You are on page 1of 49

Pelarut, larutan dan sistem asam-basa

Sebagian besar reaksi kimia dan banyak pengukuran sifat zat dikerjakan dalam suatu pelarut sifat pelarut menentukan keberhasilan suatu reaksi kimia Sifat pelarut: Daerah suhu pelarut dalam keadaan cair Tetapan dielektrikum Sifat sebagai donor dan akseptor (asam-basa Lewis) Keasaman protonik atau kebasaan Sifat dan derajad otodissosiasi

Contoh ranah cairan beberapa pelarut: -----------------------------------------------------------------------------------------Nama Ranah cairan oC /o


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Air 0 sd 100 82 Asetonitril -45 sd 82 38 Dimetilformamida -61sd 153 38 Dimetilsulfoksida 18 sd 189 47 Nitrometana -19 sd 101 36 Sulfolan 28 sd 285 44 Propana-1,2-diol karbonat -49 sd 242 Diklorometan -97 sd 40 9 Ammonia -78 sd -33 23 Hidrogen sianida -14 sd 26 107 Asam sulfat -14 sd 26 107 Hidrogen fluorida -83 sd 20

64

84

Konstanta dielektrik:
-

Kemampuan zat cair melarutkan padatan sangat bergantung pada tetapan dielektrikum (walau tdk semata-mata) Gaya tarik, F, antara kation dan anion yang ada dalam medium dengan tetapan dielektrik, , berbanding terbalik thd F = q+q-/4 r2

Sifat donor dan akseptor


-

Kemampuan suatu pelarut menjaga zat terlarut tetap dlm larutan sangat bergantung pada kemampuan mensolvasi partikel-partikel terlarut, yaitu mengadakan interaksi antara pelarut dan zat terlarut Solvasi kation sederhana pada hakekatnya adalah proses pembentukan kompleks dengan ligan berupa molekul-molekul pelarut. Urutan kemampuan mengkoordinasi dari kation tertentu thd bbrp pelarut DMSO > DMF H2O > aseton (CH3CHCH2)O2CO CH3CN+ > (CH2)4SO2 > CH3NO2 > C6H5NO2 >> CH2Cl2 Umumnya tetapan dielektrik dan kemampuan mensolvasi ion merupakan sifat yang berhubungan tetapi tidak ada korelasi kuantitatif

Pelarut protonik
-

Mengandung proton yang dapat diionkan dan dapat bersifat asam kuat atau lemah ( contoh H2O HCl HF H2SO4, HCN dll) Dapat mengalami otodisosiasi Contoh: 2H2O = H3O+ + OH2HCl = H2Cl+ + Cl2HF = H2F+ + F2H2SO4 = H3SO4+ + HSO42NH3 = NH4+ + NH2-

Pelarut non protonik

Zat cair non polar atau polaritas kecil, tidak terdissosiasi, tidak tersolvasi secara kuat. (misal CCl4 dan hidrokarbon) Pelarut tidak terion tetapi sangat kuat mensolvasi (iasanya polar) contoh CH3CN, dimetilformamida, dimetilsulfoksida, tetrahidrofuran dan SO2 -tdk berproton, tdk ada kesetimbangan otodisosiasi, mensolvasi dgn kuat

3. Pelarut sangat polar dan berotodisosiasi contoh senyawaan antar halogen seperti: 2 BrF3 = BrF2+ + BrF42 IF5 = IF4+ + IF6-

contoh lain 2 Cl2PO = Cl2PO+ + Cl4PO- pelarut jenis ini sukar sekali penggunaannya krn sangat reaktif

