You are on page 1of 30

BAB I LANDASAN TEORI

1.1.

Jurnal 1 Penentuan Magnesium di dalam air secara Potensiometri Noor Yudhi Abstrak PENENTUAN SECARA MAGNESIUM DI DALAM AIR analisis POTENSIOMETRI. Telahdilakukan

magnesium di dalam air dengan mengacu pada prosedur Application Bulletin No. 125/2e yaitu dengan cara titrasi potensiometri. Air yang mengandung magnesium dianalisis dengan cara titrasi potensiometri memakai titer larutan Na-EDTA 0,01 N. Dalam percobaan digunakan magnesium standar yaitu MgO dan ISE Ca. Elektroda ion selektif digunakan sebagai penunjuk penentuan secara kompleksometri dari ion magnesium dengan zat pengomplek. Titran Na-EDTA digunakan sebagai zat pengomplek pembentuk Mg-EDTA sehingga jumlah Mg dapat ditentukan. Dalam penelitian ini dilakukan standardisasi larutan standar magnesium dengan konsentrasi 1, 2, 2,5, 5, 10 ppm dan analisis magnesium didalam air tawar dan air laut. Dan dari standardisasi diperoleh standar deviasi, presisi, akurasi untuk masing masing konsentrasi serta batas deteksi dan kurva linieritas. Dari hasil analisis magnesium diperoleh kadar magnesium didalam air. Dari percobaan diperoleh hasil bahwa dari uji linieritas diperoleh kurva kalibrasi dengan derajat linieritas sebesar 0,9993. Dari analisis

magnesium diperoleh kadar Mg dalam air sebesar 1,99 ppm dan kadar Mg didalam air laut sebesar 384,63 ppm. KATA KUNCI : Analisis air, magnesium (ppm), potensiometri. 1.1.1. Pendahuluan Dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan analisis kimia di Laboratorium Uji Bahan PTBN, maka pelayanan analisis Uji Bahan perlu ditingkatkan diantaranya analisis Calsium dan magnesium. Analisis ini perlu dilakukan untuk menentukan kesadahan calsium maupun kesadahan magnesium terutama untuk penyediaan air di bidang analisis/proses. Kesadahan yang terdapat didalam air, ( baik itu air permukaan ataupun air tanah), biasanya akibat terlarutnya garam Calcium dan Magnesium oleh air yang mengalir pada batuan /tanah. Biasanya batuan / tanah tersebut banyak mengandung mineral limestone, dolomite dan gypsum. Larutan tersebut dapat berupa garam CaSO4, CaCl2 dan MgSO4, MgCl2 yang disebut kesadahan tetap, ataupun dapat berupa Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2 yang disebut kesadahan sementara. (1) Kesadaan tetap/ sementara tidak diinginkan di dalam suatu proses industri baik itu sebagai bahan baku air pengisi ketel uap ataupun proses /industri kimia yang perlu kemurnian tinggi. Untuk penyediaan air pada laboratorium kimia yang bebas dari unsur Calcium, Magnesium dan Clorida cukup sulit. Unsur tersebut sulit dihilangkan, perlu suatu proses gabungan antara destilasi dan demineralisasi (penukar ion) untuk menghilangkannya, Sebagai contoh air kran yang ada di laboratorium Kendali kualitas B3N konduktifitasnya berkisar 100-110 mikro siemen dan masih mengandung unsur Ca 10-12ppm, Mg 2-4pm dan Cl 10-15pm. Setelah melalui suatu proses destilasikonduktifitasnya masih berkisar 3-4 mikro siemen kadar Calcium, Magnesium berkisar 1-2 ppm dan kadar Cl sebesar 2 ppm.(**) .

