You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM II MENENTUKAN VARIASI UKURAN KACANG MERAH

Oleh NAMA NIM KELOMPOK JURUSAN ASISTEN : DEA SHINTA WULANDARI : 08101004046 : VI (ENAM) : BIOLOGI : PUTRI SEPTIA NERY

LABORATORIUM ZOOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDERALAYA 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Secara geris besar, keanekaragaman hayati ini terbagi lagi menjadi tiga bagian utama yaitu keanekaragaman tingkat ekosistem, keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukan dengan adanya variasi dari ekosistem di biosfer. Misalnya ekosistem lumut, hutan tropis, gurun, masing-masing ekosistem memiliki organisme yang khas. Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukan dengan adanya beranekaragam jenis makhluk hidup. Keanekaragaman gen, setiap organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen), satu dari induk jantan dan lainya dari induk betina (Campbell 2002: 249). Genetika berasal dari bahasa Yunani yaitu genno yang berarti melahirkan, merupakan cabang biologi yang penting saat ini. Ilmu ini mempelajari tentang berbagai aspek yang menyangkut tentang pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme seperti virus dan prion. Ada pula yang dengan singkat mengatakan genetika adalah ilmu tentang gen. Nama genetika diperkenalkan oleh William Bateson pada suatu surat pribadi kepada Adam Chadwick dan ia menggunakannya pada konferensi Internasional tentang Genetika ke-3 pada tahun 1906. Bidang kajian genetika dimulai dari wilayah molekuler hingga populasi. Genetika berusaha menjelaskan material pembawa informasi untuk diwariskan, bagaimana informasi itu diekspresikan dan bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain (Anonim 2011: 1). Asal genetika modern dimulai ditanam di sebuah biara, dimana seorang biarawan yang bernama Gregor Mendel mencatat sebuah mekanisme penurunan sifat ercis dalam percobaan yang terencana dan teliti. Mendel melakukan pendekatan eksperimental dan kuantitatif untuk genetika. Mendel memilih untuk bekerja menggunakan kacang ercis (Campbell 2002: 256).

Orang yang dianggap sebagai bapak genetika adalah Johan Gregor Mendel. Orang yang pertama mempelajari sifat-sifat menurun yang diwariskan dari sel sperma adalah Haeckel (1868). Mendel mempelajari hereditas pada tanaman kacang ercis. Galur murni adalah vanetas yang terdiri dari genotip yang homozigot. Simbol F (Filum) menyatakan turunan, sedang simbol P (Parentum) menyatakan induk. Hibrida bastar adalah keturunan dari penyerbukan silang dengan sifat-sifat beda. Jika suatu sifat beda disebut monohibrida, dan jika dia sama maka di sebut hibrida, yang seharusnya bisa menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan hidupnya (Anonim 2011: 2). Meskipun kebanyakan orang menghubungkan genetika terutama dengan pemindahan sifat-sifat dari suatu generasi ke generasi lain atau yang kita sebut dengan keturunan, pada dasarnya hal ini mencakup seluruh proses biologis. Perhatikanlah cerita dari para ahli biologi dalam membedakan organisme dari benda mati. Tidak mengherankan bahwa pemindahan sifat merupakan aspek genetika yang menarik perhatian para ahli (Pai 1996: 1-2). Sifat fisiologis dan morfologis dari keanekaragaman biologi reproduksi akan menimbulkan suatu keanekaragaman genetik di dalam populasi ataupun menjelang terjadinya evolusi tanaman. Setiap perubahan pada sifat reproduksi baik karena kerusakan lingkungan, perbaikan budidaya tanaman yang mengarah perbaikan kultivar akan menyebabkan keragaman dalam populasi (Bresnick 2004: 100). Pertumbuhan pada awal biji sebagian besar terjadi di jaringan nuselus dan intagument. Pada tahapan pertumbuhannya, embrio sangat bergantung pada induknya. Namun, hal ini mungkin terjadi karena difusi pada ikatan pembuluh dari intagument melewati nuselus dan endosperm. Ada perubahan struktural yang membantu penyerapan nutrisi pada embrio, diantaranya adalah penebalan dinding sel kandung embrio dan persisten sinergid (Anonim 2011: 5). 1.2.Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui variasi ukuran kacang merah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Genetika populasi adalah cabang genetika yang membahas transmisi bahan genetik pada ranah populasi. Dari objek bahasannya, genetik populasi dapat dikelompokan sebagai cabang genetika yang berfokus pada pewarisan genetik. Ilmu ini membicarakan tentang implikasi hukum pewarisan mendel apabila diterapkan pada sekumpulan individu sejenis di suatu tempat. Berbeda dengan genetika mendel, yang mengkaji pewarisan sifat untuk perkawinan antara dua indiividu (atau dua kelompok individu yang memiliki genotipe yang sama), genetika populasi berusaha menjelaskan implikasi yang terjadi terhadap bahan genetik akibat saling kawin yang terjadi di dalam satu atau lebih populasi. Genetika populasi ini juga didasarkan pada Hukum Hardy-Weinberg (Anonim 2011: 1). Kumpulan gen pada suatu populasi dalam periode tertentu disebut kumpulan gen (gene pool) populasi itu. Kumpulan gen ini terdiri atas semua alel pada semua lokus gen yang terdapat pada semua individu yang menyusun populasi tersebut. Para ahli genetika populasi menggunakan istilah struktur genetik untuk menyatakan frekuensi alel dan genotipe dalam populasi. Kumpulan gen lebih kompleks dijelaskan oleh teorema Hardyweinberg yang diambil dalam nama dua sintis yang secara terpisah menghasilkan prinsip itu pada tahun 1908. Teoritis tersebut menyatatakan bahwa frekuensi alel dan genotipe dalam kumpulan gen dalam suatu populasi tetap konstan selama beberapa generasi kecuali kalau ada yang bertindak sebagai agen lain (Welsh 1998: 6-8). Genetika populasi merupakan salah satu cabang ilmu biololgi populasi yang mempelajari tentang faktor-faktor yang menentukan komposisi genetik suatu populasi dan bagaimana faktor-faktor tersebut berperan dalam proses evolusi. Genetika populasi juga meliputi studi terhadap berbagai faktor yang membentuk struktur genetik suatu populasi dan menyebabkan perubahan-perubahan evolusioner suatu spesies sepanjangwaktu. Terdapat berbagai faktor yang sangat berperan dalam kejadian evolusi pada populasi, yaitu mutasi, rekombinasi, seleksi alam, genetik drift, gene flow, dan populasi (Anonim 2011: 6). juga. Perkawinan yang tidak acak. Fator-faktor tersebut akan mempengaruhi keragaman genetik pada suatu

