You are on page 1of 35

1

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah merupakan institusi sebagai penjabaran undang-undang yang di dalamnya tempat mempersiapkan dan mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan konfetitif yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Hal ini dapat dipahami karena sekolah mempunyai tujuan dan perencanaan yang jelas, dapat dilihat adanya kurikulum, metode pengajaran, dan media pendidikan sebagai penunjang pembelajaran. Dengan mengacu pada Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 2 BAB II sekolah sebagai salah satu pelaksana penjabaran Undang-Undang tersebut, maka peran dan tanggung jawab guru sebagai komponen sekolah sangat menentukan keberhasilan, keunggulan kompetitif yang akan menjadi penerus bangsa. Pada umumnya siswa sekolah menengah pertama adalah para remaja dalam menghadapi masa pubertasnya. Ada beberapa hal yang harus selalu

diingat

yaitu

bahwa siswa sebagai remaja

penuh

dengan

gejolak

jiwa.Lingkungan sosial remaja juga ditandai dengan perubahan sosial yang cepat sehingga mengakibatkan kesimpangsiuran norma1. Masa remaja merupakan fase yang sangat potensial bagi tumbuh dan berkembangnya fisik maupun psikis. Masa ini mereka menganggap dirinya sudah bukan anak-anak lagi, tetapi orang-orang disekelilingnya masih menganggap mereka belum dewasa. Sering kali remaja ingin bertindak sebagai mana orang dewasa. Akan tetapi, perilaku mereka seringkali masih bersifat influsif dan belum menunjukkan kedewasaan. Disebabkan dorongan yang kuat ingin menemukan dan menunjukkan jati dirinya, melepaskan diri dari orang tuanya dan mengarahkan perhatian kepada lingkungan diluar lingkungannya yang cenderung lebih senang bergabung dengan teman sebaya2. Masa remaja adalah masa penuh gejolak karena pada pertumbuhan pisik terjadi ketidak seimbangan. hal ini mempengaruhi perkembangan berfikir, bahasa, emosi, dan sosial. Masa remaja ini biasanya dimulai ketika anak secara seksual menjadi matang3. Remaja usia sekolah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. masa remaja sebagai masa peralihan yaitu peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, sehingga statusnya menjadi tidak jelas. 2. masa remaja sebagai masa perubahan yaitu perubahan

1 Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 228. 2 Muhammad Ali, Muhammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik Cet 4, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 98. 3 Sugeng Hariadi, dkk. Perkembangan Peserta Didik, (Semarang: IKIP Semarang Pers, 1999), hlm. 6.

dalam soal fisik, mental dan psikologis. 3. bahwa masa remaja sebagai usia yang bermasalah yaitu ketidak mampuan mereka untuk mengatasi masalahnya sesuai dengan apa yang mereka yakini, yang pada akhirnya penyesalan masalah tidak sesuai dengan keinginan mereka. 4. masa mencari identitas yang berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat. Kelima, masa yang menimbulkan

ketakutan disatu pihak mereka ingin mendapatkan pengalaman baru sebanyak-banyaknya tetapi dilain pihak mereka merasa belum mampu melakukan berbagai hal, akhirnya mereka gelisah. Dengan demikian remaja harus tetap dalam bimbingan atau dukungan dari orang tua dan guru dalam menentukan cara-cara mengatasi kesukaran-kesukaran alami atau paling tidak meringankan yang ia beban

masalahnya4. Agresifitas merupakan perilaku menyimpang yang sering terjadi dan di jumpai di sekolah, prilaku siswa yang kecenderungan habitual (yang dibiasakan) untuk memamerkan permusuhan, pernyataan diri, pengejaran dengan penuh semangat suatu cita-cita, dominasi sosial, kekuasaan sosial khususnya yang diterapkan secara ekstrem.5 Perilaku agresif pada siswa merupakan bagian dari kenakalan remaja yang perlu ditekan dan di kendalikan bersama, baik orang tua, guru, remaja sendiri, masyarakat dan pemerintah.
4.www.google.com/http:01-04-2010digilib.unness.ac.id. 5 J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 16.

Tindakan pelanggaran tata tertib dan kriminalitas yang dilakukan oleh kalangan remaja, khusus siswa cenderung memperlihatkan peningkatan. Keadaan remaja sekolah yang bertingkah laku negatif sangat memperihatinkan dan perlu mendapat perhatian lebih. Jika dibiarkan eksistensi remaja sebagai manusia yang akan meneruskan perjuangan bangsa dikhawatirkan akan merusak cita-cita bangsa. Namun pada kenyataannya tindakan pelanggaran kedisiplinan dan tata tertib yang dilakukan sebagai perwujudan dari perilaku agresif pada siswa cenderung meningkat, meskipun di sekolah telah ditetapkan peraturan dan sanksi masih banyak siswa yang berusaha melanggarnya. Perilaku agresif yang dilakukan oleh siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan karena faktor lingkungan diluar sekolah. Maka permasalahan ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apabila misi sekolah menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuantujuan berkembanganya dan mengatasi permasalahannya. Maka segenap kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan kesana. Disinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan pengajaran6 serta usaha guru pembimbing sangat dibutuhkan peranannya dalam menangani siswa yang mengalami

penyimpangan perilaku. Untuk mengurangi kemungkinan perilaku agresif, hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru pembimbing mengarahkannya dengan

6 Prayitno. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Cet 2, (Jakarta: Rineka cipta, 2004), hlm. 29.

membangun bakat dan minatnya sesuai dengan keahliannya. Sehingga nantinya dapat dirasakan oleh siswa yang bersangkutan, dengan terbangunnya bakat dan minat Maka siswa itu dapat berkembang kepercayaan diri dan

kepribadiannya. Kemudian lahirnya citra diri yang baik dimata individu yang lain, baik terhadap lingkungan sekolahnya, keluarga dan masyarakat. Untuk menjalankan tugasnya dengan baik guru pembimbing mempunyai pola BK 17 plus dalam penyelenggaraan layanan yang terdiri dari enam bidang bimbingan yaitu: 1. Bidang bimbingan pribadi 2. Bidang bimbingan sosial 3. Bidang bimbingan belajar 4. Bidang bimbingan karir 5. Bidang bimbingan kehidupan berkeluarga 6. Bidang bimbingan keagamaan. Kemudian untuk mengembangkan keenam bidang bimbingan tersebut, guru pembimbing harus melaksanakan sembilan jenis layanan yaitu: 1. Layanan orientasi 2. Layanan informasi 3. Layanan penempatan dan penyaluran 4. Layanan penguasaan kanten 5. Layanan konseling perorangan 6. Layanan bimbingan kelompok

