You are on page 1of 7

Fungsi dan peranan pers.

Fungsi dan peranan pers Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, fungi pers ialah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial . Sementara Pasal 6 UU Pers menegaskan bahwa pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut: memenuhi hak masyarakat untuk mengetahuimenegakkkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaanmengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benarmelakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umummemperjuangkan keadilan dan kebenaran Berdasarkan fungsi dan peranan pers yang demikian, lembaga pers sering disebut sebagai pilar keempat demokrasi( the fourth estate) setelah lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif , serta pembentuk opini publik yang paling potensial dan efektif. Fungsi peranan pers itu baru dapat dijalankan secra optimal apabila terdapat jaminan kebebasan pers dari pemerintah. Menurut tokoh pers, jakob oetama , kebebsan pers menjadi syarat mutlak agar pers secara optimal dapat melakukan pernannya. Sulit dibayangkan bagaiman peranan pers tersebut dapat dijalankan apabila tidak ada jaminan terhadap kebebasan pers. Pemerintah orde baru di Indonesia sebagai rezim pemerintahn yang sangat membatasi kebebasan pers .

B. Hubungan Pers dan Politik Kini. M a k a i t u , ji k a wa r t a wa n k i n i b e r p o l i t i k t e r a n g t e r a n g a n me ma n g p u n ya sejarahnya. Jika mereka menjadi corong rakyat bukanlah hal yang tidak mugkin.Jika mereka mematut-matut diri di rapat partai politik, tidak perlu heran bahkan, ji k a me r e k a n a n t i i k u t b e r g o ya n g d o mb r e t , d i p a n g g u n g k a mp a n ye , ja n a a n ditertawakan. Pun untuk yang menjadi peserta who want to be president? Kenapatidak?D u d u k p e r k a r a n y a t i n g g a l d i s o a l , b i s a k a h i a m e l a k s a n a k a n t u g a s kewartawanan dengan baik? Bukankah wartawan punya tugas yang cukup berat?wartawan harus berpegang teguh pada kebenaran dan setia kepada rakyat tegasBill Kovach dan Tom Rosendstiel (2001). Wartawan bekerja demi kemaslahatan publik. Ia tidak boleh gampang was-was dan berpihak

pada urusan selain berita.K e r ja me m v e r i f i k a s i b e r i t a n ya , s e l a i n h a r u s t r a n s p a r a n d a n s i s t e ma t i s , me s t i independen. Tidak selingkuh dengan partai poitik atau penguasa atau pengusaha.S e b a b b i s a k a h m e n g h a r a p k a n w a r t a w a n m e l i p u t s e c a r a b e n a r o r a n g y a n g memiliki hubungan personal, intim dan loyalitas dengannya?Harus ada jarak personal agar wartawan. Bisa meliput dan menilai beritadengan mandiri,. Dari sanalah , antara lain kebenaran, sebagai penyampai kisahyang punya kredibilitas.Pengakuan tersebut diperoleh tidak take of garanted. Tetapi secara berulang-ulang, terus-menerus, diupayakan melalui pelbagai kode dan konvensi kebenarany a n g l a y a k d i p e r c a y a k h a l a y a k . K r e d i b i l i t a s .

