You are on page 1of 16

Remaja Pakai Kontrasepsi?

Hmm Posted in Sobat Muda Tahun 1 by Leila Amra on the July 5th, 2007

Kamu kenal kontrasepsi kan? Benar, kontrasepsi itu biasa dipakai ibu-ibu atau bapak-bapak para peserta keluarga berencana. Nah itu yang biasa kita temui. Tapi ternyata nih, sekarang para pengguna kontrasepsi ini adalah para remaja yang tentunya belum pada menikah. Aduuh, kok bisa sih? Yuk kita simak uraian berikut, biar kita jadi ngeh. Kontrasepsi adalah usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kehamilan. Tentu saja kontrasepsi itu ditujukan untuk para wanita yang sudah menikah. Urusan perkontrasepsian ini kalo di Indonesia diurusin oleh BKKBN alias Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Kenapa mesti ngurusin masalah seperti ini? Kata pemerintah nih ya, untuk mengatur jumlah kelahiran, supaya aman dan terkendali alias pengurusan anak dan masa depan anak terjamin. Jadi selama pasangan suami-istri itu belum atau tidak ingin punya anak, maka mereka menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah terjadinya kehamilan. Kalo sudah ada keinginan untuk punya momongan, maka alat kontrasepsi ini tidak digunakan lagi atau diberhentikan dari pekerjaannya (PHK nih ye). Jadi, alat-alat kontrasepsi disediakan untuk pasangan suami-istri agar mereka mampu mengatur jumlah kelahiran anak yang mereka inginkan. Adapun jenis alat kontrasepsi (alkon) ada bermacam-macam. Ada kontrasepsi tanpa alat, ada juga yang menggunakan alat, atau obat. Juga ada yang sifatnya permanen, yang dinamakan dengan sterilisasi atau kontrasepsi mantap alias kontap, namun ada juga yang sementara. Jangan salah lho bahwa alkon yang ada hanya untuk wanita saja, pria juga bisa pake. Apa saja sih yang termasuk alat atau obat kontrasepsi? Kita akan bahas beberapa saja ya. Untuk para ibu, tersedia banyak pilihan, mulai dari pil, suntik baik suntik bulanan maupun tiga bulanan, susuk KB yang dipasang di bawah kulit, maupun IUD atau spiral. Sedangkan untuk para bapak tersedia kondom. Itu semua termasuk dalam kelompok alat dan obat kontrasepsi yang bersifat sementara atau temporer. Jadi kalo sudah ingin punya anak lagi, maka alat kontrasepsinya berhenti dipakai. Sedangkan kontap atau kontrasepsi mantap, maka teoritis, metode ini merupakan metode yang permanen, baik untuk para pria maupun para ibu, yang sudah tidak ingin punya anak lagi. Nah, jenis yang banyak peminatnya adalah yang menggunakan obat-obatan. Sebagaimana sudah disebutkan di atas, yang termasuk di dalamnya adalah pil, suntik, dan susuk. Isi dari ketiga jenis obat kontrasepsi ini adalah hormon. Itu sebabnya dinamakan juga dengan kontrasepsi hormonal. Hormon yang digunakan untuk kontrasepsi adalah estrogen dan progesteron. Dua hormon ini digunakan sebagai bahan kontrasepsi karena keduanya dapat mencegah terjadinya ovulasi (pembuahan), yang kemudian dapat mencegah terjadinya kehamilan. Sebagai kontrasepsi hormonal, kedua hormon tersebut digunakan secara sendiri-sendiri atau dikombinasi dalam dosis tertentu. Jadi ada banyak sekali pilihannya. Jadi tahu deh kamu tentang perkontrasepsian, walaupun tidak mendetail. Tapi Insya Allah bermanfaat untukmu. Jika remaja putri pake alkon Meski alkon sejatinya buat pasangan suami-istri, tapi sekarang ini malah ditemukan para gadis,