7. Layanan konseling kelompok 8. Layanan konsultasi 9. Layanan mediasi. Dalam pelaksanaan kesembilan jenis layanan tersebut guru

pembimbing mempunyai lima jenis kegiatan pendukung untuk melancarkan pelaksanaan layanan yaitu: 1. Aplikasi instrumentasi 2. Himpunan data 3. Konfrensi kasus 4. Kunjungan rumah 5. Alih tangan kasus7. Dengan terlaksananya keseluruhan pola umum BK 17 plus terdiri dari berbagai unsur layanan dan kegiatan pendukung. Diharapkan para siswa sebagai peserta didik dapat terbantukan dalam perkembangannya baik dari segi kepribadian, intelegensi, emosional dan sosialnya. SMP Negeri 17 pekanbaru adalah sekolah negeri yang beralamat dijalan pembangunan Sukajadi. Sekolah ini sudah memiliki guru pembimbing dua orang dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Pada pelaksanaan layanan, guru pembimbing dibagi waktu kegiatannya yakni pagi dan siang. Hal ini dilatar belakangi dari jumlah siswa yang melebihi kapasitas dari lokal yang ada sehingga ada jam masuk pagi dan siang. Berdasarkan menemukan:
7 Prayitno. Seri Layanan Konseling, (Padang: UNP, 2004), hlm. 1.

pengamatan

awal

(studi

pendahuluan)

penulis

1. Adanya siswa yang melawan guru pada proses pembelajaran. 2. Adanya siswa yang suka memaksakan kehendak dan pendapatnya terhadap teman-temannya. 3. Adanya siswa yang suka mencemooh pendapat teman-temannya 4. Adanya siswa yang suka marah-marah tanpa sebab terhadap temantemannya. 5. Adanya siswa yang suka memancing emosi temannya untuk berkelahi. 6. Adanya siswa yang suka berlebih-lebihan dalam memuji dirinya sendiri pada teman-temannya. 7. Adanya siswa yang suka menyebut perkataan bodoh terhadap temannya. Dari gejala-gejala diatas maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul UPAYA GURU PEMBIMBING DALAM MENGATASI PERILAKU AGRESIF SISWA. B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan dalam pemahaman judul penelitian ini, maka penulis merasa perlu menjelaskan istila-istilah yang ada disekitar judul penelitian ini: 1. Upaya, sering disamakan dengan kata usaha yang mempunyai arti yaitu usaha dan cara yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah8. 2. Guru pembimbing adalah seorang yang ahli dalam memberikan bantuan dan bimbingan kepada anak didik yang diberikan dalam layanan bimbingan dan konseling.
8 Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Cet 1, (Jakarta: Modern Englis Press, 1991), hlm. 1092.

3. Perilaku : Kegiatan individu atas sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut yang diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan 4. Agresif : bersifat bermusuhan, cenderung untuk menyerang, bersemangat, penuh inisiatif, berani dan percaya pada diri sendiri. Namun, merugikan orang lain dan egois dalam bersikap maupun bertindak.9 5. Upaya guru pembimbing dalam mengatasi perilaku agresif siswa adalah usaha yang dilakukan oleh guru pembimbing dalam mengurangi atau menghilangkan perilaku tersebut yang mengganggu perkembangan kepribadian dan hubungan sosialnya. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Adapun permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Upaya guru pembimbing di SMP Negeri 17 Pekanbaru dalam mengatasi perilaku agresif. b. Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat guru

pembimbing di SMP Negeri 17 Pekanbaru dalam mengatasi perilaku agresif siswa. c. Pengaruh keikutsertaan siswa dalam layanan bimbingan dan konseling terhadap perilaku agresif. d. Peranan guru-guru dalam mengatasi perilaku agresif siswa di SMP Negeri 17 Pekanbaru. e. Bentuk Perilaku agresif siswa di SMP N Pekanbaru.
9 Ibid.hal 1139

f. Peranan orang tua siswa dalam mengatasi perilaku agresif anaknya. 2. Pembatasan Masalah Mengingat banyaknya masalah yang menyikapi penelitian ini seperti yang dikemukakan dalam identifikasi masalah di atas, maka penulis memfokuskan pada: a. Bagaimana upaya guru pembimbing di SMP Negeri 17 Pekanbaru dalam mengatasi perilaku agresif siswa. b. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat guru pembimbing di SMP Negeri 17 Pekanbaru dalam mengatasi perilaku agresif siswa. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana upaya guru pembimbing di SMP Negeri 17 Pekanbaru mengatasi perilaku agresif. b. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat upaya guru pembimbing di SMP Negeri 17 dalam mengatasi perilaku agresif siswa. D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui upaya guru pembimbing SMP Negeri 17 Pekanbaru

dalam mengatasi perilaku agresif siswa. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat upaya guru pembimbing SMP Negeri 17 dalam mengatasi perilaku agresif siswa. 2. Kegunaan Penelitian a. Sebagai penambah wawasan keilmuan penulis dalam bidang bimbingan dan konseling. b. Sebagai informasi bagi SMP Negeri 17 Pekanbaru tentang upaya guru pembimbing dalam mengatasi perilaku agresif siswa. c. Sebagai informasi bagi jurusan Kependidikan Islam khususnya Prodi BK Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska tentang upaya guru pembimbing dalam mengatasi perilaku agresif. d. Sebagai informasi bagi guru pembimbing guna meningkatkan kinerjanya sebagai guru pembimbing.

BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis a. Guru Pembimbing 1. Pengertian Guru Pembimbing

11

11 Penelitian ini berkenaan dengan upaya guru pembimbing dalam mengatasi perilaku agresif siswa. Upaya diartikan sebagai usaha kata yang senada juga dikemukakan oleh peter salim dan yenni salim yaitu upaya adalah berbagai usaha yang telah dilakukan untuk memecahkan suatu masalah dengan berbagai metode atau cara dalam menyelesaikan suatu permasalahan10. Guru pembimbing sering disebut dengan Konselor Sekolah. Konselor sekolah adalah suatu tunjukan kepada petugas dibidang konseling yang memiliki sejumlah kompetensi dan karakteristik pribadi khusus yang diperoleh melalui pendidikan profesional11. Hal ini berarti upaya guru pembimbing adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang petugas dalam bidang bimbingan dan konseling yang memiliki sejumlah kompetensi dan karakteristik khusus dan berbagai metode dalam mengatasi perilaku agresif siswa.

