You are on page 1of 16

Nama NIM

: Alissa Ridha Mustika : 0803150

ALIRAN-ALIRAN PSIKOLOGI
Pemikiran Wilhem Wundt (1832-1920)
Wilhelm Wundt (1832-1920) dilahirkan di Neckarau, Baden, Jerman, dari keluarga intelektual. Ia menamatkan studi kesarjanaannya dan memperoleh gelar doktor di bidang kedokteran dan tertarik pada riset-riset fisiologis. Ia melakukan penelitian di bidang psikofisik bersama-sama dengan Johannes Mueller an Hermann von Helmholtz. Karya utamanya pada masa-masa ini adalah Grundzuege der Physiologischen Psychologie (Principles of physiological psychology) pada tahun 1873-1874. Pemikiran Wundt terbagi atas beberapa point penting:

Adanya an alliance between two science, yaitu fisiologi dan psikologi. Fisiologi adalah ilmu yang menginformasikan fenomena kehidupan sebagaimana yang kita persepsikan melalui penginderaan eksternal sedangkan psikologi adalah yang memungkinkan manusia melihat ke dalam dirinya dari sisi internal dirinya sendiri. Terkait dengan ikatan kedua cabang ilmu ini, ada beberapa pemikiran penting: Secara metodologi aliansi ini berarti apparatus dan teknik pengukuran yang ada di bidang fisiologi diaplikasikan kepada bidang psikologis, misalnya dengan waktu reaksi. Berdasarkan hal inilah, Wundt menamakan cabang ilmu baru yang ditemukannya ini sebagai psikologi eksperimental. Bagi Wundt metode eksperimen lebih layak digunakan untk eksplorasi mind daripada yang biasa digunakan, yaitu introspection. Sebenarnya secara tradisional, Wundt bergantung pada observasi introspektiv dari alam sekitar dan dunia, dimana dipisahkan antara usaha untuk mengidentifikasi elemen-elemn mental dan mengidentifikasi proses mental yang mengintegrasikan elemen-elemen tersebut ke dalam pengalaman atau obyek yang koheren. Dengan aliansi ini psikologi menjadi lebih terbantu untuk menghadapi tantangan dunia natural science. Ilmu psikologi yang secara tradisional mempelajari soul (jiwa), kini mendapat justifikasinya selama elemen soul tsb di jabarkan ke dalam elemen fisiologis terkecil, misalnya susunan system syaraf. Maka dimungkinkan juga terjadinya reduksionism operasi mental ke dalam operasi neurologis.

Melalui aliansi dengan ilmu yang lebih mapan kedudukannya seperti ilmu fisiologis, psikologi lebih mudah diterima dalam khasanah ilmu pengetahuan sebagai sebuah ilmu yang mandiri

Pandangan tentang psikologi sebagai ilmu dan metodenya. Pemahaman Wundt tentang psikologi relatif konstan, yaitu ..as the study of the mind and the search for the laws that govern it.. (Leahey, 2000 : 253). Namun demikian, pandangannya mengenai metode paling tepat untuk menggali mind dan ruang lingkup mind itu sendiri berubah sejalan dengan perkembangan kematangan intelektualitasnya. Pada awalnya, Wundt menggolongkan bahwa mind mencakup proses-proses

ketidaksadaran / unconciousness (sebagai karakteristik dari soul). Metode eksperimen adalah jalan untuk membawa penelitian tentang mind dari level kesadaran (consciousness) kepada proses-proses yang tidak sadar. Dengan kata lain, metode eksperimen adalah cara untuk membawa mind ke dalam batas-batas ruang lingkup natural science yang obyektif dan empiris.Dalam perkembangannya, Wundt mengakui bahwa metode eksperimental dalam psikologi fisiologi sangat kuat untuk menggali elemen-elemen soul yang mendasar (misalnya persepsi, emosi, dll). Namun di atas fenomena-fenomena mendasar ini masih ada prosesproses mental yang lebih tinggi (higher mental process) yang mengintegrasikan fenomena dasar tsb. Higher mental process ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi kekuatan sebuah peradaban dan bersifat abadi, yaitu : bahasa, mitos, custom, budaya. Pada tahap ini Wundt membatasi fungsi soul hanya pada tahap kesadaran. Proses-proses ketidaksadaran tidak lagi menjadi fokus dari study of the mind.