Pelarut untuk reaksi elektrokimia


Umumnya reaksi elektrokimia menyangkut zat ion, krn itu tetapan dielektriknya sebesar 10 atau lebih sangat disukai Pelarut tsb hrs mempunyai daerah voltase yang luas yg tdk menyebabkan pelarut teroksidasi atau tereduksi, sehingga reaksi elektrodanya tdk mendahului reaksi yg sedang dipelajari Contoh air O2 + 4H+ (10-7M) + 4e 2 H2O Eo = +0,82 V H+(10-7M) + e H2 Eo = -0,41 V Contoh asetonitril, CH3CN banyak digunakan untuk zat terlarut senyawa organologam atau garam yg mengandung ion alkil amonium yg besar yg tdk cukup larut dlm air. Pelarut ini stabil pd daerah voltase yg luas - Contoh lain dimetilformamida, HCON(CH3)2, mirip dengan asetonitril tetapi lebih mudah tereduksi
-

Sistem asam-basa
Perkembangan konsep asam basa
1. 2. 3. 4. 5.

Definisi konvensional Teori Arhenius Teori Bronsted-Lowry Teori Lewis Beberapa definisi lain spt.: Lux-Flood, Usanovich, Cady-Elsey

Definisi Konvensional
Asam:
- zat yang rasanya asam - Mengubah warna lakmus biru menjadi merah

- Larut dalam air


-Dengan logam-logam aktif dihasilkan gas H2 Basa: -Zat yang rasanya pahit
- Mengubah

warna lakmus merahmenjadi biru

- Menetralkan asam (membentuk garam dan air)

Teori Arhenius
Dasar: autoionisasi yang terjadi pada H2O Dalam air murni [H+] = [OH-] = 10-7 netral jika [H+] > [OH-] asam [H+] < [OH-] basa [H+] = [OH-] netral Jadi asam: senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan terionisasi menghasilkan ion H+ contoh: HCl, H2SO4, HNO3, CH3COOH, dll Basa: senyawa yang mengandung gugus OH yang apabila dilarutkan dalam air dpt terionisasi menghasilkan ion OH-. Contoh: NaOH, KOH, Ca(OH)2, NH4OH, dll

Kelemahan teori Arhenius


Proton (H+) sesungguhnya tidak ada, yang ada ion hidronium (H3O+) atau H9O4+ atau H5O2+ Zat yang tidak mengandung H atau OH ada juga yang menghasilkan H+ atau OH- jika dilarutkan dlm air Contoh: SO2 + H2O H+ + HSO4CaO + H2O Ca2+ + 2 OH3. Teori ini hanya terbatas untuk pelarut air

Teori Bronsted-Lowry
Asam: zat yang dalam reaksinya memberikan H+ (proton donor) Basa : zat yang dalam reaksinya menerima H+ (proton aseptor) Reaksi antara asam dan basa pada dasarnya penyerahan H+ dari asam kepada basa Contoh: HCl + H2O Cl- + H3O+
Asam basa basa asam
pasangan asam-basa konjugasi

Jika asam kuat maka basa konjugasinya lemah dansebaiknya

Kelebihan:
-

Ruang lingkupnya luas Basa tidak harus memiliki gugus OHKelakuan asam atau basa bergantung pada reaktan pasangannya

Kelemahan:
-

Belum mencakup pelarut-pelarut non protonik (aprotik) seperti SO2, POCl3, BF3, dll

Teori Lewis
Asam : zat yang dapat menerima pasangan elektron bebas Basa : zat yang dapat memberikan pasangan elektron bebas - Teori ini juga mencakup reaksi-reaksi lain yang tidak mengandung proton Contoh F3B + NH3 F3BNH3 - Reaksi pembentukan kompleks juga dapat dipandang sebagai reaksi asam (ion pusat) dengan basa (ligan)

Kekuatan basa Lewis


Faktor-faktor:- muatan parsial - keterlibatan dalam ikatan parsial - pengaruh sterik (ruang) - tingkat pemusatan elektron

Kekuatan asam Lewis


- Muatan parsial atom aseptor (semakin positif semakin efektif) - Ketersediaan orbital kosong - Keterlibatan orbital kosong aseptor pada pembentukanikatan rangkap parsial
(efektivitas akseptor berkurang jika terlibat pembentukan ikatan rangkap) - Efek sterik

