Professional Documents
Culture Documents
DI INDONESIA
Penulis:
Ust. Ir. Umar Abdullah
Editor:
KH. Ir. M. Shiddiq al-Jawi
Dr. Ing. H. Fahmi Amhar
Usth. Ir. Lathifah Musa
El-Moesa Production
2007
1
PENGANTAR
2
bagaimana bentuk sistem pemerintahannya. Mereka juga harus
memahami bagaimana Rasulullah saw. memperjuangkan Islam
pertama kali, membangun institusi negara Islam di Madinah, dan
menyebarkannya ke seluruh Jazirah Arab; bagaimana para khalifah,
dan para gubernurnya menyebarkan Islam dan meluaskan wilayah
Negara Islam. Mereka juga harus memiliki kerangka ideologis Islam
yang mampu memberikan gambaran bagaimana Islam dengan mudah
diterima oleh masyarakat nusantara dengan jalan mengubah cara
berfikir masyarakat dan ahlu quwwahnya, dan berkembang secara
pesat ke seluruh penjuru nusantara. Islam sebagai ideologilah yang
mampu membentuk budaya dan kultur mulia masyarakat nusantara
yang bertahan selama berabad-abad.
Secara khusus, kami menyampaikan terima kasih dan kecintaan
yang teramat dalam kepada Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani
rahimahullah, pendiri Hizbut Tahrir, atas penjelasan beliau yang
sangat mencerahkan dalam Kitab at-Tafkir (diterjemahkan dalam
Hakekat Berfikir, Pustaka Thariqul Izzah, 2006). Dalam kitab inilah,
kami mendapatkan kerangka berfikir yang memudahkan membaca
sejarah, memahami mana fakta sejarah dan mana opini sejarah beserta
asumsi-asumsinya. Dengan kerangka berfikir inilah kami juga mampu
memahami adanya distorsi-distorsi yang terbaca dalam sejarah
Indonesia yang memalingkan dari kebenaran sejarah. Hanya dengan
kemudahan dan pertolongan Allah SWT, kebenaran sejarah dapat
terungkap.
Kaum muslimin di Indonesia, adalah cucu-cucu keturunan para
da’i ulama dari poros Khilafah Islamiyah, keturunan para sultan
pemberani yang dengan kekuatan aqidahnya mampu mengganti sistem
kerajaan Hindu-Budha menjadi kesultanan Islam yang mulia, anak
cucu Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanudin, Tuanku Imam Bonjol,
dan para pejuang pembela Islam mulai dari Sabang hingga merauke
yang bahagia gugur sebagai syuhada. Semoga doa dan harapan para
ulama dan pejuang terdahulu mulai tumbuh, bersemi dan terkabul
pada generasi saat ini.
Dan kini, sebesar apapun kesungguhan negara-negara salib
Eropa, kaum nasionalis sekuler dan golongan Kristen yang telah
berhasil menutup-nutupi, menyimpangkan, dan memutarbalikkan
3
fakta sejarah Indonesia, Allah yang Maha Kuasa telah menetapkan
rencana lain. Jejak-jejak Syariat Islam dan Khilafah di Indonesia kian
terungkap seiring dengan kembalinya kecintaan masyarakat Indonesia
terhadap Syariat Islam serta pembelaan mereka terhadap Khilafah.
Kami persembahkan karya ini kepada bangsa yang pernah
dimuliakan Allah SWT. Semoga Allah SWT membimbing kembali
bangsa ini kepada kemuliaan Islam. Amin.