Aliran-aliran Psikologi
1.

Strukturalisme E.B. Titchener adalah salah satu murid Wundt yang dianggap paling mendukung pandangan Wundt, meskipun sebenarnya banyak pandangan Wundt yang ditentangnya, dan akhirnya dia mengembangkan alirannya sendiri, structural psychology. Titchener berkebangsaan Inggris. Ia belajar di Oxford dalam bidang filsafat sebelumnya beralih ke fisiologi. Berdasarkan pengalamannya menterjemahkan buku Wundt ke dalam bahasa Inggris, Titchener tertarik pada ajaran Wundt dan pindah ke Leipzig untuk menjadi murid Wundt. Setelah menempuh pendidikan di bawah Wundt dan sempat mengajar sebentar di Inggris, Wundt pindah ke Amerika, mengajar di Cornell University hingga akhir hayatnya di tahun 1927. Selama masa tinggalnya di Amerika ini structural

psychology yang dijalaninya menemukan tantangan pada aliran Psikologi lainnya yang khas Amerika, seperti fungsionalisme dan behaviorisme. Namun Titchener tidak terpengaruh kepada dua aliran besar tsb dan tetap berpegang pada strukturalisme hingga akhir hayatnya. Aliran strukturalisme mendasarkan diri pada konsep utama Titchener, yaitu sensation. Konsep utama ini membawanya kepada pertentangan dengan Wundt dan konsep apperceptionnya. Berbeda dengan apperception yang merupakan hasil kesimpulan, sehingga masih memungkinkan subyektivitas, sensation adalah hasil pengalaman langsung, sehingga lebih obyektif. Lagipula proses atensi yang menjadi fungsi apperception selalu dapat dikembalikan kepda sensasi menurut Titchener Tiga pemikiran utama strukturalisme Titchener:

Identifikasi elemen sensation yang mendasar. Semua proses mental yang kompleks dapat direduksi ke dalam elemen mendasar ini. Sebagai contoh, Titchener menemukan 30.500 elemen visual, empat elemen pengecap, dsb. Titchener menggunakan metode experimental introspection untuk menggali elemen sensasi dasar ini, metode yang dipelajarinya dari Wundt. Namun di tangan Titchener, metode ini lebih elaboratif, karena sifatnya tidak hanya deskriptif tetapi juga analisis yang retrospektif.

Identifikasi bagaimana elemen dasar sensasi ini saling berhubungan untuk membentuk persepsi, ide dan image yang kompleks. Hubungan ini bersifat dinamis dan selalu berubah sesuai dengan berubahnya elemen dasar, jadi bukan proses asosiasi.

Menjelaskan bekerjanya mind. Titchener tidak setuju bahwa mind dijelaskan melalui proses psikologis (higher mental process) seperti yang dilakukan Wundt. Mind harus dijelaskan berdasarkan proses fisiologis, yaitu aktivitas sistem syaraf. Karena proses fisiologis lebih observable daripada proses psikologis. Aliran strukturalisme tidak berkembang menjadi aliran yang besar. Aliran ini menghilang bersamaan dengan wafatnya Titchener.

2.

