You are on page 1of 18

JUDUL PENELITIAN Studi awal dalam persiapan Pengembangan Model Pembelajaran aktif, mandiri dan inovatif sebagai upaya

peningkatan mutu pendidikan perawat agar mampu berkontribusi dalam meningkatkan status kesehatan

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF


DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI XXXX PROGRAM PASCASARJANA RANCANGAN TESIS Diajukan oleh : Nama : XXXX NIM : XXXX Program Studi : Pendidikan Matematika A. Judul COOPERATIVE LEARNING DAN ANALISIS SIKAP DALAM UPAYA MENGURANGI TINGKAT KENAKALAN SISWA SMK SEBAGAI SARANA PENINGKATAN KUALITAS LULUSAN SMK (STUDI KASUS SISWA JURUSAN TEKNIK BANGUNAN SMK DI XXXX) B. Pendahuluan Berdasarkan informasi dari beberapa guru SMK di Semarang mengatakan bahwa sebagian besar siswa SMK sangat sulit dikendalikan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa banyak yang bertindak sekeinginan hatinya. Kenyataan yang terjadi saat ini, ada guru yang sama sekali tidak dihiraukan oleh siswanya sendiri. Guru telah mencoba untuk mengatasinya, tetapi masih saja guru belum berhasil untuk memecahkan masalah tersebut. Berdasarkan hasil diskusi antara guru kelas dan dosen, sampailah pada suatu intuisi bahwa pada umumnya dalam belajar, siswa menginginkan sebuah suasana yang harmonis dan menyenangkan. Tetapi permasalahan tidak berhenti pada hal itu saja. Konsep menyenangkan antara guru dan siswa SMK sangatlah berbeda dan sangat sulit untuk dapat dipertemukan kedua konsep tersebut sehingga permasalahan tersebut tetap saja berlangsung sampai dengan saat ini. Dengan permasalahan tersebut, yang terjadi saat ini adalah rendahnya hubungan antar personal guru dengan siswa SMK. Guru hanya mementingkan tugas mengajar tanpa mengikutsertakan tugas membimbingnya. Dan siswa pun akhirnya menjadi acuh tak

acuh, sehinga proses pendidikan yang terjadi di sekolah menjadi sulit diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya permasalahan tersebut dapat diduga bahwa akhirnya pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi siswa. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Outhred & Michelmore dalam Silberman (2001) bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan konsep untuk memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan seharihari. Pendidikan yang diberikan selama sekolah seakan-akan menjadi sia-sia. Mereka hanya secara formalitas bersekolah hanya untuk mendapat uang saku, dan akhirnya orientasi mereka bersekolah pun menjadi lain. Sikap seperti inilah yang kemudian dilampiaskan kepada tawuran dan hal-hal negatif lain. Sudah menjadi rahasia umum bahwa siswa SMK mudah untuk melakukan tawuran. Tanpa ikatan yang kuat dari sekolah bukan hal yang mustahil jika setiap hari terjadi perkelahian di sebuah SMK. Untuk mengatasi permasalahan yang diuraikan tersebut perlu adanya suatu penelitian yang menerapkan suatu strategi pembelajaran tertentu yang dapat meningkatkan ketertarikan siswa pada materi pelajaran. Selain itu juga perlu dilakukan sebuah penelitian yang mengukur sikap siswa dan guru dalam pembelajaran. Penelitian ini difokuskan kepada siswa dan guru SMK jurusan teknik bangunan. C. Rumusan Masalah Permasalahan yang telah diuraikan dalam pendahuluan dapat dirumuskan sebagai berikut. Bagaimanakah cara untuk mengurangi tingkat kenakalan siswa SMK? Bagaimanakah cara meningkatkan minat siswa SMK untuk belajar? Untuk menjawab permasalahan tersebut akan di jawab melalui penelitian dengan berdasarkan pada refleksi awal (keadaan sebelum penelitian dilakukan). Selanjutnya permasalahan yang ada diuraikan dalam pertanyaan sebagai berikut. a. Bagaimanakah cara untuk mengurangi tingkat kenakalan siswa SMK? b. Metode pembelajaran yang bagaimanakah yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat siswa SMK dalam proses pembelajaran dalam kelas? c. Bagaimanakah hubungan guru dan siswa SMK yang seharusnya? D. Pemecahan Masalah Untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan akan dilakukan kegiatan sebagai berikut. Untuk memecahkan masalah pertama dilakukan dengan mengadakan diskusi antar pihak yang terkait di luar siswa yang bersangkutan, kemudian dirumuskan pemecahannya. Selain itu dilakukan penelitian kualitatif yang menganalisis sikap siswa dan hubungannya dengan guru di kelas. Untuk memecahkan masalah kedua akan digunakan strategi pembelajaran kooperatif, di mana dalam metode ini dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk memecahkan masalah ketiga peneliti akan menggunakan analisis sikap guru dan siswa. Guru dan siswa diberikan angket untuk mengetahui sejauhmana sikap guru terhadap siswa dan sebaliknya sejauhmana sikap siswa terhadap guru kelasnya. Dengan analisis sikap ini nantinya akan dapat dirumuskan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

E. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Dalam strategi pembelajaran perlu dikembangkan suatu strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar aktif . Belajar aktif meliputi ...............................................................dst.

Pemilihan Topik atau Judul Penelitian


Pemilihan topik atau lebih konkritnya judul, akan menggambarkan tingkat kedalaman dan cakupan dari sebuah penelitian yang akan dibahas. Bagi pembaca judul akan dianggap mewakili bobot sebuah hasil penelitian yang akan ditulis, bahkan merupakan gambaran mutu tulisan yang akan digarap. Secara umum, kriteria judul yang baik adalah: Pertama, topik yang diteliti mengandung masalah yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Lebih baik kalau topik yang diajukan lebih spesifik, menarik, dan aktual secara akademik dan secara praktis. Kedua, belum banyak diteliti orang lain. Kalaupun sudah ada penelitian lain, studi ini mengambil sisi lain, sisi tertentu, yang selama ini tidak memperoleh perhatian. Ketiga, diungkapkan dalam kalimat yang simpel, tetapi mampu menunjukkan dengan jelas independent variable dan dependent variable-nya. Keempat, judul harus dapat menunjukkan problematik yang terkandung di dalam tema yang akan diteliti. Kelima, sebaiknya judul dibuat dengan kalimat ganda. Kalimat pertama bersifat umum yang kemudian diikuti dengan ungkapan yang menunjukkan fokus persoalan yang dikaji. Dalam kaitan ini, harus dihindari ungkapan/kalimat yang mengesankan bersifat snob/bombastis. Mulai dari luasan teorisasi yang akan ditemukan. Karena itu biasanya ada beberapa kriteria minimal yang harus dipenuhi sebagai sebuah pemilihan tema atau judul dalam karya ilmiah: Menurut Anas S. Machfudz, judul penelitian sebaiknya sudah mengambarkan apa yang telah diteliti. Dalam penetapan judul, pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara: (1) jika penelitian itu bersifat kualitatif, judul bisa dirumuskan dari perasan hasil temuan yang telah ada; (2) jika penelitian itu bersifat kuantitatif, maka judul telah ditentukan secara deduktif dan menggambarkan masalah yang akan diteliti. Apapun proses penetapan judul yang dilakukan (induktif atau deduktif), maka hendaknya judul jangan terlalu luas cakupannya atau sebaliknya terlalu sempit. Judul yang terlalu luas, misalnya, Pengaruh Islam dalam Pembinaan Moral Bangsa di Indonesia. Demikian juga judul penelitian juga jangan bersifat simbolik, terlalu abstrak atau mungkin puitis. Misalnya judul Masjid dan Pasar, Tasbih dan Golok mungkin maksudnya dialektika antara moralitas dan sistem perdagangan bebas, atau pola relasi kekuasaan antara Kyai dan Jawara, tetapi judul semacam ini, di samping terlalu simplistik