Definisi Lux-Flood
Asam-basa didasarkan pada transfer ion oksida. Asam: akseptor ion oksida (mis. SiO2, S2O72-) Basa: donor ion oksida (mis. CaO, Na2O)
CaO Ca2+ + O2- (donor ion oksida, basa) SiO2 + O2- SiO32- (akseptor ion oksida, asam) S2O72- + O2- 2 SO42- (akseptor ion oksida, asam) Definisi ini diperluas untuk transfer anion lain dan merupakan counterpart definisi Bronsted-Lowry Contoh FeCl3 + Cl- [FeCl4 ]- (akseptor klorida, asam) CoS + S2- [CoS2 ]2- (akseptor sulfida, asam) As2S3 + S2- 2 [AsS2 ]- (akseptor sulfida, asam) OPCl3 [OPCl2 ]+ + Cl- (donor klorida, basa)

Definisi Usanovich
Merupakan perluasan dari definisi Lewis Asam adalah aseptor elektron, sedang basa mrpk donor elektron. Jadi reaksi redoks mrpk reaksi asam basa.

Konsep Cady-Elsey
Berdasarkan pada autoionisasi solven
2 H2O H3O+ + OH2 NH3 NH4+ + NH22 SO2 SO2+ + SO32CH3COOH H+ + CH3COO(solven) (asam) + (basa)

Senyawa yang meningkatkan konsentrasi kation solven = asam, sedang seny. Yg meningkatkan konsentrasi anion solven = basa. Jadi dlm amonia, NH4+ adalah asam dan amida basa, sedang dlm SO2, ion
tionil (SO2+) adalah asam dan ion sulfit adalah basa.

Asam Protonik
-

Asam yang dalam reaksinya membebaskan proton (sesuai dengan konsep Bronsted-Lowry) Reaksi asam basa secara umum: HA + H2O A- + H3O+ Ka = [A-][H3O+]/ [HA] pKa = -log Ka Ka = tingkat keasaman (kekuatan asam) makin besar Ka (semakin kecil pKa) asam makin kuat Ka > 1 atau pKa negatif asam kuat Ka < 1 atau pKa positif asam lemah

Asam yang membebaskan lebih dari satu proton disebut asam poliprotik Asam-asam poliprotik ionisasinya terjadi bertahap sehingga dikenal Ka1, Ka2, Ka3, dst Asam poliprotik Ka2 < Ka1, atau pKa2 > pKa1 contoh H2SO4 + H2O HSO4- + H3O+ pKa1 = -2 HSO4- + H2O SO42- + H3O+ pKa2 = 1,92

Pengelompokan asam protonik:


Berdasarkan sumber darimana proton dibebaskan: 1. Asam hidrida biner 2. Asam hidroksi 3. Asam okso 4. Asam akua

Asam hidrida biner


-

asam yang hanya tersusun dari 2 jenis unsur, yaitu H dan unsur lain yang lebih elektronegatif contoh: HCl, HF, H2O, H2S, NH3 dll Kekuatan asam ini berdasarkan afinitas proton dari basa konjugasinya.
(semakin besar afinias proton basa konjugasi asam tsb berarti asam tsb mempunyai kemampuan melepas H+ relatif kecil dan keasamannya relatif lemah)

CH4
45

NH3 H2O HF
39 16 3

SiH4
35

PH3 H2S HCl


27 7 -7

GeH4
25

AsH3 H2Se HBr


23 4 -9

H2Te HI
3 -10

Asam hidroksi : H asam terikat sebagai gugus OH dalam suatu atom pusat yang tidak mengikat gugus okso (=O). Contoh Si(OH4)4 Asam okso :

H asam terikat sebagai gugus OH dalam suatu atom pusat yang mengikat gugus okso (=O). Contoh O2S(OH)2, O2NOH, dll Kekuatan asam hidroksi dan asam okso:
Beberapa faktor: - Elektronegativitas sisa asam - Jumlah gugus okso - Bilangan oksidasi atom pusat - Ukuran atom pusat