remaja putri yang belum menikah, yang menggunakan kontrasepsi ini, terutama kontrasepsi hormonal. Wah, kok bisa begitu ya. Kenapa? Ternyata mereka-mereka tidak ingin hamil! Eh, ngapain repot-repot minum pil dan suntik KB? Kalau belum menikah kan nggak bakalan hamil, jadi ngapain juga menjadi konsumen alat KB, alias jadi akseptor? Begitu mungkin pertanyaaan yang terlintas di benakmu. Rupanya remaja putri yang menjadi akseptor KB itu adalah mereka-mereka yang menjalani model kehidupan bebas yang dicontohkan oleh Barat. Biasanya mau hidup bersama tanpa nikah alias kumpul kebo, atau yang bergaul bebas, yang pacarannya kebablasan. Hmm teman-teman itu belum nikah, tapi suka dan sering melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh pria dan wanita yang sudah menikah. Kayaknya banyak teman remaja yang tahu, bahwa perbuatan seperti yang mereka lakukan itu bisa mengakibatkan terjadinya kehamilan. Nah, karena mereka tidak mau hamil, maka diminumlah pil KB itu untuk mencegah terjadinya kehamilan. Jadilah mereka itu remaja putri pemakai kontrasepsi. Begitu. Mengancam kesehatan Kontrasepsi hormonal, baik itu berupa pil maupun suntik, adalah termasuk dalam jenis obat. Dan yang namanya obat, hanya boleh dipakai sesuai dengan aturannya dan peruntukannya. Terlebih lagi, obat adalah racun dalam dosis yang tepat. Jadi penggunaan obat tanpa aturan justru akan membahayakan tubuh manusia. Demikian juga halnya dengan pemakaian obat-obat KB secara sembarangan. Para wanita yang sudah menikah yang menjadi akseptor KB akan mengkonsumsi obat-obat KB secara benar dan tepat karena mereka mendapatkan informasi yang cukup oleh tenaga kesehatan yang berwenang. Kalangan ini selalu melakukan konsultasi dan pemeriksaan rutin kepada para tenaga kesehatan. Dengan demikian, efek samping yang mungkin timbul selalu dalam pengawasan. Berbeda halnya dengan para remaj putri yang semau gue mengkonsumsi obat-obat KB tersebut. Sangat besar kemungkinannya mereka tidak mendapat informasi yang tepat dan akurat serta lengkap tentang obat KB yang mereka konsumsi. Bahkan boleh jadi mereka mendapatkan obat itu pada tempat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Kalian ingin tahu hal-hal yang bisa terjadi pada pemakaian obat KB? Simak baik-baik uraian berikut ini ya. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahan aktif obat KB adalah hormon estrogen dan atau progesteron. Nah, ada efek sampingannya bila orang mengkonsumsi obat KB, baik dalam bentuk pil ataupun suntik. Efek samping yang ringan yang sering ditemui adalah mual, sakit kepala, nyeri pada payudara, keputihan, juga adanya retensi cairan (berkurangnya pengeluaran cairan oleh tubuh) dan peningkatan berat badan. Selain itu pemakaian kontrasepsi hormonal ini juga bisa menaikkan tensi alias tekanan darahnya menjadi lebih tinggi. Jadi bagi penderita hipertensi (tekanan darah tinggi) tidak dianjurkan memakai kontrasepsi hormonal. Oleh karena itu para akseptor KB dimonitor terus berat badan dan tekanan darahnya. Selain itu, juga ditemukan bukti-bukti yang nyata bahwa mengkonsumsi hormon estrogen dalam waktu yang lama dan dosis tinggi dapat menyebakan pembesaran mioma uteri. Mioma uteri adalah salah satu jenis tumor jinak pada rahim. Sementara itu pemakaian hormon progesteron yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan yang tidak teratur, nafsu makan bertambah, jerawat bermunculan, rambut rontok dan bisa juga menimbulkan depresi. Efek samping yang lebih berat adalah terjadinya trombo emboli yang sangat berbahaya.

Oya, perlu diketahui juga bahwa tidak semua orang dapat minum pil atau disuntik KB. Ada kondisi-kondisi tertentu yang membuat pemakaian pil atau suntik justru membahayakan jiwa. Hal ini hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan kesehatan secara teliti oleh petugas kesehatan yang berwenang, yang biasanya justru dihindari oleh para remaja putri yang nakal. Wah, ngeri juga ya. Kebayang kan, kalau asal minum saja, resiko besar mengancam kesehatan para pemakaianya. Ingat dosa ya Kontrasepsi bagi para pasangan suami istri untuk mengatur jarak dan jumlah kelahiran, dibolehkan oleh Islam. Namun hal ini hanya berlaku untuk pasangan suami istri. Itu sebabnya, haram hukumnya jika alkon ini dipakai oleh para gadis dan jejaka yang melakukan seks bebas tapi takut terjadi kehamilan. Sobat muda sudah tahu, bahwa dari sudut kesehatan pemakaian obat KB secara tidak bertanggung jawab memiliki risiko yang bermacam-macam. Itu semua adalah resiko yang akan dihadapi di dunia. Tapi ada risiko yang jauh lebih besar, yang menunggu di akhirat kelak. Islam sebagai dien yang sempurna sudah memberikan aturan bagi kita agar kita mendapatkan kemaslahatan atau kebaikan. Islam sudah memiliki aturan tentang bagaimana pergaulan antar jenis. Pergaulan bebas, adalah satu hal yang diharamkan oleh Islam. Mendekati zina saja diharamkan, apalagi melakukannya. Pergaulan bebas, seks bebas atau apalah namanya adalah dosa besar. Hukuman perbuatan seperti itu yang dilakukan oleh para remaja putri dan jejaka adalah dicambuk seratus kali. Tentu yang melaksanakan hukuman itu adalah institusi yang memiliki wewenang, yaitu Daulah Islam. Kebayang dong konsekuensi yang harus ditanggung. Jadi mari tinggalkan perbuatan maksiat itu, tinggalkan ajakan setan. Kita jaga pergaulan kita sesuai dengan aturan Islam. Insya Allah akan membawa keberkahan dalam hidup kita. Oke deh sobat, jelas sudah bahaya pemakaian obat KB tanpa aturan. Jelas juga hukum gaul bebas dalam ajaran Islam. Kalau kita ingin mendapat ridla Allah, selamat dunia akhirat, mari kita kembali kepada aturan Islam yang diciptakan oleh Sang Pencipta manusia, yang Maha Tahu tentang keadaan manusia.[arum]