TEORI PERS LIBERAL DAN PERS KOMUNIS PERS LIBERAL Teori pers liberal merupakan perkembangan dan reaksi terhadap teori pers sebelumnya, yaitu teori pers otoriter yang dimana sangat didominasi oleh kekuasaan dan pengaruh penguasa melalui berbagai upaya yang sangat mengekang dan menekan keberadaan pers. Fungsi utama teori pers ini adalah menjaga hak warga Negara agar tidak tertindas oleh kesewenangan. Dalam teori ini, pers merupakan sarana penyalur suara nurani rakyat. Karena itu, pers mengawasi dan menentukan sikap terhadap kebijakan pemerintah. Pers bukanlah alat kekuasaan pemerintah. Pers harus bebas dari kendali pemerintah dan kebebasan berekspresi mesti dilindungi. Dengan demikian, sensor dipandang sebagai tindakan inkonstitusional terhadap kemerdekaan pers. Krisna Harahap menjelaskan bahwa menurut konsep libertarian, pers mempunyai tugas sebagai berikut. 1) Melayani kebutuhan kehidupan ekonomi (iklan). 2) Melayani kebutuhan kehidupan politik. 3) Mencari keuntungan (demi kelangsungan hidupnya). 4) Menjaga hak warga Negara. 5) Memberi hiburan. Berikut ciri-ciri pers yang merdeka (libertarian). 1) Publikasi bebas dari setiap penyensoran pihak ketiga. 2) Penerbitan dan pendistribusian terbuka bagi setiap orang tanpa memerlukan izin atau lisensi. 3) Kecaman terhadap pemerintah, pejabat, atau partai politik tidak dapat dipidana. 4) Tidak ada kewajiban memublikasikan segala hal, 5) Publikasi kesalahan dilindungi sama halnya dengan publikasi kebenaran dalam hal-hal yang berkaitan dengan opini dan keyakinan. 6) Tidak ada batasan hukum terhadap upaya pengumpulan informasi untuk kepentingan publikasi. 7) Wartawan mempunyai otonomi professional dalam organisasi mereka.

PERS INTERNASIONAL NEGARA BARAT Negara Penganut adalah Amerika Serikat dan Eropa. Pada umumnya menganut liberalisme. Ideologi ini menjadi landasan sistem sosial dan sistem politik mereka. Kebebasan pers diyakini sebagai bagian dari kebebasan berekspresi yang dimiliki setiap individu. Maka sepatutnya Negara memberikan kemerdekaan dengan tanpa turut campur terlalu dalam kehidupan pers. Pers bukan merupakan terompet pemerintah seperti di Negara-negara otoriter. Pers berpengaruh kuat dalam kehidupan sosial dan politik. Budaya membaca masyarakat yang tinggi dan ditunjang tingkat pendapatan yang tinggi telah menciptakan masyarakat yang kritis. Namun terdapat suara sumbang dimana pers dianggap terlalu asyik mengungkap aspek-aspek negative AS sehingga membuat Negara ini tampak buruk di mata dunia. Memang konstitusi Amerika menjamin kebebasan pers, namun belakangan ini, sebagian masyarakat mengajukan kritik bahwa terdapat kalangan pers yang terlalu mengedepankan aspek komersial dalam pemberitaannya, mereka bahkan melanggar hak kehidupan pribadi seseorang demi meraup uang yang sebanyakbanyaknya. Jika dilihat hubungan pers dan pemerintah serta masyarakat yang demikian, dapat digambarkan bahwa semuanya saling mengontrol. Artinya, walaupun ideology kebebasan yang dianut member kemerdekaan berekspresi, tetapi bukan berarti semuanya tanpa control. Hubungan yang demikian dapat menciptakan pemerintahan yang bersih dan kuat serta masyarakat sipil yang juga kuat,. Kondisi yang demikian member sumbangan penting bagi terbangunnya kehidupan social yang demokratis.