juga terlalu luas. Judul yang baik, di luar memperlihatkan korelasi antara variable secara jelas, juga, mencerminkan arah penelitian yang akan dilakukan. Judul yang terlalu sempit seperti Pengaruh Profesionalisme Guru terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Satu A Aliyah Negeri, Makassar. Judul semacam ini di samping terlalu sempit cakupannya, juga tidak problematik sebagai bahan penelitian. Tanpa penelitian pun sudah diketahui bahwa profesionalitas guru akan memiliki pengaruh atas hasil belajar siswa. Jadi, dalam pembuatan judul, di luar harus diperhatikan skopenya, yang lebih penting adalah apakah judul telah mencerminkan masalah yang membutuhkan penelitian. Kedua, judul yang dipilih hendaknya memiliki signifikansi sebagai karya ilmiah: baik dilihat dari segi kebutuhan akademis (menjanjikan temuan teoritis) maupun dari segi praktis (sebagai problem solving). Jangan sampai sebuah penelitian kurang memberikan janji atas kontribusi baik dalam wacana pemikiran ataupun deskripsi empiris yang membutuhkan verifikasi kajian sejarah misalnya. Judul disertasi: Haji Indonesia Suatu Kajian Sejarah Tentang Perjalanan dan Pengaruhnya pada Abad Pertengahan Pertama Abad XX, misalnya meskipun kajian seperti ini masih juga ada gunanya tetapi bobot kebutuhan informasi yang dijanjikan kurang memuat tema itu menantang atau urgen. Dengan kata lain, judul harus singkat, memikat, informatif, menjanjikan tema-tema aktual dalam bidangnya, dan disampaikan dalam bahasa yang jernih. sumber: http://ridhayamin94.dagdigdug.com

Contoh Pendahuluan Skripsi Motivasi Pendidikan


Posted on 10 Juni 2009 by Hadi Muttaqin Hasyim Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa pada SLTP xxxxx Pembagunan Nasional dibidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur. Sehingga dengan demikian setiap warga negara mampu mengembangkan diri sebagai manusia seutuhnya. Dalam pasal 4 Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang pendidikan nasional tercantum bahwa: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan Indonesia seutuhnya. Pelaksanaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini bisa terlaksana dengan adanya tanggung jawab bersama antara guru, masyarakat dan orang tua. Pembinaan tenaga guru bukan hanya diperioritaskan tentang pengetahun yang akan diberikan atau diajarkan kepada siswanya, tetapi sikap dan keterampilan agar mendorong

para siswa untuk belajar juga sangut diutamakan. Sebab tanpa adanya sikap yang terpuji dan keterampilan mendidik atau mengajar yang baik sehingga akan membawa anak didik menjadi manusia sebagai mana yang diinginkan, disamping itu banyak pula kemungkinan para siswa kurang terdorong untuk mempelajari sesuatu ilmu yang diajarkan oleh gurunya, dengan demikian tidak tercapailah sutu proses pengajararan yang baik. Keinginan atau dorongan untuk belajar ini sering di istilah dengan motivasi belajar. Hal ini sesuai Winkel (1984:27) bahwa Motivasi balajar adalah keseluruhan daya penggerak belajar dan yang membagikan arah pada kegiatan belajar itu sendiri maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Dari pengertian tersebut dapat dikembangkan meliputi dua hal yang sangat esensial sifatnya yaitu mengetahui apa yang akan dipelajari dan memahami mengapa hal tersbut dapat dipelajari. Berpihak pada dua dorongan hal itulah dijadikan permukaan yang sangat baik untuk kegiatan belajar seseorang, sebab tanpa adanya dorongan maka akan kecendrungan tidak berhasil seseorang dalam proses belajarnya. Dari kutipan tersebut dapat diperjelas bagi kita betapa pentingnya motivasi belajar tersebut harus dibangkitkan oleh orang tua dan guru dalam proses belajar mengajar, tapi setelah kita amati ke kelas-kelas ternyata masih banyak siswa yang kurang bersemangat dalam belajar. Berdasarkan permasalahn tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul:

ontoh Proposal Skripsi Pendidikan Matematika : Pendekatan Keterampilan Proses


Ditulis pada 20 February 2011 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan. Usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.