2. Karakteristik Guru Pembimbing Guru pembimbing mempunyai peran dan tugas dalam menangani masalah yang dialami oleh peserta didik. Bimbingan yang diberikan dalam rangka menemukan pribadi yakni mengenai kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri. Namun bila guru pembimbing tidak berkopetensi dalam bidangnya, hal apa akan terjadi terhadap peserta didik. Untuk itu beberapa karakter yang menjadi syarat seorang guru pembimbing dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan kode etik jabatannya antara lain:

10 Ibid, hlm. 1092. 11 Andi Mappiare.A.T. Kamus Istilah Konseling dan Terapi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 70.

a. Seorang guru pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas, baik segi teori maupun segi praktik. Segi teori merupakan hal yang penting karena segi inilah yang menjadi landasan didalam praktik. Praktik tanpa teori merupakan praktik yang ngawur. Segi praktik adalah perlu dan penting, karena bimbingan dan konseling merupakan Applied science, ilmu yang harus diterapkan dalam praktik sehari-hari, sehingga seorang pembimbing akan canggung apabila ia hanya menguasai teori saja tanpa memiliki kecakapan didalam praktik. b. Di dalam segi psikologis, seorang pembimbing akan tepat mengambil tindakan yang bijaksana jika pembimbing telah cukup dewasa secara psikologis, yaitu adanya kemantapan atau kesetabilan didalam psikisnya, terutama dalam segi emosi. c. Seorang pembimbing harus sehat jasmani maupun psikisnya apabila jasmani dan psikis tidak sehat maka hal itu akan mengganggu didalam menjalankan tugasnya. d. Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap pekerjaannya dan juga terhadap anak atau individu yang dihadapinya. Sikap ini akan menimbulkan kepercayaan pada anak. Tanpa adanya kepercayaan dari anak maka tidaklah mungkin pembimbing dapat menjalankan tugas dengan sebaiksebaiknya. e. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga dapat diharapkan usaha bimbingan dan konseling berkembang kearah keadaan yang lebih sempurna demi untuk kemajuan sekolah. f. Karena bidang gerak dari pembimbing tidak terbatas pada sekolah saja, maka seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, sopan santun, didalam segala perbuatannya. g. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat menjalankan prinsip-prinsip serta kode etik bimbingan dan konseling dengan sebaik-sebaiknya12. 3. Tugas Guru Pembimbing Tanggung jawab seorang guru bukanlah tanggung jawab yang ringan, seorang guru pembimbing harus mampu menjalankan tugasnya dengan baik agar pengembangan pribadi, kemampuan bersosialisasi, kemampuan belajar, dan pengembangan arah karir siswa dapat berkembang secara optimal serta dapat menyelenggarakan kesejahteraan sekolah, Adapun tugas guru

12 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta/: Andi, 2004), hlm. 40-41.

13

pembimbing adalah: 13. a. Memasyarakatkan pelayanan konseling. b. Merencanakan program bimbingan dan konseling (terutama program-program satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung. Untuk satuan-satuan waktu tertentu, programprogram tersebut dalam program mingguan, bulanan, caturwulan, dan tahunan. c. Melaksanakan segenap program satuan layanan bimbingan dan konseling. d. Melaksanakan segenap layanan satuan pendukung bimbingan dan konseling. e. Menilai proses dari hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. f. Menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. g. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. h. Mengadministrasikan kegiatan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakan14. Untuk itulah tugas dari seorang guru pembimbing sangat diperlukan peran dan fungsinya di sekolah dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan perkembangan diri dan membantu mendampingi siswa untuk mencapai perkembangan diri yang optimal agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Adapun unsur utama (pokok) guru pembimbing mengacu kepada pola umum BK 17 plus dalam pelaksanaan layanan.

b. Perilaku Agresif 1. Pengertian Perilaku Agresif Adapun perilaku agresif yang penulis maksudkan disini adalah perilaku atau tingkah laku perbuatan yang bisa menyakiti orang lain. Sifatsifat agresif banyak terjadi khususnya dikalangan anak-anak dan remaja.

13 Prayitno. Seri Pemandu Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Padang: 1997), hlm. 189. 14 Umar Sartono. Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 117.

Penyebab ini boleh jadi berasal dari dalam diri dan luar diri individu15. Kata agresi berasal dari bahasa latin aggredi yang berarti menyerang. Kata ini menyiratkan bahwa orang siap untuk memaksakan kehendak mereka atas orang lain atau objek lain walaupun itu berarti bahwa kerusakan fisik atau psikologinya makin ditimbulkan sebagai akibatnya16. Sedangkan menurut Monstad dan Hewstone dalam Ensiklopedia Psikologi sosial, agresif adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap makhluk lain dengan tujuan untuk melukainya dan pihak yang dilukainya tersebut berusaha untuk menghindarinya17. Menurut kamus besar bahasa Indonesia agresif bersifat bermusuhan, cenderung untuk menyerang, bersemangat dan penuh inisiatif serta percaya pada diri sendiri18. Pandangan Elliot Aronson, definisi agresif adalah tingkah laku yang dijalankan oleh individu dengan maksud melukai atau mencelakakan individu lain dan ataupun tanpa tujuan tertentu. Hal senada juga dikatakan Moore dan Fine sebagai tingkah laku kekuasaan secara fisik maupun secara verbal terhadap individu lain atau terhadap objek-objek19. Leornardo Berkowitz, salah seorang yang dinilai paling kompeten dalam studi tentang agresif memperbedakan agresif sebagai tingkah laku sebagaimana diindikasikan kedalam dua macam agresif yakni agresi instrumental (instrumental aggression) dan agresi benci (Hostile Aggression) atau disebut juga agresi implusif (implusive aggression). Yang dimaksud agresi instrumental adalah agresi yang dilakukan oleh organisme atau individu
15 Jhon Pearce. Ledakan Amarah, (Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1989), hlm. 67. 16 Ibid. 17 Faturrochman. Pengantar Psikologi Sosial. cet 1 (Yogyakarta: Pusta, 2006), hlm. 82. 18 Peter Salim dan Yenni Salim, Loc.cit. 29. 19 Peter Salim dan Yenni Salim, Loc.cit. hlm. 30.