Editor,
Lathifah Musa
4
DAFTAR ISI
PENGANTAR .............................................................................. 2
PERMULAAN DAKWAH ISLAM KE INDONESIA ............... 7
Khilafah Islam Menjadi Negara Nomor Satu di Dunia ........... 7
Dakwah kepada Raja Srindravarman ...................................... 8
Dakwah Islam di Peureulak .................................................... 9
Kesultanan Peureulak; Kesultanan Islam Pertama
di Nusantara ........................................................................ 9
SYARIAT ISLAM MULAI DITERAPKAN DI INDONESIA .. 10
MENJADI BAGIAN DARI KHILAFAH ISLAM ..................... 11
Syarif Makkah ......................................................................... 11
Syarif Makkah Mengangkat Meurah Silu Menjadi Sultan ...... 11
Kesultanan Samudra-Pasai Darussalam ................................... 12
Dakwah Islam Besar-besaran dari Pasai ke Seluruh Nusantara 12
Target Politis ............................................................................ 13
Dakwah Poros Khilafah ........................................................... 13
Dakwah Wali Songo di Pulau Jawa ........................................ 15
Kesultanan Demak Berdiri ...................................................... 16
Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten .......................... 16
Dakwah Islam Tanpa Kekerasan ............................................ 17
Majelis Syura Para Sultan ....................................................... 17
BERDIRI KESULTANAN-KESULTANAN ISLAM DI
NUSANTARA ............................................................................ 18
Poros Kekuasaan Islam Nusantara .......................................... 23
PENERAPAN SYARIAT ISLAM DI INDONESIA SELAMA
10 ABAD LEBIH HINGGA 1904 M ...................................... 24
Penerimaan Ahlul Quwwah terhadap Ideologi Islam .............. 24
BIDANG PEMERINTAHAN ............................................... 24
Kesultanan-Kesultanan Nusantara Setingkat Karesidenan .. 25
Lembaga Pembantu Sultan .................................................. 25
Kekeliruan Penerapan Sistem Putra Mahkota ..................... 26
Kesalahan Pengangkatan Sultan Wanita ............................ 26
5
BIDANG PERADILAN ......................................................... 26
Pejabat Peradilan ................................................................. 27
Kitab Undang-undang Peradilan ......................................... 27
Lembaga Syaikhul Islam ..................................................... 28
BIDANG EKONOMI ........................................................... 28
Perdagangan Komoditas Primadona .................................. 28
Nusantara Mengalami Kemakmuran .................................. 29
Penggunaan Sistem Syarikah ............................................. 30
Perdagangan Tingkat Kabupaten ....................................... 31
Mata Uang .......................................................................... 31
Kepemilikan Tanah ............................................................ 31
BIDANG BAHASA .............................................................. 31
BIDANG BUSANA .............................................................. 32
BIDANG PERIBADAHAN ................................................... 32
BIDANG PENDIDIKAN ....................................................... 33
Pendidikan Dasar ................................................................. 33
Pendidikan Menengah & Tinggi ......................................... 33
Pesantren ............................................................................. 34
Pengiriman Pelajar ke Pusat-pusat Ilmu ............................. 34
BIDANG KESENIAN ............................................................ 34
Seni Suara ........................................................................... 35
Kreasi Permainan Anak ..................................................... 35
Seni Pertunjukan, Musik & Ukir ........................................ 35
Seni Tata Kota .................................................................... 36
Seni Arsitektur .................................................................... 37
Seni Sastra .......................................................................... 37
PENERIMAAN MASYARAKAT NUSANTARA TERHADAP
ISLAM ....................................................................................... 38
Syariat Islam Menyatukan Nusantara .................................... 38
Menjaga Kesatuan Negeri-negeri Islam ................................. 38
PENUTUP ................................................................................. 39
RUJUKAN ................................................................................. 40
6
PERMULAAN DAKWAH ISLAM KE INDONESIA
7
Dakwah kepada Raja Srindravarman
718 M
Dakwah Islam yang bermula di kalangan pedagang ini akhirnya
sampai ke telinga para raja Hindu dan Budha yang tersebar di
Nusantara. Pada tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi (Kerajaan
Melayu) yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada
Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz dari Khilafah Bani Umayah
meminta dikirimkan da`i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya.
Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu
raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang
binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua
sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala
dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak
12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain
dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang
sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar
tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya
seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan
menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.”
Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman,
yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal
dengan nama Sribuza Islam. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya
Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut
Budha.
8
melalui jalur perdagangan dan pernikahan ini akhirnya menembus
jajaran elite penguasa Peureulak.
839 M
Sejak Kesultanan Peureulak berdiri, Syariat Islam diterapkan di
salah satu bagian Indonesia yang oleh Marcopolo disebut dengan
nama The Law of Muhammad (Undang-undang Muhammad).
Sebagaimana Sribuza Islam, Kesultanan Peureulak ini pun
diserang oleh Kerajaan Sriwijaya Budha pada tahun 986 M. Pada
tahun 1006 M Sriwijaya Budha menarik pasukannya untuk
menghadapi Kerajaan Darma Wangsa di Pulau Jawa.
9
Kemunduran ini membuat Khilafah Islamiyah tak berdaya
ketika Pasukan Tartar yang dipimpin Hulaghu Khan dari Imperium
Mongol menyerbu dan menghancurkan Baghdad, ibukota Daulah
Khilafah Islamiyah saat itu, dan membunuh Khalifah al-Musta’shim
billah dari Bani Abbasiyah pada tahun 1258 M. Sejak itu kaum
muslimin hidup tanpa khalifah.
Meski demikian, di sebelah barat kota Baghdad, kaum
muslimin masih berada dalam naungan Kesultanan-kesultanan Islam.
