You are on page 1of 15

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Kuasa, karena limpahan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan saran demi terselesainya makalah ini. Penulis menyadari bahwa materi yang diuraikan dalam makalah ini masih dalam batas minimal dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan isi makalah ini sangat penulis harapkan.

Wassalam,

Penulis

A. PENGERTIAN HUKUM Hukum sesungguhnya adalah bagian dari norma, yaitu norma hukum. Norma hukum yang selanjutnya disebut hukum merupakan norma yang berbeda dari tiga norma sebelumnya.

Beberapa pengertian hukum menurut para pakar akan dijelaskan dibawah ini. Sebetulnya hukum sulit dijelaskan dalam suatu definisi karena hukum memiliki aspeknya. Mengingat bahwa hukum itu mengatur hubungan antar manusia dalam masyarakat dan hubungan itu menyangkut banyak hal maka sulit didefinisikan dalam satu atau dua kalimat.

1. Pengertian Hukum Untuk memperoleh pengertian tentang apakah hukum itu, seyogyanya kita memahami beberapa pendapat dari para pakar di bawah ini.
a.

Mayer menjelaskan bahwa hukum ialah semua aturan yang menyangkut kesusilaan dan ditujukan terhadap tingkah laku manusia dalam masyarakat, serta sebagai pedoman bagi penguasa Negara dalam melaksanakan tugasnya.

b.

Utrecht berpendapat bahwa hukum adalah himpunan perintah dan larangan untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat harus mematuhinya.

c.

Simorangkir mengatakan bahwa hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa dan sebagai pedoman tingkah laku manusia dalam masyarakat yang dibuat oleh lembaga berwenang serta bagi siapa yang melanggarnya akan mendapatkan hukuman.

d.

Sudikno Mertokusumo menyatkan bahwa hukum adalah sekumpulan peraturanperaturan atau kaidah dalam suatu kehidupan bersama; keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam kehidupan bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

e.

E. Utrech menyatakan huku adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertip kehidupan bermasyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan karena pelanggaran petunjuk hidup itu dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah.

f.

Achmad Ali menyatakan hukum adalah separangkat norma tentang apa yang benar dan apa yang salah, yang dibuat atau diakui eksitensinya oleh pemerintah, yang dituangkan baik dalam aturan tertulis (peraturan) maupun yang tidak tertulis. Yang mengikat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya secara keseluruhan, dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan ini.

2. Asas dan Tujuan Hukum Setiap system hukum memiliki asas atau prinsip sebagai suatu pikiran dasar yang umum sifatnya atau latar belakang dari peraturan hukum yang muncul. Asas hukum menjadi norma dasar serta menjadi petunjuk arah pembentukan hukum. Asas hukum terdiri atas dua, yaitu asas hukum umum dan asas hukum khusus.

a.

Asas hukum umum adalah asas yang berhubungan dengan keseluruhan bidang hukum. Contoh sebagai berikut : 1) Asas lex posteriori derogat legi priori; 2) Asas lex speciali derogat legi generali; 3) Asas lex superior deregat legi inferior.

4) Asas testitio in tintagrum.

Scholten mengemukakan adanya lima asas hukum umum yang berlaku universal yang berlaku pada semua system hukum. Asas tersebut adalah asas kepribadian, asas persekutuan, asas kesamaan, asas kewibawaan, dan asas pemisahan antara baik dan buruk.

b. Asas hukum khusus adalah asas yang berlaku dalam lapangan hukum tertentu. Contoh sebagai berikut. 1) Hukum pidana berlaku asas praduga tidak bersalah, asas nebis in idem.
2) Hukum perdata berlaku asas pacta sunt servanda, abus de droit, asas

konsensualisme.

Menurut Gustav Radbruch (ahli filsafat jerman) menyatakan bahwa hukum memiliki ide dasar hukum yang mencakup tiga unsur, yaitu : a. Gerechtigheit (unsure keadilan); b. Zeckmaessigkeit (unsure kemanfaatan); c. Sicherheit (unsure kepastian) Hukum bertujuan menjamin kepastian hukum dalam masyarakat.

Hukum harus bersendikan pada rasa keadilan di masyarakat. Berkenaan dengan tujuan hukum, para pakar hukum memiliki pendapat yang berbedabeda. a. Prof. Subekti S.H. menyatakan tujuan hukum adalah menyelenggarakan keadilan dan ketertiban sebagai syarat untuk mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan. b. Prof. Van Apeldoom menyatakan tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.

c. Purnadi dan surjono sukanto menyatakan tujuan hukum adalah kedamaian hidup manusia yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi.