2.4 Kajian Tentang Kontrasepsi


2.4.1 Definisi Kontrasepsi Kontrasepsi adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya konsepsi/kehamilan dengan memakai cara, alat, obat-obatan yang dapat bersifat permanen (Manuaba, 2001). Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara atau menetap, yang dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat, atau dengan operasi (Mansjoer, 1999). Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen (Winkjosastro, 1999). Kontrasepsi (kontra-konsepsi) merupakan pencegahan terjadinya kehamilan atau konsepsi dengan memakai cara, alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998). 2.4.2 Tujuan Penggunaan Kontrasepsi Menurut Manuaba (2001), tujuan penggunaan kontrasepsi adalah: 2.4.2.1 Menunda kehamilan Pasangan dengan istri berusia kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya 2.4.2.2 Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan) Masa saat istri berusia 20-30 tahun adalah masa yang paling baik untuk melahirkan dengan dua anak yang jarak kelahirannya 3-4 tahun. 2.4.3 Syarat Kontrasepsi yang Baik Menurut Mochtar (1998), kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut: 2.4.3.1 Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya 2.4.3.2 Efek samping yang merugikan tidak ada 2.4.3.3 Lama kerjanya dapat diatur sesuai keinginan 2.4.3.4 Tidak mengganggu hubungan persetubuhan 2.4.3.5 Cara penggunaannya sederhana 2.4.3.6 Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas 2.4.3.7 Dapat diterima oleh pasangan suami istri 2.4.4 Jenis-jenis Kontrasepsi Menurut Manuaba (1999), jenis-jenis kontrasepsi adalah: 2.4.4.1 Kontrasepsi Sederhana 2.4.4.1.1 Senggama terputus 2.4.4.1.2 Pantang berkala 2.4.4.1.3 Kondom 2.4.4.1.4 Diafragma cap serviks 2.4.4.1.5 Kontrasepsi kimiawi (spermicida), misal jelli, tablet busa 2.4.4.2 Kontrasepsi Efektif 2.4.4.2.1 Kontrasepsi oral 2.4.4.2.2 Kontrasepsi suntik 2.4.4.2.3 Norplant 2.4.4.3 Kontrasepsi Efektif Mekanis 2.4.4.3.1 IUD/AKDR 3 2.4.4.4 Sterilisasi 2.4.4.4.1 Sterilisasi pria 2.4.4.4.2 Sterilisasi wanita 2.5 Kajian Tentang Kontrasepsi IUD 2.5.1 Pengertian Alat Kontrasepsi IUD Alat kontrasepsi IUD/AKDR adalah alat kecil yang terdiri dari bahan plastik yang lentur, yang dimasukkan ke dalam rongga rahim oleh petugas kesehatan yang terlatih (Manuaba, 1999). 2.5.2 Mekanisme Kerja Kontrasepsi IUD Menurut Saifuddin, 2003 Mekanisme kerja Kontrasepsi IUD adalah: 2.5.2.1 Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopii 2.5.2.2 Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

2.5.2.3 Kontrasepsi IUD bekerja teutama untuk mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi wanita dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi 2.5.2.4 Memungkinkan terjadinya implantasi telur dalam uterus 2.5.3 Cara Memasang Kontrasepsi IUD Menurut Mochtar, 1998 cara memasang kontrasepsi IUD adalah: 2.5.3.1 Sebelum periksa dalam dan pemasangan, sebaiknya IUD telah disiapkan dan dimasukkan dalam tabung penyalurnya 2.5.3.2 Bilas kemaluan luar dengan kapas air lisol 2.5.3.3 Pasanglah spekulum 2.5.3.4 Jepit porsio depan dengan cunam, suci hamakan kemudian bersihkan serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2.5.3.5 Tariklah pelan-pelan cunam porsio sehingga kanalis serviks arahnya menjadi lurus. Jangan ditarik terlalu kuat, ibu akan merasa nyeri dan kesakitan 2.5.3.6 Masukkan sonde rahim sesuai dengan arah letak rahim untuk mengukur dalamnya rahim 2.5.3.7 Kalau pembukaan kanalis servikalis agak sempit, dapat dilebarkan dengan dilatator hegar no 4-7 2.5.3.8 Buatlah ancang-ancang bagaimana alat penyalur harus dimasukkan kedalam rongga rahim 2.5.3.9 Selagi kanalis ditarik perlahan dengan cunam, tabung penyalur berisi IUD dimasukkan ke dalam rahim 2.5.3.10 Setelah dipastikan posisinya baik, IUD didorong dengan alat pendorong perlahan-lahan sampai keluar seluruhnya dari tabungnya 2.5.3.11 Keluarkan pendorong terlebih dahulu, agar benang tidak terjepit, baru kemudian tabung penyalurnya 2.5.3.12 Akhirnya, lepaskan cunam porsio dan olesi bekas jepitan dengan jodium tinctur, dan lepaskan spekulum 2.5.4 Waktu Penggunaan Kontrasepsi IUD Menurut Saifuddin, 2003 waktu yang tepat untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD ini adalah: 2.5.4.1 Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil 2.5.4.2 Hari pertama sampai ketujuh siklus haid 2.5.4.3 Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan 2.5.4.4 Setelah mengalami abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi 2.5.4.5 Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi 2.5.5 Keuntungan Kontrasepsi IUD Menurut Saifuddin, 2003 keuntungan pemakaian kontrasepsi IUD ini adalah: 2.5.5.1 Kontrasepsi IUD dapat efektif segera setelah pemasangan 2.5.5.2 Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti) 2.5.5.3 Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat 2.5.5.4 Tidak mempengaruhi hubungan seksual 2.5.5.5 Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil 2.5.5.6 Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A) 2.5.5.7 Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI 2.5.5.8 Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi) 2.5.5.9 Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir) 2.5.5.10 Tidak ada interaksi dengan obat-obatan 2.5.5.11 Membantu mencegah kehamilan ektopik 2.5.6 Indikasi Pemakaian Kontrasepsi IUD Menurut Mochtar, 1998 Indikasi Pemakaian Kontrasepsi IUD adalah: 2.5.6.1 Wanita yang telah mempunyai anak hidup satu atau lebih 2.5.6.2 Ingin menjarangkan kehamilan 2.5.6.3 Sudah cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi, namun takut atau menolak cara permanen (kontrasepsi mantap). Biasanya dipasang IUD yang efeknya lama 2.5.6.4 Tidak boleh atau tidak cocok memakai alat kontrasepsi hormonal (mengidap penyakit jantung, hipertensi, hati) 2.5.6.5 Berusia diatas 35 tahun, dimana kontrasepsi hormonal dapat kurang menguntungkan. 2.5.7 Kontraindikasi Pemakaian Kontrasepsi IUD Menurut Saifuddin, 2003 kontraindikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah:

