Professional Documents
Culture Documents
10.KONSTRUKSI
BAJA RINGAN
10.1 latar belakang kondisi lingkungan alam (global) Hutan Indonesia rusak seluas 3,8 juta hektar setiap tahunnya di tahun 1998 hingga 2000, dan semakin meningkat di tahun berikutnya. Pulau Jawa sejak tahun 1995 telah mengalami defisit air sebanyak 32,3 miliar meter kubik setiap tahunnya. Sejak tahun 1998 hingga 2003, telah lebih dari 650 kejadian bencana di Indonesia yang menewaskan lebih dari 2.500 jiwa dan kerugian materil lebih dari 300 miliar rupiah, dimana 85% diantaranya adalah bencana banjir dan longsor akibat kerusakan lingkungan hidup. Kepulauan Indonesia mengalami perubahan kondisi lingkungan hidup dan ekosistem yang sangat cepat dan masif. Pola pembangunan ekonomi yang bertumpu pada pengurasan sumberdaya alam dan mengabaikan faktor kelestarian ekosistem mengaki -batkan perubahan bentang alam dalam skala yang tak kalah masifnya. Setiap tahunnya, Indonesia kehilangan 3,8 juta hektar hutan alam akibat penebangan yang merusak, yang dilakukan baik secara legal maupun illegal. Kerusakan lingkungan hidup dan ekosistem mengakibatkan pening katan kerentanan wilayah-wilayah yang secara natural dikarenakan kondisi geografis Indonesia seperti tersebut di atas memang memiliki potensi untuk mengalami bencana. Sejak tahun 1998 hingga pertengahan
2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia, dimana 85% dari bencana tersebut merupakan bencana banjir dan longsor. Pembatasan penggunaan akibat dari keterbatasan sumber daya alam pada saat ini membuat penggunaan sumber tersebut semakin terbatas, sulit & mahal. Untuk itu sudah saatnya untuk menggali cara atau bahan lain tanpa membebani sumber daya alam yang semakin terbatas ketersediaanya. Tuntutan penyediaan terhadap ruang hidup manusia (blacklog). Saat ini saja Indonesia masih membutuh kan 6,5 juta unit rumah untuk rakyatnya. Dengan target untuk membangun rumah rakyat hingga tahun 2009 adalah sebanyak 1.350.000 unit. Namun sementara ini kemampuan untuk membangun hanya 200.000 unit. Pemakaian baja ringan dipasaran semakin popular, namun ada beberapa hal teknis yang harus dipahami untuk menghindari membeli rangka atap yang salah. Rangka atap baja ringan adalah struktur bangunan yang tidak bisa dirancang dan dibangun sembarangan, tanpa sistem yang baik yang tidak memperdulikan efek dari kegagalan struktural yang terjadi. Berikut beberapa pemahaman yang harus diketahui oleh calon pembeli sebelum memutuskan memilih merk tertentu 1. sistem rangka atap baja ringan berbeda dengan rangka atap kayu. Anggapan salah yang beredar di
52
53
54
Rumah, sebanyak 106 unit Barak Penyimpanan, sebanyak 22 unit Apartemen, sebanyak 304 unit Sekolah, sebanyak 2 unit Fasilitas Pendukung, sebanyak 10 jenis 10.3.1`Definisi Umum Rumah Prefab: Rumah prefab (prefabrikasi) adalah rumah yang komponenkomponennya dibuat dan dirakit atau dipasang di pabrik (off-site) menjadi bagian-bagian perupa panel atau modul. Bagian-bagian (modul/panel) yang telah siap kemudian diangkut ke tempat yang direncanakan. Di lokasi ini bagian-bagian rumah (modul/panel) disusun dan kemudian tinggal melengkapi utilitas dan finishing. Secara umum dari tempat asalnya (Amerika & Eropa) sistem membangun dengan cara ini adalah bertujuan untuk 1. Biaya lebih murah 2. Waktu pekerjaan lebih cepat.