Fungsionalisme Fungsionalisme dapat diartikan yaitu orientasi dalam psikologi yang menekankan proses-proses mental dan bukan isi mental dan yang menghargai kebermanfaatan psikologi. Psikologi fungsionalisme tidak memberikan pandangan menyeluruh tentang aktivitas psikologi dengan asumsi-asumsi filosofi yang mendasarinya dan dengan penetapan berbagai strategi penelitian dan tujuan. Namun, perbedaannya dengan psikologi struktural terletak pada semangat atau sikap yang menekankan penerapan dan

kebermanfaatan psikologi. Sebagaimana disampaikan Boring (1950), sama sekali bukan karena psikolog fungsionalmelakukan berbagai eksperimen yang berbeda dengan psikolog struktural. Namun, alasan dalam melakukan eksperimen itulah yang membedakan mereka dari para strukturalis. Para fungsionalis ingin mengetahui cara kerja pikiran dan apa saja kegunaan pikiran, bukan sekedar isi dan struktur apa yang terlibat dalam proses-proses mental. John Dewey (1859-1952) Ia mempelopori funsionalisme di Universitas Chicago dan karirnya yang panjang ditandai dengan komitmen terhadap perubahan sosial. Kontribusi utama Dewey dalam psikologi tercakup dalam sebuah makalah terkenal yang dipublikasikan semasa ia di Chicago, The Reflex Arc Concept in Psychology (1896). Dewey menentang analisis elementaristik respons refleksif, berlawanan dengan refleksologi yang tidak lama kemudian berkembang melalui behaviorisme Pavlovian dan Watsonian. Dewey menekankan totalitas gerakan, dengan berpendapat bahwa koordinasi lebih dari sekedar gabungan berbagai refleks. Dewey menolak pandangan bahwa refleks adalah serangkaian tindakan stimulus yang terpisah yang diikuti oleh respons dan dipisahkan oleh pengindraan-pengindraan utama. Refleks adalah bagian dari gerakan terkoordinasi yang halus dan teraut yang tidak dapat dipisah-pisahkan. James McKeen Cattel (1860-1944) Cattel tertarik dengan eksperimen tentang waktu reaksi, dan mempelajari perbedaan individual dalam waktu reaksi. Pada tahun 1892, ia mempublikasikan sebuah monograf, On the Perception of Small Differences, dimana ia memperkenalkan analisis statistik mendetail terhadap kesalahan dalam penilaian yang dilakukan oleh para subjek dalam eksperimen-eksperimen psikofisis tradisional. James Angell (1869-1949) Angell mendefinisikan inti psikologi fungsional adalah penerimaan atas pendekatan biologis untuk mengetahui cara kerja pikiran dalam penyesuaian individu psikofisis dengan lingkungan. Lau, berlawanan dengan Wundt, Angell menyatakan bahwa kesadaran memperbaiki aktivitas adaptif individu secara progresif dan proses-proses atensional merupakan pusat lesadaran. Angell menyebutkan 3 bidang dalam psikologi fungsional, yaitu : 1) Psikologi fungsional mempelajari operasi mental, yang berbeda dengan elemen mental dalam psikologi struktural.

2) 3)

Penekanan psikologi fungsional pada aktivitas adaptif pikiran, bermakna bahwa pikiran dipandang memiliki peranan mediasional antara kebutuhan individu dan lingkungan. Psikologi funsional menerima suatu interaksi psikofisis, antara pikiran-tubuh; dengan demikian, psikofisis tradisional akan tetap menduduki tempat penting dalam penelitian. Psikologi fungsional lebih merupakan suatu sikap yang menghargai manfaat penelitian psikologi, dibandingkan dengan suatu sistem. Meskipun reaksi terhadap psikologi struktural menghambata psikologi fungsional mengembangkan suatu model alternatif penelitian psikologi yang sistematik, namun fase dalam psikologi di Amerika ini menghasilkan 2 manfaat penting yaitu, :

1) 2)

Fungsionalisme menanamkan ilmu pengetahuan baru tersebut dengan kokoh di Amerika dan menjadikan psikologi memiliki orientasi khas Amerika yakni psikologi terapan, Psikologi fungsional merupakan transisi penting dari konteks psikologi struktural yang terbatas ke model-model psikologi yang lebih layak sehingga memungkinkan ilmu pengetahuan ini untuk berkembang.

