronomi Cina menyaksikan kejadian luar biasa: Sebuah bintang yang sangat terang muncul secara tiba-tiba di sekitar gugusan Taurus. Begitu terang sehingga dapat disaksikan bahkan pada siang hari. Pada malam hari, bintang tersebut lebih terang daripada bulan. Apa yang diamati para ahli astronomi Cina adalah salah satu fenomena astronomis yang paling menarik dan bencana paling besar di alam semesta. Itulah supernova. Supernova adalah sebuah bintang yang hancur oleh ledakan. Sebuah bintang raksasa menghancurkan diri dalam ledakan dahsyat, dan materi intinya bertebaran ke seluruh penjuru. Cahaya yang dihasilkan dalam peristiwa ini ribuan kali lebih terang daripada keadaan normal.

Para ilmuwan masa kini menganggap bahwa supernova memainkan peran penting dalam penciptaan alam semesta. Ledakan ini menyebabkan unsur-unsur berbeda berpindah ke bagian lain alam semesta. Diasumsikan bahwa materi yang dilontarkan ledakan ini kemudian bergabung untuk membentuk galaksi atau bintang baru di bagian lain alam semesta. Menurut hipotesis ini, tata surya kita, matahari dan planetnya termasuk bumi, merupakan produk supernova yang terjadi dahulu kala. Meskipun supernova tampak seperti ledakan biasa, pada kenyataannya sangat terstruktur dalam setiap detailnya. Dalam Nature's Destiny, Michael Denton menulis: Jarak antarsupernova dan bahkan antar semua bintang sangat penting untuk alasan yang lain. Jarak antarbintang dalam galaksi kita adalah sekitar 30 juta tahun cahaya. Jika jarak ini lebih dekat, orbit planetplanet akan tidak stabil. Jika lebih jauh, maka debu hasil supernova akan tersebar begitu acak sehingga sistem planet seperti tata surya kita tidak mungkin pernah terbentuk. Jika alam semesta menjadi rumah bagi kehidupan, maka kedipan supernova harus terjadi pada laju yang sangat tepat dan jarak rata-rata di antaranya, dan bahkan antarseluruh bintang, harus sangat dekat dengan jarak yang teramati sekarang. 45 Ledakan raksasa yang dikenal sebagai supernova menyebabkan materi terlontar ke seluruh penjuru alam semesta. Jarak yang luar biasa jauh antar bintang dan galaksi di alam semesta memperkecil risiko yang diakibatkan ledakan tersebut terhadap benda-benda alam semesta lainnya.

Perbandingan antara supernova dan jarak antarbintang hanyalah dua detail lain yang sangat selaras pada alam semesta yang penuh keajaiban. Mengamati lebih teliti alam semesta, pengaturan yang kita lihat begitu indah, baik dalam perancangan maupun susunan.

Mengapa Begitu Banyak Ruang Kosong? Marilah kita rangkum apa yang telah kita kaji. Alam semesta setelah Dentuman Besar adalah nebula yang hanya terdiri dari hidrogen dan helium. Unsur yang lebih berat terbentuk kemudian melalui reaksi nuklir yang dirancang dengan sengaja. Namun, keberadaan unsur yang lebih berat tidaklah cukup bagi alam untuk menjadi tempat yang layak bagi kehidupan. Masalah yang lebih penting adalah bagaimana alam semesta dibentuk dan diatur. Kita akan mulai dengan pertanyaan seberapa besar alam semesta. "Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang." (QS. Ash-Shaffat, 37: 6)