15

sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan agresi benci atau agresi implusif adalah agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk memakai atau menyakiti atau tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan, kesakitan, atau kematian pada sasaran atau korban20. Menurut tim kesehatan jiwa Indonesia, perilaku agresif merupakan salah satu gangguan tingkah laku terutama apabila agresif dilakukan secara berulang dan menetap sedikitnya berlangsung selama 6 bulan. Tingkah laku agresif menyebabkan terjadinya pelanggaran hak asasi orang lain dan cara tindak kekerasan, pemukulan, pengeroyokan, pemerkosaan dan tidak merasa bersalah apabila orang lain menderita. Agresif seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli memiliki persamaan yang mendasar yaitu pada tingkah laku merusak baik fisik, psikis, maupun benda-benda yang berada disekitarnya. Agresi juga melekat pada setiap individu termasuk juga pada remaja, remaja yang masih dalam proses perkembangan mempunyai kebutuhan-kebutuhan pokok terutama kebutuhan rasa aman, kasih sayang dan kebutuhan harga diri21. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa agresifitas merupakan gangguan tingkah laku terutama apabila agresif dilakukan berulang-ulang dan menetap sehingga terjadi pelanggaran, menyakiti dan membuat sewena-wena. Pencetus tingkah laku agresif dapat dikarenakan frustasi yang dialami oleh seseorang juga dapat pula karena mencontoh atau belajar dari lingkungan terutama yang amat dekat dengan
20 E. Koeswara, Agresi Manusia, cet. 1, (Bandung: PT. Eresco, 1988), hlm. 5. 21 www.google.com/http:01-04-10digilib.unness.ac.id/qsd/collect/p/index/assoc/hasha2. od.dir/ doc.pdf/

lingkungannya yaitu orang tua. 2. Tipe-tipe Agresifitas Ada berbagai bentuk agresi yang terjadi pada diri individu salah satu di antaranya dikutip dari pendapat Kenneth Moyer, yang merinci agresi kedalam tujuh tipe agresi: 1. Agresi Predatori: agresif yang dibangkitkan oleh kehadiran objek ilmiah (mangsa). Agresi predatori ini biasanya terdapat pada organisasi atau species hewan yang menjadikan hewan dari species lain sebagai mangsanya. 2. Agresi antar jantan: agresi yang secara tipikal dibangkitkan oleh kehadiran sesama jantan pada suatu species. 3. Agresi ketakutan: agresi yang dibangkitkan oleh tertutupnya kesempatan untuk menghindar dari ancaman. 4. Agresi tarsinggung: agresi yang dibangkitkan oleh perasaan tersinggung atau kemarahan: respons menyerang muncul terhadap stimulus yang luas (tanpa memilih sasaran), baik berupa objek-objek hidup maupun objek-objek yang mati. 5. Agresi pertahanan: agresi yang dilakukan oleh organisme dalam rangka mempertahankan daerah kekuasaannya dari ancaman atau gangguan anggota species sendiri. Agresi pertahanan ini disebut juga agresi teritorial. 6. Agresi material; agresi yang spesipik pada species atau organisme betina (induk) yang dilakukan dalam upaya melindungi anak-anaknya dari ancaman. 7. Agresi instrumental: agresi yang dipelajari, diperkuat (reinforced) dan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu22. Dalam pembagian tipe-tipe agresifitas tersebut tidak satupun dari tipetipe agresifitas tersebut yang ekslusif milik manusia saja. Dapat disimpulkan tipe-tipe perilaku agresif bisa secara fisik, verbal, langsung dan tidak langsung. Sedangkan menurut Sugiarta S.L, menjabarkan beberapa pembagian tipe-tipe perilaku agresif adalah sebagai berikut: a. Agresifitas emosional verbal, meliputi moral atau membenci orang lain (meskipun perasaan itu dilakukan dengan kata-kata), mengutuk, perang
22 E. Koeswara, op.cit. hlm. 6.

17

mulut, mengkritik, menghina, memperingatkan dengan kasar, menyalahkan dan mentertawakan, mencetuskan agresif melawan kritik-kritik sosial. b. Agresifitas fisik sosial, meliputi berkelahi atau membunuh dalam membela diri atau membela seseorang yang dicintai, membalas dendam terhadap penghinaan suatu ketidak adilan tanpa suatu perundingan serta menghukum orang yang melakukan tindakan yang tercela dan berjuang untuk negaranya sendiri atau negara sahabat dalam suatu peperangan. c. Agresifitas fisik sosial meliputi perbuatan menolong, menyerang, melukai atau membunuh orang lain, merompak melakukan tindakan kejahatan dengan kekejaman dan pengerusakan yang berlebihan serta berjuang melawan wewenang yang sah. Misalnya orang tua, atasan, guru atau pemerintah melakukan tindakan sadisme, menghianati dan berusaha melawan negaranya sendiri. d. Agresif destruktif meliputi tindakan menyerang atau membunuh binatang, memecah, membanting, menghancurkan, membakar atau merusak sesuatu, melukai orang lain, menyakiti diri sendiri dan melakukan tindakan bunuh diri23. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif Perilaku agresif tidak muncul dengan sendirinya pada diri seseorang namun dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan seseorang berperilaku agresif. Ada bebepa faktor yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu: 1. Frustasi Frustasi adalah situasi dimana individu terhambat atau gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, atau mengalami hambatan untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan. 2. Setres Peta peneliti dalam bidang fisiologi mendefenisikan stress sebagai reaksi, respons atau adaptasi fisiologis terhadap (stimulus eksternal atau perubahan lingkungan. 3. Deindividuasi Perbuatan yang mengarahkan individu kepada keluarga dalam melakukan agresif sehingga agresi yang dilakukannya menjadi lebih intens.
23 www.google.com/http:01-04-10digilib.unness.ac.id/qsd/collect/p/index/assoc/hasha2. od.dir/ doc.pdf/

4. Kekuasaan dan kepatuhan Kekuasaan itu cenderung disalah gunakan dan penyalahgunaan kekuasaan yang mengubah kekuasaan menjadi kakuatan yang memaksa. Peranan kekuasaan sebagai pengarah kemunculan agresi tidak dapat dipisahkan disalah satu aspek penunjang kekuasaan itu, yakni pengabdian atau kepatuhan. Bahkan kepatuhan itu sendiri diduga memiliki pengaruh yang kuat terhadap kecenderungan dan intensitas agresi individu. 5. Efek Senjata Terdapat dugaan bahwa senjata memainkan peranan dalam agresi tidak saja karena fungsinya mengefektifkan dan mengefesienkan pelaksanaan agresi, tetapi juga karena efek kehadirannya. 6. Provokasi Provokasi bisa mencetuskan agresi karena provokasi itu oleh pelaku agresi dilihat sebagai ancaman yang harus dihadapi dan respons agresif untuk meniadakan bahwa yang diisyaratkan oleh ancaman itu. Dalam menghadapi provokasi yang mengancam, para pelaku agresi agaknya cenderung berpegang pada prinsip bahwa dari pada diserang lebih baik menyerang. 7. Al-kohol dan obat-obatan Subjek-subjek yang menerima alkohol dalam takaran yang tinggi menunjukkan taraf agresifitas yang lebih tinggi dibanding dengan subjeksubjek yang menerima alkohol dalam takaran yang rendah dan subjeksubjek yang tidak menerima alkohol. Berbeda dengan penelitian pengaruh alkohol, penelitian tentang pengaruh obat-obatan terhadap tingkah laku agresif adalah diduga kuat memiliki pengaruh mengarahkan pada pemakainya kepada bertindak agresif disebabkan pemakainya pada obatobatan tersebut yang mengurangi kendali diri sekaligus menstimulasi keleluasaan bertindak. 8. Suhu Udara Agresi meski sesungguhnya telah sejak lama ada dugaan bahwa suhu udara memiliki pengaruh terhadap tingkah laku, termasuk tingkah laku agresif24. Sedangakan menurut pendapat ahli yang lain perilaku agresif juga ditentukan faktor biologis, untuk itu ada beberapa hal yang mempengaruhinya yaitu sebagai berikut: 1. Gen, tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neliral otak yang mengatur perilaku agresi. Dari penelitian yang dilakukan terhadap binatang., mulai dari yang sulit sampai yang paling mudah dipancing angannya. Faktor keturunan membuat hewan jantan yang berasal dari berbagai jenis lebih mudah dibandingkan betinanya. 2. Sistem otak dan tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat
24 E. Koeswara, Agresi Manusia, cet. 1, (Bandung: PT. Eresco, 1988), hlm. 7-8.

