You are on page 1of 3

TUGAS UTILITAS BANGUNAN

FIRE PROTECTION SYSTEM PADA HOTEL ALL SEASONS YOGYAKARTA


Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Utilitas Bangunan Yang Diampu oleh Ir. Sumardjito, M.T

Di susun oleh: Yusliyantomo Galeh Nur Indriatno Putra P. (08510131007) (08510131015)

PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN

Musibah kebakaran dapat terjadi dimana saja, misalnya kebakaran hutan, kebakaran gedung, kebakaran rumah, dsb. Yang dapat mengakibatkan kerugian material serta memakan korban jiwa. Di Indonesia bencana kebakaran baik yang alami maupun dari ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab banyak terjadi. Misalnya kebakaran gedung dapat disebabkan oleh beberapa sebab contohnya konsleting listrik, kompor gas yang meledak, dll. Yang paling sering terjadi adalah konsleting listrik. Apapun itu sebabnya harus ada pencegahan, pengatasan dan penyelamatan baik itu jiwa maupun materi. Kebakaran pada bangunan gedung dapat menimbulkan kerugian berupa korban jiwa, harta benda, terganggunya proses produksi barang dan jasa, kerusakan lingkungan dan terganggunya ketenangan masyarakat ( Shock ). Musibah kebakaran yang terjadi di Indonesia dari tahun ke tahun selalu meningkat. Data yang dikumpulkan dari berbagai kota di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir ini memberikan petunjuk adanya peningkatan kebakaran pada bangunan gedung. Sementara itu pengadaan bangunan gedung dan perumahan terus meningkat, demikian pula penggunaan bahan, komponen bangunan dan peralatan/instalasi dalam bangunan belum diatur dalam ketentuan yang lebih memadai. Di lain pihak kesadaran akan pentingnya pencegahan terus disosialisasikan berupa peraturan perundang-undangan, pedoman pelaksanaan, standar kualitas, personil pengawas, dan peralatan Pemadam Kebakaran dirasakan masih belum cukup untuk mengatasinya. Oleh karena itu, apabila pengertian dan disiplin masyarakat serta perangkat pengendalian tersebut tidak ditingkatkan, diperkirakan musibah kebakaran akan mengalami peningkatan. Di dalam Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1953 tentang Pelaksanaan penyerahan sebagian dari urusan Pemerintah Pusat mengenai Pekerjaan Umum kepada Propinsi-Propinsi dan Penegasan urusan mengenai Pekerjaan Umum dari Daerah-Daerah Otonom Kabupaten, Kota Besar, dan Kota Kecil ditetapkan Pasal 9 huruf j, bahwa pencegahan bahaya kebakaran yang telah diurus dan diatur oleh daerah-daerah otonom tetap dijalankan oleh dan sebagai urusan daerah otonom itu. Namun pada Pasal 4 dan Pasal 12 disebutkan bahwa penyerahan tersebut tidak mengurangi hak Menteri Pekerjaan Umum untuk mengadakan pengawasan atas urusan

tersebut, serta merencanakan dan menyelenggarakan pekerjaan-pekerjaan dalam lingkungan daerah guna kemakmuran umum. Menyadari hal-hal tersebut, maka perlu adanya ketentuan yang bersifat teknologis, dalam upaya peningkatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung. Tujuan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung adalah untuk melindungi jiwa dan harta benda terhadap bahaya kebakaran. Hal ini dititik beratkan pada pengamanan bangunan gedung, dengan cara memenuhi persyaratan-persyaratan teknis, dalam proses perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan gedung, yang masing-masing mencakup aspek-aspek lingkungan dan bangunan, bahan bangunan, stuktur bangunan, utilitas, dan upaya penyelamatan. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam ketentuan ini, harus dipakai bersamasama dengan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung, Peraturan Beton Bertulang Indonesia, Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia, Peraturan Konstruksi kayu Indonesia, dan Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia. Peraturan tersebut memuat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. Perlu diupayakan usaha pencegahan baik itu pencegahan aktif maupun pasif. Pencegahan aktif adalah upaya pencegahan terjadinya kebakaran secara dini dari dalam bangunan itu sendiri, dengan memasang peralatan detektor kebakaran pada titik-titik strategis, pemasangan sprinkle, penyediaan hydrant, tabung pemadam kebakaran. Dan pencegahan secara pasif yaitu melalui usaha pemilihan bahan yang digunakan. Khusus mengenai aspek utilitas, perlu ditaati ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL), Pedoman Sprinkler dan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP). Dengan ditetapkannya ketentuan ini, Peraturan-peraturan Daerah yang menyangkut pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung yang sudah ada tetap berlaku, bahkan diharapkan akan dapat mendorong diterbitkannya Peraturan-Peraturan Daerah tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran yang bersifat operasional, sesuai dengan kondisi dan situasi di daerah.

You might also like