A. PENGGOLONGAN HUKUM Untuk menjelaskan tentang penggolongan hukum, ada beberapa macam penggolongan, yaitu sebagai berikut.

1. Hukum Berdasarkan Sumbernya Berdasarkan sumbernya hukum dibedakan menjadi undang-undang,

kebiasaan, traktat dan yurisprudensi. Hukum yang tercantum dalam peraturan perundangan disebut hukum undang-undang, hukum yang berasal dari adat atau kebiasaan disebut hukum adat atau hukum kebiasaan. Hukum yang dibuat oleh Negara-negara yang mengadakan perjanjian disebut hukum traktat. Hukum yang terbentuk karena keputrusan hakim disebut hukum yurisprudensi.

2. Hukum Berdasarkan Tempat Berlakunya

Berdasar wilayah

berlakunya, hukum dapat dibedakan menjadi hukum

nasional hukum internasional dan hukum local. Hukum yang berlakunya dalam suatu Negara disebut hukum internasional. Hukum yang menyangkut hubungan antara dua Negara dari dua Negara disebut multilateral. Hukum suatu Negara yang berlaku dinegara lain disebut hukum asing. Hukum suatu yang berisi kumpulan norma atau kaidah yang ditetapkan oleh geraja dan berlaku bagi para anggotanya disebut hukum geraja.

3. Hukum Berdasarkan Waktu Berlakunya Berdasarkan waktu berlakunya hukum terbagi atas hukum positif (ius constitutum) dan hukum yang dicitakan ius constituendum. Hukum yang berlaku

sekarang pada suatu masyarakat tertentu disebut positif (ius constitutum) atau disebut tata hukum. Hukum yang sedang dalam proses yang diharap berlaku pada masa yang akan datang dan marupakan hukum yang dicita-citakan disebut ius constitueendum.

4. Hukum Berdasarkan Isinya Berdasarkan isinya hukum terbagi atas hukum perdata atau privat dan hukum publik. Hukum yang mengatur kepentingan perseorangan disebut hukum perdata. Hukum yang mengatur hubungan antara orang dengan Negara disebut hukum publik.

5. Hukum Berdasarkan Cara Mempertahakannya Berdasar cara mempertahankan hukum terbagi atas hukum terbagi atas hukum material dan hukum dan hukum formil. Hukum yang memuat peraturan yang mengatur hubungan dan kepentingan yang berwujud perintah dan larangan disebut hukum material. Misalnya hukum pidana, hukum perdata, hukum dagang. Hukum yang mengatur cara bagaimana mermpertahankan berlakunya hukum material. Misalnya bagaimana cara mangajukan tuntutan, cara hakim mengambil kepatusan disebut hukum acara atau formal.

6. Hukum Berdasarkan Bentuk atau Wujud Berdasarkan bentuknya, hukum terbagi atas hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Hukum tertulis adalah hukum yang tercantum dalam peraturan tertulis. Hukum tidak tertulis adalah hukum yang hidup dalam keyakinan masyarakat, dan ditaati dalam kebiasaan. 7. Hukum berdasarkan sanksi atau sifat Berdasar sanksi atau sifatnya, hukum terbagi atas hukum yang sifatnya mengatur dan hukum yang sifatnya memaksa

Bagan 2.1 Penggolongan Hukum


Undang - Undang Kebiasaan Menurut Sumber Traktat Yurisprudensi Hukum Lokal Menurut Tempat Berlakunya Hukum Nasional Hukum Internasional Ius Constitum Ius Constituendum Hukum Publik Menurut Isinya Hukum Privat Hukum Material Hukum Formal Hukum Tertulis Hukum Tidak Tertulis Hukum yang Mengatur Hukum yang Memaksa

Penggolongan Hukum

Menurut Waktu Berlakunya

Menurut Cara Mempertahankan

Menurut Bentuk atau Wujud

Menurut Sanksi atau Sifat

B. SISTEM HUKUM DI INDONESIA Negera Indonesia adalah Negara yang berdaulat. Negera Indonesia juga Negara hukum. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi Negera Indonesia adalah negera hukum untuk mewujudkan Negara hukum maka segara penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan pada hukum. Oleh karena itu, pembangunan hukum nasional mutlak diperlukan.