19

atau mempengaruhi sirkuit neural yang mengendalikan agresi. Pada hewan sederhana marah dapat dihambat atau ditingkatkan dengan merangsang sistem limbic (daerah yang diciptakan kenikmatan manusia). Sehingga muncul hubungan timbal balik antara kenikmatan dan kekejaman.Prescott Devidofe, menyatakan bahwa orang yang berorientasi pada kenikmatan akan sedikit melakukan agresi sedangkan orang yang tidak pernah mengalami kesenangan, kegembiraan atau santai cenderung untuk melakukan kekejaman atau menghancurkan (agresi). 3. Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat menyebabkan perilaku agresi. Dalam suatu eksperimen, ilmuan menyuntikkan hormon testosteron pada tikus dan beberapa hewan. (Testosteron merupakan hormon enderogen utama yang memberikan ciri kelamin jantan) maka tikus-tikus tersebut berkelahi sering dan lebih kuat. Sewaktu testoteron dikurangi hewan tersebut menjadi lembut25. Pada pendapat ahli lain faktor-faktor penyebab agresifitas ada beberapa kriteria yang hampir mirip dengan yang sudah dijelaskan diatas, yakni ada beberapa hal sebagai berikut: 1. Provokasi Sering terjadi agresi usaha untuk membalas agresi, sebagaimana di kemukakan agresi usaha yang dimana pihak calon korban untuk menghindar. Bentuk-bentuk penghianatan ini tidak saja sekedar menghindar, tetapi ada yang berusaha dengan memberi perlawanan. 2. Kondisi aversif Kondisi aversif adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang ingin dihindari oleh seseorang menurut berkowits (1983) keadaan yang tidak menyenangkan merupakan salah satu faktor penyebab agresi. 3. Syarat agresi Syarat agresi adalah stimulus yang diasosiasikan dengan sumber frustasi yang menyebabkan agresi. Bentuknya bisa berupa senjata tajam atau bisa orang yang menyebabkan frustasi. 4. Kehadiran orang lain Kehadiran orang lain terutama yang diperkirakan agresif, berorientasi untuk menumbuhkan agresi diasumsikan kehadiran tersebut akan
25 www.google.com.http://www.liveconnector.com/forum/viewtopic.php?t=33084/

berpartisipasi ikut agresi. 5. Karakteristik Fenomena yang paling sering terlihat adalah stimulasi dari berbagai faktor akan memperkuat potensi dalam diri individu yang kemudian memunculkan perilaku agresif. Faktor utamanya adalah jenis kelamin26. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor penyebab perilaku agresif, yaitu dari faktor biologis, lingkungan dan sosial. 4. Cara Mengatasi Prilaku Agresif Menurut David Phillip: 1. Memberikan informasi-informasi yang relevan/ menasehati dengan baik. 2. Memberikan hukuman. 3. Memberikan teguran27. Dapat juga cara mengatasi perilaku agresif melalui tiga mekanisme yaitu: 1. Katarsis Menurut pendapat yang dapat diterima secara luas, menahan perasaan agresif bisa menimbulkan masalah penyesuaian dan membawa risiko ledakan agresi yang tidak terkontrol. Versi hipotesis katarsis yang lebih umum menyatakan bahwa ekspresi perasaan agresif apapun akan mengurangi kemungkinan agresi selanjutnya. 2. Hukuman Efektivitas hukuman sebagai mekanisme kontrol untuk agresi. Untuk mendapatkan akibat positif dari hukuman sehingga perilaku agresif akan berkurang. 3. Mengelola amarah Strategi ini membutuhkan strategi mengelola kemarahan membutuhkan kerja sama penuh dari individu, cara menekan perilaku agresif lain yang kurang begitu nyata adalah dengan memberikan respons yang tidak kompatibel dengan pesforma tidakan-tindakan agresif yang dilakukan secara simultan28.
26 Faturochman, Pengantar Psikologi Sosial. op.cit, hlm. 87-88. 27 Shelley E.Taylor dkk. Sosial Psychology. Cet 9, (New. Jersey: Pirenticetiall, 1970), hlm. 363. 28 Barbara Krahe, Perilaku Agresif. Cet 1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 357-358.

21

c. Upaya Guru Pembimbing Dalam Mengatasi Perilaku Agresif 1. Upaya Guru Pembimbing dalam Mengatasi Perilaku Agresif Siswa Sebagai pembimbing di sekolah, seorang pembimbing mempunyai tugas menolong murid atau anak yang dibimbing, supaya mereka pada akhirnya dapat menolong diri sendiri. Kehadiran pembimbing bukan untuk mengambil alih beban hidup atau persoalannya, agar dipikul dan dipecahkan oleh pembimbing, terlepas dari anak bimbingan itu sendiri. Anak bimbing adalah manusia yang berjiwa yang mempunyai potensi-potensi atau daya-daya jiwa seperti perasaan, fikiran dan kemauan. Ia adalah manusia yang berjiwa, maka padanya tentu ada potensi untuk bereksplorasi, berkuasa, menghindar, menimbang, atau untuk memecahkan sesuatu persoalan yang dihadapinya. Maka salah satu kemungkinan yang terjadi ialah bahwa ada potensi-potensi tertentu yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, karena ada hambatanhambatan tertentu yang berasal dari dalam dan luar dirinya29. Hambatan-hambatan itu pada dasar kebutuhannya tidak dapat terpenuhi secara wajar. Tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut akan menimbulkan ketidak seimbangan dan keutuhan pribadi. Hasil dari pada itu timbullah sikap kekecewaan, ketidak puasan, frustasi, pemarah, menyerang orang lain, melanggar kedisiplinan, menghina orang lain dan tingkah laku negatif lainnya yang sangat merugikan diri sendiri dan orang lain. Keadaan seperti inilah yang disebut dengan perilaku agresif. Untuk itu dalam penanganan masalah yang dihadapi oleh seseorang siswa/peserta didik berprilaku agresif, seorang pembimbing harus cekatan dan
29 Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar Pelaksanaannya, cet 1, (Jakarta: Rajawali Pers, 1985), hlm. 145.