Banyak pihak yang mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita ? dari berbagai pengamatan dan analisis data ada banyak faktor yang menybabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan yang bermakna, salah satunya yaitu pendekatan yang digunakan di dalam kelas belum mampu menciptakan kondisi optimal bagi berlangsungnya pembelajaran. Selama ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan input-output analisis, yaitu pendekatan yang menganggap bahwa apabila input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya dipenuhi maka mutu pendidikan secara otomatis akan terjadi. Dalam kenyataan mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi. Mengapa? karena selama ini pendekatan terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan proses pendidikan padahal proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan. Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan siswa. Guru dituntut untuk mampu menyajikan materi pelajaran dengan optimum. Olehnya itu diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang tepat dalam penyajian materi pelajaran. Namun kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak guru yang menggunakan pendekatan tradisional dalam pembelajaran matematika sehingga siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari. Pendekatan tradisional tersebut belum mampu mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) seperti yang digariskan dalam GBPP. Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya tanpa memahami dengan benar. Akibatnya penguasaan terhadap konsep-konsep matematika siswa menjadi sangat kurang. Selain itu guru sebagai pemberi informasi cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas sehingga tidak terjadi hubungan timbal balik antar guru dan siswa yang berimplikasi terhadap kualitas pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika. Berdasarkan hasil observasi penulis di kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone, kondisi pembelajaran seperti yang digambarkan di atas masih sering terjadi. Siswa masih kurang aktif dalam proses belajar mengajar, hal ini mengakibatkan hasil belajar matematika siswa tergolong rendah. Dari uraian di atas, maka salah satu upaya yang dianggap dapat memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sebagai satu strategi yang diharapkan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu perlu diamati dengan penerapan langsung di lapangan. Untuk menyelidiki hal tersebut peneliti mencoba mengadakan penelitian dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone. Identifikasi Masalah

Masih banyak guru yang menggunakan pendekatan tradisional dalam pembelajaran matematika, sehingga siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari. Pendekatan tersebut hanya mengembangkan kemampuan siswa untuk menghafal konsep matematika, belum mampu mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) seperti yang digariskan dalam GBPP. Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya tanpa memahami dengan benar. Hal ini mengakibatkan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep matematika yang dipelajarinya menjadi kurang. Oleh karena itu diperlukan pendekatan pembelajaran yang lebih sesuai yaitu pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai suatu pendekatan belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang dipelajari. 1. A. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan keterampilan proses ? Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1. Meningkatkan aktifitas keterampilan proses melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone. 2. Meningkatkan hasil belajar matematika keterampilan proses melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat begi : 1. Siswa. Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk mengevaluasi diri dan memberikan kesempatan berkembangnya keterampilan memproseskan perolehan belajarnya. 2. Guru. Khususnya guru matematika sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola dan merancang proses belajar mengajar. 3. Mahasiswa. Dapat menjadi motivator bagi mahasiswa lain untuk mengembangkan peneliti lebih lias sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran matematika di sekolah. 4. Peneliti. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas akan fakta dilapangan terutama yang berkaitan dengan penerapan strategi belajar mengajar yang menggunakan pendekatan keterampilan proses.