2.5.7.1 Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil) 2.5.7.2 Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi) 2.5.7.3 Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis) 2.5.7.4 Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita abortus septik 2.5.7.5 Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri 2.5.7.6 Kanker alat genital 2.5.7.7 Ukuran rongga panggul kurang dari 5 cm 2.5.8 Efek Samping Kontrasepsi IUD Menurut Mochtar, 1998 efek samping kontrasepsi IUD adalah: 2.5.8.1 Nyeri dan mulas 2.5.8.2 Perdarahan 2.5.8.3 Keputihan (flour albus, lekorea) 2.5.8.4 Dismenorea (nyeri selama haid) 2.5.8.5 Disparenia (Nyeri sewaktu koitus) 2.5.8.6 Ekspulsi (IUD keluar dengan sendirinya) 2.5.8.7 Infeksi 2.5.8.8 Translokasi-dislokasi 2.5.8.9 Kehamilan dengan IUD insitu 2.5.8.10 IUD tertanam dalam dinding rahim 2.6 Dampak Konseling terhadap Kemantapan Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD bagi Akseptor KB IUD Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Kelurga Berencana. Konseling yang baik dapat membuat klien lebih puas dan dapat membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama, konsisten dan meningkatkan keberhasilan KB. Hal ini dikarenakan konseling merupakan suatu proses untuk meningkatkan keyakinan bagi akseptor KB IUD untuk tetap menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi yang tepat bagi dirinya karena klien (dalam hal ini akseptor KB IUD) memutuskan jenis kontrasepsi yang digunakan apakah sesuai dengan keadaan dirinya. Diposkan oleh trisna's blog di 03:37 Label: IUD, Konseling

Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana bagi Wanita


Pendahuluan Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Juga responsif terhadap berbagai tahap kehidupan reproduksi wanita. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak.

Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian, meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman, efektif, dengan metode yang dapat diterima, baik secara perseorangan maupun budaya pada berbagai tingkat reproduksi. Tidaklah mengejutkan apabila banyak wanita merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang problematis dan mungkin terpaksa memilih metode yang tidak cocok dengan konsekuensi yang merugikan atau tidak menggunakan metode KB sama sekali. Perasaan dan kepercayaan wanita mengenai tubuh dan seksualitasnya tidak dapat dikesampingkan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan kontrasepsi. Banyak wanita tidak bersedia mengubah siklus normalnya, karena takut bahwa perdarahan yang lama dapat mengubah pola hubungan seksual dan dapat mendorong suami berhubungan seks dengan wanita lain. Siklus yang memanjang atau perdarahan intermiten dapat membatasi partisipasi dalam aktivitas keagamaan maupun budaya. Oleh karena itu, pendapat suami mengenai KB cukup kuat pengaruhnya untuk menentukan penggunaan metode KB oleh istri. Karena wanita mempunyai semacam kendali apabila mereka bertanggung jawab dalam penggunaan kontrasepsi. Dilain pihak, mereka juga dapat merasa kecewa karena harus menolak permintaan seks pasangannya dan memikul beban berat dari setiap efek samping dan risiko kesehatan. Wanita mungkin takut, karena alasan kesopanan atau rasa malu, untuk berbicara dengan pasangannya, baik tentang KB maupun menolak keinginan pasangannya untuk berhubungan ataupun mempunyai anak. Akhirnya, beberapa wanita memilih menggunakan kontrasepsi tanpa sepengetahuan pasangannya. Dalam tulisan ini akan diuraikan beberapa cara dan pemakaian alat kontrasepsi, serta kelebihan dan kekurangan masing-masing kontrasepsi. Tulisan ini diharapakan dapat memberi masukan dan menambah pengetahuan bagi wanita untuk memilih alat kontrasepsi yang tepat. Berbagai Cara Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara kontrasepsi moderen (metode efektif).

1. Cara Kontrasepsi SederhanaKontrasepsi sederhana terbagi lagi atas kontrasepsi tanpa


alat dan kontrasepsi dengan alat/obat. Kontarsepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama terputus dan pantang berkala. Sedangkan kontarsepsi dengan alat/obat dapat dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma atau cup, cream, jelly, atau tablet berbusa (vaginal tablet). Cara Kontrasepsi Moderen/Metode EfektifCara kontrasepsi ini dibedakan atas kontrasepsi tidak permanen dan kontrasepsi permanen. Kontrasepsi permanen dapat dilakukan dengan pil, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), suntikan, dan norplant. Sedangkan cara kontrasepsi permanen dapat dilakukan dengan metode mantap, yaitu dengan operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita) vasektomi (sterilisasi pada pria).

2.