Asam akua:
H bersumber dari molekul-molekul air yang terikat sebagai ligan dalam suatu kompleks akuo. Contoh: Fe(OH2)63+, Co(OH2)63+, dll Kekuatan masih besar jika ukuran atom pusat kecil muatan tinggi

Kekuatan asam organik - asam-asam organik memiliki gugus COOH atau gugus OH yang dapat terionisasi membentuk suatu proton - Faktor2 yg mempengaruhi kekuatan asam organik: - efek induksi - efek resonansi

Kekuatan amina dan efek solvasi Misal larutan alkilamin dalam air: R3N +H2O R3NH+ + OHBasa akan lebih kuat jika pusat basa (nitrogen) memiliki tarikan lebih kuat untuk proton akibat dari kerapatan elektron yang lebih tinggi. Jadi kekuatan basa amina akan meningkat dengan adanya donor elektron dalam gugus R. Kekuatan basa NH3 < CH3NH2 < (CH3)2NH < (CH3)3N ClNH2 < NH3 HONH2 < NH2NH2 < NH3 Urutan tsb ditemukan dalam fasa gas. Dlm larutan, ada solvasi kation akibat dari interaksi ion-dipol. Dlm lar berair, solvasi kation melalui ikatan hidrogen cenderung meningkatkan kebasaan amina. Solvasi kation amina primer (krn adanya 3 atom H) lebih besar dari amina tersier Urutan kekuatan basa NH3 < RNH2 < R2NH > R3N

Classical concepts
Arrhenius: acids form hydrogen ions H+ (hydronium, oxonium H3O+) in aqueous solution bases form hydroxide ions OH- in aqueous solution acid + base salt + water e.g. HNO3 + KOH KNO3 + H2O
Brnsted-Lowry: acids tend to lose H+ bases tend to gain H+ acid 1 + base 1 base 1 + acid 2 (conjugate pairs) H3O+ + NO2- H2O + HNO2 NH4+ + NH2- NH3 + NH3
In any solvent, the reaction always favors the formation of the weaker acids or bases

The Lewis concept is more general and can be interpreted in terms of MOs

Acids and bases (the Lewis concept)


A base is an electron-pair donor An acid is an electron-pair acceptor

acid

adduct

base

Lewis acid-base adducts involving metal ions are called coordination compounds (or complexes)

Hard and soft acids and bases


- Hard acids or bases are small and non-polarizable - Soft acids and bases are larger and more polarizable Halide ions increase in softness: fluoride < chloride < bromide < iodide - Hard-hard or soft-soft interactions are stronger (with less soluble salts) than hard-soft interactions (which tend to be more soluble).

Most metals are classified as Hard (Class a) acids or acceptors. Exceptions shown below: acceptors metals in red box are always soft (Class b). Other metals are soft in low oxidation states and are indicated by symbol.

Class (b) or soft always

Solubilities: AgF > AgCl > AgBr >AgI But LiBr > LiCl > LiI > LiF

Class (b) soft metals have d electrons available for pi-bonding Model: Base donates electron density to metal acceptor. Back donation, from acid to base, may occur from the d electrons of the acid metal into vacant orbitals on the base. Higher oxidation states of elements to the right of transition metals have more class b character since there are electrons outside the d shell. Ex. (Tl(III) > Tl(I), has two 6s electrons outside the 5d making them less available for -bonding) For transition metals: high oxidation states and position to the left of periodic table are hard low oxidation states and position to the right of periodic table are soft Soft donor molecules or ions that are readily polarizable and have vacant d or * orbitals available for -bonding react best with class (b) soft metals

Tendency to complex with hard metal ions

N >> P > As > Sb O >> S > Se > Te F > Cl > Br > I

Tendency to complex with soft metal ions N << P > As > Sb O << S > Se ~ Te F < Cl < Br < I

The hard-soft distinction is linked to polarizability, the degree to which a molecule or ion may be easily distorted by interaction with other molecules or ions. Hard acids or bases are small and non-polarizable Soft acids and bases are larger and more polarizable

