You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Anemia atau kurang darah sering dikaitkan dengan kondisi lemah, letih dan lesu akibat kurangnya kandungan zat besi di dalam darah.Tidak hanya orang dewasa, pada anak-anak bahkan balita pun bisa terkena anemia. Di Indonesia jumlah penderita anemia terdapat di kelompok anak usia sekolah (6-18 tahun). Bahkan, jika digabung dengan penderita anemia usia balita, remaja putri, ibu hamil, wanita usia subur dan lansia jumlahnya akan semakin banyak. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok penderita anemia.Angka anemia ibu hamil tetap masih tinggi meskipun sudah dilakukan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan.Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan. Anemia bisa disebabkan kondisi tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah tinggi, seperti saat hamil, menyusui, masa pertumbuhan anak dan balita, serta masa puber.Ketika tubuh banyak kehilangan darah seperti saat menstruasi dan ada penderita wasir dan cacing tambang. Mereka yang menjalani diet akan kekurangan zat besi dalam tubuhnya. Dalam kehamilan normal akan terjadi penurunan kadar Hb. Kadar Hb terendah terjadi sekitar umur kehamilan 30 minggu. Oleh karena itu, pemeriksaan Hb harus dilakukan pada kehamilan dini untuk melihat data awal, lalu diulang pada sekitar 30 minggu.Bila Hb rendah secara abnormal (di bawah 9 gr%) harus

dilakukan pemeriksaan dan pengobatan yang sesuai.Mungkin perlu dilakukan pemeriksaan Hb ulang untuk melihat apakah pengobatan sudah tepat.Anemia ringan sebab yang paling sering adalah defisiensi besi dan dapat diobati secara efektif dengan suplemen besi. Sebenarnya, anemia dapat dicegah dengan mudah.Namun karena

masyarakat terlalu menggampangkan dan menganggap hal itu hanya lemah, letih dan lesu saja.Padahal, dampak dari anemia ini sangat fatal bahkan menyebabkan kematian bagi ibu.

1.2 Tujuan 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 Untuk mengetahui penyebab anemia pada ibu hamil. Untuk mengetahui gejala anemia pada ibu hamil. Untuk mengetahui dampak anemia pada ibu hamil. Untuk mengetahui cara pencegahan anemia pada ibu hamil.

BAB II TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL PADA NY. E 31 TH, G3P2A0, HAMIL 16 MINGGU Tanggal Waktu Tempat 5.1. Data Subyektif 5.2.1 Identitas Klien Istri Nama Usia Agama Suku Pendidikan Pekerjaan Alamat 5.2.1 Keluhan Utama Ibu mengelus pusing sejak 3 hari yang lalu, dan merasa cepat lelah apabila saat bekerja 5.2.1 Riwayat Kehamilan Sekarang Ibu mengatakan ini merupakan kehamilannya yang ketiga, belum pernah mengalami keguguran, HPHT 05 Januari 2009 (TP 12 Oktober 2009), ibu mengaku usia kehamilannya sekarang sudah 4 bulan, ibu pertama kali merasakan gerakan janin seminggu yang lalu, ibu baru memeriksakan 1x kehamilannya di Posyandu dan tidak mendapatkan vitamin apapun dari Posyandu. Ibu sudah mendapatkan 4x imunisasi TT (2x pada saat hamil anak pertama dan saat hamil anak kedua). Selama kehamilan ibu tidak pernah mengalami keluhan seperti pandangan kabur, bengkak pada muka : : : : : : : Ny. E 31 tahun Islam Jawa SD IRT Jl. Sukamenak No. 32 Suami Tn. A 37 Tahun Islam Jawa SD Pedagang : Juli 2009 : 09.30 WIB : PKM Parung, Kabupaten Bogor