Hipotesa dari percobaan ini adalah karena persyaratan air di dalam laboratorium kimia sesuai SNI konduktivitasnya lebih kecil 0,055 mikro siemen. Untuk memenuhi persaratan tersebut perlu didestilasi ulang ataupun melalui suatu proses demineralisasi (penukar ion). Oleh karena itu kualitas analisis kimia di B3N, terutama penentuan Calcium, Magnesium dan Clorida perlu ditingkatkan kemampuannya untuk menunjang kebutuhan air demineralisasi di laboratorium. Percobaan ini bertujuan melakukan standarisasi terhadap standar Magnesium. Dari standarisasi diperoleh kurva linieritas, presisi dan akurasinya pada setiap titik-titik konsentrasi pengukuran larutan standar Berdasarkan pengukuran standar diatas dapat ditentukan pula batas minimal konsentrasi magnesium yang dapat dianalisis di dalam air. Sasaran yang ingin dicapai dalam percobaan ini adalah diperolehnya prosedur analysis magnesium di dalam air secara titrasi potensiometri. Metoda yang digunakan dalam analisis calsium dan magnesium adalah mengacu pada prosedur Application Bulletin Metrohm No. 125/2e, yaitu titrasi potensiometri. Dalam percobaan ini digunakan satu set alat Titroprocessor Metrohm yang dilengkapi dengan elektroda utama, calsium selektive indikator 6.0504.100 dan elektroda pembanding Ag/AgCl 6.0733.100. (2) Bahan yang digunakan meliputi Potasium hidroksida 4 M, larutan acetyl aceton 0,2 M dan larutan penyangga NH4Cl+NH4OH (pH 10) dan campuran larutan standar Ca 1000 ppm+Mg 500 ppm. (3) 1.1.2. CARA KERJA Dibuat larutan titer, c(Na-EDTA) = 0,01 mol/L + c(KOH) = 0,1 mol/L, Larutan Auxiliarycomplexing yaitu c(acetyl aceton) = ,1 mol/L + c(TRIS) = 0,2 mol/L, masing-masing dibuat I liter. Dibuat

juga larutan standar campuran calcium 1000 ppm dan magnesium 500 ppm sebanyak 200 ml. Pada percobaan ini digunakan titer larutan Na-EDTA 0.01 M dan larutan standar campuran Calcium dan Magnesium. Larutan standar campuran merupakan campuran dari standar calcium 1000 ppm (CaCO3) dan standar magnesium 500 ppm (MgO), disebut larutan induk. Parameter percobaannya yaitu variasi konsentrasi larutan campuran standar calsium dan magnesium, tiap tiap parameter dilakukan pengulangan tujuh kali. Percobaan dilakukan dengan membuat larutan standar Magnesium dengan konsentrasi 1, 2, 2.5, 5, dan 10 pmm, dengan cara dipipet larutan induk sebanyak 100, 200, 250, 500 dan 1000 mikro liter, dilarutkan dalam 50 ml air suling. Untuk penentuan calcium dan magnesium ditambah 7,50 mL larutan Auxiliary complexing yaitu c(acetyl aceton) = 0,1 mol/L + c(TRIS) = 0,2 mol/L Masing-masing parameter dititrasi dengan larutan titer c(Na-EDTA) = 0,01 mol/L + c(KOH) = 0,1 mol/L dengan pengulangan 7 kali. Titrasi dilakukan dengan menggunakan alat titroprocessor. Penentuan calcium dan magnesium dihitung dengan rumus 1: (2) Kadar Calcium = EP1 x CO1 x CO2 x CO3 ppm COO Kadar Magnesium = (EP2-EP1) x CO1 x CO3 x CO4 ppm COO EP1 = Vol. Awal NaEDTA 0,01 M, ml, pada titik equivalen awal EP2 = Vol. Ahir NaEDTA 0,01M, ml, pada titik equivalen ahir CO1 = 0,01, Molaritas NaEDTA CO2 = 40, Berat atom calcium CO3 = 1000, konversi ke ppm. CO4 = 24, Berat atom magnesium.

COO = Berat sampel, gram Pengamatan diasumsikan pada tingkat kepercayaan 95%, dengan rumus perhitungan sebagai berikut : (4) - Hasil pengukuran analit = pengukuran rerata analit 2 Standar Deviasi - Kesalahan analisis = 2 SD / pengukuran rerata analit x 100 %. - Presisi = Standar Deviasi / pengukuran rerata analit x 100% - Akurasi = pengukuran rerata analit / konsentrasi analit dalam standar x 100 % Dari hasil analisis ini dapat ditentukan limit deteksi terendah, kurva linieritas dan persamaan garisnya. 1.1.3. Tata Kerja 1.1.3.1. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pemotong, tungku anil, peralatan preparasi sampel, mikroskop optik, dan alat uji kekerasan mikro Vickers dengan beban 100 P. 1.1.3.2. Cara Kerja Ingot paduan ZrNb0,1%Si, ZrNb0,2%Si, dan ZrNb0,25%Si dipotong menjadi 15 buah, dengan kode sampel sebagai berikut: A = ZrNb0,1%Si; B = ZrNb 0,2%Si; C = ZrNb0,25%Si; tanpa anil dengan kode A0, B0 dan C0; untuk suhu 400 C dan waktu 4 jam kode A1, B1, C1; untuk suhu 800 C dan waktu 4 jam dengan kode A3, B3, C3; untuk suhu 400 C dan waktu 6 jam dengan