3.

Psikologi Gestalt Istilah Gestalt mengacu pada sebuah objek/figur yang utuh dan berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya. Aliran Gestalt muncul di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme Wundt. Pandangan Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya juga hilang. Selain kelompok Wundt, di Jerman berkembang lagi sebuah kelompok intelektual yang ikatannya tidak sekuat kelompok Wundt, namun merasa tidak puas dengan pandangan Wundt. Aliran ini menekankan bahwa aktivitas mental dapat diwujudkan dalam kesadaran nonsensoris, merupakan awal pemikiran ttg higher mental process. Mind memiliki kategori-kategorinya sendiri, dan mampu membentuk organisasi mental, tidak harus muncul dalam bentuk aktivitas sensoris. Bentuk nyata dari pengorganisasian ini adalah pola-pola dari persepsi. Pendekatan fenomenologis memfokuskan pada observasi dan deskripsi detil dari gejala yang muncul, tanpa perlu menjelaskan latar belakang gejala atau menyimpulkan sesuatu dari gejala tersebut. Sehubungan dengan pandangan gestalt, pendekatan fenomenologis dari Edmund Husserl (1859 1938) sangat berpengaruh, observasi dan deskripsi detil mengenai aktivitas mental yang dirasakan individu.

Max Wertheimer (1880-1943) Belajar pada Kuelpe, seorang tokoh aliran Wuerzburg. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dnegan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : phi phenomenon (bergeraknya obyek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi). Dengan konsep ini, Wertheimer menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik, tetapi proses mental. Dengan pernyataan ini ia menentang pendapat Wundt yang menunjuk pada proses fisik sebagai penjelasan phi phenomenon. Wolfgang Kohler (1887-1967) Tahun 1917 ia mempublikasikan bukunya yang berjudul Intellegenzprufungen an Menschenaffen lalu diterjemahkan kedalam bahasa inggris tahun 1925 yang berjudul The mentality of Apes. Ia menerapkan interpretasi Gestalt dalam penciptaan hubungan antara stimuli, sebagai lawan dari pembelajaran tentang nilai absolut dimensi-dimensi stimulus. Ia menemukan bahwa simpanse menggunakan strategi pengilhaman (insight) dalam menyelesaikan tugas teka-teki daripada hanya bergantung pada pembelajaran coba-dan-salah (trial-and-error). Kurt Kofka (1886-1941) Kofka memperkenalkan psikologi Gestalt kepada publik Amerika melalui tulisannya pada tahun 1922 yang berjudul Perception: An Introduction to the Gestalt Theorie dalam Psychological Bulletin. Dan ia menulis bukunya yaitu The Growth of the Mind (1921) dan Principles of Gestalt Psychology (1935). Prinsip-prinsip dasar Gestalt, yaitu :
1) Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap

perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.
2) Prinsip-prinsip pengorganisasian:

Principle of Proximity: Organisasi berdasarkan kedekatan elemen Principle of Similarity: Organisasi berdasarkan kesamaan elemen Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk

sebelumnya
Principle of Continuity: Organisasi berdasarkan kesinambungan pola Principle of Closure/ Principle of Good Form: Organisasi berdasarkan bentuk

yang sempurna
Principle of Figure and Ground: Organisasi berdasarkan persepsi terhadap bentuk

yang lebih menonjol dan dianggap sebagai figure. Dimensi penting dalam persepsi figur dan obyek adalah hubungan antara bagian dan figure, bukan karakteristik dari bagian itu sendiri. Meskipun aspek bagian berubah, asalkan hubungan bagian-figure tetap, persepsi akan tetap. Contoh : perubahan nada tidak akan merubah persepsi tentang melodi.
Principle of Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.