Di Anatolia ada Bani Saljuk Rum, di Syam hingga Mesir ada Bani
Mamluk, dan di Hijaz berkuasa Syarif Makkah.
Syarif Makkah
Syarif Makkah adalah penguasa Hijaz yang saat itu merupakan
wilayah setingkat propinsi dari Khilafah Abbasiyah. Ketika Sultan
Baybars al-Bandaqadari dari Kesultanan Mamluk membai’at al-
Mustansir billah dari Bani Abbasiyah sebagai khalifah pada tanggal 13
Rajab tahun 659 H atau 1261 M, Syarif Makkah pun menggabungkan
kembali wilayah Hijaz ke dalam kekuasaan Khilafah Abbasiyah ini.
10
Kesultanan Samudra-Pasai Darussalam
Samudra-Pasai mengalami perubahan besar pada masa
pemerintahan Meurah Silu. Awalnya kesultanan ini adalah Kerajaan
Samudra dan Kerajaan Pasai yang pada tahun 433 H (1042 M)
digabungkan menjadi Kerajaan Samudra-Pasai. Pada tahun 659 H
(1261 M) Kerajaan yang terletak di pesisir timur laut Aceh ini diubah
menjadi kesultanan oleh Meurah Silu dengan nama resmi Kesultanan
Samudra-Pasai Darussalam. Meurah Silu menjadi sultan pertamanya
dengan gelar Sultan Malikus Saleh.
Tahun 1292 M Kesultanan Peureulak menggabungkan diri
dengan Kesultanan Samudra-Pasai yang sedang tumbuh dan
berkembang pesat, yakni
Target Politis
Misi dakwah Islam ini memiliki target politik yang jelas, yakni
menyiapkan berdirinya kesultanan-kesultanan yang akan menerapkan
syariat Islam dan menggabungkannya dengan Khilafah Islam yang
saat itu diperintah oleh para khalifah dari Bani Abbasiyah.
11
Penyiapannya dilakukan melalui dua jalur. Jalur pertama,
menyiapkan rakyat kerajaan dengan memunculkan kesadaran Islam
pada diri mereka. Jalur kedua, menyiapkan ahlul quwwah (pemilik
kekuatan riil) di kerajaan tersebut dengan mendakwahkan Islam
kepada mereka dan membantu mereka dalam metode dan strategi agar
mereka mampu menerapkan Syariat Islam dengan baik. Dalam sistem
kerajaan Hindu-Budha, pemilik kekuatan riil adalah raja dan para
pangeran, karena kekuatan militer berada langsung di bawah mereka.
12
dikenal dengan Ibrahim Asmarakandi) dari ibu Putri Raja Campa-
Kamboja(Sunan Ampel), Sayyid Ja’far Shadiq dari Palestina(Sunan
Kudus), dan Syarif Hidayatullah dari Palestina cucu Raja Siliwangi
Pajajaran (Sunan Gunung Jati). Gelar sunan berasal dari kata
susuhunan yang berarti “yang dijunjung tinggi” atau “panutan
masyarakat setempat”.
13
Said (Sunan Kalijaga) putra Adipati Wilatikta Bupati Tuban, Raden
Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) dan Raden Qasim (Sunan
Drajad) dua putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati putri Prabu
Kertabumi Raja Majapahit. Banyaknya gelar Raden yang berasal dari
kata Rahadian yang berarti Tuanku di kalangan para wali,
menunjukkan bahwa dakwah Islam sudah terbina dengan subur di
kalangan elit penguasa Kerajaan Majapahit, sehingga terbentuknya
sebuah kesultanan tinggal tunggu waktu.
14
putri Adipati Banten. Sehingga dua kesultanan ini dipimpin oleh para
ahlul quwwah yakni para pangeran dari bekas Kerajaan Pajajaran.
Kerajaan Pajajaran sendiri kemudian berangsur redup dan akhirnya
tergantikan oleh kekuasaan Islam.
15
BERDIRI KESULTANAN-KESULTANAN ISLAM
DI NUSANTARA
Kesultanan Malaka
Di Semenanjung Malaya pada tahun 1414 M berdiri Kesultanan
Malaka. Kesultanan Islam ini dikonversi dari Kerajaan Hindu oleh
Parameswara sang raja yang kemudian menjadi sultan pertamanya
bergelar Sultan Megat Iskandar Syah.
Kesultanan Sulu
Di Kepulauan Sulu Pada tahun 1457 M berdiri Kesultanan Sulu
dipimpin Paduka Maulana Mahasari Sharif Sultan Hashem Abu
Bakr sebagai sultan pertamanya.