konstruksi
55
jadi rumah merupakan integrasi dari semua sistem struktur. Sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan akan rumah yang kian hari semakin meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk Indonesia. Merupakan revolusi dalam pengadaan rumah 10.3.3 Bahan Konstruksi Rumah Prefab Baja Ringan, istilah yang selama ini digunakan untuk mendefinisikan profil baja tipis yang biasa digunakan untuk rangka atap, rangka plafon, bahkan juga rangka bangunan. Istilah baja ringan diambil karena ringannya produk yang dipasangkan jika dibandingkan dengan baja konvesional yang selama ini dikonotasikan lebih berat. Definisi yang tepat dalam istilah bahasa asing adalah "Light Gauge Steel Frame" yang dapat diartikan sebagai Rangka Baja yang menggunakan Pelat Baja Tipis. Pelat Baja tipis berupa lembaran baja yang berasal dari gulungan baja yang disebut Coil. Material gulungan pelat baja atau coil yang sebelumnya dipotong untuk memenuhi lebar material yang diinginkan. Secara definisi ketebalan dasar baja ringan adalah di bawah 6 mm. Untuk penggunaan umumnya menggunakan ketebalan di bawah 1.5 mm. Pemakaian material disesuaikan dengan kebutuhannya dalam menahan beban-beban yang bekerja serta tingkat kompetitifnya dengan tidak melupakan aspek kekuatan dan kekakuan.
56
57
Gambar 10 1. Profil C untuk truss dan rafter (ketebalan 0,75 mm dan 1 mm)
Gambar 10.2. Screw 12 -14 x 20 HEX untuk pemasangan truss dan usuk (rafter)
h. Bahan baja ringan harus baik kualitasnya (disertai sertifikat ataupun bukti hasil uji bahan), ukuran harus sesuai standar, dan seragam dari ujung satu ke ujung yang lain.
10.5.2 Alat sambung baja ringan kuda-kuda
Sambungan-sambungan pada konstruksi baja ringan tidak dilakukan dengan pengelasan melainkan Gambar 10.3 Contoh hasil pemasamenggunakan screw khusus. Screw DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 58
Gambar 10.4 Screwdriver dan kepala kunci bentuk segi enam Alat pemasangan: a. Mesin bor listrik, kecepatan 2500 rpm. b. Hexagonal socket ( pengunci segi enam ) 10.5.3 Persiapan pekerjaan a. Gambar kerja Sebelum pekerjaan perakitan kuda-kuda baja ringan dilaksanakan, harus tersedia gambar kerja yang akan digunakan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan. Gambar kerja yang dibutuhkan meliputi: 1) Gambar denah dan tampak. 2) Gambar rencana dan bentuk atap. 3) Gambar penempatan kuda-kuda. 4) Gambar detail kuda-kuda beserta daftar kebutuhan bahannya (partlist), yang berisi; jenis material yang digunakan, kode/ nomor elemen/ batang, panjang batang, dan jumlahnya. 5) Gambar detail sambungan kudakuda. Keterangan: Gambar detail sambungan juga menunjukkan jumlah screw yang diperlukan pada Apex; 4 merupakan jumlah screw pada Gambar10.5 Gambar detail kuda-kuda dilengkapi part-list
Gambar 10.6 Detail sambungan apex screw yang terdapat pada Apex, tidak termasuk jumlah sekrup pada web. Angka 6 merupakan jumlah dari 4 screw dan 2 screw, seperti tergambar di atas. 6) Gambar denah aktual ring balok. 7) Informasi tentang jenis penutup atap yang akan digunakan dan beban tambahan lain yang direncanakan.
59
Gambar10. 9. Mesin pemotong baja Gambar 10.7 Gambar detail sambu ngan heel joint dengan 7 screw 2) Piringan pisau pemotong terbuat dari baja, bukan dari plat yang dilapisi batu-batu kecil (seperti amplas berwarna hitam), untuk menghindari terjadinya pengelupasan lapisan anti karat (zincalume). 3) Gunting baja, untuk memotong notch/coakan-coakan kecil. 4) Gergaji besi lengkap dengan pegangannnya. 5) Mesin bor tangan (screwdriver, Gambar10. 4), untuk mengencangkan sekrup dengan batangan baja. Bor yang digunakan dengan standar kecepatan 2500 rpm dan dapat dibeli bebas di pasaran. 6) Hexagonal socket (pengunci segi enam), sebagai mata bor dengan ukuran sesuai ukuran sekrup yang digunakan. 7) Peralatan pendukung, seperti: meteran, penyiku, spidol, palu, tali, waterpass, dan benang. 10.5.4 Pemotongan bahan Bahan perlu dipotong-potong untuk membentuk elemen-elemen batang pembentuk kuda-kuda. Pemotongan ini dilakukan karena ba-
Gambar10.8 Gambar detail sambu ngan panel point dengan 2 screw pada setiap ujung web
b. Peralatan Peralatan yang dibutuhkan untuk perakitan kuda-kuda baja ringan terdiri dari: 1) Mesin pemotong baja (Gambar 10.9), untuk memotong batangan utuh profil baja ringan (biasanya sepanjang 11 m) menjadi elemen-elemen batang kuda-kuda sesuai ukuran dalam gambar kerja.