Aplikasi prinsip-prinsip Gestalt, yaitu :


1) Belajar

Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.
2) Insight

Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Koehler dalam eksperimen yang sistematis.
3) Memory

Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor. Pandangan Gestalt cukup luas diakui di Jerman namun tidak lama exist di Jerman karena mulai didesak oleh pengaruh kekuasaan Hitler yang berwawasan sempit mengenai keilmuan. Para tokoh Gestalt banyak yang melarikan diri ke AS dan

berusaha mengembangkan idenya di sana. Namun hal ini idak mudah dilakukan karena pada saat itu di AS didominasi oleh pandangan behaviorisme. Akibatnya psikologi gestalt diakui sebagai sebuah aliran psikologi namun pengaruhnya tidak sekuat behaviorisme. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang patut dicatat sebagai implikasi dari aliran Gestalt. Implikasi Gestalt :
Pendekatan fenomenologis menjadi salah satu pendekatan yang eksis di psikologi

dan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental process, yang selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya. Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme dengan menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan kognitif dimana prosesproses mental seperti persepsi, insight,dan problem solving beroperasi. Tokoh : Tolman dan Koehler. 4. Psikoanalisa Psikoanalisa dapat dikatakan sebagai aliran psikologi yang paling dikenal meskipun mungkin tidak dipahami seluruhnya. Namun psikoanalisa juga merupakan aliran psikologi yang unik, tidak sama seperti aliran lainnya. Aliran ini juga yang paling banyak pengaruhnya pada bidang lain di luar psikologi, melalui pemikiran Freud. Konsep mental yang aktif Konsep ini terutama dianut oleh para ahli di Jerman. Pada waktu ini peran dominan strukturalisme di Jerman telah diambil alih oleh aliran Gestalt. Paham Gestalt menganggap struktur pengorganisasian mental manusia adalah inherent. Struktur ini memungkinkan manusia belajar dan mendapatkan isi mental itu sendiri. Dengan demikian, Gestalt berfokus pada konsep mental yang aktif namun tetap empiris. Psikoanalisa mengikuti keaktifan mental dari Gestalt (Freud dengan psikodinamikanya pada level kesadaran dan non kesadaran) namun tidak empiris. Tidak seperti aliran

lainnya, psikoanalisa berkembang bukan dari riset para akademisi, tapi berdasarkan pengalaman dari praktek klinis. Perkembangan treatment terhadap gangguan mental Pada masa ini penanganan terhadap penderita gangguan mental sangat tidak manusiawi dan disamakan dengan para pelaku kriminal serta orang-orang terlantar. Reformasi dalam penanganan penderita gangguan mental diawali dengan perbaikan fasilitas pengobatan, akhirnya mengarah pada perbaikan di bidang teknik terapi bagi gangguan emosional dan perilaku. Sigmund Freud (1856-1939) Sepanjang masa hidupnya, Freud adalah seorang yang produktif. Meskipun ia dianggap sosok yang kontroversial dan banyak tokoh yang berseberangan dengan dirinya, Freud tetap diakui sebagai salah seorang intelektual besar. Pengaruhnya bertahan hingga saat ini, dan tidak hanya pada bidang psikologi, bahkan meluas ke bidang-bidang lain. Karyanya, Studies in Histeria (1875) menandai berdirinya aliran psikoanalisa, berisi ideide dan diskusi tentang teknik terapi yang dilakukan oleh Freud. Freud berkebangsaan Austria, lahir 6 Mei 1856 di Pribor, (ketika itu) Austria, lalu bersama keluarganya pindah ke Wina dan terus tinggal di kota itu. Ia berasal dari keluarga miskin, ayahnya adalah pedagang bahan wol yg tdk terlalu sukses. Sejak kecil Freud sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Ia belajar kedokteran dan memilih spesialisasi di bidang neurologis. Dalam prakteknya sebagai ahli syaraf inilah Freud banyak mengembangkan ide dan teorinya mengenai teknik terapi psikoanalisa. Pemikiran dan teori :
1) Freud membagi mind ke dalam consciousness, preconsciousness dan unconsciousness.