Bumi adalah bagian dari tata surya. Dalam sistem ini, terdapat sembilan planet utama dan lima puluh empat satelit, serta tak terhitung asteroid, yang semuanya mengitari bintang yang disebut "Matahari" sebuah bintang berukuran sedang dibandingkan bintang lainnya di alam semesta. Bumi adalah planet ketiga dari matahari. Marilah kita coba memahami seberapa besar sistem tata surya. Diameter matahari adalah 103 kali diameter bumi. Untuk menggambarkannya, diameter bumi adalah 12.200 km. Jika kita memperkecil bumi menjadi sebesar kelereng, maka matahari sebesar bola sepak. Namun yang menarik adalah jarak antar keduanya. Dengan perbandingan yang masih tetap, maka jarak antara bola sepak dan kelereng adalah 280 meter. Benda yang mewakili planet terluar harus diletakkan beberapa kilometer dari bola sepak. Meskipun tampak begitu besar, tata surya sungguh kecil dibandingkan dengan galaksi Bima Sakti, tempat tata surya berada. Terdapat lebih dari 250 miliar bintang di dalam Bima Sakti beberapa mirip dengan matahari, yang lain lebih besar atau lebih kecil. Bintang terdekat dengan matahari adalah Alpha Centauri. Jika kita akan meletakkan Alpha Centauri ke dalam model tata surya kita (bola dan kelereng), maka model bintang ini harus diletakkan 78.000 km dari bola. Ini terlalu besar bagi siapa pun untuk memahaminya, jadi mari kita perkecil skalanya. Kita anggap bumi sebesar debu. Ini akan menjadikan matahari sebesar biji kacang dan berjarak tiga meter dari bumi. Dengan skala ini, Alpha Centauri harus diletakkan 640 km dari matahari. Bima Sakti memiliki lebih dari 250 miliar bintang dengan jarak antar bintang yang sama mencengangkannya. Matahari terletak lebih ke tepi pada galaksi dengan bentuk spiral ini, bukan cenderung ke tengah. Bahkan Bima Sakti itu kerdil dibandingkan dengan alam semesta yang luas. Bima Sakti hanyalah satu dari sekian banyak galaksi 300 miliar menurut perhitungan terakhir. Dan jarak antargalaksi adalah jutaan kali jarak matahari dan Alpha Centauri. George Greenstein, dalam buku The Symbiotic Universe, memberikan komentar terhadap luas yang tak terbayangkan ini: Seandainya bintang-bintang lebih dekat, ilmu astrofisika tidak akan jauh berbeda. Proses fisik dasar yang terjadi pada bintang, nebula, dan sebagainya, tetap berjalan tanpa perubahan. Penampakan galaksi kita dilihat dari jarak yang jauh, akan sama. Sedikit perbedaan yang tampak hanyalah pemandangan langit pada malam hari dari rerumputan tempat saya berbaring akan lebih kaya dengan bintang. Dan, oh ya, satu lagi perubahan kecil: Tidak akan ada saya yang melakukan pengamatan itu.... Begitu sia-sia angkasa tersebut! Di sisi lain, pada kesia-siaan itulah keselamatan kita bergantung. 46 Greenstein juga menerangkan alasan untuk hal ini. Dalam pandangannya, ruang yang luar biasa besarnya di angkasa memungkinkan unsur-unsur fisik tertentu untuk diatur sedemikian tepat agar cocok untuk kehidupan manusia. Dia juga menekankan pentingnya ruang yang begitu besar ini bagi keberadaan bumi sambil memperkecil kemungkinan tabrakan dengan bintang lain.

Ringkasnya, penyebaran benda-benda langit di alam semesta adalah pengaturan yang tepat bagi manusia untuk dapat hidup di planet ini. Ruang yang begitu besar ini adalah hasil dari rancangan yang disengaja dengan maksud tertentu dan bukan hasil peristiwa kebetulan.

Entropi dan Keteraturan Untuk mengetahui konsep keteraturan di alam semesta, mula-mula kita perlu membahas Hukum Kedua Termodinamika, salah satu hukum fisika dasar. Hukum ini menyatakan bahwa, jika dibiarkan, sistem yang teratur akan menjadi tidak stabil dan berkurang keteraturannya sejalan dengan waktu. Hukum ini disebut Hukum Entropi. Dalam ilmu fisika, entropi adalah derajat ketidakteraturan dalam sistem. Perubahan sistem dari keadaan stabil menjadi tidak stabil adalah peningkatan entropi. Ketidakstabilan secara langsung terkait dengan entropi sistem tersebut. Ini adalah pengetahuan umum, yang banyak di antaranya dapat kita amati dalam hidup keseharian. Jika Anda meninggalkan mobil di tempat terbuka bertahun-tahun atau bahkan cuma beberapa bulan, ketika kebali, Anda pasti tidak bisa mengharapkan mobil Anda dalam kondisi seperti pada waktu Anda meninggalkannya. Anda mungkin mendapati ban kempes, jendela rusak, karat pada bagian mesin dan rangka, dan sebagainya. Hal yang sama terjadi jika Anda mengabaikan pemeliharaan rumah beberapa hari, dan Anda akan mendapati rumah lebih berdebu dan lebih berantakan setiap harinya. Ini adalah bentuk entropi; namun Anda dapat mengembalikannya dengan membersihkan, merapikan, serta membuang sampah.