Kesultanan Demak
Di Jawa pada tahun 1478 M berdiri Kesultanan Demak dengan
Pangeran Jin Bun sebagai sultan pertamanya dengan gelar Sultan
Alam Akbar al-Fattah. Sementara di Gresik berdiri Kesultanan Giri
dengan Raden Paku sebagai sultan pertama bergelar Prabu Satmata.
Kesultanan Pattani
16
Di Semenanjung Malaya pada tahun 1486 M berdiri Kesultanan
Pattani dengan Phaya Tu Nakpa, seorang raja Budha yang masuk
Islam, sebagai sultan pertama dengan gelar Sultan Islamil Syah.
Kesultanan Ternate
Di Kepulauan Maluku pada tahun 1486 M berdiri Kesultanan
Ternate dengan Zainal Abidin sebagai sultan pertamanya. Selain
Kesultanan Ternate di Kepulauan Maluku berdiri Kesultanan Tidore,
Jailolo, dan Bacan.
Kesultanan Cirebon
Di akhir abad ke-15 M berdiri Kesultanan Cirebon di Jawa
Barat dengan Syarif Hidayatullah sebagai sultan pertamanya.
Kesultanan Mindanao
Di Mindanao pada tahun 1515 M berdiri Kesultanan Mindanao
dipimpin oleh Syarif Muhammad Kabongsua.
17
hingga ke Nusantara. Khilafah kembali menjadi negara nomor satu di
dunia tanpa pesaing.
Seiring dengan meningkatnya kekuatan Khilafah Islamiyah,
kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara pun mencapai masa
keemasannya. Terjadi pemantapan pada kesultanan-kesultanan yang
telah ada, disamping berdiri kesultanan-kesultanan baru di wilayah-
wilayah lain di nusantara setelah para ahlul quwwah-nya menerima
Islam sebagai ideologi bagi kerajaannya.
Kesultanan Banten
Di ujung barat pulau Jawa pada tahun 1524 M berdiri
Kesultanan Banten dengan Pangeran Sebakingking sebagai sultan
pertamanya dengan gelar Sultan Maulana Hasanuddin.
Kesultanan Gorontalo
Di Sulawesi Utara pada tahun 1525 M berdiri Kesultanan
Gorontalo dengan Sultan Amai sebagai sultan pertamanya.
Kesultanan Perak
Setelah Kesultanan Malaka dikuasai Portugis, pada tahun 1528
M di Semenanjung Malaya berdiri Kesultanan Perak dengan Sultan
Muzaffar Syah sebagai sultan pertamanya.
Kesultanan Johor
Di ujung Semenanjung Malaya pada tahun 1530 M berdiri
Kesultanan Johor dipimpin Sultan Alauddin Riayat Syah.
Kesultanan Arosbaya
Di Madura Barat pada tahun 1531 M berdiri Kesultanan
Arosbaya dengan Pratanu sebagai sultan pertamanya dengan gelar
Panembahan Lemah Dhuwur.
Kesultanan Buton
Di Sulawesi Tenggara pada tahun 1538 M berdiri Kesultanan
Buton setelah Raja Buton ke-6 yakni Timbang Timbangan atau Halu
Oleo memeluk agama Islam.
18
Kesultanan Palembang
Di Sumatera Selatan pada tahun 1539 M berdiri Kesultanan
Palembang dipimpin Ki Gedeng Suro.
Kesultanan Pajang
Di Kartosuro dekat Solo pada tahun 1546 M berdiri Kesultanan
Pajang melanjutkan Kesultanan Demak dengan Joko Tingkir sebagai
sultan pertamanya bergelar Sultan Hadiwijaya.
Kesultanan Pagaruyung
Di Sumatera Barat pada tahun 1560 M berdiri Kesultanan
Pagaruyung dengan Sultan Alif sebagai sultan pertamanya.
Kesultanan Mataram
Dan setelah Kesultanan Pajang runtuh, berdiri Kesultanan
Mataram pada tahun 1582 M dengan Sutawijaya Pangeran Ngabehi
Lor Ing Pasar sebagai sultan dengan gelar Panembahan Senopati Ing
Alogo Sayidin Panotogomo.
Kesultanan Gowa-Tallo
Di Sulawesi Selatan pada tahun 1593 M berdiri Kesultanan
Gowa-Tallo dengan Raja Gowa ke-14 I-Mangerangi Daeng
Manrabbia sebagai sultan dengan gelar Sultan Alauddin. Kesultanan
ini beribukota di Makassar. Di samping Kesultanan Gowa-Tallo
berdiri juga Kesultanan Bone, Luwu, Wajo dan Soppeng.