Prinsip utama dalam genetik populasi adalah prinsip Hardy-weinberg. Prinsip HardyWeinberg menduga bahwa, dalam kondisi tertentu frekuensi alel dan genotipe akan tetap konstan dalam suatu populasi, dan keduanya saling berhubungan satu sama lain. Kondisikondisi tertentu yang dimaksud dalam prinsip Hardy-Weinberg ini meliputi kawin secara acak, tidak ada seleksi alam, kejadian mutasi diabakan, tidak ada individu yang masuk atau keluar dari suatu populasi yang cukup besar. Jika kondisi kondisi ini terpenuhi oleh suatu populasi yang cukup besar maka teori tersebut benar (Pai 1996: 8-9). Mendel memilih kacang ercis dikarenakan adanya variasi pada kacang ercis, ada varietas yang memiliki bunga ungu, sementara varietas lain ada yang memiliki bunga berwarna putih. Yang biasa disebut kararakter oleh ahli genetika. Penggunaan kacang ercis juga membuat mendel dapat melakukan control yang ketat dengan tanaman mana saja yang akan saling dikawinkan. Mendel hanya memilih untuk menelusuri hanya karakter-karakter yang bervariasi dengan pendekatan apakah karakter tersebut ada atau tidak ada dan bukan dengan jumlah karakter (Campbell 2002: 256). Sejumlah percobaan terdokumentasi yang terkait dengan genetika telah banyak dilakukan pada masa sebelum mendel, yang kelak banyak membentu memberikan bukti bagi teori model. Percobaan-percobaan itu misalnya adalah sebagai berikut. Pembuatan pada Raphanobrassica melalui persilangan libak dan kubis pada abad ke-17 oleh Kohlreuer, seorang pemula sayur berkebangsaan jerman, untuk menghasilakan tanaman yang menghasilkan umbi dan krop kubis sekaligus, meskipun tidak berhasil (Anonim 2011: 1). Gen merupakan benang merah yang mempersatukan keberagaman dalam pelaksanaan percobaan model mengambil sample yang terdiri dari 519 kacang merah. Pada semua cabang-cabang ilmu genetika, gen merupakan benang merah yang kemudian sebagai hasil dari penelitiannya terhadap tanaman kacang. Pada dasarnya prinsip pemuliaan tanaman baik yang modern melalui penyinaran untuk menghasilkan mutasi maupun pemuliaan tradisional tersebut sejak zaman mendel adalah sama, yakni pertukaran materi genetik, baik seleksi tanaman secara konvensional maupun rekayasa genetika, keduanya memanipulasi struktur genetika tanaman untuk mendapatkan kombinasi sifat keturunan (unggul) yang di inginkan (Yatim 1995: 213).