Mobil yang ditelantarkan akan memburuk dan hancur berkepingkeping. Segala sesuatu di alam semesta patuh terhadap entropi: hukum ini menyatakan bahwa, jika dibiarkan begitu

Hukum Kedua Termodinamika secara luas diterima dan mengikat. Einstein, ilmuwan paling penting abad ini, menyatakan bahwa hukum ini adalah "hukum pertama seluruh ilmu pengetahuan". Ilmuwan Amerika, Jeremy Rifkin, menyatakan dalam Entropy: A New World View: Hukum Entropi akan memimpin sebagai hukum yang berkuasa sampai pada periode sejarah berikutnya. Albert Einstein menyatakan bahwa ini adalah hukum utama seluruh ilmu pengetahuan: Sir Arthur Eddington menyebutnya hukum metafisikal agung di seluruh alam semesta. 47

saja, segala sesuatu berkurang kestabilannya dan berkurang keteraturannya sejalan dengan waktu.

Penting untuk ditegaskan bahwa Hukum Entropi dengan sendirinya menggugurkan banyak klaim penganut materialisme sejak awal. Jika terdapat rancangan nyata dan keteraturan pada alam semesta, hukum ini menyatakan bahwa, sejalan dengan waktu, keadaan ini akan dianulir oleh alam itu sendiri. Ada dua kesimpulan dari pengamatan ini: 1. Dibiarkan begitu saja, alam semesta tidak akan bertahan untuk selamanya. Hukum kedua menyatakan bahwa tanpa campur tangan dari luar dalam bentuk apa pun, entropi pada akhirnya menuju maksimal di seluruh penjuru alam semesta, menjadikannya dalam keadaan benar-benar homogen. 2. Klaim bahwa keteraturan yang kita amati bukan hasil campur tangan dari luar juga tidak benar. Segera setelah Dentuman Besar, alam semesta benar-benar dalam keadaan sama sekali tak beraturan seperti terjadi jika entropi telah mencapai derajat paling tinggi. Namun hal tersebut berubah seperti yang terlihat dengan mudah di sekitar kita. Perubahan ini berlangsung dengan melanggar salah satu hukum alam paling dasar Hukum Entropi. Jelas, tidak mungkin menerangkan perubahan ini kecuali dengan mengakui adanya penciptaan supra-natural. Sebuah contoh mungkin akan memperjelas poin kedua. Bayangkan alam semesta merupakan gua yang dipenuhi dengan segala jenis air, batu, dan debu. Kita tinggalkan gua tersebut untuk beberapa miliar tahun dan kembali menengoknya. Pada saat kita kembali, akan mendapati beberapa batu yang mengecil, beberapa menghilang, ketebalan debu meningkat, lumpur yang lebih banyak, dan seterusnya. Benda-benda semakin berantakan, suatu hal yang lumrah persis seperti perkiraan kita. Jika beberapa miliar Setiap galaksi di alam tahun kemudian, Anda mendapati batuan dengan rumit diukir semesta adalah bukti struktur teratur yang ada menjadi patung, Anda tentu akan menyimpulkan bahwa keteraturan ini tidak dapat dijelaskan dengan hukum-hukum alam. di mana-mana. Sistemsistem yang luar biasa ini, Satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah bahwa sebuah "pemikiran berkesadaran penuh" menyebabkan hal ini terjadi. dengan rata-rata 300 miliar bintang di setiap Jadi, keteraturan alam semesta merupakan bukti yang dahsyat atas sistem, menunjukkan keberadaan kesadaran yang agung. Ahli fisika pemenang Nobel keseimbangan dan dari Jerman, Max Planck, menjelaskan keteraturan alam semesta keselarasan nyata.