kode A4, B4, C4; dan untuk suhu 800 C dan waktu 6 jam dengan kode A6, B6, C6. 1.1.3.3. Anil, Metalografi dan Uji Kekerasan Ingot paduan ZrNbSi dengan variasi (0,1;0,2;0,25)% Si dipotong menjadi 15 buah. Hasil pemotongan kemudian mengalami proses anil dengan suhu 400 C dan 800 C dengan waktu penahanan 4 jam dan 6 jam. Hasil anil kemudian di-mounting, digerinda, dipoles dan dietsa. Selanjutnya dilakukan pengamatan mikrostruktur dengan mikroskop optik dan uji kekerasan dengan alat uji kekerasan mikro Vickers. 1.1.4. Hasil dan Pembahasan 1.1.4.1. Hasil Gambar Mikrostruktur dengan Perbesaran 200

1.1.4.2. Pembahasan 1.1.4.2.1. Pengaruh Penambahan Si terhadap Mikrostruktur Paduan ZrNbSi Dari hasil pengamatan mikrostruktur seperti pada Gambar 11, terlihat bahwa dengan adanya peningkatan kadar Si dalam paduan

ukuran butir mengalami penurunan. Data lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Cara menentukan ukuran butir dilakukan dengan metode intercept. Bentuk dari butiran yaitu sama sisi (equiaxed). Pada masing-masing konsentrasi Si yang sama, dengan meningkatnya suhu anil terjadi penurunan ukuran butir. Hal ini diakibatkan oleh adanya proses difusi Si yang semakin merata, sedangkan penambahan Si di dalam paduan ZrNbSi sebagai penghalus butir (grain refiner). Sehingga makin merata distribusi Si dalam paduan makin banyak butiran halus yang terbentuk. Disamping itu adanya penambahan Si dapat pula menyebabkan terbentuknya fasa kedua. Kemungkinan fasa kedua yang terbentuk adalah SiZr3 seperti pada Gambar 1. Fasa kedua yang terbentuk tersebut juga dapat berfungsi untuk menghalangi pertumbuhan butir pada saat anil, sehingga dihasilkan butiran yang halus. 1.1.4.2.2. Pengaruh Penambahan Si terhadap

Kekerasan Paduan ZrNbSi Dari hasil uji kekerasan, seperti pada Gambar 12 terlihat bahwa dengan adanya peningkatan konsentrasi Si dalam paduan kekerasannya Kekerasan cenderung yang menurun. Data lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. cenderung menurun kemungkinan disebabkan oleh Si yang tidak

seluruhnya membentuk fasa kedua tetapi membentuk larutan padat sehingga paduan menjadi lebih lunak. Sifat mekanik Si yang berdiri sendiri lebih lunak dari fasa keduanya. 1.1.5. Kesimpulan Dari data mikrostruktur dan kekerasan, diperoleh bahwa penambahan Si akan memperhalus butir (butir semakin kecil) dan menurunkan kekerasan paduan. Oleh karena itu kekerasan paduan berbanding lurus dengan ukuran butir. Jadi yang mengendalikan kekerasan pada paduan ini adalah larutan padat Si. 1.1.6. Ucapan Terima Kasih Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada Sugondo, Isfandi, Hadijaya, Deni, Arief dan pihak-pihak lain yang telah mendukung dan membantu dalam proses penelitian ini dari awal hingga selesai. 1.2. Landasan Teori Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca2+) dan ion magnesium (Mg2+) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan melarutkan sabun. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume dari CaCO3. 1.2.1. Hardness