Senggama Terputus Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama dilakukan sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan pria dikeluarkan dari liang vagina dan sperma dikeluarkan di luar. Cara ini tidak dianjurkan karena sering gagal, karena suami belum tentu tahu kapan spermanya keluar. Pantang Berkala (Sistem Kalender)

Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada saat istri dalam masa subur. Cara ini kurang dianjurkan karena sukar dilaksanakan dan membutuhkan waktu lama untuk puasa. Selain itu, kadang juga istri kurang terampil dalam menghitung siklus haidnya setiap bulan. Kondom/Diafragma Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah kehamilan yang sudah populer di masyarakat. Kondom adalah suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak berpori, dipakai untuk menutupi zakar yang berdiri (tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina. Kondom sudah dibuktikan dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat mencegah penularan penyakit seksual, termasuk HIV/AIDS. Kondom mempunyai kelebihan antara lain mudah diperoleh di apotek, toko obat, atau supermarket dengan harga yang terjangkau dan mudah dibawa kemana-mana. Selain itu, hampir semua orang bisa memakai tanpa mengalami efek sampingan. Kondom tersedia dalam berbagai bentuk dan aroma, serta tidak berserakan dan mudah dibuang. Sedangkan diafragma adalah kondom yang digunakan pada wanita, namun kenyataannya kurang populer di masyarakat. Cream, Jelly, atau Tablet Berbusa Semua kontrasepsi tersebut masing-masing dimasukkan ke dalam liang vagina 10 menit sebelum melakukan senggama, yaitu untuk menghambat geraknya sel sperma atau dapat juga membunuhnya. Cara ini tidak populer di masyarakat dan biasanya mengalami keluhan rasa panas pada vagina dan terlalu banyak cairan sehingga pria kurang puas. Pil Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu yang tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yang lain. Pil dapat digunakan untuk menghindari kehamilan pertama atau menjarangkan waktu kehamilankehamilan berikutnya sesuai dengan keinginan wanita. Berdasarkan atas bukti-bukti yang ada dewasa ini, pil itu dapat diminum secara aman selama bertahun-tahun. Tetapi, bagi wanitawanita yang telah mempunyai anak yang cukup dan pasti tidak lagi menginginkan kehamilan selanjutnya, cara-cara jangka panjang lainnya seperti spiral atau sterilisasi, hendaknya juga dipertimbangkan. Akan tetapi, ada pula keuntungan bagi penggunaan jangka panjang pil pencegah kehamilan. Misalnya, beberapa wanita tertentu merasa dirinya secara fisik lebih baik dengan menggunakan pil daripada tidak. Atau mungkin menginginkan perlindungan yang paling efektif terhadap kemungkinan hamil tanpa pembedahan. Kondisi-kondisi ini merupakan alasanalasan yang paling baik untuk menggunakan pil itu secara jangka panjang. Jenis-jenis Pil 1. Pil gabungan atau kombinasi Tiap pil mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara kerja kedua hormon yang mencegah kehamilan, dan hampir 100% efektif bila diminum secara teratur. 2. Pil berturutan Dalam bungkusan pil-pil ini, hanya estrogen yang disediakan selama 1415 hari

pertama dari siklus menstruasi, diikuti oleh 56 hari pil gabungan antara estrogen dan progestin pada sisa siklusnya. Ketepatgunaan dari pil berturutan ini hanya sedikit lebih rendah daripada pil gabungan, berkisar antara 9899%. Kelalaian minum 1 atau 2 pil berturutan pada awal siklus akan dapat mengakibatkan terjadinya pelepasan telur sehingga terjadi kehamilan. Karena pil berturutan dalam mencegah kehamilan hanya bersandar kepada estrogen maka dosis estrogen harus lebih besar dengan kemungkinan risiko yang lebih besar pula sehubungan dengan efek-efek sampingan yang ditimbulkan oleh estrogen. 3. Pil khusus Progestin (pil mini) Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki sifat pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari leher rahim (merubah sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah lingkungan endometrium (lapisan dalam rahim) sehingga menghambat perletakan telur yang telah dibuahi. Kontra indikasi Pemakaian Pil Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita hepatitis, radang pembuluh darah, kanker payudara atau kanker kandungan, hipertensi, gangguan jantung, varises, perdarahan abnormal melalui vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok (struma), penderita sesak napas, eksim, dan migraine (sakit kepala yang berat pada sebelah kepala). Efek Samping Pemakaian Pil Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping berupa perdarahan di luar haid, rasa mual, bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat, penyakit jamur pada liang vagina (candidiasis), nyeri kepala, dan penambahan berat badan. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Namun, ada wanita yang ternyata belum dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini. Karena itu, setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang lengkap tentang selukbeluk alat kontrasepsi ini. Jenis-jenis AKDR di Indonesia 1. Copper-T AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. 2. Copper-7 AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T. 3. Multi Load AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini. 4. Lippes Loop AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A

berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Pemasangan AKDR Prinsip pemasangan adalah menempatkan AKDR setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Pemasangan AKDR dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali. Kontra indikasi pemasangan AKDR:

Belum pernah melahirkan Adanya perkiraan hamil Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.Keluhan-keluhan pemakai AKDR Keluhan yang dijumpai pada penggunaan AKDR adalah terjadinya sedikit perdarahan, bisa juga disertai dengan mules yang biasanya hanya berlangsung tiga hari. Tetapi, jika perdarahan berlangsung terus-menerus dalam jumlah banyak, pemakaian AKDR harus dihentikan. Pengaruh lainnya terjadi pada perangai haid. Misalnya, pada permulaan haid darah yang keluar jumlahnya lebih sedikit daripada biasa, kemudian secara mendadak jumlahnya menjadi banyak selama 12 hari. Selanjutnya kembali sedikit selama beberapa hari. Kemungkinan lain yang terjadi adalah kejang rahim (uterine cramp), serta rasa tidak enak pada perut bagian bawah. Hal ini karena terjadi kontraksi rahim sebagai reaksi terhadap AKDR yang merupakan benda asing dalam rahim. Dengan pemberian obat analgetik keluhan ini akan segera teratasi. Selain hal di atas, keputihan dan infeksi juga dapat timbul selama pemakaian AKDR. Ekspulsi Selain keluhan-keluhan di atas, ekspulsi juga sering dialami pemakai AKDR, yaitu AKDR keluar dari rahim. Hal ini biasanya terjadi pada waktu haid, disebabkan ukuran AKDR yang terlalu kecil. Ekspulsi ini juga dipengaruhi oleh jenis bahan yang dipakai. Makin elastis sifatnya makin besar kemungkinan terjadinya ekspulsi. Sedangkan jika permukaan AKDR yang bersentuhan dengan rahim (cavum uteri) cukup besar, kemungkinan terjadinya ekspulsi kecil. Lama Pemakaian AKDR Sampai berapa lama AKDR dapat dipakai? Hal ini sering menjadi pertanyaan. Sebenarnya, AKDR ini dapat terus dipakai selama pemakai merasa cocok dan tidak ada keluhan. Untuk AKDR yang mengandung tembaga, hanya mampu berfungsi selama 25 tahun, tergantung daya dan luas permukaan tembaganya. Setelah itu harus diganti dengan yang baru.