60
Gambar 10.11 Mengukur dan memberi tanda d. Memberi tanda atau nomor dengan spidol pada setiap batang dengan urutan nomor kuda-kuda (truss), nomor komponen, dan ukuran panjang komponen.
Gambar 10.12 Penandaan batang kuda-kuda (nomer truss, nomer batang dan ukuran/panjang) e. Memotong setiap batang pada sisi luar tanda spidol, sehingga garis spidol tetap menjadi bagian dari batang yang bersangkutan (kira-kira 3 mm). f. Pada saat pemotongan, seluruh batang baja ringan harus dipastikan kerataannya sama (leveling), dari ujung satu ke ujung yang lain, agar hasil pemotongan benar-benar siku.
Gambar 10.10 Perlengkapan kesela matan dan kesehatan kerja b. Menyiapkan mesin pemotong lengkap dengan piringan/pisau pemotongnya (gambar10.9). c. Mengukur batang baja ringan dengan meteran dan memberi tanda (marking) memakai spidol dan alat penyiku, sesuai dengan ukuran yang ada dalam part list.
61
Gambar 10.13 Pemotongan dalam posisi batang tetap rata g. Memeriksa ulang semua ukuran batang hasil pemotongan, sesuai dengan ukuran dan jumlah dalam gambar kerja. h. Memeriksa kembali hasil pemotongan dan bersihkan dengan kikir atau gerinda tangan, agar tidak terlalu tajam dan memudahkan dalam proses perakitan. i. mengumpulkan semua hasil pemotongan sesuai dengan kelompok nomor kuda-kudanya (nomor truss), agar memudahkan proses perakitan.
Gambar 10.16 Hasil coakan (notch) b. Melakukan perakitan rangka terluar kuda-kuda dan menentukan ketinggian kuda-kuda (kontrol as batang bawah dan ketinggian kuda-kuda), sebagai acuan dasar pembentuk kuda-kuda (gambar 17).
Gambar 10.14 Pengecekan hasil pemotongan dan pengelompokkan berdasarkan nomor truss
62
Gambar 10.17 Perakitan batang terluar kuda-kuda Catatan: Harus selalu diperhatikan bahwa sisi batang baja ringan yang memiliki lebar 40 mm selalu berada pada sisi terluar kuda-kuda. Sedangkan sisi batang yang memiliki lebar 38 mm berada pada sisi dalam. c. Mengontrol overhang kiri dan kanan dengan menggunakan meteran pengu kur, alat penyiku dan batang pembantu .
Gambar 10.19 Pemberian tanda untuk posisi web e. Memasang screw pada masingmasing sambungan kuda-kuda, dengan jumlah screw seperti yang tercantum dalam gambar kerja, menggunakan bor 2500 rpm dan mata bor hexagonal socket.
Gambar 10.20 Pemasangan screw dengan bor 2500 rpm dan pengunci segi enam Gambar 10.18 Kontrol overhang d. Memberi tanda (memakai spidol), untuk posisi web terhadap seluruh kuda-kuda dengan alat bantu meteran f. Mengontrol kembali ukuran kudakuda secara keseluruhan, setiap elemen batang kuda-kuda, dan overhang kiri-kanan.