Dari ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling penting dalam menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di dalam unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan instink. Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas.

2) Freud mengembangkan konsep struktur mind di atas dengan mengembangkan mind

apparatus, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang terpenting, yaitu id, ego dan super ego. Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera. Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral. Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntuta moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah. Ego selalu menghadapi ketegangan antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensif pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang jenisnya bisa bermacam-macam. Kelebihan Freud :
1) Sebagai orang pertama yang menyentuk konsep-konsep psikologi seperti peran

ketidaksadaran

(unconsciousness),

anxiety,

motivasi,

pendekatan

teori

perkembangan untuk menjelaskan struktur kepribadian


2) Posisinya yang kukuh sebagai seorang deterministik sekaligus menunjukkan

hukum-hukum perilaku, artinya perilaku manusia dapat diramalkan


3) Freud juga mengkaji produk-produk budaya dari kacamata psikoanalisa, seperti

puisi, drama, lukisan, dan lain-lain. Oleh karenanya ia memberi sumbangan juga pada analisis karya seni Kelemahan Freud :
1) Metode studinya yang dianggap kurang reliabel, sulit diuji secara sistematis dan

sangat subyektif

2) Konstruk-konstruk teorinya juga sulit diuji secara ilmiah sehingga diragukan

keilmiahannya. Beberapa konsepnya bahkan dianggap fiksi, seperti Oedipus complex


3) Bagi aliran behaviorist, yang dilakukan Freud adalah mempelajari intervening

variable Alfred Adler (1870-1937) Adler mengembangkan yang disebut sebagai Individual Psychology. Banyak konsep Freud yang diikutinya, antara lain mengenai level kesadaran. Namun Adler menekankan pada faktor kesadaran/unsur ego . Konsep utama Adler adalah organ inferiority. Berangkat dari teorinya tentang adanya inferiority karena kekurangan fisik yang berusaha diatasi manusia, ia memperluas teorinya dengan menyatakan bahwa perasaan inferior adalah universal. Setiap manusia pasti punya perasaan inferior karena kekurangannya dan berusaha melakukan kompensasi atas perasaan ini. Kompensasi ini bisa dalam bentuk menyesuaikan diri ataupun membentuk pertahanan yang memungkinkannya mengatasi kelemahan tersebut. Selanjutnya, Adler juga membahas tentang striving for superiority, yaitu dorongan untuk mengatasi inferiority dengan mencapai keunggulan. Dorongan ini sifatnya bawaan dan merupakan daya penggerak yang kuat bagi individu sepanjang hidupnya. Adanya striving for superiority menyebabkan manusia selalu berkembang ke arah kesempurnaan. Teorinya ini yang membuat Adler memiliki pandangn lebih optimis dan positif terhadap manusia serta lebih berorientasi ke masa depan dibandingkan Freud yang lebih berorientasi ke masa lalu.
5.

Behaviorisme Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari fungsionalisme. Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui

adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental. Meskipun pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal dan mengubah pemahaman tentang psikologi secara drastis, Brennan (1991) memandang munculnya Behaviorisme lebih sebagai perubahan evolusioner daripada revolusioner. Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad sebelumnya. Prinsip dasar Behaviorisme :
1) Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan

dari jiwa atau mental yang abstrak


2) Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo

problem untuk sciene, harus dihindari.


3) Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya

subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.


4) Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi

oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
5) Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat

positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.


6) Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam

dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan. John B. Watson (1878-1958) Pandangan utama Watson:
1)

Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology). Yang dimaksud dgn stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt dan covert, learned dan unlearned

2)

Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku. Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting (lihat pandangannya yang sangat ekstrim menggambarkan hal ini pada Lundin, 1991 p. 173). Dengan demikian pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.

3)

Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja. Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi bukan berarti bahwa Watson menolak mind secara total. Ia hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi harus menggunakan metode empiris. Dalam hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing, dan verbal reports.