Suntikan Kontrasepsi suntikan adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur. Obat ini berisi Depo Medorxi Progesterone Acetate (DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot (intra muskuler) di bokong (gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan (deltoid). Cara pemakaian Cara ini baik untuk wanita yang menyusui dan dipakai segera setelah melahirkan. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu empat minggu setelah melahirkan. Suntikan kedua diberikan setiap satu bulan atau tiga bulan berikutnya. Kontra indikasi Kontrasepsi suntikan tidak diperbolehkan untuk wanita yang menderita penyakit jantung, hipertensi, hepatitis, kencing manis, paru-paru, dan kelainan darah. Efek samping kontrasepsi suntikan Tidak datang haid (amenorrhoe) Perdarahan yang mengganggu Lain-lain: sakit kepala, mual, muntah, rambut rontok, jerawat, kenaikan berat badan, hiperpigmentasi.Norplant Norplant merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang bisa digunakan untuk jangka waktu 5 tahun. Norplant dipasang di bawah kulit, di atas daging pada lengan atas wanita. Alat tersebut terdiri dari enam kapsul lentur seukuran korek api yang terbuat dari bahan karet silastik. Masing-masing kapsul mengandung progestin levonogestrel sintetis yang juga terkandung dalam beberapa jenis pil KB. Hormon ini lepas secara perlahan-lahan melalui dinding kapsul sampai kapsul diambil dari lengan pemakai. Kapsul-kapsul ini bisa terasa dan kadangkala terlihat seperti benjolan atau garis-garis. ( The Bostons Book Collective, The Our Bodies, Ourselves, 1992) Norplant sama artinya dengan implant. Norplant adalah satu-satunya merek implant yang saat ini beredar di Indonesia. Oleh karena itu, sering juga digunakan untuk menyebut implant. Di beberapa daerah, implant biasa disebut dengan susuk. Indonesia merupakan negara pemula dalam penerimaan norplant yang dimulai pada 1987. Sebagai negara pelopor, Indonesia belum mempunyai referensi mengenai efek samping dan permasalahan yang muncul sebagai akibat pemakaian norplant. Pada 1993, pemakai norplant di Indonesia tercatat sejumlah 800.000 orang. Efektivitas norplant Efektivitas norplant cukup tinggi. Tingkat kehamilan yang ditimbulkan pada tahun pertama adalah 0,2%, pada tahun kedua 0,5%, pada tahun ketiga 1,2%, dan 1,6% pada tahun keempat. Secara keseluruhan, tingkat kehamilan yang mungkin ditimbulkan dalam jangka waktu lima tahun pemakaian adalah 3,9 persen. Wanita dengan berat badan lebih dari 75 kilogram mempunyai risiko kegagalan yang lebih tinggi sejak tahun ketiga pemakaian (5,1 persen).

Yang tidak diperbolehkan menggunakan norplant Wanita yang tidak diperbolehkan menggunakan norplant adalah mereka yang menderita penyakit diabetes, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, migrain, epilepsi, benjolan pada payudara, depresi mental, kencing batu, penyakit jantung, atau ginjal. (The Boston Womens Book Collective, 1992) Pemasangan norplant Pemasangan norplant biasanya dilakukan di bagian atas (bawah kulit) pada lengan kiri wanita (lengan kanan bagi yang kidal), agar tidak mengganggu kegiatan. Norplant dapat dipasang pada waktu menstruasi atau setelah melahirkan oleh dokter atau bidan yang terlatih. Sebelum pemasangan dilakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu dan juga disuntik untuk mencegah rasa sakit. Luka bekas pemasangan harus dijaga agar tetap bersih, kering, dan tidak boleh kena air selama 5 hari. Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter seminggu setelah pemasangan. Setelah itu, setahun sekali selama pemakaian dan setelah 5 tahun norplant harus diambil/dilepas. Kelebihan dan kekurangan norplant Kelebihan norplant adalah masa pakainya cukup lama, tidak terpengaruh faktor lupa sebagaimana kontrasepsi pil/suntik, dan tidak mengganggu kelancaran air susu ibu. Sedangkan kekurangannya adalah bahwa pemasangan hanya bisa dilakukan oleh dokter atau bidan yang terlatih dan kadang-kadang menimbulkan efek samping, misalnya spotting atau menstruasi yang tidak teratur. Selain itu, kadang-kadang juga menimbulkan berat badan bertambah. Tubektomi (Sterilisasi pada Wanita) Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu pasangan telah mengalami sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yang konvensional. Cara kontrasepsi ini baik sekali, karena kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali. Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah kesukarelaan dari akseptor. Dengan demikia, sterilisasi tidak boleh dilakukan kepada wanita yang belum/tidak menikah, pasangan yang tidak harmonis atau hubungan perkawinan yang sewaktu-waktu terancam perceraian, dan pasangan yang masih ragu menerima sterilisasi. Yang harus dijadikan patokan untuk mengambil keputusan untuk sterilisasi adalah jumlah anak dan usia istri. Misalnya, untuk usia istri 2530 tahun, jumlah anak yang hidup harus 3 atau lebih. Penggunaan Kontrasepsi Menurut Umur 1. Umur ibu kurang dari 20 tahun: o Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral. o Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda frekuensi bersenggama tinggi sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi. o Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan. o Umur di bawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu.