Hard acids are cations with high positive charge (3+ or greater), or cations with d electrons not available for -bonding Soft acids are cations with a moderate positive charge (2+ or lower), or cations with d electrons readily availble for bonding
The larger and more massive an ion, the softer (large number of internal electrons shield the outer ones making the atom or ion more polarizable) For bases, a large number of electrons or a larger size are related to soft character

Hard acids tend to react better with hard bases and soft acids with soft bases, in order to produce hard-hard or soft-soft combinations In general, hard-hard combinations are energetically more favorable than soft-soft An acid or a base may be hard or soft and at the same time it may be strong or weak

Both characteristics must always be taken into account


e.g. If two bases equally soft compete for the same acid, the one with greater basicity will be preferred but if they are not equally soft, the preference may be inverted

Fajans rules
1. For a given cation, covalent character increases with increasing anion size. 2. For a given anion, covalent character increases with decreasing cation size. 3. The covalent character increase with increasing charge on either ion. Covalent character is greater for cations with non-noble gas electronic configurations.
A greater covalent character resulting from a soft-soft interaction is related with lower solubility, color and short interionic distances, whereas hard-hard interactions result in colorless and highly soluble compounds

Tipe reaksi dalam pelarut non air


1.

Reaksi asam basa Definisi Cady-Elsey dpt diterapkan untuk mengidentifikasi asam dan basa dalam suatu sistem pelarut khusus Contoh NH4Br + NaNH2 NaBr + 2NH3 (dlm amonia) 2NH4NO3 + PbNH Pb(NO3)2 + 3NH3 (dlm amonia) SOCl2 + Na2SO3 2NaCl + 2SO2 (dlm sulfur dioksida) Perilaku senyawa dalam pelarut bergantung pada kekuatan basa dan asam pelarut. Contoh asam nitrat dalam berbagai pelarut: HNO3 + H2O H3O+ + NO3- (asam kuat) HNO3 + CH3COOH CH3COOH2+ + NO3- (asam lemah) HNO3 + H2SO4 NO2+ + H2O + HSO4- (basa)

2. Reaksi presipitasi Reaksi presipitasi dalam suatu solven dapat diprediksi jika kelarutan produk dalam solven diketahui. Kelarutan tsb berubah dari solven ke solven akibat dari solvasi, perubahan tetapan aktivitas dan kelarutan ion, yang tidak mungkin untuk memprediksi reaksi presipitasi. Contoh
NaCl + KI KCl + NaI (amonia)

2NH4Br + Sr(NO3)2 SrBr2 + 2NH4NO3 (amonia)


Na2SO4 + NiF2 NiSO4 + 2NaF (hidrogen fluorida) PbF2 + Li2SO4 PbSO4 + 2NLi (sulfur dioksida) BaI2 + Zn(SCN)2 Ba(SCN)2 + ZnI2 (sulfur dioksida) (mengendap)

3. Reaksi solvolisis Dalam reaksi ini solut berinteraksi dengan solven yg mengubah konsentrasi normal spesies kationik atau anionik contoh OPCl3 + 3 HOH OP(OH)3 + 3 HCl OPCl3 + 3 ROH OP(OR)3 + 3HCl OPCl3 + 3 NH3 OP(NH2)3 + 3HCl PCl5 + SO2 OPCl3 + SOCl2 4. Reaksi redoks Secara umum reaksi redoks yang terjadi dalam media air maupun non air adalah mirip jika solven tidak mengalami reaksi redoks sendiri

Sistem Redoks
Reaksi redoks:
Reaksi yang melibatkan perubahan muatan listrik pada spesies yang bereaksi (complete transfer electron) Reaksi asam-basa : sharing electron Oksidasi: -proses di mana satu atau lebih elektron dilepaskan oleh atom, ion atau molekul -proses di mana zat menangkap oksigen dalam reaksi Reduksi: -proses di mana satu atau lebih elektron diterima oleh atom, ion atau molekul -proses di mana zat menmberikan oksigen dalam reaksi Reduktor = zat pemberi elektron = reduktan Oksidator = zat penerima elektron = oksidan