Kesultanan Banjar
Di Kalimantan Selatan pada tahun 1595 M berdiri Kesultanan
Banjar. Kesultanan ini awalnya Kerajaan Daha. Setelah Pangeran
19
Samudera naik tahta Kerajaan Daha diubah menjadi Kesultanan
Banjar dengan Pangeran Samudera menjadi sultan pertamanya
bergelar Maharaja Suryanullah atau Sultan Suriansyah.
Kesultanan Bima
Di Nusa Tenggara pada tahun 1620 M berdiri Kesultanan Bima
dengan Ruma Ma Bata Wadu sebagai sultan pertamanya bergelar
Sultan Abdul Kahir.
Kesultanan Deli
Di Sumatera Utara pada tahun 1669 M berdiri Kesultanan Deli
yang dipimpin Tuanku Panglima Perunggit. Sultan Deli bergelar Sri
Paduka Tuanku Sultan.
Kesultanan Johor-Riau
Di kawasan Riau pada tahun 1722 M berdiri Kesultanan Johor-
Riau dengan Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah sebagai sultan
pertamanya,
Kesultanan Pontianak
Dan di Kalimantan Barat pada tahun 1772 M berdiri
Kesultanan Pontianak dengan Syarif Abdurrahman sebagai sultan
pertamanya. Selain itu ada Kesultanan Sambas dan Kesultanan
Mempawah.
20
Poros I. Poros Pasai yang mengontrol Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau, Semenanjung Malaya, Pattani, Brunai.
Poros II. Poros Giri yang mengontrol Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat, Banten, Palembang, Nusa Tenggara, Tanjung
Pura, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.
Poros III. Poros Ternate yang mengontrol Ternate, Tidore,
Kepulauan Maluku, Papua, Buton, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Utara, Sulu, Mindanao, dan Manila.
Dalam perjalanannya poros ini berpindah kepada tiga
kesultanan terkemuka di nusantara, yakni:
1. Kesultanan Aceh Darussalam di Sumatra
2. Kesultanan Mataram di Jawa, dan
3. Kesultanan Goa-Tallo di Sulawesi.
21
pengaturan warga negara, hubungan sesama kesultanan Islam serta
hubungan dengan negara-negara tetangga pun dibangun berdasar
aqidah dan syariat Islam.
BIDANG PEMERINTAHAN
22
Perubahan sistem pemerintahan ini menjadi basis bagi
diterapkannya politik dan budaya Islam dalam tata kehidupan
bernegara dan bermasyarakat.
Lembaga-lembaga pembantu sultan di masing-masing
kesultanan berbeda-berbeda tergantung kebijakan Sultan. Di
Kesultanan Samudra Pasai sultan dibantu para wazir (untuk urusan
pemerintahan), al-Kuttab (beberapa sekretaris), Syaikhul Islam (untuk
urusan peradilan), Senapati (untuk urusan keamanan), dan Tuha Peut
(untuk dewan penasehat). Di Kesultanan Mataram, Sultan dibantu
Patih (untuk urusan pemerintahan), Penghulu (urusan peradilan), dan
Adipati (yang bertanggung jawab menjaga keamanan).
23
Sulthanah Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin, Sri Ratu Nurul Alam
Naqiatuddin, Sri Ratu Zakiatuddin Inayat Syah, dan Sri Ratu
Kemalat Syah, Kesultanan Aceh mengalami kemunduran drastis.
BIDANG PERADILAN
Pejabat Peradilan
Ada Qadhi sebagai pejabat peradilan. Di Kesultanan Aceh
Darussalam ada lembaga Kadi yang dijabat oleh para ulama. Lembaga
ini menyelenggarakan pengadilan hukum terhadap pelanggar hukum
serta pembangkang kesultanan, terlibat dalam pemilihan sultan, dan
sebagai penengah dalam konflik antara rakyat dengan sultan.
Lembaga pengadilan ini dipimpin Maalikul Aadil yang bergelar Raja
Indera Purba.
Di Kesultanan Banten lembaga Kadi bergelar Pakih
Najmuddin. Di Kesultanan Gowa-Tallo disebut Daeng ta Kaliya, di
Kesultanan Palembang disebut Pangeran Penghulu Nata Agama. Di
Kesultanan Demak dan Kesultanan Mataram disebut Penghulu.
24
Di Kesultanan Mataram, keputusan hukum Penghulu Keraton
didasarkan pada sejumlah kitab fikih. Kitab-kitab itu seperti Kitab
Mukaror (al-Muharrar), Kitab Makali (al-Mahalli), Kitab Tufah
(Tuhfatul Muhtaaj), Kitab Patakulmungin (Fathul Mu’in), Kitab
Patakulwahab (Fathul Wahhaab). Kitab-kitab ini sampai sekarang
dapat ditemui di pesantren-pesantren di Jawa. Pengadilan yang
diselenggarakan Penghulu keraton ini dikenal dengan nama
Pengadilan Serambi Masjid Agung.