memberikan layanan yang tepat sehingga terentaskan permasalahannya. Peyalanan yang dapat diberikan secara perorangan maupun kelompok yaitu melalui pemanfaatan beberapa fungsi layanan bimbungan dan konseling. Seperti fungsi pencegahan dalam penanganan masalah, fungsi pemahaman, fungsi penyaluran dan fungsi pengembangan. Upaya yang dilakukan guru pembimbing dalam mengatasi perilaku agresif siswa dengan menggunakan beberapa pemanfaatan fungsi bimbingan dan konseling di antaranya adalah: a. Fungsi Pencegahan Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling di maksudkan untuk mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat

perkembangannya. Kegiatan atau layanan yang dapat diwujudkan berkenaan dengan fungsi ini yang bertujuan untuk mencegah timbulnya masalah adalah: layanan

informasi dan layan kegiatan kelompok. b. Fungsi Pemahaman Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam rangka memberikan pemahaman tentang diri klien atau siswa berserta permasalahannya dan juga lingkungannya oleh klien itu sendiri. Untuk mewujudkan fungsi pemahaman dalam pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan layanan pengumpulan data. Melalui pelayanan ini akan diperoleh data tentang siswa secara komprehensif, sehingga bisa

23

diperoleh tentang data siswa. c. Fungsi Penyaluran Setiap siswa hendaknya memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan keadaan pribadi masing-masing yang meliputi bakat, minat, kecakapan, cita-cita dan lain sebagainya. Melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling berupaya mengenali masing-masing siswa secara perorangan selanjutnnya memberikan bantuan kearah kegiatan atau program yang dapat menunjang tercapainya perkembangan yang optimal. Layan yang dapat di berikan pada pungsi penyalutan ini adalah layan penempatan dan penyaluran. Materi dari layanan ini yang dapat di berikan yaitu berkenaan dengan kepribadian dan sosial. d. Fungsi Pengembangan Siswa di sekolah merupakan individu yang sedang dalam proses perkembangan. Mereka memiliki potensi tertentu untuk dikembangkan. Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa untuk membantu para siswa dalam mengembangkan keseluruhan potensinya lebih terarah. Dengan perkataan lain, fungsi pelayanan ini membantu siswa berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam fungsi ini, hal-hal yang sudah baik atau positif pada diri siswa dijaga agar tetap baik, di mantapkan dan dikembangkan. Misalnya sikap kebiasaan baik yang telah terbina dalam bertindak dan bertingkah laku sehari-hari tetap di pelihara dan terus di upayakan siswa, dan upaya guru

pembimbing memberikan dukungan yang baik terhadap siswa30. Berdasarkan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku agresif siswa,beberapa layanan telah disebutkan dalam fungsi tersebur dalam mendukung penanganan dan menanggulangi perilaku agresif siswa. Untuk menjelaskan secara terperinci bentuk layanan yang diberikan adalah seberikut dibawah ini: 1. Layanan Informasi Materi yang dapat diangkat dan diberikan melalui layanan infomasi yaitu: 1) 2) 3) 1) 2) 3) a. Informasi pengembangan pribadi Tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir, khususnya tentang kemampuan dan perkembangan pribadi. Perlunya pengembangan pembelajaran dan sikap dalam keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Perlunya hidup sehat dan upaya melaksanakannya31. b. Informasi pengembangan sosial Tugas-tugas perkembangan masa remaja tentang kemampuan dan pengembangan hubungan sosial. Cara bertingkah laku, tata krama, sopan santun dan disiplin di sekolah. Tata krama hubungan dengan teman sebaya32. 2. Layanan Kelompok Melalui pelayanan ini diharapkan siswa memperoleh pemahaman diri secara lebih baik. Selain itu juga dapat meningkatkan pemahaman lingkungan dan kemampuan mengambil keputusan secara tepat. Layanan konseling kelompok kemungkinan siswa memperoleh Kegiatan Kelompok/Konseling

kesempatan baik pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok dan memanfaatkan dinamika kelompok yang
30 Drs. Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta : PT. raja grapindo persada, 2007), hlm 39-40. 31 Ibid. hlm. 41. 32 Ibid.

25

terjadi didalam kelompok, masalah yang dibahas masalah perorangan yang muncul dalam kelompok sehingga masalah tersebut dilayani. Melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok. Masalah demi masalah satu persatu tanpa terkecuali semuanya masalah terbicarakan. Materi layanan konseling kelompok yakni kegiatan yang membahas dan mengentaskan masalah pribadi siswa yaitu masalah-masalah yang berkenaan dengan pribadi dan sosial. a. Pengembangan Pribadi 1) Kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2) Pengenalan dan penerimaan perubahan, pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri. 3) Pengenalan tentang kekuatan diri sendiri, bakat dan minat serta penyaluran dan perkembangannya. 4) Pengenalannya tentang diri sendiri dan upaya penanggulangannya. 5) Kemampuan mengambil keputusan dan pengarahan diri sendiri. 6) Perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat33. b. Pengembangan Sosial 1) Kemampuan berkomunikasi, serta menerima dan menyampaikan pendapat secara logis, efektif dan produktif. 2) Kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial (dirumah, disekolah, dan masyarakat) dengan menjunjung tinggi tata krama, norma dan nilai-nilai agama, adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku. 3) Hubungan teman sebaya (disekolah dan masyarakat). 4) Pemahaman dan pelaksanaan disiplin dan peraturan sekolah. 5) Pengenalan dan pengamalan pola hidup sederhana dan bergotong royong34. 3. Himpunan Data Penyelenggaraan himpunan tata atau pengumpulan data terkait dengan tiga
33 Seri pemandu pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah,hlm. 77-78. 34 Ibid. hlm. 80-81.