sebagai berikut: Sebagai kesimpulan kita harus mengatakan, pada setiap kejadian, menurut semua yang diajarkan ilmu pengetahuan tentang alam semesta yang begitu besar, di mana planet kecil kita memainkan peran tak penting, terdapat keteraturan yang tidak tergantung kepada pemikiran manusia. Namun, sejauh kita dapat merumuskan dengan pikiran jernih kita, keteraturan ini dapat dirumuskan sebagai kejadian yang memiliki tujuan. Terdapat bukti adanya keteraturan cerdas pada alam semesta. 48 Paul Davies menjelaskan kemenangan keselarasan dan keseimbangan yang luar biasa ini dari materialisme sebagai: Ke manapun kita melihat di alam semesta, dari galaksi nun jauh di sana ke detail atom terdalam, kita menjumpai keteraturan.... Pusat dari gagasan alam semesta yang begitu teratur adalah konsep informasi. Sistem yang sangat rapi, mempertontonkan kegiatan yang sedemikian rapi, memerlukan begitu banyak informasi untuk menggambarkannya. Dengan kata lain, alam semesta mengandung begitu banyak informasi. Max Planck, Pemenang Nobel untuk bidang fisika: "Sebuah keteraturan berlaku di jagat Einstein merujuk keteraturan ini sebagai kejadian yang tidak diperkirakan, raya kita. Keteraturan ini dan juga mengatakan bahwa ini dapat disebut sebagai keajaiban: dapat diformulasikan Nah, seorang yang a priori [menalar dari sebab ke akibat] pasti dalam bentuk memperkirakan bahwa dunia akan terbentuk sesuai dengan hukum aktivitas yang [mengikuti hukum dan aturan] hanya selama kita [manusia] turut campur punya maksud dengan kecerdasan kita yang mengatur... [Namun, alih-alih, kita tertentu." menemukan] dalam dunia nyata suatu derajat keteraturan yang tinggi, sehingga kita yang a priori tidak diizinkan sedikit pun untuk memperkirakan. Ini adalah 'keajaiban' yang semakin diperkuat lagi dan lagi dengan perkembangan pengetahuan kita.50 Kita lantas dihadapkan pada pertanyaan yang membuat penasaran. Jika informasi dan keteraturan selalu punya kecenderungan alamiah untuk lenyap, lantas dari mana asal mula informasi yang menjadikan bumi sebagai tempat yang begitu istimewa? Alam semesta tampak seperti jam yang bergerak teratur. Bagaimana pertama kali alam ini mendapatkan tenaganya?49 Ringkasnya, untuk memahami keteraturan alam semesta diperlukan pemahaman dan pengetahuan yang dalam dan luas. Alam semesta dirancang, diatur, dan dijaga oleh Allah. Allah mengungkapkan dalam Al Quran, bagaimana bumi dan langit dijaga dengan kuasa-Nya yang agung: "Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah.

Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." (QS. Faathir, 35: 41) Keteraturan ilahiah di alam semesta mengungkapkan kelemahan kepercayaan materialisme bahwa alam semesta adalah sekumpulan materi tak beraturan. Ini diungkapkan dalam ayat lain: Andaikan kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (QS. Al Mu'minuun, 23: 71)

Tata Surya Tata surya adalah salah satu contoh keselarasan indah yang paling mengagumkan yang dapat disaksikan. Terdapat sembilan planet dengan lima puluh empat satelit yang diketahui dan benda-benda kecil yang jumlahnya tidak diketahui. planet-planet utama dihitung menjauh dari matahari adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Bumi adalah satusatunya planet yang diketahui mengandung kehidupan. Tentunya, bumi adalah satu-satunya tempat di mana manusia dapat hidup dan bertahan tanpa alat bantu, berkat tanah dan air yang melimpah serta atmosfer yang dapat dihirup untuk bernafas. Albert Einstein: "Kita menemukan di dunia nyata sebuah keteraturan tingkat tinggi."

Pada struktur tata surya, kita menemukan contoh lain dari keindahan keseimbangan: Keseimbangan antara gaya sentrifugal planet yang dilawan oleh gaya gravitasi dari benda primer planet tersebut. (Dalam astronomi, benda primer adalah benda yang dikitari oleh benda lainnya. Benda primer bumi adalah matahari, benda primer bulan adalah bumi). Tanpa keseimbangan ini, segala sesuatu yang ada di tata surya akan terlontar jauh ke luar angkasa. Keseimbangan di antara kedua gaya ini menghasilkan jalur (orbit) tempat planet dan benda angkasa lain mengitari benda primernya. Jika sebuah benda langit bergerak terlalu lambat, dia akan tertarik kepada benda primernya; jika bergerak terlalu cepat, benda primernya tidak mampu menahannya, dan akan terlepas jauh ke angkasa. Sebliknya, setiap benda langit bergerak pada kecepatan yang begitu tepat untuk terus dapat berputar pada orbitnya. Lebih jauh, keseimbangan ini tentu berbeda untuk setiap benda angkasa, sebab jarak antara planet dan matahari berbeda-beda. Demikian juga massa benda-benda langit tersebut. Jadi, planet-planet harus memiliki kecepatan yang berbeda untuk tidak menabrak matahari atau terlempar menjauh ke angkasa. Isaac Newton, salah satu perintis dan penemu fisika modern dan astronomi, menyaksikan bukti kuat ciptaan Tuhan dalam keteraturan alam semesta.