BIDANG EKONOMI
25
Mahalnya harga rempah-rempah pada masa itu tercermin dari
ungkapan orang Eropa: “Mahalnya seperti harga
merica.”Perdagangan ini menguntungkan semua pihak, baik pemilik
modal, pedagang, dan pekebun.
Di Maluku, Sultan mendorong perluasan penanaman tanaman
cengkih, pala dan merica untuk memenuhi permintaan pasar dunia.
Sultan Aceh memodali usaha perkebunan tanaman merica di pantai
barat Sumatera, dan memetik keuntungannnya.
Khilafah Islamiyah membentuk jalur perdagangan yang
dihubungkan dengan lautan yang terhubung dari Laut Merah,
Samudera Hindia, Selat Malaka, hingga perairan Nusantara. Letak
ibukota kesultanan-kesultanan yang sebagian besar berada di pesisir
sangat tepat untuk peningkatan arus kegiatan ekonomi melalui
maritim. Hasil-hasil agraris yang menjadi bahan komoditas
perdagangan yang laku di pasaran perdagangan internasional diangkut
ke kota-kota pelabuhan milik kesultanan, seperti Malaka, Aceh,
Banten, Tuban, Gresik, Surabaya, Demak, Jepara, Palembang,
Banjarmasin, Makassar, Ternate, Tidore, Ambon, dan Lombok.
26
Sistem syarikah banyak dilakukan oleh para saudagar muslim
yang melakukan perdagangan dan pelayaran keliling bandar Malaka,
Aceh, Banten, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Surabaya dan bandar
lainnya. Bila lancar dan ramai keuntungan dagang bisa mencapai 200
%.
Adapun sistem mudharabah merupakan sistem kerjasama
antara penanam modal atau pemilik barang dengan para saudagar
yang pergi berlayar dan berkeliling menjajakan barang dagangannya
ke tempat yang jauh. Para saudagar kemudian kembali untuk membagi
keuntungan hasil penjualan dagangannya dengan pihak pemilik modal
atau pemilik barangnya. Penanam modal atau pemilik barang
umumnya para sultan dan keluarganya juga para bupati dan
keluarganya. Sistem mudharabah ini sangat berperan dalam mendasari
kemajuan usaha perdagangan masa itu.
Mata Uang
Mata uang yang sesuai dengan syariat Islam, yakni mata uang
emas (dinar) dipakai di Nusantara. Sultan Malik az-Zahir yang
berkuasa antara 1297-1326 mengeluarkan mata uang emas yang ditilik
dari bentuk dan isinya menunjukkan hasil teknologi dan kebudayaan
yang tinggi.
27
Kepemilikan Tanah
Dalam hal kepemilikan tanah, secara umum, dijumpai tiga jenis
pemilikan tanah, yaitu: tanah milik kesultanan, tanah milik ulayat atau
tanah desa (tanah komunal/ milik umum), dan tanah milik penduduk
(milik individu).
BIDANG BAHASA
BIDANG BUSANA
BIDANG PERIBADAHAN
28
Dalam hal peribadahan umat Islam, kesultanan-kesultanan
Islam membangun masjid. Masjid ini biasanya disebut masjid agung,
baik di ibukota kesultanan maupun ibukota kabupaten. Masjid-masjid
ini masih bisa kita lihat sampai sekarang.
Adapun tempat peribadahan umat-umat selain Islam dibiarkan
dan tidak dihancurkan, sehingga sampai sekarang, di bekas-bekas
kerajaan Hindu dan Budha masih bisa kita lihat candi-candi Hindu dan
candi-candi Budha.
Begitu pula Gereja dan bangunan milik zending. Jadi, sangat
salah penggambaran bahwa ketika syariat Islam diterapkan, umat
agama lain akan terpinggirkan apalagi dizalimi. Karena dalam sistem
Islam, umat agama lain adalah warga negara, hak dan kewajibannya
terhadap negara sama dengan umat Islam
BIDANG PENDIDIKAN
Pendidikan Dasar
Terjadi pemberantasan buta huruf. Di Kesultanan Aceh
Darussalam, Sultan Iskandar Muda, menyelenggarakan Meunasah
sebuah lembaga pendidikan bagi anak-anak untuk belajar membaca al-
Qur`an yang berbahasa Arab. Saat itu bahasa Arab menjadi bahasa
Internasional terpenting. Tulisan Arab baik dengan bahasa Arab
maupun bahasa Melayu dan Jawa sampai pertengahan abad ke-20
masih banyak dipakai kakek nenek kita.