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1.Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 24 Maret 2010 pukul 13.0015.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya. 3.2.Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Jangka sorong (Ketelitian 0,05 mm), Kantong plastik, Kertas grafik, Spidol, dan Timbangan OHAUS centogram, Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Vigna angularis. 3.3.Cara Kerja Bagilah kertas grafik dengan spidol menjadi 50 bagian, panjang dibagi 10, lebar dibagi 5. Berilah nomor pada tiap kotak, mulai 1 hingga 50. Berilah nomor pada kacang merah dengan spidol mulai 1 hingga 50. Ukurlah panjang tiap kacang merah dengan spidol, mulai satu hingga 50. Catat panjangnya (dalam mm) pada kotak dengan nomor yang sesuai, kemudian letakkan kacang yang telah diukur pada kotak tadi. Timbanglah 20 kacang merah (misalnya nomor 1 hingga 20). Dan catatkan beratnya (dalam gram) pada kotak yang sesuai dengan nomornya.

4.2.Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil mengenai variasi ukuran kacang merah. Hasil dari penimbangan, perhitungaan, dan analisa percobaan menentukan variasi ukuran kacang merah dari 50 variasi panjang kacang merah didapatkan enam sampel variasi. Sedangkan dari 20 variasi berat kacang merah didapatkan satu sampel variasi. Berdasarkan hal tersebut, dapat kita ketahui bahwa variasi panjang pada merah dikarenakan adanya variasi sinambung suatu sifat dalam populasi, dimana populasinya adalah kacang merah. Dari percobaan ini diketahui bahwa efek gen sangat berpengaruh terhadap variasi yang timbul. Selain dari gen, efek lingkungan tempat hidup juga akan mempengaruhi varietas. Maka dari itu, kacang merah dipilih karena memiliki banyak varietas. Terjadinya variasi tersebut dikarenakan beberapa pasang gen yang efek-efeknya digabung bersama atau lebih dikenal dengan teori pewarisan pilogenik. Hal ini diperkuat oleh Campbell (2002: 229), bahwa apabila dua tipe ekstrim disilangkan maka keturunannya bersifat intermediet juga. Apabila tipe intermediet tersebut disilangkan, maka akan didapatkan hasil beberapa tipe ekstrim dari hasil persilangan acak. Apabila dalam populasi besar akan mendapatkan kisaran luas tipe-tipe dengan jumlah terbesar dalam kisaran tengah dan jumlah yang terkecil pada ekstrim-ekstrimnya. Ketika efek ini sebenarnya diamati terhadap kebanyakan kasus tentang variasi kuantitatif pada mahluk hidup. Variasi kuantitatif adalah variasi yang berdasarkan jumlah dari varietas, sedangkan variasi kulitatif berdasarkan kualitas dari varietas. Dalam percobaan ini digunakan kacang merah karena memiliki variasi ari berat dan panjangnya, begitu hal nya dengan Mendel memilih kacang ercis dikarenakan adanya variasi pada kacang ercis. Hal ini diperkuat oleh Campbell (2002: 256), bahwa ada varietas pada kacang ercis yang memiliki bunga ungu, sementara varietas lain ada yang memiliki bunga berwarna putih. Yang biasa disebut kararakter oleh ahli genetika. Penggunaan kacang ercis juga membuat mendel dapat melakukan control yang ketat dengan tanaman mana saja yang akan saling dikawinkan. Mendel hanya memilih untuk menelusuri karakter-karakter yang bervariasi dengan pendekatan apakah karakter tersebut ada atau tidak ada dan bukan dengan jumlah karakter.