dan tangan, gerakan janin tidak terasa, dan mual muntah yang berlebihan, namun semenjak 3 hari yang lalu ibu mengeluh pusing dan cepat merasa lelah. Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan warung dan jamujamuan. 1.1.4 Riwayat Kehamilan Lalu Ibu mengatakan anak pertama lahir pada tahun 2005 di tolong Paraji, usia kehamilan 9 bulan, tidak ada komplikasi saat hamil, persalainan dan nifas, jenis kelamin Laki-laki tidak dilakukan pengukuran BB dan PB saat lahir. Anak kedua lahir pada tahun 2007 di tolong Bidan, usia kehamilan 9 bulan, tidak ada komplikasi saat hamil, pesalinan dan nifas, jenis kelamin Perempuan BB = 3100 gr PB = 48 cm. 5.2.1 Riwayat Penyakit Ibu mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit, tidak mempunyai penyakit keturunan seperti penyakit jantung, darah tinggi, gula, malaria, ginjal, asma, hepatitis, serta tidak mempunyai penyakit menular seksual, dan tidak mempunyai keturunan kembar, begitupun dengan keluarga dari pihak ibu dan suami. 5.2.1 Riwayat Keluarga Berencana Ibu mengatakan setelah melahirkan anak pertama menggunakan KB suntik 3 bulan, kemudian setelah melahirkan anak kedua menggunakan Pil.Ibu tidak teratur dalam mengkonsumsi Pil kemudian hamil anak ketiga. 5.2.1 Riwayat Biopsikososial

Ibu mengatakan setiap hari makan 2-3 kali porsi biasa, dengan menu tahu, tempe, telur, ikan, sayur, ibu senang sekali dengan makan pedas. Setiap selesai makan ibu selalu minum air teh.Ibu mengatakan tinggal berdua dengan suaminya, ibu mengaku semua pekerjaan rumahnya dilakukan sendiri karena suaminya berdagang.Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan yang pertama dengan suami dan status pernikahannya sah,

lamanya menikah sudah 5 tahun, ibu menikah saat berusia 26 tahun dan suami 32 tahun. 1.2 Data Obyektif 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 1.2.6 1.2.7 Keadaan umum Kesadaran Keadaan emosional Tekanan Darah Nadi Suhu Pernafasan :Baik : Compos Mentis : Stabil : 110/70 mmHg : 80 x / Menit : 36,50C : 18 x / Menit

Pemeriksaan Fisik 1.2.8 1.2.9 Mata Mulut : Kunjungtiva pucat, Sklera putih. : Bibir pucat, Gigi tidak ada caries. : Putting bersih dan menonjol, tampak hiperpigmentasi pada daerah areola 1.2.11 Pemeriksaan Abdomen Inspeksi Palpasi Aukskultasi DJJ 1.2.11 Ekstremitas Atas Bawah Pemeriksaan Penunjang Hb : 9,2 gr% : Tidak ada Oedema, kuku jari tidak pucat : Tidak ada Oedema, tidak ada varises. : Positif, frekwensi 142 x/ menit teratur. : Tidak ada bekas luka operasi, terlihat adanya striae gravidarum. : Teraba ballottement, pertengahan pusan dan symfisis.

1.2.10 Payudara

1.3

Assesment Ny. E, 31 tahun, G3P2A0 hamil 16 minggu, dengan anemia janin tunggal hidup intra uterin, keadaan janin baik.

1.4

Planning 1.4.1 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami bahwa ibu mengalami anemia, keadaan bayi pada saat ini sehat, dapat di dengar dari denyut jantung bayinya. 1.4.2 Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti telur, ikan, hati ayam, sayuran hijau (kangkung, daun singkong, bayam) dengan teratur. 1.4.3 Memberitahu ibu untuk mengurangi konsumsi air teh dan kopi karena dapat menghambat penyerapan tablet penambah darah dan kandungan zat besi dalam makanan yang ibu konsumsi. 1.4.4 Memberi ibu tablet penambah darah dan asam folat sebanyak 30 tablet, diminum setiap hari pada malam hari sebelum tidur, diminum dengan air putih. 1.4.5 Memberitahu ibu untuk cukup beristirahat, tidur malam (6-7 jam) dan diusahan untuk beristirahat pda siang hari. 1.4.6 Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan kemudian untuk dilakukan pengecekan kadar Hb ibu kembali atau bila ibu mengalami keluhan.