Sampai sekarang ini, bangsa Indonesia belum secara keseluruhan memiliki hukum nasional yang dibuat oleh bangsa sendiri. Untuk menjaga agar tidak terjadi kekosongan hukum dan belum dibuat yang baru sesuai dengan UUD 1945 maka Indonesia memperlakukan hukum-hukum warisan Kolonial yang tentu saja pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan Negara hukum Indonesia. 1. 2. 3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).

Hukum pidana yang berlaku di Indonesia sekarang ini telah dilakukan kodifikasi. Sebagian besar dari aturan aturan pidana telah disusun dalam suatu kitab undangundang, yaitu KUH Pidana. Sebagian lagi tersebar dalam berbagai peraturan perundangundangan, seperti peraturan lalu lintas, peraturan tentang tindak pidana subvensif, dan tindak pidana terorisme. Selain sudah terkodifikasi, hukum pidana kita juga telah diunifikasi, artinya berlaku bagi semua golongan rakyat Indonesia.

Selain tertuang dalam hukum yang telah dikodifikasi, seperti KHUP diatas, normanorma hukum dapat kita temukan dalam berbagai peraturan perundang-undangan, contohnya undang-undang. Dalam undang-undang, ada rumusan norma hukum yang berisi perintah atau larangan. Pelanggaran atas norma hukum tersebut diancam dengan sanksi.

Berikut ini contoh norma hukum berserta ketentuan pidana yang tertuang dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.

Pasal 68 (1) Setiap orang yang membantu memberikan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/atau vokasi dari satuan pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan dipidana dengan pidana penjara lama lima tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang menggunakan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik,

profesi, dan/atau vokasi dari satuan pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan dipidana dengan pidana penjara paling, lama lima tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap orang yang menggunakan gelar lulusan dari perguruan tinggi yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 4 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). (4) Setiap orang yang memperoleh dan/ atau menggunakan sebutan guru besar yang tidak sesuai dengan pasal 23 ayat 1 dan / atau ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,(lima ratus juta rupiah).

Pasal 69

(1) Setiap orang yang menggunakan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/atau vokasi yang terbukti palsu dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan sengaja tanpa hak menggunakan ijazah dan/atau sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 2 dan ayat 3 yang terbukti palsu dipidana denda paling banyak lima tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). 1. Sasaran Pembangunan Hukum Nasional Untuk mendukung pembenahan system dan politik hukum, sasaran yang akan dilakukan dalam tahun 2004-2009 adalah terciptanya system hukum nasional yang adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif. 2. Arah Kebijakan Hukum Nasional Pembenahan system dan politik hukum dalam lima tahun mendatang diarahkan pada kebijakan untuk memperbaiki substansi (materi) hukum, struktur (kelembagaan) hukum, dan kultur (budaya) hukum melalui upaya :
a. Menata kembali substansi hukum melalui peninjauan dan penataan kembali

peraturan perundang-undangan untuk mewujudkan tertip perundangundangan dengan memerhatikan asas umum dan herarki perundangundangan, dan menghormati serta memperkuat kearifan local dan hukum untuk memperkaya system hukum dan peraturan melalui pemberdayaan yurisprudensi sebagai bagian dari upaya pembaruan materi hukum nasional.

b. Melakukan pembenahan struktur hukum melalui penguatan kelembagaan

dengan meningkatkan profesionalisme hakim dan staf peradilan serta kualitas system peradilan yang terbuka dan transparansi agar peradilan dapat diakses oleh masyarakat dan memastikan bahwa hukum diterapkan dengan adil dan memihak pada kebenaran, memperkuat kearifan, local dan

hukum adat untuk memperkaya system hukum dan peraturan melalui pemberdayaan yurisprudensi sebagai bagian dari upaya pembaruan materi hukum nasional.

c. Meningkatkan budaya hukum, antara lain melalui pendidikan dan sosialisasi berbagai peraturan perundang-undangan serta perilaku keteladanan dari kepala Negara dan jajarannya dalam mematuhi dan menaati hukum serta penegakan supremasi hukum.

C. LEMBAGA LEMBAGA PERADILAN Untuk berjalanya hukum secara efektif di masyarakat maka perlu diadakan penegakan hukum termasuk pemberian sanksi pidana bagi yang melanggar hukum. Untuk itu dibutuhkan lembaga penegak hukum dan pejabat penegak hukum. Termasuk lembaga penegak hukum adalah : (1) Badan kehakiman yang meliputi Mahkamah Agung dan lembaga peradilan dibawahnya. (2) Kejaksaan (3) Kepolisian Aparat penegak hukum adalah hakim, jaksa dan polisi.