Teori pers liberal atau juga dikenal dengan teori pers bebas pertama sekali muncul pada abad ke-17 yang merupakan reaksi atas kontrol penguasa terhadap pers. Teori pers liberal adalah merupakan perkembangan dari teori pers sebelumnya, yaitu teori pers otoriter yang jelas-jelas sangat didominasi oleh kekuasaan dan pengaruh penguasa melalui berbagai upaya yang sangat mengekang dan menekan keberadaan pers. Konsep pers yang diterapkan di Barat merupakan penyimpangan demokratis dari kontrol otoritarian tradisional. Perjuangan konstitusional yang panjang di Inggris dan Amerika Serikat lambat-laun telah melahirkan sistem pers yang relatif bebas dari kontrol pemerintah yang sewenangwenang. Pada kenyataannya, definisi tentang kebebasan pers merupakan hak dari pers untuk melaporkan, mengomentari, dan mengkritik pemerintah. Sejarah mencatat, fitnah yang menghasut berarti kritik terhadap pemerintah, hukum, atau pejabat pemerintah. Ketiadaan dalam suatu negara, fitnah yang menghasut sebagai kejahatan dianggap sebagai ujian terhadap kebebasan menyatakan pendapat yang secara pragmatis dibenarkan sebab berbicara yang relevan secara politik merupakan semua pembicaraan yang termasuk dalam kebebasan pers. Kebebasan politik tidak menghalangi kontrol ekonomi dan campur tangan terhadap praktek jumalistik. Suatu sistem media yang dimiliki swasta, dalam derajat yang berbeda, akan mencerminkan kepentingan dan kepedulian pemiliknya. Supaya tetap bebas dari kontrolluar, termasuk pemerintah, media harus kuat secara financial dan menguntungkan. Tapi keunggulan dan keuntungannya tidak memiliki arah yang sama, meskipun beberapa media berita yang terbaik sangat menguntungkan pemiliknya. Bagaimanapun, mencari uang merupakan tujuan utama jumalistik. Dan bagi mereka, kemandirian serta pelayanan publik kurang memiliki makna (atau sedikit diberi perhatian). Pemerintah diberi peran terbatas dalam mencampuri urusan operasional media dan dalam mengatur peraturan jika kepentingan umum tidak akan dilayani secukupnya. Peraturan pemerintah dalam siaran di negara-negara Barat menunjukkan contoh yang baik mengenai kedudukan tanggung jawab sosial.

Kesulitan dan kemungkinan ketidakkonsistenannya hanya timbul pada saat menguraikan kebebasan pers sebagai hak fundamental, menerapkan batasan aplikasinya, dan merinci bentuk lembaga yang paling tepat untuk mengungkapkan pendapat dan mencari perlindungan dalam masyarakat tertentu. Teori pers bebas dipandang sebagai komponen yang penting dari amsyarakat yang bebas dan rasional. Perkiraan yang paling mendekati kebenaran akan timbul dari pengungkapan sudut pandang lain dan kemajuan bagi masyarakat akan bergantung pada pilihan pemecahan yang "benar" daripada yang "salah". Meskipun dalam teorinya, pers liberal merupakan bentuk pers yang paling ideal, tetapi dalam aplikasinya kebebasan pers masih jauh dari apa yang diharapkan. Persoalan tentang apakah hal itu merupakan tujuan pers itu sendiri, sebagai sarana untuk mencapai tujuan, atau merupakan hak mutlak belum benar-benar terwujudkan. Ada yang menyatakan bahwa apabila kebebasan pers itu dipasung sampai tingkat yang mengancam moral yang baik dan kewenangan negara, maka hal itu harus dikekang. Tidak ada negara yang akan benar-benar mentolerir kebebasan pers yang mengakibatkan perpecahan negara dan membuka pintu banjir kritik terhadap pemerintah yang dipilih secara bebas yang memimpin negara itu. Walaupun pada dasamya kebebasan pers merupakan idaman, bukan hanya bagi kalangan pers itu sendiri, tetapi juga bagi masyarakat karena masyarakatlah yang menjadi konsumen informasi melalu pemberitaan pers tetapi kebebasan pers dalam prakteknya tidaklah benar-benar bebas dari segala bentuk kepentingan. Pers yang bebas bukan berarti pers yang benar-benar independen dan tidak memihak. Karena bagaimanapun juga, pers itu memiliki kepentingan tertentu. Jikapun lepas dari pemerintah, pers bebas tetap bersandar pada kepentingan para pemilik modal, dalam hal ini pemilik media yang ditumpangi oleh para pelaku pers. Terkadang hal inilah yang menjadi dilema bagi kalangan pelaku pers, dimana di satu pihak ia berupaya untuk dapat memberikan dan menyajikan informasi yang benar-benar "netral" , berimbang dan sesuai dengan fakta, tetapi dipihak lainnya ia harus dapat memberikan keuntungan, baik materil

maupun non materil kepada para pemilik modal yang menaunginya.

You might also like