BAB III ANALISIS KASUS Dari studi kasus tersebut dapat diambil Ny E , 31 tahun G3P2A0 hamil 16 minggu dengan anemia di PKM yaitu sebagai berikut : 3.1 Berdasarkan hasil pengumpulan data subjektif didapatkan bahwa Ny. E 31 tahun ibu mengeluh pusing sejak 3 hari yang lalu, baru 1 kali melakukan pemeriksaan ANC dan tidak mendapat vitamin apapun dari Posyandu. Ibu senang mengkonsumsi air teh. 3.2 Berdasarkan hasil pengumpulan data objektif pada Ny. E didapatkan pada pemeriksaaan fisik pada mata, konjungtiva dan bibir ibu pucat. Serta telah dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan darah kadar Hb ibu yaitu 9,2 gr%, dibawah standar kadar Hb yaitu 10 gr%. 3.3 Diagnosa yang dapat ditegakkan berdasarkan data subjektif dan objektif adalah Ny.E usia 31 tahun, G3P2A0 hamil 16 minggu dengan anemia, diagnosa tersebut sesuai dengan tanda dan gejala ibu serta sesuai dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan. 3.4 Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. E adalah menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti telur, ikan, hati ayam, sayuran hijau (kangkung, daun singkong, bayam) dengan teratur. Memberitahu ibu untuk mengurangi konsumsi minum air the karena dapat menghambat proses penyerapat zat besi dalam tubuh. Memberikan ibu tablet penambah darah dan asam folat sebanyak 30 tablet di minum 1 kali setiap hari pada malam hari, di minum dengan air putih. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan kemudian, untuk dilakukan pengecekan ulang kadar Hb dalam darah ibu.

BAB IV PEMBAHASAN 1. TEORI A. Tinjauan umum tentang anemia defisiensi zat besi Anemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah. Menurut WHO, anemia didefinisikan sebagai Hb (hemoglobin) kurang 13 g/dl untuk laki-laki dan kurang 12 g/dl untuk wanita. Definisi sangat tergantung pada usiadan jenis kelamin.Definisi yang paling sering dipakai adalah definisi anemia menurut WHO dan CDC (Centers for Disease Control and Prevention). Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit.

B.

Anemia defisiensi zat besi pada kehamilan Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama dinegara berkembang. Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan pertambah usia kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya yang dilakukan dalam untuk masa mendeteksi kehamilan anemia.Perubahan fisiologis terjadi

mengakibatkan penurunan Hb secara progresif sampai sekitar minggu ke30.Oleh karena itu, pemeriksaan Hb dianjurkan untuk dilakukan pada awal kehamilan dan diulangi kembali pada minggu ke-30 untuk mendapatkan gambaran akurat tentang status Hb. Hemodilusi fisiologis dianggap sebagai suatu tanda kehamilan normal, dalam kaitannya dengan hasil kehamilan yang baik bagi janin (yaitu berat lahir sesuai dengan umur kehamilan). Apabila tidak terjadi proses hemodilusi, yang ditandai oleh kadar Hb yang tinggi, dapat diindikasikan adaya gangguan pada perubahan fisiologis akibat terganggunya sirkulasi darah plasenta yang dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin. C. Patofisiologi anemia pada kehamilan. Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan

sekresi aldesteron. D. Etiologi Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. E. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma. Kurangnya zat besi dalam makanan. Kebutuhan zat besi meningkat. Gangguan pencernaan dan absorbsi.

Gejala klinis Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejalagejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas. Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 2008 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl.

F.