1. Kedudukan Lembaga Peradilan Pengadilan atau lembaga peradilan adalah alat perlengkapan Negara yang diberi tugas mempertahankan tetap tegaknya hukum nasional. Apabila terjadi pelanggaran hukum atau pelanggaraan hak maka yang bersangkutan dihadapan ke muka pengadilan. Pengadilan atau badan peradilan adalah suatu lembaga penegak hukum di Indonesia.

2. Jenis Lembaga Peradilan di Indonesia Pasal 24 UUD 1945 menentukan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, militer, tata usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Jenis badan peradilan atau pengadilan yang berada dibawah Mahkamah Agung :

a.

Peradilan Umum Peradilan umum adalah badan peradilan yang mengadili rakyat Indonesia pada umumnya atau rakyat sipil. Oleh karena itu mengadili rakyat sipil maka disebut pula pengadilan sipil. Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum dinyatakan bahwa lingkungan peradilan umum ini meliputi sebagai berikut. 1) Pengadilan Negeri Adalah pengadilan kita sehari-hari yang memeriksa dan memutuskan suatu perkara. 2) Pengadilan Tinggi Adalah pengadilan banding, yaitu pengadilan yang memeriksa kembali perkara yang terlah diputuskan oleh pengadilan negeri.

b. Peradilan Agama Peradilan agama adalah peradilan agama islam. Tugas dan wewenangnya adalah memeriksa dan memutuskan sengketa antara orang-orang yang berama islam mengenai hukum perdata tertentu yang diputuskan berdasarkan syariat islam.

Berdasarkan UU No.7 Tahun 1989 tentang peradilan agama dinyatakan bahwa lingkungan peradilan agama terdiri atas sbb: 1) Pengadilan agama sebagai badan peradilan tingkat pertama yang tempat kedudukannya sama dengan pengadilan negeri. 2) Peradilan tinggi agama sebagai badan peradilan tingkat banding,

kedudukannya sama dengan daerah peradilan tinggi.

c.

Peradilan Militer Peradilan militer adalah peradilan yang mengadili anggota-anggota atau TNI yang meliputi angkatan darat, laut, dan udara. Anggota kepolisian sekarang ini tidak tunduk pada peradilan militer, tetapi pada peradilan umum. UU No.31 Tahun 1987 tentang peradilan militer sbb : 1) Peradilan militer adalah peradilan tingkat pertama yang mengadili kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan oleh TNI yang berpangkat kapten ke bawah. 2) Peradilan negeri tinggi ialah sbb : a. Peradilan tingkat pertama yang mengadili kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan oleh TNI yang berpangkat mayor ke atas.
b. Pengadilan untuk memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara

pidana yang telah diputus oleh pengadilan militer dalam daerah hukumnya yang dimintakan banding. 3) Pengadilan militer utama. 4) Pengadilan militer pertempuran.

d. Peradilan Tata Usaha Negara

Adalah badan peradilan yang mengadili perkara perkara yang berhubungan administrasi. Berdasarkan UU No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sbb : 1. Peradilan tata usaha negera sebagai peradilan tingkat pertama 2. Pengadilan tinggi tata usaha usaha Negara sebagai peradilan tinggi banding. Terhadap putusan terakhir dapat dimohonkan kasasi pada Mahkamah Agung. dengan administrasi pemerintahan disebut juga peradilan

3. Tingkatan Lembaga Peradilan Berdasar tingkatannya, peradilan di Indonesia terdiri atau sebagai berikut : a) Pengadilan tingkat pertama, yaitu pengadilan negeri, pengadilan agama, pengadilan tata usaha Negara, dan pengadilan militer. b) Pengadilan tingkat kedua atau banding, yaitu pengadilan tinggi, pengadilan tinggi agama,pengadilan tinggi tata usaha, dan pengadilan tinggi militer. c) Pengadilan tingkat kasasi, yaitu Mahkamah Agung.

4. Komisi Yudisial Komisi Yudisial merupakan lembaga baru yang dibentuk berkaitan dengan pelaksanaan kekuasaan kehakiman. Meskipun lembaga ini berkaitan dengan kehakiman, tetapi bukan merupakan pelaksanaan kekuasaan kehakiman. Komisi Yudisial yang dibentuk berdasarkan ketentuan Pasal 24B UUD 1945 yang bersifat mandiri dan mempunyai wewenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martaat, serta perilaku hakim.

You might also like