Komponen pokok, yaitu jenis data sendiri dan bentuk himpunan data Prayitno mengelompokkan empat jenis data yaitu data pribadi, data kelompok, data umum dan data khusus. a. Data pribadi Yang termasuk kedalam data pribadi adalah: 1) Identitas pribadi seperti: nama, gelar, (nama panggilan), tempat dan tanggal lahir, alamat, kewarganegaraan, agama. 2) Kondisi fisik dan kesehatan. 3) Potensi diri seperti: kemampuan dasar, bakat khusus, minat dan kecendrungan pribadi, serta cita-cita. 4) Hasil karya. 5) Status kondisi keluarga. 6) Kondisi kehidupan sehari-hari35. b. Data kelompok yang termasuk data kelompok adalah data mengenal sekelompok individu (siswa) dalam jumlah yang terbatas seperti: 1) Data yang menyangkut hubungan sosial antara individu dalam kelompok. 2) Kondisi kerja sama dan kerja sama antara individu. 3) Hasil perhitungan statistik dengan mereka. c. Data umum Data umum tidak mengenal diri seseorang dan tidak pula berkenaan dan kelompok individu tertentu. Data ini berasal dari luar pribadi dan kelompok. d. Data khusus Data khusus adalah yang berisi laporan kegiatan individu maupun kelompok yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing36. 4. Penempatan dan Penyaluran
35 Drs. Tohirin, M. Pd, hlm. 218. 36 Drs.Tohirin, op-cit.hlm.219-220

27

a. Pengembangan Pribadi 1) Posisi duduk dalam kelas yang sesuai dengan kondisi fisik dan pribadi siswa 2) Pilihan keterampilan dan kesenian sesuaidengan kemampuan, bakat dan minat. 3) Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat digunakan sebagai penunjang pengembangan kebiasaan dan sikap keagamaan, kemampuan, bakat, minat dan cita-cita. b. Pengembangan Sosial: 1) Kelompok kegiatan bersama, sehingga siswa mampu berkomunikasi secara dinamis, kreatif dan produktif. 2) Kegiatan kesiswaan seperti kepengurusan osis, kegiatan lapangan, koperasi siswa dan polisi sekolah37. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Upaya Guru Pembimbing Dalam Mengatasi Perilaku Agrdsif Siswa Guru pembimbing dalam memberikan layanan yang didalamnya terdapat cara-cara untuk mengatasi perilaku agresif siswa, dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu: a. Faktor internal Faktor ini yang berasal dari diri guru pembimbing dimana faktor ini didorong oleh pengalaman dan pemahaman guru pembimbing seperti: 1. Kepribadian atau profil guru pembimbing. Seorang guru pembimbing atau konselor harus memiliki kepribadian yang baik. Pelayanan bimbingan dan konseling berkaitan dengan pembentukan perilaku dan kepribadian klien. Melalui konseling diharapkan terbentuk perilaku positif (akhlak abaik) upaya kepribadian yang pula pada diri klien, upaya ini akan efektif apabila dilakukan oleh seseorang yang memiliki kepribadian yang baik pula. 2. Pendidikan. Setiap pekerjaan profesional menuntut persyaratan-persyaratan tertentu antara lain pendidikan seorang guru pembimbing atau konselor selayaknya memiliki pendidikan. profesi, yaitu jurusan bimbingan dan konseling strata satu (S1), S2 maupun S3. Atau sekurang-kurangnya
37 Seri pemandu pelaksanan bimbingan dan konseling di sekolah, op-cit. hlm. 83-84

pernah mengikuti dan pelatihan tentang bimbingan dan konseling. 3. Pengalaman. Pengalaman memberikan pelayanan bimbingan dan konseling berkontribusi terhadap keluasan wawasan pembimbing atau konselor yang bersangkutan. Pengalaman hidup pribadi guru pembimbing atau konselor yang mengesankan Juga akan turut membantu upaya guru pembimbing mencarikan alternatif pemecahan masalah siswa. Berbagai macam corak ragam pengalaman guru pembimbing atau konselor yang telah dihayati dalam higupnya, akan mendianogsis dan mencarikan alternatif solusi terhadap masalah klien (siswa). 4. Kemampuan. Kepemilikan kemampuan atau kompetensi dan keterampilan oleh guru pembimbing atau konselor merupakan suatu keniscayaan. Tanpa kepemilikan kemampuan (kompetensi) dan keterampilan , tidak mungkin guru pembimbing atau konselor melaksanakan tugas secara baik. M.D. Dahlan (1987) menyatakan bahwa konselor dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan melaksanakan konseling. Guru pembimbing harus mampu mengetahui dan memahami secara mendalam sifat-sifat seseorang, daya kekuatan diri pada seseorang dan pengembangan potensi individu secara postitif38. b. Faktor eksternal. Adapun faktor eksternal yang ada pada guru pembimbing dalam mengatasi perilaku agresif siswa , dimana faktor ini didorong oleh: 1. Tenaga. Tenaga utama dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah Guru Pembimbing yang merupakan tenaga profesional. Tenaga ini hendaklah memiliki modal personal dan modal profesional yang dapat di andalkan untuk tugas-tugas profesional bimbingan dan konseling itu. Rasio antar Guru Pembimbing diberi/tanggung jawab penuh melakukan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap 150 orang siswa. 2. Prasarana Prasarana pokok yang diperlukan ialah ruangan yang cukup memadai serta perabotannya. Ruangan ini hendaknya sedemikian rupa sehingga disatu segi para siswa yang berkunjung keruangan tersebut dapat senang, dan disegi lain diruangan tersebut dapat dilaksanakan layanan dan kegiatan-kegiatan bimbingan lainnya sesuai dengan asas-asas dan kode etik bimbingan dan konseling. Yang tidak kalah pentingnya ialah, ruangan itu hendaklah nyaman dan menyebabkan para pelaksana bimbingan konseling betah bekerja. Kenyamanan itu merupakan modal utama bagi kesuksesan pelayanan yang terselenggara.
38 Drs.Tohirin, M. Pd. Loc. cit. hlm. 117-118.

29

3. Sarana Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan bimbingan dan konseling ialah: a. Alat pengumpul data, baik tes maupun non tes. b. Alat penyimpanan data, khususnya dalam bentuk himpunan data. c. Kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket bimbingan, alat bantu bimbingan. d. Pelengkapan administrasi, seperti alat tulis menulis, format rencana satuan layanan dan kegiatan pendukung serta blangko laporan kegiatan. 4. Waktu. Penyelengaraan pelayanan bimbingan dan konseling memerlukan waktu yang cukup. Oleh karena itu perlu disediakan waktu dan kesempatan yang memadai bagi terselenggaranya segenap jenis layanan bimbingan dan konseling dengan berbagai kegiatan pendukungnya itu. 5. Dana. Dana diperlukan bagi penyediaan prasarana dan sarana yang memadai. Juga untuk keperluan lain, seperti perlengkapan administrasi. Kunjungan rumah, penyusunan laporan kegiatan. Dalam hal ini perlu di ingatkan bahwa kekurangan dana tidak selayaknya mengendorkan semangat para pelaksananya untuk menyelenggarakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya39. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan adalah penelitian yang digunakan sebagai bandingan dalam menghindari manipulasi terhadap sebuah karya ilmiah dan menguatkan tentang penelitian yang penulis lakukan benar-benar belum dilakukan oleh orang lain. Penelitian tentang perilaku agresif juga pernah di teliti oleh Peni Lestari dengan judul Hubungan antara kecerdasan emosional terhadap perilaku agresif remaja awal studi pada siswa-siswi di SMP Negeri 25 Pekanbaru. Dalam penelitian ini diperoleh validitas kecerdasan emosional (EQ) diperoleh angka yang antara 0,3018-0,7643 dan hasil dari reliabilitas untuk variabel kecerdasan emosional (EQ) menunjukkan angka 0,9469 dan perilaku agresif 0,9136. Ini menunjukkan semakin tinggi tingkat kecerdasan
39 Seri pemandu pelaksanan bimbingan dan konseling di sekolah. op-cit. hlm.194-196.