1.2.1.1. Pengertian Hardness Hardness adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca2+) dan ion magnesium (Mg2+) dalam bentuk garam karbonat. 1.1.1.1.Klasifikasi Hardness Kesadahan dapat dibedakan menjadi : 1. Kesadahan Sementara Kesadahan sementara adalah kesadahan yang disebabkan seperti oleh adanya garam-garam Mg(HCO3)2. terbentuk bikarbonat, pemanasan berikut : Ca(HCO3)2 (dipanaskan) Mg(HCO 3)2 (dipanaskan) 1. Kesadahan Tetap Kesadahan tetap adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam klorida, sulfat, dan karbonat (endapan) dan magnesium hidroksida (endapan) dalam air. Kesadahan tetap dapat dihilangkan dengan penambahan natrium karbonat atau kalsium hidroksida menjadi endapan CaCO3 dan Mg(OH)2 seperti reaksi berikut : CO2 + H2O + CaCO3 (endapan) CO2 + H2O + MgCO3 (endapan) Ca(HCO3)2, sehingga

Kesadahan sementara dapat dieliminir dengan (pendidihan), endapan CaCO3 atau MgCO3. Reaksinya sebagai

2.

Kesadahan umum ( General Hardness ) Kesadahan umum atau General Hardness merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca2+) dan ion magnesium ( Mg2+) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit diukur sehingga diabaikan. GH pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/ satu atau dengan menggunakan persejuta bagian) konsentrasi molar kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan (dH), CaCO3.

3.

Kesadahan Karbonat Kesadahan karbonat atau KH merupakan besaran yang menunjukkan kandungan ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO3) di dalam air. KH sering disebut sebagai alkalinitas yaitu suatu ekspresi dari kemasaman H+)Kesadahan kemampuan air untuk mengikat (ion-ion ini yang mampu mengikat dihilangkan umumnya

menggunakan resin penukar ion. Untuk proses air minum sampai sekarang hanya dipakai resin dengan sifat anionik. 1.2.2. Faktor Faktor yang mempengaruhi Hardness Faktor yang mempengaruhi hardness adalah kandungan mineral mineral umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Selain iti hardness juga

dipengaruhi oleh ion logam maupun garam garam bikarbonat dan sulfat. 1.2.3. Penanggulangan Hardness 1.3.3.1. Penanggulangan kesadahan sementara Kesadahan sementara dapat dieliminir dengan pemanasan ( pendidihan ), sehingga terbentuk endapan CaCO3- atau MgCO3-. Garam MgCO3 mempunyai kelarutan yang lebih di air panas,namun semakin rendah temperature air kelarutan MgCO3 semakin kecil , bahkan menjadi tidak larut dan dapat mengendap. Garam CaCO3 kelarutannya lebih kecil dari MgCO3 sehingga pada air panas sebagian CaCO3 mengendap,pada air dingin pengendapannya akan lebih banyak lagi. 1.3.3.2.Penanggulangan kesadahan tetap Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan

pengendapan kimia dapat dilakukan dengan proses kapur soda ash ( lime soda softening ) atau dengan proses soda kaustik. Dengan penambahan kapur tersebut dapat terjadi pengendapan. Endapan yang terjadi dapat dipisahkan dari air dengan cara pengendapan. Penanganan Kesadahan Banyak cara yang dapat dilakukan untuk

menurunkan kesadahan. Yang paling baik adalah dengan menggunakan reverse osmosis (RO) atau deioniser (DI). Celakanya metode ini termasuk dalam metode yang mahal. Hasil reverse osmosis akan memiliki kesadahan = 0, oleh karena itu air ini perlu dicampur dengan air keran

sedemikian rupa sehingga mencapai nilai kesadahan yang diperlukan. 1.2.4. Metode Analisis Hardness Metode Analisis Hardness ada 3 yaitu : 1. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak , sabun akan menghasilkan busa yang banyak . Pada air sadah sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. 2. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi , dimana EDTA digunakan sebagai titran dan menggunakan indicator yang peka terhadap semua kation tersebut. 3. Metode perhitungan Hardness Metode perhitungan Hardness didasarkan atas perhitungan ion ion yang bervalensi 2 yang didapat dari hasil analisis. Perhitungan kesadahan dilakukan dengan menggunakan rumus umum sebagai berikut :
50 Kesadahan ( Mg/l CaCO3) = M2+( dalam Mg/l ) x -----------------Berat ekivalen M2+ 2+ M = mewakili ion lain yang bervalensi