29
Pendidikan menengah dan tinggi diselenggarakan oleh
kesultanan. Kesultanan Aceh Darussalam menyelenggarakan lembaga
Rangkang untuk tingkat pendidikan menengah dan Dayah untuk
pendidikan keahlian, seperti dayah tafsir dan dayah fikih. Pada tahap
awal tenaga pengajar didatangkan langsung dari Timur Tengah. Tahap
berikutnya pengajaran dilakukan oleh para ulama Aceh sendiri yang
bergelar Tengku. Model pendidikan ini selanjutnya menjadi dasar
tumbuhnya lembaga pendidikan serupa di wilayah Melayu Nusantara
lainnya, seperti lembaga pendidikan Surau di Minangkabau.
Pesantren
Di Jawa berkembang lembaga pendidikan pesantren yang
dipimpin oleh seorang ulama. Sunan Ampel dengan Pesantren Ampel
banyak menghasilkan para da’i yang mengawal tegaknya syariat Islam
di tanah Jawa. Pengajaran Islam dimodifikasi agar mudah diingat,
seperti ajaran Moh limo: moh madon (tidak mau berzina), moh maling
(tidak mau mencuri), moh madat (tidak mau menghisap candu), moh
main (tidak mau berjudi), moh ngombe (tidak mau minum arak).
KESENIAN
30
mengherankan para ulama masa itu sebagiannya adalah juga para
seniman.
Seni Suara
Dalam bentuk seni suara, para wali di tanah Jawa menyelipkan
ajaran Islam dalam berbagai tembang: Asmaradana dan Pocung kreasi
Sunan Giri. Tembang Durma kreasi Sunan Bonang, Mijil dan
Maskumambang kreasi Sunan Kudus. Sinom dan Kinanthi kreasi
Sunan Muria, Gending Pangkur kreasi Sunan Drajat, Dhandhang
Gula Semarangan yag merupakan perpaduan melodi Arab dan Jawa
adalah kreasi Sunan Kalijogo. Sunan Kalijogo juga mengkreasi
tembang Lir Ilir.
31
Seni tata ruang pusat kota dirancang oleh Sunan Kalijogo untuk
selalu mengingatkan penguasa agar menerapkan syariat Islam.
Di pusat kota selalu ada: Alun-alun, Masjid Agung, satu atau
dua pohon beringin, dan pendopo bupati. Terkadang ada pengadilan
dan rumah tahanan. Alun-alun yang berasal dari bahasa Arab Allaun-
allaun berarti berbagai macam warna dimaksudkan tempat
berkumpulnya segenap rakyat dan penguasa. Beringin berasal dari
bahasa Arab “Waraa’in” berarti orang-orang yang sangat berhati-hati.
Dua Beringin perlambang dua pengayom rakyat yaitu al-Qur’an dan
as-Sunnah. Masjid tempat para hamba Allah bersujud.
Pesan yang ingin disampaikan oleh Sunan Kalijaga adalah:
“Hai penguasa, ayomilah rakyatmu semua dengan Kitabullah dan
Sunnah Rasul secara hati-hati, karena kau akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah, jika kau lalai Pengadilan siap
mengadilimu dan rumah tahanan menantimu. Jika kau lurus maka
engkau memang hamba Allah.”
Tata pusat kota ini masih bisa dilihat hingga sekarang di sekitar
alun-alun setiap ibukota kabupaten atau keraton kesultanan di Jawa
dan Madura.
Di sekitar Masjid Agung biasanya ada kampung Kauman,
tempat tinggal Penghulu Agung dan seluruh pegawai pengadilan
hukum Islam.
Seni Arsitektur
Arsitektur Masjid banyak terpengaruh arsitektur Turki yang
menggunakan kubah. Di atas kubah masjid ada lambang bulan
bintang, sebuah lambang mencerminkan keterkaitan pembangun
masjid tersebut dengan Khilafah Turki Utsmani yang benderanya
berlambang bulan bintang.
Seni Sastra
Sementara muslim Melayu banyak menulis prosa berisi sejarah
dalam bentuk hikayat. Seperti Hikayat Raja-raja Pasai, Sejarah
Melayu atau Sulaalah as-Salaatiin (Keturunan Para Sultan) oleh Tun
Sri Lanang bendahara Kesultanan Johor, Hikayat Aceh atau Hikayat
32
Iskandar Muda, Bustaanus Salaatiin (Taman Para Sultan) karya ulama
besar Nuruddin ar-Raniri abad ke-17, Silsilah Melayu dan Bugis
dan Segala Raja-rajanya dan Tuhfah an-Naafis keduanya karya Raja
Ali Haji, dan Hikayat Banjar.