emosional semakin rendah perilaku agresif remaja awal. Adapun penelitian yang penulis lakukan saat ini berjudul Upaya Guru Pembimbing dalam Mengatasi Perilaku Agresif Siswa di SMP Negeri 17 Pekanbaru. Penelitian ini ditujukan kepada guru pembimbing dalam mengatasi perilaku agresif siswa di SMP Negeri 17 Pekanbaru. C. Konsep Operasional Konsep operasional ini merupakan alat yang digunakan untuk memberi batasan terhadap konsep teoritis, selain itu juga menentukan ukuran-ukuran secara spesifik dan teratur agar mudah dipahami untuk menghindari kesalahan pemahaman terhadap penulisan ini. Konsep-konsep perlu dioperasionalkan agar mudah terarah. Kajian ini berkenan dengan upaya guru pembimbing dalam mengatasi perilaku agresif siswa di SMP Negeri 17 Pekanbaru. Adapun indikator upaya guru pembimbing dalam mengatasi perilaku agresif siswa adalah sebagai berikut: 1. Guru pembimbing menanamkan pengembangan nilainilai moral, ketaqwaan, pada siswa dan sikap menghargai guru, teman, serta orang lebih tua darinya. 2. Guru pembimbing menanamkan pentingnya sikap kesetiakawanan dan kerjasama dalam berteman pada siswa. 3. Guru pembimbing mengarahkan atau menyalurkan bakat dan minat siswa sesuai dengan kemampuannya.

31

4. Guru pembimbing memberikan penjelasan peran dan tugas perkembangan remaja di lingkungannya baik dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. 5. Guru pembimbing mengembangkan sikap pada siswa kemampuan dalam berkomunikasi, menerima

pendapat dan menyampaikan pendapat dengan logis, efektif, dan produktif melalui kegiatan kelompok atau konseling kelompok. . 6. Guru pembimbing menempatkan posisi tempat duduk siswa dalam kelas yang sesuai dengan kondisi fisik dan pribadinya. 7. guru pembimbing menjelaskan pengenalan dan

penerimaan perubahan pertumbuhan, perkembangan fisik dan psikis yang terjadi pada siswa. 8. guru pembimbing mengumpulkan data berkenaan dengan informasi siswa baik bentuk data pribadi dan kelompok.

BAB III

PENUTUP A. Kesimpulan Setelah diperoleh berbagai data di lapangan, dan selanjutnya dianalisis data-data tersebut, sehingga diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 17 Pekanbaru tentang upaya guru pembimbing dalam mengatasi perilaku siswa agresif. 2. Upaya yang dilakukan guru pembimbing dalam mengatasi perilaku agresif siswa di SMP Negeri 17 Pekanbaru adalah sebagai berikut: a. Pendekatan kepada siswa yang

33

bersangkutan b. Mencari informasi tentang siswa yang bersangkutan, sehingga

diketahui faktor yang melatarnginya melakukan perilaku agresif tersebut. c. Menjalin kerjasama dan komunikasi antara guru pembimbing dan orang tua siswa. d. Mengajak orang tua dapat bekerja dalam mengatasi perilaku agresif yang dilakukan siswa di Sekolah dan dimana saja. 3. Ada beberapa faktor pendukung dan

penghambat guru pembimbing dalam mengatasi perilaku agresif siswa di SMP Negeri 17 Pekanbaru, yaitu: a. Faktor Pendukung 1) Semangat dan keinginan yang kuat dalam membentuk generasi yang ideal dan tangguh serta dapat

dibanggakan di masa-masa mendatang. 2) Motivasi dan dukungan dari Kepala Sekolah dan Majelis guru di SMP Negeri 17 Pekanbaru. b. Faktor Penghambat 1) Kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara guru dengan orang tua siswa, sehingga pada faktanya ditemukan siswa memiliki

kepribadian ganda; ketika di rumah siswa berperilaku sesuai dengan tuntutan dan aturan di rumah dan begitu juga ketika siswa berada di sekolah. 2) Keterbatasan informasi karena keran dilatarbelakangi kurangnya tenaga sehingga guru pembimbing tidak memiliki informasi yang utuh tentang siswa. Karena guru pembimbing dituntut untuk dapat memberikan pengarahan dan diharapkan mampu mengatasi perilaku siswa yang agresif. Akan tetapi, pada faktanya jumlah siswa yang begitu banyak di SMP Negeri 17 harus dibebankan kepada guru pembimbing 2 orang. 3) Dari beberapa faktor penghambat di atas, ada faktor yang utama sehingga guru memiliki kendala dalam mengatasi perilaku agresif siswa di SMP Negeri 17 yaitu proses pendekatan dengan siswa. 4. Hasil observasi di lapangan, sehingga dapat disimpulkan bahwa upaya guru pembimbing dalam mengatasi perilaku agresif siswa di SMP Negeri 17 Pekanbaru, dikategorikan kurang optimal. Hal ini berdasarkan persentase hasil observasi adalah 53.16% (persen). Persentase tersebut dianalisis dengan menggunakan metode DR. Suharsimi Arikunto, dimana persentase tersebut dikategorikan kurang optimal berkisar antara 50% - 75% (persen).

35

B. Saran-Saran Melalui hasil penelitian ini, penulis ingin memberikan saran penelitian kepada: a. Pihak Akademik; diharapkan penelitian ini dapat sebagai referensi bagi penulis berikutnya dan sebagai kontribusi pemikiran dalam dunia pendidikan. b. Bagi Guru Pembimbing; diharapkan penelitian ini dapat memotivasi guru pembimbing untuk senantiasa selalu berperan aktif dalam melahirkan dan membentuk generasi yang cemerlang dan terhindar dari perilaku-perilaku yang agresif dan senantiasa selalu menjalin komunikasi yang baik antara guru dengan siswa, sehingga guru mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi siswa. c. Bagi Siswa; diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada siswa tentang keingin dan tujuan mulia seorang guru yang bercita-cita ingin menjadikan para siswa sukses dan sesuai dengan tujuan dari pendidikan nasional yang menciptakan peserta didik yang beriman dan menguasai sains dan teknologi.

You might also like