Pertumbuhan pada awal biji sebagian besar terjadi di jaringan nuselus dan intagument. Anonim (2011: 3), bahwa pada tahapan pertumbuhannya, embrio sangat bergantung pada induknya. Namun, hal ini mungkin terjadi karena difusi pada ikatan pembuluh dari intagument melewati nuselus dan endosperm. Ada perubahan struktural yang membantu penyerapan nutrisi pada embrio, diantaranya adalah penebalan dinding sel kandung embrio dan persisten sinergid. Keanekaragaman genetik dalam suatu poplasi dapat disebabkan karena fisiologis dan morfologis. Hal ini sependapat dengan Bresnick (2004: 100), bahwa sifat fisiologis dan morfologis dari keanekaragaman biologi reproduksi akan menimbulkan suatu keanekaragaman genetik di dalam populasi ataupun menjelang terjadinya evolusi tanaman. Setiap perubahan pada sifat reproduksi baik karena kerusakan lingkungan, perbaikan budidaya tanaman yang mengarah perbaikan kultivar akan menyebabkan keragaman dalam populasi. Dalam genetika kita harus mengenal galur murni, hibrida, dominan dan resesif. Hal ini diperjelas oleh Anonim (2011: 3), bahwa galur murni adalah varietas yang terdiri dari genotip yang homozigot. Simbol "F" (= Filium) menyatakan turunan, sedang simbol "P" (=Parentum) menyatakan induk. Hibrida atau bastar merupakan keturunan dari penyerbukan silang dengan sifat-sifat beda, jika satu sifat beda disebut monohibrida, jika dua sifat beda disebut dihibrida dan seterusnya. dominan adalah sifat-sifat yang tampak (manifes) pada keturunan. Sedangkan resesif merupakan sifat-sifat yang tidak muncul pada keturunan. Ada banyak faktor yang mempngaruhi keanekaragaman genetik dan variasi genetik yang muncul. Seperti pada kacang merah faktor yang lebih kuat dikarenakan arus genetik yang muncul secara acak. Hal ini diperkuat oleh Pai (1996: 304), bahwa perubahan secara acak muncul akibat adanya peluang. Sepasang alel dalam suatu heterozigot atau pasangan alel yang tidak sama harus dipindahkan sama kepada keturunannya. Kita pun menyadari bahwa peluang untuk hal ini sesuai dengan keadaan tidak selamanya mungkin. Apabila suatu alel lebih sering dipindahkan dibandingkan alel-alel yang lain, populasi akan mengalami suatu arus ke arah frekuensi yang tidak sama dari kedua alel tersebut.

BAB V KESIMPULAN Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan , diantaranya adalah : 1. Perbedaan ukuran kacang merah lebih dipengaruhi oleh variasi genetik yang terbentuk. 2. Variasi genetik hanyalah salah satu variabilitas yang lain adalah faktor lingkungan. 3. Variasi panjang yang muncul lebih besar daripada variasi berat dikarenakan sample yang diambil pada variasi panjang lebih banyak dibandingkan pengukuran berat. 4. Terjadinya variasi dapat disebabkan oleh perkawinan silang dalam (inbreeding) yang dapat meningkatkan populasi individu homoziot dalam populasi. 5. Perubahan secara acak pada kacang merah muncul akibat adanya peluang. Sepasang alel dalam suatu heterozigot atau pasangan alel yang tidak sama harus dipindahkan sama kepada keturunannya. 6. Efek gen sangat berpengaruh terhadap variasi yang timbul. Selain dari gen, efek lingkungan tempat hidup juga akan mempengaruhi varietas. Maka dari itu, kacang merah dipilih dalam mempelajari genetika karena memiliki banyak varietas.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Genetics in Life (Genetika dalam Kehidupan). Http://www.universitas Pasundan. Materi. ac.id.//html. Diakses pada tanggal 18 Maret 2011 Pukul 20:30 WIB. Anonim. 2011. Materi Genetika Universitas. http:///www. AndinyBlogs.Biology.or.id//html. Diakses pada tanggal 18 Maret 2011 Pukul 20:00 WIB. Anonim. 2011. Variasi Kacang Merah. http://www.biology-asyik.co.id. Diakses pada tanggal 18 Maret 2011 Pukul 20:15 WIB. Bresnick, Stephen. 2003. Intisari Biologi. Jakarta : Hipokrates. xiv + 253 hlm. Campbell, N.R. 2000. Biologi Jilid II. Erlangga : Jakarta. v + 404 hlm. Pai, A.C. 1996. Dasar-dasar Genetika. Erlangga : Jakarta. x + 438 hlm. Welsh, J.R. 1998. Dasar-dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Erlangga : Jakarta. xii + 224 hlm. Yatim, Wildan. 1995. Genetika. Torsito : Bandung. vii + 375 hlm.

ABSTRAK

Praktikum Menentukan Variasi Ukuran Kacang Merah bertujuan untuk mengetahui variasi ukuran pada kacang merah. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 24 Maret 2011 pukul 13.00-15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Jangka sorong (Ketelitian 0,05 mm), Kantong Plastik, Kertas Grafik, Spidol, dan Timbangan OHAUS centogram. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Vigna angularis. Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil, yaitu berupa ukuran panjang dan berat Vigna Angularis yang berbedabeda dan terbagi dalam kelompok masing-masing berdasarkan variasinya. Adapun kesimpulan yang didapat adalah Vigna angularis memiliki variasi yang bermacam-macam. Hal ini dapat diakibatkan oleh pengaruh genetik dan lingkungan.

LAMPIRAN

You might also like