2. Umur ibu antara 2030 tahun o Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan. o Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai spiral sebagai pilihan utama. Pilihan kedua adalah norplant atau pil. 3. Umur ibu di atas 30 tahun o Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau norplant. Kondom bisa merupakan pilihan kedua. o Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi (sterlilisasi) dapat dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan dengan spiral, kondom, maupun pil dalam arti mencegah. Beberapa Metode Kontasepsi Baru Dengan adanya metode kontrasepsi yang baru, berarti pula memberikan lebih banyak pilihan, dapat membantu mengatasi beberapa kendala pemakaian kontrasepsi. Meskipun demikian, pengembangan kontrasepsi baru untuk menambah yang sudah ada sangat terasa kurang membawa perubahan yang positif dan inovatif. Beberapa metode yang sedang diuji klinik antara lain: 1. Cincin kontrasepsi Cincin ini dimasukkan ke dalam vagina, bentuknya seperti kue donat, dan mengandung steroid, yaitu progestin atau progestin ditambah estrogen, yang dilepas ke dalam aliran darah. Cincin kontrasepsi mengandung dosis hormon yang lebih rendah dibanding dengan kontrasepsi oral. Wanita dapat memasukkan dan mengeluarkan cincin ini sendiri. 2. Vaksin antifertilitas reversibel Vaksin ini menyebabkan antibodi berinteraksi dengan human chrrionic gonadotropin (HCG), suatu hormon yang memelihara kehamilan. Tanpa HCG, lapisan uterus lepas dengan membawa telur yang sudah dibuahi sehingga terjadi menstruasi. 3. Norplant II Norplant II memiliki kelebihan dibanding dengan norplant yang ada sekarang, karena norplant II hanya memerlukan dua implantasi subdermal. Dengan demikian, lebih mudah memasukkan dan mengeluarkannya. 4. Suntikan Kontrasepsi ini menggunakan mikrosfero atau mikrokapsul. Injeksi terbuat dari satu atau lebih hormon di dalam kapsul yang dapat dibiodegrasi, yang melepaskan hormon dan menghambat ovulasi. Satu suntikan dapat melindungi satu, tiga, atau enam bulan, tergantung dari jenis komposisi kimianya. 5. Implantasi Transdermal Implantasi transdermal menyebabkan pelepasan kontrasepsi steroid yang lambat dan teratur ke aliran darah melalui kulit. Wanita dapat menempatkan implant tersebut pada tubuh dan melepaskannya sesuai keinginan. Pada salah satu jenis implantasi transdermal, seorang wanita menggunakan tiga implantasi selama tiga minggu. Setiap implantasi efektif selama tujuh hari. Pada minggu berikutnya, digunakan implantasi plasebo sehingga terjadi menstruasi.

6. IUD bentuk T yang baru IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenore. 7. Kondom wanita Kondom ini dikendalikan oleh wanita dan mengurangi risiko terkena penyakit menular seksual. Dari uji klinik menunjukkan bahwa kelicinan, kebocoran, kerusakan, dan hambatan efektivitasnya lebih baik dibandingkan kondom pria. Kesimpulan dan Saran Dalam memilih alat kontrasepsi yang tepat, sebaiknya calon akseptor diberi penjelasan tentang keuntungan dan kerugian masing-masing alat kontrasepsi, sehingga diharapkan dapat memperkecil terjadi kehamilan serta mengurangi efek samping dari alat kontrasepsi tersebut. Penelitian yang didasarkan pada hasil mengenai manfaat dan kepercayaan akseptor yang berkaitan dengan seksualitas serta penggunaan kontrasepsi, harus dilakukan terlebih dahulu sebelum suatu metode kontrasepsi dipasarkan dan dianggap sebagai pilihan tambahan. Untuk peningkatan dan perluasan pelayanannya, keluarga berencana dapat dimasukkan ke dalam pelayanan kesehatan reproduksi serta pelayanan kesehatan primer yang lain agar tanggap terhadap seluruh kebutuhan kesehatan reproduksi wanita. Di dalam suatu program yang terintegrasi, harus terdapat metode kontrasepsi yang dapat diterima, aman, dan efektif serta dapat dipakai wanita pada berbagai tahap kehidupan reproduksi. Metode kontrasepsi juga harus dapat diterima secara seksual maupun sosial tanpa adanya pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan secara umum. Apabila tersedia pilihan metode kontrasepsi yang lebih bervariasi dan pelayanan yang lebih responsif terhadap keinginan serta kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi wanita maka tujuan keluarga berencana akan mulai tercapai. Dengan demikian, diharapkan wanita merasa terpanggil untuk meningkatkan kesadaran hak seksual dan reproduksinya sebagai langkah utama menuju kesehatan yang utuh.
Tulisan ini dikirim pada pada Senin, Juli 21st, 2008 8:34 am dan di isikan dibawah Alat Kontrasepsi. Anda dapat meneruskan melihat respon dari tulisan ini melalui RSS 2.0 feed. Baik komentar maupun ping saat ini ditutup.

Search Catalogs Indonesia English

Menu
Ber an da FAQ Login Registrasi Mengaktifkan Account

Sub-folder
21 - 9 dari 9 Ke atas..