- Reaksi setengah sel (reaksi ion-elektron) = reaksi yang melibatkan pemberian dan penerimaan elektron dari oksidator/reduktor Contoh: Fe3+ + e Fe2+ Sn2+ Sn4+ + 2e ---------------------------2Fe3+ + Sn2+ 2Fe2+ + Sn4+ - Kesetimbangan reaksi redoks: (melibatkan 3 tahap: identifikasi
spesies, tulis reaksi setengah sel dan kombinasikan dua setengah sel untuk membentuk reaksi total)

- Persamaan Nernst
Harga beda potensial elektroda suatu setengah sel ditentukan oleh konsentrasi dari elektrolitnya

Perubahan energi bebas - semua reaksi kimia melibatkan perubahan energi bebas, G. - reaksi berlangsung spontan jika perubahan energi bebas total negatif G= ukuran kuantitatif dari driving force reaksi dan kerja maksimum yang dapat dicapai dari reaksi, tdk pandang apakah kerja berlangsung atau tidak. G dapat diukur sedemikian shg setiap spesies kimia dpt ditentukan suatu kuantitas energi relatif, dsb energi bebas standar, Go
-

Jika G negatif, maka reaksi spontan dan proses berlangsung sesuai dgn arah yg dituliskan Jika G positif, maka reaksi tdk spontan spt yg ditulis tetapi proses berlangsung ke arah kebalikannya Jika G =0, berarti kondisi ada delam kesetimbangan dan reaksi tdk berlangsung ke arah manapun

Dalam sistem redoks, G dpt ditentukan dlm bentuk volt Kecenderungan dari suatu spesies untuk menangkap dan atau melepas elektron dinyatakan sebagai potensial elektroda, E.
Pada keadaan standar, potensial elektroda standar, Eo

- Hubungan antara G dengan E


G = -nFE dengan n = jml elektron yg terlibat dlm reaksi lengkap F = tetapan Faraday (1F = 96500 C)

Sel elektrokimia - Tersusun minimal 2 elektroda yang keduanya tercelup di dalam suatu elektrolit yg sama atau masing-masing tercelup di dlm elektrolit yg satu sama lain dihubungkan oleh jembatan garam - Sel elektrokimia ada 2 macam yaitu sel galvani dan sel elektrolisis Sel galvani= sel elektrokimia yg mampu merubah energi reaksi menjadi energi listrik (dsb sbg sel penghasil energi) Sel elektrolisis= sel elektrokimia yg mampu merubah energi listrik menjadi zat (dsb sbg sel penghasil zat)

Aplikasi potensial elektroda standar 1. Menghitung DGL sel Contoh: Cd|Cd2+ (1M) ||Br-(1M)|Br2|Pt dapat ditulis reaksi sel sbb Cd2+ + 2e Cd Elo = -0,40 V Br2 + 2e 2 Br- Ero = +1,07 V dengan penumlahan diperoleh reaksi Cd + Br2 Cd2+ + 2 Brdgn sel emf, Esel sbg Eosel = Ero- Elo = +1,07-(-0,4) = +1,47V karena Esel positif maka sel berfungsi seperti yang ditulis, yaitu Cd akan teroksidasi menjadi Cd2+ dan Br2 akan tereduksi menjadi Br-

2. Memprediksi reaksi

Contoh reaksi Sn4+ + 2 Ce3+ 2 Ce4+ + Sn2+ dengan reaksi sel sbb. Ce4+ + e Ce3+ Elo = 1,61 V Sn4+ + 2 e Sn2+ Ero = 0,15 V Eosel = Ero- Elo = 0,15 -1,61 = -1,46 V Eosel negatif berarti reaksi tidak berlangsung seperti yg ditulis tetapi reaksi akan spontan jika 2 Ce4+ + Sn2+ Sn4+ + 2 Ce3+ dengan Eosel = +1,46 V

