You are on page 1of 8

Sejarah Semen

Sabtu, 12 Maret 2011 09:07

Semen merupakan salah satu komponen penting dalam membuat bangunan permanen. Semen merupakan perekat non-organik dan biasa digunakan bersama-sama dengan pasir, agregat, atau bahan-bahan berupa fiber untuk membuat beton. Semen juga digunakan untuk membuat material-material yang akan digunakan sebagai komponen dalam pekerjaan konstruksi seperti bata berlubang, ornamen cetak dan lain-lain.

Semen adalah hasil industri dari bahan baku batu kapur (gamping) sebagai bahan utama dan lempung (tanah liat) atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk. Untuk menghasilkan semen, bahan baku dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinker-nya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong (sak) dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg. Semen dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu semen hidraulik dan semen nonhidraulik. Semen hidraulik mengeras setelah terjadi reaksi dengan air sedangkan semen non hidraulik merupakan semen yang tidak dapat mengeras bila terjadi reaksi dengan air. Semen sendiri dapat dikategorikan sebagai sebuah produk teknologi. Namun tahukan Anda, bagaimana prosesnya hingga teknologi yang satu ini digunakan secara luas di seluruh dunia? Semen pertama bentuknya bubuk dan diciptakan pada zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Semen ini dinamakan pozzuolana. Walaupun di zamannya semen ini banyak digunakan, namun popularitasnya tidak berlangsung lama. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 11001500 M) semen pozzuolana ini sempat menghilang dari peredaran. Baru pada abad ke-18 John Smeaton, insinyur asal Inggris, kembali menciptakan adonan model baru. Ia membuatnya dengan mencampur batu kapur dengan tanah liat. Ia membuatnya dalam rangka pembangunan menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris. Namun tekologi hasil temuannya ini tidak ia patenkan. Joseph Aspdin, insinyur berkebangsaan Inggris-lah yang mengurus hak paten semen buatannya sendiri. Ia menamakan semen buatannya semen portland. Ini terjadi pada 1824. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan. (*/Nilam)

SEJARAH PORTLAND

SINGKAT

SEMEN

Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton. Legenda diatas menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu khususnya di Indonesia. Pada awalnya perekat dan penguat bangunan merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya kira-kira memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan. Meski sempat populer di zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100 1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.

Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John Smeaton insinyur asal Inggris menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris. Tahun 1797 James Parker, berkebangsaaan Inggris membuat semen hydraulic dengan cara membakar batu kapur dan Tahun 1802 Semen diproduksi diPrancis dari butiran (nodule) Tahun 1810 Edgar Dobbs, Dari Inggris membuat semen dari batu kapur dan tanah liat Tahun 1813 Vicat, dari Prancis Tahun 1822 James frost, dari Inggris mulai membuat semen dari batu kapur dan tanah liat Tahun 1850 David O Saylor, dari Pennsylvania batuan semen diproduksi dengan tungku

tegak

Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak

paten ramuan yang kemudian dia sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan. Sebenarnya, Proporsi campuran Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung (Tanah Liat) yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru. Kira-kira 20 tahun kemudian setelah pembaharuan oleh Joseph Aspidin, barulah mulai diproduksi semen dengan kualitas yang dapat diandalkan. Dalam hal penelitian tentang pembuatan semen ini, prestasi dari I.C. Johson yang mulai meletakkan dasar-dasar proses kimia dan fisika dalam pembuatan semen Portland. pendirian pabrik semen Tahun 1825 James Frost Ingrris di Swamcombe,Belgia Tahun 1855 diJerman Tahun 1871 David O Saylor , Di USA Tahun 1875 Di Jepang Kapasitas produksi pun mengalami kenaikan secara menyolok , pada tahun 1908 mulai diintroduksi rotary kiln sebagai inovasi dari shaft kiln. Pada tahun 1906, Corel Christoper lau, seorang ahli teknik pemerintah belanda menemukan deposit batu kapur dan batu silica yang sangat besar disekitar indarung-Padang. Hal tersebut diatas mengundang minat pihak swasta Belanda untuk mengolahnya, sehingga pada tanggal 18 maret 1910 mereka mendirikan suatu perusahaan dengan nama NV. Nederlands Indishe Portland Cement Maatscappij (NV.NIPCM). Pembungunan pabrik semen di Indonesia Tahun 1911 Kapasitas Produksi 22.900 ton semen/tahun Yang mana pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945 pabrik ini dikuasi olh Jepang dengan manajemen dari Asano Cement Ketika Proklamasi kerdekaan Indoseia tahun 1945 pabrik ini diambil alih oleh karyawannya yang kemudaian menyerahkannya pada pemerintah RI Pada tahun 1947 pabrik ini direbut kembali olh pemerintah Belanda, kemudai namanya diganti menjadi NV. Padang Portland Cement Maatschhappij (NV.PPCM) Tanggal 15 Juli 1958 Pabrik ini diambil kembali oleh pemerintah RI Tahun 1957 PT. Semen Gresik Jawa Timur Tahun 1968 PT.Semen Tonasa Pangkep-Sulsel Tahun 1975 PT. Semen Cibinong dan PT.Indocement

Tahun 1999 PT.Semen Bosowa (Maros Sulsel) mulai berproduksi dengan kapasitas terpasang 1.8 juta ton clinker ton /tahun

Sejarah
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.