BAB II ALAT DAN BAHAN

2.1. Alat Alat yang digunakan dalam praktikum Analisa Hardness Air adalah sebagai berikut : 1. Buret dan statif 2. Pipet volumetrik 3. Labu ukur 1000 ml 4. Beaker glass 5. Erlenmeyer 6. Corong 7. Gelas ukur 8. Pipet tetes 9. Tissu Dalam

10.Spatula 11.Botol sem

2.2. Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum Analisa Hardness Dalam Air adalah sebagai berikut : KCN 10% , HONH2HCL 10% , Buffer pH 10 ( NH4Cl , NH3 dan Aquades ), Indikator EBT 0,5% , Methanol , Larutan EDTA 0,01 M ( NA2EDTA ), KOH 50% ,Indikator NaNa dan sampel ( Anda dan Clean - Q )

BAB III PROSEDUR KERJA


3.1. Prosedur Kerja Penetapan Kadar Ca2+ 1. Semua peralatan dibersihkan seperti Erlenmeyer,buret,dan pipet - pipet yang akan digunakan. Pertama dicuci dengan air kran kemudian Erlenmeyer di keringkan dengan tissue sampai kering sedangkan untuk buret setelah dicuci dengan air kran lalu di cuci dengan bahan yang akan digunakan untuk titrasi sepeti EDTA. Untuk pipet sama perlakuannya dengan buret. 2. Dipipet sampel ( Anda ) sebanyak 25 ml 3. ditambahkan 50 ml aquades 4. ditambahkan 4 ml KOH 50%

5. setelah tercampur sempurna diamkan selama 5 menit 6. lalu ditambahkan HONH2HCl 10% sebanyak 0,5 ml kemudian digoyang sampai rata 7. ditambahkan sedikit Indikator Nana , kemudian dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari lembayung menjadi biru 8. kemudian dicatat volume titrasi yang terbaca pada buret 9. dengan cara yang sama percobaan diulangi untuk sampel Clean Q. 3.2. Prosedur Kerja Penetapan Kadar Mg+ 1. Semua peralatan dibersihkan seperti Erlenmeyer,buret,dan pipet - pipet yang akan digunakan. Pertama dicuci dengan air kran kemudian Erlenmeyer di keringkan dengan tissue sampai kering sedangkan untuk buret setelah dicuci dengan air kran lalu di cuci dengan bahan yang akan digunakan untuk titrasi sepeti EDTA. Untuk pipet sama perlakuannya dengan buret. 2. Dipipet sampel ( Aqua ) sebanyak 25 ml 3. ditambahkan 50 ml aquades 4. ditambahkan 0,5 ml KCN 10% 5. ditambahkan 3 tetes HONH2HCl 10% 6. lalu ditambahkan buffer pH 10 sebanyak 2ml 7. ditambahkan sedikit Indikator EBT kemudian dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari lembayung menjadi biru 8. dicatat volume titrasi yang terbaca pada buret 9. dengan cara yang sama percobaan diulangi untuk sampel Clean Q

3.3

Prosedur Kerja Penetapan Kesadahan Total 1. dipipet Erlenmeyer 2. ditambahkan aquadest dan 0,5 ml KCN 10% 3. ditambahkan 0,5 ml HONH2HCl 10% 4. ditambahkan 2 ml Buffer pH 10 5. ditambahkan 2-3 tetes indikator EBT lalu aduk rata kemudian dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M. 6.dicatat volume titrasi yang terbaca pada buret sampel yang mengandung Ca dan Mg kedalam

BAB IV DATA PENGAMATAN


Kadar Ca2+ Sampel V Sampel (ml) V KOH 50% (ml) V HONH2

N EDTA

V EDTA (ml)

HCl 10% (ml)

Clean Q Anda

25 25

4 4

0,5 0,5

0,01 0,01

2,7 3,1

Perubahan warna :
1. Penetapan Ca2+ Sampel + aquades larutan tidak berwarna larutan tidak berwarna larutan tidak berwarna larutan merah lembayung

Larutan tidak berwarna + KOH 50% Larutan tidak berwarna + HONH2HCl 10% Larutan tidak berwarna + indikator NaNa titrasi Larutan merah lembayung

larutan biru

EDTA

Kadar Mg2+ Sampel Clean Q Anda V Sampel (ml) 25 25 V KCN 10% (ml) 0,5 0,5 V EDTA 0,01 N (ml) 2,6 4,7 V Buffer pH 10 (ml) 2 2

1. Penetapan Mg2+ Sampel + aquades larutan tidak berwarna Larutan tidak berwarna + KCN 10% larutan tidak berwarna Larutan tidak berwarna + HONH2HCl 10% Larutan tidak berwarna + buffer pH 10 Larutan tidak berwarna + larutan EBT titrasi Larutan merah lembayung larutan biru larutan tidak berwarna larutan tidak berwarna larutan merah lembayung

EDTA

BAB V PENGOLAHAN DATA


5.1.