Ahli astronomi penganut materialisme bersikukuh bahwa asal mula dan kelangsungan tata surya dapat dijelaskan karena kebetulan. Lebih dari tiga abad lalu, banyak pemuja materialisme telah berspekulasi tentang bagaimana keteraturan menakjubkan ini bisa terjadi dan mereka gagal sama sekali. Bagi penganut materialisme, keseimbangan dan keteraturan tata surya adalah misteri tak terjawab. Kepler dan Galileo, dua ahli astronomi yang termasuk orang-orang pertama yang menemukan keseimbangan paling sempurna, mengakuinya sebagai rancangan yang disengaja dan tanda campur tangan ilahiah di seluruh alam semesta. Isaac Newton, yang diakui sebagai salah satu pemikir ilmiah terbesar sepanjang masa, pernah menulis: Sistem paling indah yang terdiri dari matahari, planet, dan komet ini dapat muncul dari tujuan dan kekuasaan Zat yang berkuasa dan cerdas... Dia mengendalikan semuanya, tidak sebagai jiwa namun sebagai penguasa dari segalanya, dan disebabkan kekuasaan-Nya, Dia biasa disebut sebagai "Tuhan Yang Mahaagung." 51 "Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis edarnya." (QS. Yaasin, 36: 40)

Tempat Kedudukan Bumi Di samping keseimbangan yang menakjubkan ini, posisi bumi di dalam tata surya dan di alam semesta juga merupakan bukti lain kesempurnaan penciptaan Allah. Temuan terakhir astronomi menunjukkan pentingnya keberadaan planet lain bagi bumi. Ukuran dan posisi Yupiter, sebagai contoh, ternyata begitu penting. Perhitungan astrofisika menunjukkan bahwa, sebagai planet terbesar dalam tata surya, Yupiter menjamin kestabilan orbit bumi dan planet lain. Peran Yupiter melindungi bumi dijelaskan dalam artikel "How Special Jupiter is" karya George Wetherill: Tanpa planet besar yang dengan tepat ditempatkan di posisi Yupiter, bumi tentunya telah ditabrak ribuan kali lebih sering oleh komet dan meteor serta serpihan antarplanet. Jika saja tanpa Yupiter, kita tidak mungkin ada untuk mempelajari asal usul tata surya.52 Intinya, struktur tata surya telah dirancang khusus bagi umat manusia untuk hidup. Mari kita kaji juga tempat kedudukan tata surya di alam semesta. Tata surya kita berada di salah satu cabang spiral raksasa dari galaksi Bima Sakti, lebih dekat ke tepi daripada ke tengah. Keuntungan apa yang didapat dari posisi seperti ini? Dalam Nature's Destiny, Michael Denton

menjelaskan: Yang mengejutkan adalah bahwa alam semesta bukan saja luar biasa tepat bagi keberadaan manusia dan adaptasi biologis manusia, namun juga bagi pemahaman kita... Karena posisi tata surya kita di tepi galaksi, kita dapat pada malam hari memandang jauh ke galaksi nun jauh di sana dan menggali pengetahuan dari struktur keseluruhan alam semesta. Andai saja kita berada di tengah galaksi, kita tidak akan pernah menyaksikan keindahan galaksi spiral atau memiliki gagasan tentang struktur alam semesta.53 Dengan kata lain, bahkan posisi bumi di galaksi merupakan bukti bahwa bumi diciptakan bagi manusia untuk hidup, demikian pula seluruh hukum fisika alam semesta. Adalah kebenaran nyata bahwa alam semesta diciptakan dan diatur oleh Allah. Alasan mengapa sebagian orang tidak dapat memahami hal ini adalah prasangka mereka sendiri. Namun pemikiran yang murni berdasarkan kenyataan tanpa prasangka dapat dengan mudah memahami bahwa alam semesta diciptakan dan dikendalikan oleh Allah bagi manusia untuk hidup, seperti yang diungkapkan di dalam Al Quran: "Dan tidak Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka." (QS. Shaad, 38: 27) Pemahaman mendalam ini diungkapkan di dalam ayat lain Al Quran: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali 'Imran, 3: 190-191)

You might also like