63
Dalam proses perakitan kuda-kuda di lokasi proyek, langkah-langkah cepat yang sering digunakan untuk merakit kuda-kuda tipikal (jika sudutnya sama) adalah: a. Merakit terlebih dahulu kuda-kuda segitiga yang paling besar dan tinggi sebagai master. b. Merakit kuda-kuda lain, yang mempunyai bentangan serta arah kiri-kanan (LR) sama, dengan cara mengemalkan chord-chordnya ke kuda-kuda master, tetapi ukuran dan jarak antara web-webnya tetap harus mengikuti ukuran masing-masing kuda-kuda. c. Setelah langkah kedua selesai, dilanjutkan dengan LR nya yang berbeda dari kuda-kuda master. Kuda-kuda master dibalik, dan selanDIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
64
Gambar 10.23. Contoh sistem tumpuan Wall-Plate Kuda-kuda ditumpukan pada boxed C75.100 , diikat dengan grip segitiga 10.24 Kontrol siku leveling ring balok DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Gambar dan
65
Gambar 10.26 Pengangkat kuda-kuda secara manual 2) Memasang kuda-kuda sesuai dengan nomornya di atas ring balok atau wall-plate, berdasarkan gambar kerja. Gambar 10.25 Pemberian tanda posisi perletakan kuda-kuda dan pengukuran jarak antar kuda- kuda c. Langkah 3: Pengangkatan dan pemasangan kuda-kuda 1) Mengangkat kuda-kuda secara hatihati, agar tidak mengakibatkan kerusakan pada rangkaian kuda-kuda yang telah selesai dirakit. Gambar 10.27 Pemasangan kudakuda di atas ring balok 3) Memastikan posisi kiri dan kanan (L-R) kuda-kuda tidak terbalik. Sisi kanan dan kiri kuda-kuda dapat ditentukan dengan acuan posisi saat pekerja melihat kuda-kuda, dengan mulut web dapat dilihat oleh pekerja. Bagian di sebelah kiri pekerja disebut DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
66
Gambar 10.28 Kontrol posisi kudakuda tegak lurus terhadap ring balok 5) Mengencangkan kuda-kuda dengan plat L (L bracket), dengan menggunakan 4 buah screw 12 14 x 20 HEX.
Gambar 10.30 Kontrol ketinggian kuda-kuda (Apex) 12) Bila menggunakan aluminium foil, lapisan ini dipasang terlebih dahulu di atas truss, jurai dan rafter. 13) Memasang reng (roof battens) dengan jarak menyesuaikan jenis penutup atap yang digunakan. Setiap pertemuan reng dengan kuda-kuda diikat memakai screw ukuran 10-
6) Mengencangkan plat L dengan ring balok menggunakan dynabolt, dan DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 67
Gambar 10.31 Pemasangan screw pada reng (Roof Battens) 14) Memasang outrigger (gording tambahan setelah kuda-kuda terakhir yang menumpu ringbalk). Pada atap jenis pelana, outrigger dapat dipasang sebagai overhang dengan panjang maksimal 120 cm dari kuda-kuda terluar, dan jarak antar outrigger 120 cm. outrigger harus diletakkan dan discrew dengan dua buah kuda-kuda yang terdekat.
Gambar 10.33 Contoh hasil pemasangan outrigger dengan sistem overhang Catatan: Beban diterima oleh reng tunggal, dan pada bagian tepi/ujung ditumpu oleh C.75x0.75 15) Memasang ceilling battens dengan jarak antar masing-masing ceilling battens adalah 120 cm. Komponen ini dipasang pada permukaan bagian atas bottom chord kudakuda dan di-screw. Untuk pertemuan ceilling battens dengan ring balok di beri bantalan bracket yang diikat memakai 2 (dua) buah dynabolt. Fungsi ceilling battens adalah untuk memperkuat ikatan antar kuda-kuda. Jika diperlukan, sambungan memanjang ceilling battens sebaiknya tepat diatas bottom chord. Setiap sambungan harus overlap 40 cm, dan setiap pertemuan dengan bottom chord harus di-screw. Ceiling battens selanjutnya dapat difungsikan untuk menahan plafond dan penggantung nya.
68
Gambar 10.35 Sambungan ceilling battens atau top span overlap sepanjang 40 cm dengan perkuatan 4 buah screw d. Pemasangan penutup atap 1) Memeriksa ulang pemasangan kuda-kuda sesuai dengan nomor, kedataran nok maupun sisi atap, dan memastikan support overhang terpa sang dengan benar . 2) Bila menggunakan Aluminium Foil, maka lapisan ini dipasang terlebih dahulu di atas jurai dan rafter, 3) Menentukan jarak reng sesuai dengan jenis penutup atap yang Gambar 10.36 Pemasangan penutup atap
69
70