Perhitungan Kadar Ca2+

ANDA
Dik : a ( volume EDTA untuk titrasi penentuan Ca ) = 3,1 ml V sampel ( aqua ) = 25 ml

0,4 mgr Ca+2 1 ml EDTA Ca2+ = a x 1000/v x 0,4 = 3,1 x 1000/25 x 0,4 = 49,6 ppm

Clean Q
Dik : a ( volume EDTA untuk titrasi penentuan Ca ) = 2,7 ml V sampel ( aqua ) = 25 ml 0,4 mgr Ca+2 1 ml EDTA Ca2+ = a x 1000/v x 0,4 = 2,7 x 1000/25 x 0,4 = 43,2 ppm

5.2.

Perhitungan Kadar Mg2+

ANDA
Dik : b (volume EDTA untuk titrasi penentuan Mg) = 4,7 ml a (volume EDTA untuk titrasi penentuan Ca) = 3,1 ml VMg (volume sampel yang dipipet untuk Mg) = 25 ml VCa (volume sampel yang dipipet untuk Ca) = 25 ml

0,243 = 1 ml EDTA 0,243 mg Mg+2

Mg2+ = b/VMg a/VCa x 1000 x 0,243 = 4,7 / 25 3,1 / 25 x 1000 x 0,243 = 15,552 ppm

Clean Q
Dik : b (volume EDTA untuk titrasi penentuan Mg) = 2,6 ml a (volume EDTA untuk titrasi penentuan Ca) = 2,7 ml VMg (volume sampel yang dipipet untuk Mg) = 25 ml VCa (volume sampel yang dipipet untuk Ca) = 25 ml 0,243 = 1 ml EDTA 0,243 mg Mg+2

Mg2+ = b/VMg a/VCa x 1000 x 0,243 = 2,6 / 25 2,7 / 25 x 1000 x 0,243 = - 0,972 ppm

5.3. Perhitungan Kadar Kesadahan Total

ANDA
Dik : ml ( volume EDTA yang ditetapkan ) = 4,7 ml 0,01 = mol / 1 EDTA 100 = BM CaCO3

V ( volume sampel ) = 25 ml

TH

= ml x 0,01 x 1000 x 100 25 = 4,7 x 0,01 x 1000 x 100 25 = 188 ppm

Clean Q
Dik : ml ( volume EDTA yang ditetapkan ) = 2,6 ml 0,01 = mol / 1 EDTA 100 = BM CaCO3 V ( volume sampel ) = 25 ml

TH

= ml x 0,01 x 1000 x 100 25 = 2,6 x 0,01 x 1000 x 100 25 = 104 ppm

5.4. REAKSI
1. Reaksi Penetapan Kadar Ca2+
Ca++ Ca(OH)2 + + 2 KOH Ca(OH)2 + 2 K+ CaCl2 + + H2O + 2 H2O

2 HONH2HCl

NH4(OH)2

2CaCl2

+ H2O(CH2)NH2CH2N CH2COOH2 CH2COOH N - CH2 - CH2 - N

H2O + Ca2(CH2)2NH2CH2N CH2COOCl2 +

HOOCCH2

HOOCH2

CH2COOH

HOOCCH2 N - CH2 - CH2 N HOOCH2 CH2COOCL2

CH2COOCl2

CH2COOCl2

H2O (CH2)2 NH2- CH2 N

2. Reaksi Penetapan Kadar Mg2+


Mg++ + KCN MgCN2 + K+

MgCN2 + 2HONH2HCL

MgCl2 + NH4 (OH)2 + H2O

OH

OH

MgCl2 + O3S N=N

NO2

Cl

Cl

Mg (OH)2 + O3S

N=N

Biru

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.

KESIMPULAN

a.