4)

Secara bertahap Watson menolak konsep insting, mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.

5)

Sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga bagi tokoh behaviorisme lainnya. Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh dua hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.

6)

Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan William James. Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan kata lain, sejauhmana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang menentukan adalah kebutuhan.

7)

Proses thinking and speech terkait erat. Thinking adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan proses

bicara yang tidak terlihat, masih dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture lainnya.
8)

Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adlaah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol. B.F. Skinner Prinsip-prinsip utama pandangan Skinner:

Descriptive behaviorism, pendekatan eksperimental yang sistematis pada perilaku yang spesifik untuk mendapatkan hubungan S-R. Pendekatannya induktif. Dalam hal ini pengaruh Watson jelas terlihat

Empty organism, menolak adanya proses internal pada individu. Menolak menggunakan metode statistical, mendasarkan pengetahuannya pada subyek tunggal atau subyek yang sedikit namun dengan manipulasi eksperimental yang terkontrol dan sistematis.

Konsep-konsep utama Skinner:


1) Proses operant conditioning:

Memilah perilaku menjadi respondent behavior dan operant behavior. Respondent terjadi pada kondisioning klasik, dimana reinforcement mendahului UCR/CR. Dalam kondisi sehari-hari yang lebih sering terjadi adalah operant behavior dimana reinforcement terjadi setelah response. Positive dan negative reinforcers [kehadirannya PR menguatkan perilaku yang muncul, sedangkan justru ketidakhadiran NR yang akan menguatkan perilaku]. Extinction: hilangnya perilaku akibat dari dihilangkannya reinforcers

Schedules of reinforcement, berbagai variasi dalam penjadwalan pemberian reinforcement dapat meningkatkan perilaku namun dalam kadar peningkatan dan intensitas yang berbeda-beda Discrimination : organisma dapat diajarkan untuk berespon hanya pada suatu stimulus dan tidak pada stimulus lainnya. Caranya adalah secara konsisten memberi reinforcement hanya pada respon bagi stimulus yang diinginkan dan tidak pada respon terhadap stimulus lainnya. Secondary reinforcement, adalah dengan stimulus reinforcer yang asli sudah sehingga melalui akhirnya proses bisa

pemasangan/kondisioning

mendapatkan efek reinforcement sendiri. Dalam kenyataan riil kehidupan manusia, hampir semua yang kita anggap sebagai reinforcement adalah secondary reinforcer. Aversive conditioning, proses kondisioning dengan melibatkan suasana tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan punishment. Reaksi organisme adalah escape atau avoidance.
2) Behavior Modification

Adalah penerapan dari teori Skinner, sering juga disebut sebagai behavior therapy. Merupakan penerapan dari shaping (pembentukan TL bertahap), penggunaan positive reinforcement secara selektif, dan extinction. Pendektan ini banyak diterapkan untuk mengatasi gangguan perilaku. Kelemahan Skinner:

Pendekatannya yg lebih bersifat deskriptif dan kurang analitis dianggap kurang valid sebagai sebuah teori

Validitas dari kesimpulan yang diambilnya yang merupakan generalisasi berlebihan dari satu konteks perilaku kepada hampir seluruh perilaku umum

Pandangan empty organism mengundang kritik dari pendukung aspek biologis dan psikologi kognitif yang percaya pada kondisi internal mansuia, entah itu berupa proses biologis atau proses mental

Kelebihan Skinner:

Salah seorang psikolog yang pandangannya paling berpengaruh dan banyak dirujuk oleh para psikolog lainnya

Mengembangkan sejumlah prinsip-prinsip psikologis yang cukup terbukti aplikatif terhadap masalah-masalah perilaku yang nyata karena didukung oleh hasil-hasil eksperimen yang jelas

Memberikan ide kreatif dan baru bagi metode dalam belajar dan terapi yang konvensional

Sumber : Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Rajawali Press: Jakarta. Rumahbelajar.com

You might also like