Dampak anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian

10

maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain). G. Program Pemberian Tablet Zat Besi Oleh Pemerintah Untuk mengatasi masalah anemia kekurangan zat besi pada ibu hamil pemerintah Depkes RI sejak tahun 1970 telah melaksanakan suatu program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil di Puskesmas dan Posyandu dengan mendistribusikan tablet tambah darah, dimana 1 tablet berisi 200 mg fero sulfat dan 0,25 mg asam folat (setara dengan 60 mg besi dan 0.25 mg asam folat). Setiap ibu hamil dianjurkan munim tablet tambah darah dengan dosis satu tablet setiap hari selama masa kehamilannya dan empat puluh hari setelah melahirkan. Tablet tambah darah disediakan oleh pemerintah dan diberikan kepada ibu hamil secara gratis melalui sarana pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2003). Tablet tambah darah berwarna merah, berselaput film dan dikemas dalam sachet alumunium warna perak, berisi 30 tablet perbungkus. Dalam kemasan ada logo tetesan darah warna merah, tulisan Tablet Tambah Darah Untuk Ibu Hamil, Ibu dan Bayi Menjadi Sehat serta tanda untuk diperjual belikan (Depkes RI, 2004). Untuk menanggulangi masalah anemia gizi besi pada ibu hamil maka pemerintah melalui Depkes RI melaksanakan suatu program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil. Menurut Manuaba (1998), suplementasi tablet zat besi dan peningkatan gizi merupakan upaya penting dalam

11

pencegahan dan penanggulangan anemia. Meskipun program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil sudah dijalankan sejak tahun 1970 namun masih terdapat kasus-kasus yang disebabkan karena anemia pada masa kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2007 di Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam diketahui bahwa ibu hamil yang diperiksa sebanyak 113.859 dari 23 kabupaten jumlah ibu hamil yang mengalami anemia 57,19%. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2007 di Kabupaten Aceh Tenggara diketahui bahwa ibu hamil yang diperiksa sebanyak 4714 orang dari 13 kecamatan di Kabupaten Aceh Tenggara, terdapat ibu hamil yang mengalami anemia atau sekitar 67,06%. Dari beberapa kecamatan di kabupaten Aceh Tenggara tersebut, Kecamatan Lawe Alas menunjukan prevalensi anemia yang cukup besar dari 414 ibu hamil yang diperiksa, terdapat ibu hamil yang mengalami anemia berat sebanyak 243 (58,7%). 2. KASUS Pada data subjektif ini dikumpulkan informasi yang akurat dan lengkap dari Ny. E dan keluarga melalui kontak langsung saat pemeriksaan.Ibu baru 1 kali memeriksakan kehamilannya saat ibu terlambat haid dan tidak memdapat vitamin apapun dari Posyandu.Sehingga didapatkan data bahwa ibu sebelumnya tidak pernah mengkonsumsi zat besi saat kehamilan ini. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil data objektif yaitu pada pemeriksaan mata, konjungtiva pucat dan pada pemeriksaan mulut, bibir pucat. Serta dilakukan pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan darah yaitu kadar Hb ibu yaitu 9,2 gr%. Dari hasil pengkajian data baik secara subjektif maupun objektif, dapat disimpulkan bahwa Ny. E usia 31 tahun, G3P2A0 hamil 16 minggu dengan anemia, keadaan bayi baik. Dapat ditegakkan assessment ibu hamil dengan anemia karena kadar Hb dalam darah ibu 10 gr%. Berdasarkan diagnosis diatas, asuhan yuang diberikan pada Ny E yaitu menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti

12

telur, ikan, hati ayam dan sayuran hijau (kangkung, daun singkong). Memberitahu ibu untuk mengurangi konsumsi air teh dan kopi karena dapat menghambat penyerapan tablet penambah darah dan kandungan zat besi dalam makanan yang ibu konsumsi.Memberi ibu tablet penambah darah dan asam folat sebanyak 30 tablet, diminum setiap hari pada malam hari sebelum tidur, diminum dengan air putih.Memberitahu ibu untuk cukup beristirahat, tidur malam (6-7 jam) dan diusahan untuk beristirahat pda siang hari.Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan kemudian untuk dilakukan pengecekan kadar Hb ibu kembali atau bila ibu mengalami keluhan. 3. JURNAL Menurut jurnal yang kelompok baca dapat disimpulkan. Berdasarkan hasil penelitian pada wanita hamil usia 19-50 tahun di Kanada, disarankan tenaga kesehatan memberiankan suplemen zat besi sejak kehamilan 16 minggu.Jumlah suplemen yang disarankan harus memenuhi kebutuhan zat besi yang dibutuhkan. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil lebih meningkat dibandingkan saat sebelum hamil. Pemberian suplemen zat besi saat usia kehamilan 16 minggu terbukti efektif dalam mengurangi kejadian defisiensi besi. Menurut jurnal kedua, dijelaskan bahwa Sekitar 2 miliar orang, sebesar lebih dari 30% dari populasi dunia menderita anemia, terutama karena kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi adalah yang paling lazim dan juga kekurangan gizi yang paling diabaikan di dunia, khususnya di kalangan wanita hamil dan anakanak, terutama di negara-negara berkembang. Hal ini juga secara signifikan terjadi di negara-negara industri. Perkiraan mengatakan bahwa secara global, 56.000.000 wanita hamil (41,8% dari total) yang terkena dengan anemia, sekali lagi sebagian besar karena kekurangan zat besi. Di negara berkembang, proporsi ini bisa setinggi 80% seperti di Asia Selatan, membuat ibu hamil rentan terhadap peningkatan risiko kematian dan penurunan kapasitas kerja. Hal ini juga dapat mengakibatkan komplikasi perinatal lain seperti pra-eklampsia, berat badan lahir rendah, prematuritas dan kematian perinatal. Pemberian zat besi bersamaan dengan pemberian asam folat dianjurkan dan telah menjadi evidence-based untuk

13

membantu mengurangi kejadian anemia. Penulis mengumpulkan semua penelitian yang berhubungan dengan kejadian anemia dan penanganannya kemudian menyimpulkan bahwa suplementasi zat besi memiliki manfaat yang signifikan dalam mengurangi anemia dan anemia defisiensi besi pada panjang. Zat besi dalam kombinasi dengan asam folat juga memiliki dampak yang menguntungkan pada anemia pada kehamilan dan harus secara rutin digunakan pada wanita hamil setidaknya di negara-negara berkembang untuk mengurangi kejadian anemia karena tuntutan yang meningkat selama kehamilan.

BAB V KESIMPULAN

14

a.

Kesimpulan Anemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah. Menurut WHO, anemia didefinisikan sebagai Hb (hemoglobin) kurang 13 g/dl untuk laki-laki dan kurang 12 g/dl untuk wanita. Definisi sangat tergantung pada usiadan jenis kelamin. Definisi yang paling sering dipakai adalah definisi anemia menurut WHO. Dalam kehamilan normal akan terjadi penurunan kadar Hb. Kadar Hb terendah terjadi sekitar umur kehamilan 30 minggu. Oleh karena itu, pemeriksaan Hb harus dilakukan pada kehamilan dini untuk melihat data awal, lalu diulang pada sekitar 30 minggu. Bila Hb rendah secara abnormal (di bawah 9 gr%) harus dilakukan pemeriksaan dan pengobatan yang sesuai. Mungkin perlu dilakukan pemeriksaan Hb ulang untuk melihat apakah pengobatan sudah tepat. Anemia ringan sebab yang paling sering adalah defisiensi besi dan dapat diobati secara efektif dengan suplemen besi.

b.

Saran Pada bidan disarankan untuk melakukan pemeriksaan Hb sedini mungkin.

Klien disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti telur, ikan, hati ayam dan sayuran (kangkung, daun singkong).

15

You might also like