33
tahun 1629 mengerahkan angkatan perang yang terdiri dari 20.000
orang.
PENUTUP
34
Membumikan Islam. (Kumpulan Makalah Seminar Nasional
Pengembangan Kebudayaan Islam Kawasan Timur Indonesia). Prof.
Dr. H. Nani Tuloli (Koord. Editor). 2004. Pusat Penelitian dan
Pengkajian Badan Pengembangan Kebudayaan Islam Kawasan Timur
Indoneisa Di Gorontalo. Gorontalo.
Menemukan Sejarah; Wacana Pergerakan Islam di Indonesia. 1998.
Ahmad Mansur Suryanegara. Penerbit Mizan. Bandung.
Negara Islam (Terj. Ad-Daulah al-Islaamiyyah). Taqiyuddin an-Nabhani.
2000. Pustaka Thariqul Izzah. Bogor.
Qoer`an Tardjamah Djawi. Moehammad Djauzie. 1935. Bandung.
Sejarah Emas Muslim Indonesia. 2003. Majalah Sabili No. 9 Th. X. Jakarta.
Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indoensia (Kumpulan
Prasaran pada Seminar di Aceh). Prof. A. Hasymy. 1993. PT. Al-
Ma’arif. Bandung.
Sistem Pemerintahan Islam (Terj. Nizhaamul Hukmi fil Islam). Taqiyuddin
an-Nabhani dan Abdul Qadim Zallum. 1997. Al-Izzah. Bangil.
Struktur Negara Khilafah; Pemerintahan dan Administrasi (Terj. Ajhizah
ad-Daulah al-Khilafah). Hizbut Tahrir. 2006. Hizbut Tahrir Indonesia.
Jakarta.
Sunan Kalijaga (Asal Usul Mesjid Agung Demak). Ade Soekirno, SSP.
1999. Grasindo. Jakarta.
Tarikh Khulafa`; Sejarah Penguasa Islam (Terj. Taarikh al-Khulafaa`u).
Imam Suyuthi. 2001. Pustaka al-Kautsar.
Terjemah Hadits Shahih Al-Bukhari I-IV (Terj. Shahiih al-Bukhaariy).
Imam Bukhari. 1992. Widjaya. Jakarta.
The Times Atlas of World History. Geoffrey Barraclough (Editor). 1988.
Hammond Inc. Maplewood, New Jersey.
Wajah Dunia Islam Dari Dinasti Bani Umayyah Hingga Imperialisme
Modern (Terj. Lahmatun min Tarikhid Da’wah; Asbabudh Dha’fi fil
Ummatil Islamiyyah). Dr. Muhammad Sayyid al-Wakil. 1998. Pustaka al-
Kautsar. Jakarta.
FILES:
Aceh// Borneo// Brawijaya// Cheng Ho// Dharmawangsa//
Fatahillah// Ferdinand Magellan//Gamelan// Goa// Gorontalo//
Hejaz// History of Jambi// History of Indonesia// Jawi Script//
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat// Kerajaan Deli//
Keraton// Kesultanan Banten// Kesultanan Cirebon//
Kesultanan Deli// Kesultanan Kutai// Kesultanan Pajang//
Kesultanan Ternate// Kotagede Ibukota Kesultanan Mataram//
35
Kronika Islam di Indonesia//
Kutai Aji Raja Mahkota Muda Alam// Majapahit Empire// Malaysia// Malikul
Salih// Marcopolo//
Maulana Malik Ibrahim// Medan// Melayu Kingdom//
‘Mengembalikan’ Islam di Keraton// Minangkabau//
Ming Dynasty// North Borneo// Parameswara (Sultan)//
Pattani Kingdom// Penanggalan Jawa// Pengislaman Bugis// Pontianak Kota//
Islamisasi Dinasti Prabu Siliwangi//
Samudra-Pasai// Sejarah Madura// Sejarah Pagarruyung//
Sultan Ageng Tirtayasa// Sultan of Brunei// Sultanate of Demak// Sultanate of
Johor// Sultanate of Maguindanao//
Sultanate of Malacca// Sultanate of Mataram// Sultanate of Sulu//
Sumatra// Southeast Asian History// Spice Islands// Srivijaya//
Sultanate// Sultan Agung of Mataram// Sunan Ampel//
Sunan Bonang// Sunan Drajat// Sunan Giri// Sunan Kalijaga// Surabaya//
Sutawijaya// Syekh Yusuf// Tidore// Walisongo
36