21 - 9 dari 9

Research Report dari GDLHUB / 2008-08-11 11:39:28

PERBEDAAN RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI MENURUT POLA MEROKOK


Oleh: Martini, Santi Email: library@lib.unair.ac.id; library@unair.ac.id Faculty of Public Health Airlangga University
Dibuat: 2006-02-09 , dengan 1 file(s).

Keywords: Hipertensi Subject: HYPERTENSION ; TOBACCO-PHYSIOLOGICAL EFFECT Heading: HYPERTENSION ; TOBACCO-PHYSIOLOGICAL EFFECT Call Number: LP.123/06 Mar p Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut: (1) Apakah ada perbedaan risiko kejadian hipertensi menurut frekwensi merokok, jumlah rokok yang diisap per hari, jenis rokok yang diisap (filter atau tidak), cara menghisap rokok, umur mulai merokok, lama merokok. Informasi yang didapatkan dari penelitian ini bisa memberikan masukan untuk program pencegahan primer terhadap hipertensi, sehingga dalam jangka panjang akan menurunkan prevalensi penyakit hipertensi dan penyakit pada pembuluh darah pada umumnya. Pada akhimya juga menambah pengetahuan rnengenai penyakit yang berhubungan dengan merokok. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mempelajari perbedaan risiko kejadian hipertensi menurut frekuensi merokok, (2) Mempelajari perbedaan risiko kejadian hipertensi menurut jumlah rokok yang dihisap per hari, (3) Mempelajari perbedaan risiko kejadian hipertensi menurut jenis rokok yang dihisap, (4) Mempelajari perbedaan risiko kejadian hipertensi menurut cara menghisap rokok, (5) Mempelajari perbedaan risiko kejadian hipertensi menurut umur mulai merokok, (6) Mempelajari perbedaan risiko kejadian hipertensi menurut lama kebiasaan merokok. Penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol dan dilakukan di RSU Haji

Surabaya. Sampel penelitian sebanyak 75 orang untuk kasus hipertensi dan 75 orang bukan kasus hipertensi. Adapun kriteria inklusi untuk kasus adalah penderita hipertensi dengan kriteria 1) merokok, 2) tidak menderita Diabetes Mellitus, 3) tidak menderita Gagal Ginjal Kronis atau Gagal Ginjal Terminal, 4) bersedia ikut dalam penelitian. Kelompok kontrol adalah perokok yang bukan penderita hipertensi primer maupun sekunder dan bersedia ikut dalam penelitlan ini. Variabel tergantung adalah hipertensi, adapun variabel babas meliputi frekuensi merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari, jenis rokok yang dihisap, cara menghisap rokok, umur mulai merokok dan lama kebiasaan merokok. Untuk mengetahui besar risiko kejadian hipertensi dengan menghitung odds ratio (OR) untuk masing-masing variabel dan untuk mengetahui ada perbedaan risiko dengan menghitung nilai interval keyakinan 95%. Ada perbedaan risiko kejadian hipertensi apabila nilai interval keyakinan 95% tidak melewati angka 1. Hasil penefitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok hipertensi usia rate-rata lebih tua dibandingkan pada kelompok tidak hipertensi (53,04 vs 44,32 tahun). Semua responden pada kedua kelompok adalah laki-laki dan sebagian besar dengan tingkat pendidikan SMU (45,3% vs 52,0%). Sebagian besar responden bekerja sebagai Pegawai negeri Sipil atau ABRI (33,3% vs 32,0%) dan di sektor swasta (33,3% vs 44,0%) pada kedua kelompok. Pada analisis bivariat, variabel yang menunjukkan perbedaan risiko yang signifikan terhadap kejadian hipertensi adalah umur mulai merokok pada usia 16 -18 tahun dengan besar risiko 3,39 kali (95% Confidence Interval 1,14 8,28), kebiasaan merokok telah dilakukan selama 33 sampai 58 tahun dengan besar risiko 5,21 kali (95% Confidence Interval 2,02 13,68) dan selama 18 sampai 32 tahun dengan besar risiko 3,78 Kali (95% Confidence Interval 1,51 9,58). Sedangkan hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan risiko yang signilfikan terhadap kejadian hipertensl menurut mulail merokok pada umur 16 sampai 18 tahun dengan besar risiko 4,81 kali (95% Confidence Interval 1,79 12,94) dan jumlah rokok yang dihisap per hari sebanyak 10 sampai 20 batang dengan besar risiko 3,02 kali (95% Confidence Interval 1,19 7,63). Sedangkan variabel lain seperti frekuensi merokok setiap hari mempunyai risiko 0,83 kali; jenis rokok non filter mempunyai risiko 1,48 kali dan lama kebiasaan merokok 33 sampai 58 tahun mempunyai risiko 2,13 dan 18 sampai 32 tahun mempunyai risiko 2,00 kali, serta umur responden diatas 80 tahun mempunyai risiko 1,26; umur responden 61 sampai 80 tahun mempunyai risiko 3,60 kali dan umur 41 sampai 60 tahun mempunyai risiko 2,47 kali terhadap kejadian hipertensi. Meskipun perbedaan risiko pada variabel-variabel tersebut tidak signifikan secara statistik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan risiko yang signifikan secara statistik terhadap kejadian hipertensi berdasarkan jumlah rokok yang dihisap setiap hari 10 -20 batang mempunyai risiko sebesar 3,02 kali dan mulai merokok pada umur 16 -18 tahun mempunyai risiko sebesar 4,81 kali. Copyrights: Copyright2003 by Airlangga University Library, Surabaya

You might also like