You are on page 1of 11

-KOMPONEN KOMUNIKASI

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kecakapan Antar Personil Dosen Pengampu : Ahmad Khambali, S.E

Disusun Oleh :
1. 2. 3. 4.

Tri Asih Ulya Latifah Dwi Ratih Ali Supriyanto

10.240.0310 10.240.0287 10.240.0316 10.240.0326

3M71-TI 3M71-TI 3M71-TI 3M71-TI

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER ( STMIK ) WIDYA PRATAMA PEKALONGAN 2011

KOMUNIKASI A. Pengertian komunikasi, komponen dan tujuan komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Gambar berikut menggambarkan apa yang dapat dinamakan model universal komunikasi. Ini mengandung elemen-elemen yang ada dalam setiap tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat intrapribadi, antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi masa.
Konteks (Lingkungan Umpan balik

Salura n/ media Sumbe r/ Peneri enkod er ma/ dekod er

Pesan Sumbe r/

Gangg uan

Peneri enkod er ma/ dekod er Salura n/ media

Pesan

Umpan balik

2. Komponen Komunikasi a. Lingkungan komunikasi Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi : 1) Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud.
2) Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara

yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana untuk berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau, 3) Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung. Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis. b. Sumber-Penerima Istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Mengirimkan pesan ketika berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Begitu pula menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.

Tetapi, ketika mengirimkan pesan, juga menerima pesan. Sewaktu menerima pesan sendiri (mendengar diri sendiri, merasakan gerakan sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh sendiri) dan menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika berbicara dengan orang lain, memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, menjalankan fungsi penerima. c. Enkoding-Dekoding Dalam ilmu komunikasi menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, melakukan enkoding. Menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, menguraikan kode tadi. Jadi, melakukan dekoding. Oleh karenanya menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya sumber-penerima, menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika berbicara (enkoding), juga menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding).

d. Kompetensi Komunikasi

Kompetensi berkomunikasi

komunikasi secara efektif

mengacu

pada

kemampuan Cupach,

untuk 1989).

(Spitzberg

dan

Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi. Dengan meningkatkan kompetensi, akan mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi), makin banyak pilihan, yang dipunyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata), makin banyak cara yang dimiliki untuk mengungkapkan diri. e. Pesan Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra. Walaupun biasanya menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Selain itu juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang dikenakan, seperti juga cara berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang diungkapkan dalam melakukan komunikasi.

f. Saluran

Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Juga memancarkan dan mencium baubauan (saluran olfaktori). Seringkali saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil). g. Umpan Balik Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain juga mendengar diri sendiri. Artinya, menerima umpan balik dari pesan sendiri. Mendengar apa yang dikatakan, a merasakan gerakan , melihat apa yang ditulis. Selain umpan balik sendiri ini, menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.

h. Gangguan

Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala), atau semantik (salah mengartikan makna). Tabel dibawah menyajikan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci. Macam Fisik Definsi Contoh Interferensi dengan Desingan mobil yang lewat, transmisi fisik isyarat dengungan Psikollogis atau pesan lain kacamata Interferensi kognitif Prasangka atau mental Semantik Pembicaraan pendengar arti yang berlainan dan komputer, bias pada pikiran dengan berbeda, jargon atau

sumber-penerima, yang sempit dan Orang berbicara memberi bahasa yang menggunakan

istilah yang terlalu rumit yang tidak dipahami pendengar

Gangguan meniadakannya

dalam

komunikasi dapat

tidak

terhindarkan.

Semua dan

komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun tidak dapat samasekali, mengurangi gangguan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari

keterampilan

mengirim

dan menerima

pesan nonverbal,

serta

meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi gangguan. i. Efek Komunikasi Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau dampak intelektual atau kognitif. Kedua, mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan, ini adalah dampak afektif. Ketiga, mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut; ini adalah dampak atau efek psikomotorik. j. Etik dan Kebebasan Memilih Karena komunikasi mempunyai dampak, maka ada masalah etik di sini. Karena komunikasi mengandung konsekuensi, maka ada aspek benarsalah dalam setiap tindak komunikasi. Tidak seperti prinsip-prinsip komunikasi yang efektif, prinsip-prinsip komunikasi yang etis sulit dirumuskan.

Seringkali dapat mengamati dampak komunikasi, dan berdasarkan pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif. Tetapi, tidak dapat mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak komunikasi.

Dimensi etik dari komunikasi makin rumit karena etik begitu terkaitnya dengan falsafah hidup pribadi seseorang sehingga sukar untuk menyarankan pedoman yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah merupakan bagian integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan yang diambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang dianggap benar di samping juga oleh apa yang dianggap efektif. Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis bila menjamin kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar pemilihan yang akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis bila mengganggu kebebasan memilih seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam menentukan pilihan. Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis adalah komunikasi yang memaksa seseorang
1) Mengambil pilihan yang secara normal tidak akan dipilihnya atau 2) Tidak mengambil pilihan yang secara normal akan dipilihnya.

Sebagai contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan mungkin saja membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan demikian mendorong untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak akan ambil (jika saja mengetahui fakta-fakta sebenarnya). Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih ini, ada beberapa persyaratan. Mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup umur dan berada dalam kondisi mental yang memungkinkan melaksanakan pilihan secara bebas. Selanjutnya, mengasumsikan bahwa kebebasan memilih dalam situasi tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai contoh, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk menentukan pilihan sendiri (memilih menu, memilih waktu untuk tidur,

memilih jenis obat), sehingga harus ada orang lain yang melakukannya. Begitu juga, seseorang yang menderita keterbelakangan mental membutuhkan orang lain untuk mengambilkan keputusan tertentu. Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi kebebasan memilih ini. Sebagai contoh, anggota tentara seringkali harus melepaskan kebebasan memilih dan makan nasi bungkus, bukan roti keju, mengenakan seragam militer, bukan jins, lari pagi, bukan tidur. Dengan menjadi tentara, seseorang setidak-tidaknya harus melepaskan sebagian hak untuk menentukan pilihan sendiri. Akhirnya, kebebasan memilih yang dimiliki tidak boleh menghalangi orang lain untuk menentukan pilihannya sendiri. Tidak bisa membiarkan seorang pencuri memiliki kebebasan untuk mencuri, karena dengan memberikan kebebasan ini menghalangi korban pencurian untuk menikmati kebebasan memilihhak untuk memiliki barang dan hak untuk merasa aman dalam rumah.

DAFTAR PUSTAKA Scilletta Claudia, dkk. 2010. Relational Competence Theory. New York : Springer New York Dordrecht Heidelberg London

Richard West, H Turner, Lynn. 2008. Pengantar Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika Wiryanto. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Grasindo

You might also like