3. Menghitung tetapan kesetimbagan reaksi

Contoh: Sn2+ + 2 Fe3+ 2 Fe2+ + Sn4+ dengan reaksi sel sbb. Sn4+ + 2e Sn2+ Elo = 0,15 V Fe3+ + e Fe2+ Ero = 0,77 V Eosel = Ero- Elo = 0,77 -0,15 = 0,62 V dari persamaan Eo = (RT/nF) ln K log K = nFEosel/2,3RT = nEosel/0,059 = 2 x 0,62/0,059 = 21,02 K = 1021

4. Menghitung hasil kali kelarutan (Ksp) garam sukar larut

Contoh: AgCls Ag+l + Cl-l K = a Ag+ x a Cl- / a AgCl = a Ag+ x a Cl- = Ksp karena Eosel = (RT/nF) ln K maka berlaku pula hubungan Eo = (RT/nF) ln Ksp Ag+ + e Ag EoAg+/Ag = 0,7996 V AgCl + e Ag + Cl- EoAgCl/Ag, Cl- = 0,2223 V maka bagi reaksi AgCl Ag+ + Cl- memiliki harga Eosel = (0,2223 0,7996)V = -0,5773 V Ksp AgCl = e(nFE/RT) = 3,289x10-23 5. Menentukan tetapan stabilitas kompleks 6. Menentukan pH larutan 7. dll

Hubungan antara reaksi redoks dengan reaksi asam-basa - driving force reaksi redoks adalah adalah afinitas zat pengoksidasi terhadap elektron - driving force reaksi asam basa afinitas asam terhadap elektron - Jadi zat pengoksidasi dan asam keduanya adalah elektrofilik (suka elektron) - Basa dan zat pereduksi keduanya bersifat electrodotic agent (zat pemberi elektron) - Analogi antara kedua jenis reaksi tersebut adalah bahwa reaktan dapat menunjukkan sifat oksidasi reduksi atau sifat asam-basa bergantung pada dengan siapa zat tsb bereaksi - Contoh ion perak bersifat sebagai asam Ag+ + :OH- Ag:OH
asam basa

Ag+ + 2(:NH3) Ag(:NH3)2+


asam basa

- Contoh ion perak sebagai zat pengoksidasi

2 Ag+ + Cu 2 Ag + Cu2+ oksidan reduktan Konsep donor akseptor elektron reaksi asam-basa berbeda dengan transfer elektron yang terlibat dalam reaksi redoks Bedanya dalam reaksi asam basa hanya pemakaian bersama (sharing) elektron sedang dalam reaksi redoks transfer elektron sempurna contoh Ca + SO3 Ca2+ + SO3= (redoks) CaO: + SO3 Ca2+ + O:SO3= (asam-basa)

Latihan soal-soal
1.

2.

3.
4.

5.
6. 7.

Tuliskan struktur CN- dan tentukan atom mana yg memiliki probabilitas lebih besar untuk berfungsi sebagai donor pasangan elektron pada pembentukan senyawa kompleks. Terangkan mengapa kelarutan MgSO4 jauh lebih tinggi daripada kelarutan BaSO4, sedangkan kelarutan MgCl2 lebih rendah dari kelarutan BaCl2. Dengan menggunakan konsep ikatan hidrogen terangkan mengapa titik didih mrtanol lebih rendah daripada titik didih air Dengan konsep ikatan koordinasi, terangkan mengapa asam polibasis H3A memiliki tetapan dissosiasi menurut urutan K1 >> K2 >>>K3 Terangkan mengapa ion bikarbonat HCO3- lebih cenderung untuk berkelakuan sebagai donor proton daripada donor elektron. Terangkan perbedaan mekanisme pelarutan senyawa ionik dan mekanisme pelarutan senyawa kovalen Terangkan mengapa kelarutan merkuri klorida dalam benzena lebih besar daripada kelarutan barium klorida

You might also like