Pengertian kesadahan air adalah banyaknya lainnya kandungan

garam-garam mineral seperti kalsium dan magnesium dan logam lainnya yang terdapat dalam air dalam jumlah yang melebihi batas aturan yang telah ditentukan atau yang telah disepakati bersama. b. Air yang berlabel Anda memiliki kadar kalsium (Ca 2+) sebesar

49,6 ppm, kadar magnesium (Mg2+) sebesar 15,552 ppm, dan kesadahan totalnya sebesar 188 ppm. Sedangkan air yang berlabel Clean-Q memiliki kadar kalsium (Ca2+) sebesar 43,2 ppm, kadar magnesium (Mg2+) sebesar 0,972 ppm, dan kesadahan totalnya sebesar 104 ppm. Jadi dapat disimpulkan bahwa air mineral yang berlabel Anda lebih tinggi mineralnya di bandingkan dengan air mineral yang mempunyai berlabel clean-Q.

6.2.

SARAN Sebaiknya sampel yang diuji jangan hanya 2 jenis minuman air

mineral saja agar kita bisa mengetahui lebih jelas air mineral yang bagus untuk dikonsumsi dan baik bagi kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

SIGIT, WIDJAKSANA, MUCHLIS B., dan R.A. SURYANA, Analisis Fenomena Proses Pengompakan Serbuk Zircaloy-4, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah, PPNYBATAN, Buku II, ISSN 0216-3128, Yogyakarta, April 1995, hal.125-130. PARVENOV, B.G., GERASIMOV, V.V., and IVENEDIKTOVA, G., Corrosion Zirconium and Zirconium Alloys, Israel Program for Scientific Translation Jerusalem, 1969, pp.10,18-23. SIGIT, Bahan Dukung dan Struktur, Diklat Teknologi Industri Bahan Bakar Nuklir, Serpong, 10-26 Juli 1995, hal.11. SUGONDO, dan MUCHLIS, B., Optimasi Karakteristik Ketahanan Korosi Zirkaloi Melalui Variabel Pemadu, Seminar FTUI, PEBN-BATAN, 4-7 Agustus 1998, hal.3-4. THADEUS, B.M., OKAMATO, H., SUBRAMANIAN, P.R., and KACPZAK, L., Binary Alloy Phase Diagrams, ASM International, 2nd ed., Vol. 23. DALGAARD, S.B., ibid, p.159. ELLS, C.E., et.al., Proceedings of the Third UN International Conference on the Peaceful Uses of Atomic Energy, Geneva, 1964.

LAMPIRAN Karakteristik Air

Air di alam = H2O + X X berupa: a. Faktor non biologis (organik, anorganik). b. Faktor biologis (mikroba, protozoa, hewan kecil). Besarnya X dapat menunjukkan tingkat pencemaran air, perlu analisa untuk menentukan karakter air. A. Karakter fisik: 1. Temperatur/suhu, berpengaruh terhadap reaksi kimia, reduksi kelarutan gas. 2. Rasa dan bau, diakibatkan oleh senyawa-senyawa lain dalam air seperti gas H2S , NH3, senyawa fenol, dll. 3. Warna : air yang murni tidak berwarna, bening dan jernih, adanya warna pada air menunjukkan adanya senyawa lain yang masuk ke dalam air. 4. Turbiditas/kekeruhan, karena adanya bahan dalam bentuk koloid dari partikel yang kecil, dan atau adanya pertumbuhan mikroorganisma. 5. Solid, disebabkan oleh senyawa organik maupun anorganik dalm bentuk suspensi (larut). Jumlah total kandungan bahan terlarut = TDS (Total dissolve solid), sedangkan bahan yang tidak terlarut (terpisah dengan filtrasi atau sentrifugasi) = Suspended Solid (SS). B. Karakteristik kimia: 1. pH, konsentrasi H+ 2. potensial oksidasi-reduksi 3. alkalinitas 4. asiditas 5. kesadahan 6. dissolved Oxygen(DO) 7. oxygen Demand (BOD) 8. nitrogen (organik, anorganik) 9. pospat 10. klorida.

C. Karakteristik Biologi: Organisme yang ditemukan dalam perairan: bakteri, virus,algae, jamur, mikroinvertebrata (protozoa, serangga, cacing, dll). Karakteristik biologi ditentukan dengan parameter yang disebut indeks biotik. Indeks ini menunjukkan ada tidaknya organisme.
Karakteristik Air

You might also like