Pabrik semen di Australia.

Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris. Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen

ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan. Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru. Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang mengandung zat besi. Nah, agar tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan dihaluskan hingga berbentuk partikel-partikel kecil mirip bedak.

Pengaduk semen sederhana.

Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen portland berkolaborasi dengan bahan lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya, memunculkan reaksi kimia yang sanggup mengubah ramuan jadi sekeras batu. Jika ditambah pasir, terciptalah perekat tembok nan kokoh. Namun untuk membuat pondasi bangunan, campuran tadi biasanya masih ditambah dengan bongkahan batu atau kerikil, biasa disebut concrete atau beton. Beton bisa disebut sebagai mahakarya semen yang tiada duanya di dunia. Nama asingnya, concrete - dicomot dari gabungan prefiks bahasa Latin com, yang artinya bersama-sama, dan crescere (tumbuh). Maksudnya kira-kira, kekuatan yang tumbuh karena adanya campuran zat tertentu. Dewasa ini, nyaris tak ada gedung pencakar langit berdiri tanpa bantuan beton. Meski bahan bakunya sama, "dosis" semen sebenarnya bisa disesuaikan dengan beragam kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak, kolaborasi dengan bahan bangunan lainnya bisa menghasilkan bahan tahan api. Ini karena sifat alumina yang tahan terhadap suhu tinggi. Ada juga semen yang cocok buat mengecor karena campurannya bisa mengisi poripori bagian yang hendak diperkuat.
[sunting] Kandungan kimia

Trikalsium silikat Dikalsium silikat Trikalsium aluminat

Tetrakalsium aluminofe Gipsum

[sunting] Produksi semen


[sunting] Langkah utama proses produksi semen 1. Penggalian/Quarrying:Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen: yang pertama adalah yang kaya akan kapur atau material yang mengandung kapur (calcareous materials) seperti batu gamping, kapur, dll., dan yang kedua adalah yang kaya akan silika atau material mengandung tanah liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan tanah liat dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat penghancur. 2. Penghancuran: Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran primer bagi material yang digali. 3. Pencampuran Awal: Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk menentukan komposisi tumpukan bahan. 4. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku: Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap awal ke penampung, dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis klinker yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang diinginkan. 5. Pembakaran dan Pendinginan Klinker: Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian siklon dimana terjadi perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada preheater ini dan berlanjut dalam kiln, dimana bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada kiln yang bersuhu 1350-1400 C, bahan berubah menjadi bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke pendingin klinker, dimana udara pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 C. 6. Penghalusan Akhir: Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin penggiling akhir. Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker, gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistim tertutup dalam penggiling akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo semen.

[sunting] Jenis semen


Jenis semen No.SNI SNI 15-0129-2004 Semen portland putih SNI 15-0302-2004 Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement (PPC) SNI 15-2049-2004 Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC) Nama

SNI 15-3500-2004 Semen portland campur SNI 15-3758-2004 Semen masonry SNI 15-7064-2004 Semen portland komposit

[sunting] Pabrik semen di Indonesia


Holcim Indonesia PT Indocement Tunggal Prakarsa (Semen Tigaroda) PT Semen Baturaja (Semen Baturaja) PT Semen Padang (Semen Padang) PT Semen Gresik (Semen Gresik) PT Semen Bosowa (Semen Bosowa) PT Semen Andalas (Semen Andalas) PT Semen Tonasa (Semen Tonasa) PT Semen Kupang (Semen Kupang) PT Cipta Mortar Utama (Semen MU Gresik)

Keuntungan beton antara lain adalah : 1. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan lokal, kecuali semen Portland. Hanya untuk daerah tertentu yang sulit mendapatkan pasir atau kerikil mungkin harga beton agak mahal. 2. Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan. Bila dibuat dengan cara yang baik, kuat tekannya dapat sama dengan batuan alami. 3. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan. Cetakan dapat pula dipakai ulang beberapa kali sehingga secara ekonomis menjadi murah. 4. Kuat tekannya yang tinggi mengakibatkan pasangan yang kokoh jika dikombinasikan dengan baja tulangan (yang kuat tariknya tinggi), dapat dikatakan mampu dibuat untuk struktur berat. Beton dan baja boleh dikatakan mempunyai koefisien muai yang

hampir sama. Saat ini beton banyak dipakai untuk fondasi, dinding, jalan raya, landasan udara, gedung, penampung air, pelabuahan, bendungan, jembatan, dan sebagainya. 5. Beton segar dapat disemprotkan dipermukaan beton lama yang retak maupun diisikan kedalam retkan beton dalam proses perbaikan. 6. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada tempattempat yang posisinya sulit. 7. Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran sehingga biaya perawatan termasuk rendah. Kerugian beton antara lain : 1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehinga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes). 2. Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah,sehingga dilatasi (contraction joint) perlu diadakan pada beton yang panjang dan lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton. 3. Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga perlu dibuat dilatasi (expantion joint) untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu. 4. Beton sulit untuk dapat kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton. 5. Beton bersifat getas (tidak daktail), sehingga harus dihitung dan di detail secara seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail1.

You might also like