KAJIAN TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN Kajian Teoretik Hakekat Matematika @ Definisi matematika Sampai sekarang ini belim ada kesepakatan yang bulat diantara para matematikawan tentang definisi matematika. Sasaran penelahan matematika tidak bersifat konkrit, tetapi bersifat abstrak. Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasinya melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya. Matematika sebagai ilmu tentang struktur memerlukan penggunaan simbol-simbol dan hubungan, maka matematika memerlukan kemampuan memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang disepakati. Simbolisasi ini memungkinkan adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk menyatakan suatu konsep baru. Penelaahan struktur-struktur sangat diperlukan untuk manyatakan suatu konsep dalam matematika harus dilakukan lebih dahulu sebelum pemanipulasian simbol-simbol. Hudoyo (1990:4) berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsepkonsep abstrak yang tersusun secara hierarki dari penalaran deduktif. Matematika tersusun secara hierarkis dan saling berkaitan erat satu sama lain. Dalam belajar matematika harus bertahap dan berurutan secara sistematis serta harus didasarkan pada pengalaman belajar sebelumnya. Seseorang akan mampu mempelajari matematika yang baru apabila didasarkan kepada pengetahuan yang telah dipelajari. Pengajaran yang lalu akan mempengaruhi proses belajar materi matematika berikutnya yang tersusun secara heirarkis. Matematika memiliki peran deduktif yang berkenaan dengan ide-ide yang abstrak dan simbol-simbol yang tersusun secara hierarkis serta aksiomatik, sehingga dalam belajar matematika memerlukan sesuatu aktifitas mental untuk memahami arti berbagai struktur, hubungan dan simbol. Kemudian menerapkan pada situasi lain, sehingga terjadi pengetahuan dan keterampilan. @ Karakteristik Matematika Setelah menralami tentang definisi, maka dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengetian secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah : 1. Memiliki objek abstrak. Dalam matematika obyek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga disebut obyek mental. Obyek-obyek itu meliputi obyek pikiran yang meliputi fakta-fakta, konsep, operasi ataupun relasi dan prinsip. Dari obyek dasar itulah dapat disusun suatu pola dan struktur matematika.

2. Bertumpu pada kesepakatan. Dalam matematika kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan prinsip primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindari kekeliruan dalam pendefinisian dimana konsep primitif itu tidak perlu didefenisikan. 3. Berpola pikir deduktif. Dalam matematika sebagai ilmu hanya menerima pola pikir deduktif. Pola pikir secara deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang pangkal dari hala bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. 4. Memiliki simbol yang kosong dari arti. Dalam matematika terlihat banyak sekali simbol yang digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rankaian simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model dalam matematika. Makna huruf dan tanda dalam model itu bergantung dari permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model tersebut. Kosongnya arti simbol maupun tanda dalam model-model matematika itu justru memungkinkan interfensi ke ralam berbagai ilmu pengetahuan. 5. Memperhatikan semesta pembicaraan. Sehubungan dengan kosongnya pengertian tentang arti dari simbol-simbol dalam matematika di atas, menunjukkan dengan jelas bahwa dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai. Lingkup pembicaraan itulah yang disebut semesta pembicaraan. Benar atau salah ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaranya. 6. Konsisten dalam sistemnya. Dalam matematika terdapat banyak sistem. Adanya sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi ada juga sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain. Dari masing-masing sistem tersebut berlaku konsisten. Ini dapat pula dikatakan bahwa dalam setiap sistem dan strukturnya tidak boleh terdapat kontradiksi. Pengertian Belajar dan Belajar Matematika @ Pengertian belajar Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu, seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dan diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Uzer dalam Darmin (2003:6) mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya. Sedangkan Slameto (1991:2) mengemukakan bahwa : Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya .

Kemudian Sudjana (1997:25) memberikan pengertian bahwa : Belajar adalah proses aktif, belajar adalah perubahan tingkah laku terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan yang melalui berbagai pengalaman seperti proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu . Sejalan dengan itu, ahli belajar modern mengemukakan dan merumuskan perbuatan belajar adalah sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik 1993 :10). Dari beberapa defenisi belajar yang telah dikemukakan di atas maka peneliti berkesimpulan bahwa belajar itu adalah salah satu kegiatan atau aktifitas manusia yang merupakan proses usaha yang aktif untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, baik melalui berbagai pengalaman maupun kegiatan aktifitas yang terarah. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat berupa proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Sedangkan belajar melalui atau aktifitas yang terarah dapat berupa mempertimbangkan dan menghubungkan dengan pengalaman masa lampau yang diaplikasikan dalam bentuk latihan. @ Belajar matematika Berkaitan dengan definisi matematika tersebut Ruseffendi (1998: 260) menyatakan bahwa Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. James dalam Suherman (2001:16) menyatakan bahwa : Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri. Masih banyak lagi definisi tentang matematika. Dari definisi-definisi tersebut setidaknya dapat memberi gambaran tentang pengertian matematika. Semua definisi tersebut dapat diterima, karena memang matematika dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang dan matematika itu sendiri dapat memasuki seluruh segi kehidupan manusia mulai dari yang paling sederhana sampai kepada yang lebih kompleks. Dalam pembelajaran, matematika harus secara bertahap, berurutan serta berdasarkan kepada pengalaman yang telah ada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Dienes dalam Muhkal (1999: 92) yang menyatakan bahwa Belajar metematika melibatkan suatu struktur hierarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Bruner dalam Hudoyo (1990 :48) yaitu Belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dalam konteks matematika adalah suatu konsep aktif yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru yang memanipulasi simbol-simbol dalam struktur matematika sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Hasil Belajar Matematika Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar. Hudoyo (1990 : 139) memberikan batasan bahwa : Hasil belajar adalah proses berpikir untuk menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian-pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehungga orang itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari. Pendapat lain dikemukakan Sudjana (1997 : 10) yaitu hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sementara itu Sudjana membagi tiga macam hasil belajar yaitu : 1. Keterampilan dan kebiasaan 2. Pengetahuan dan pengertian 3. Sikap dan cita-cita Selanjutnya mengenai bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum, bahan tersebut dapat diajarkan menurut jenis hasil belajar yang ingin dicapai. Sedangkan Gagne dalam Sudjana (1997 : 12) membagi 5 kategori hasil belajar yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Informasi verbal Keterampilan intelektual Strategi kognitif Sikap Keterampilan motoris

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional menggunakan klarifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom Dalam Sudjana (1997 : 13) yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu :

1. Ranah kognitif 2. Ranah afektif 3. Ranah psikomotorik Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Hasil belajar matematika dapat diukur langsung dengan menggunakan tes hasil belajar Pendekatan Keterampilan Proses Didalam kurikulum 1984, keterampilan proses didefinisikan sebagai suatu pendekatan mengajar yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar sehingga kesempatan untuk mengembangkan diri dan percaya diri dapat ditingkatkan. Dalam pendekatan seperti ini diharapkan konsep, hukum, teori dapat dirumuskan dan didefenisikan sendiri melalui proses yang dilakukannya. Pada petunjuk pelaksanaan prosese balajar mengajar dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan keterampilan proses adalah keterampilan siswa untuk mengelola perolehan belajarnya yang didapat melalui proses belajar mengajar yang memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk mengamati, menggolongkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan, dan mengkomonikasikannya. Pada dasarnya keterampilan fisik dan mental serta pengembangan keterampilan proses telah dimiliki pula oleh anak meskipun dalam wujud potensi atau kemampuan yang masih rendah, kemampuan yang masih perlu dituntut untuk diwujudkan. Suryo Subroto (1995 : 75) mengemukakan bahwa dengan mengembangkan keterampilanketerampilan memproseskan pendekatan belajar, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sikap dan nilan yang dituntut seluruh irama gerak atau tindakan dalam prosese balajar mengajar sejati menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif. Dengan demikian, melalui pendekatan keterampilan proses itu diterapkan sentuhan untuk mengaktifkan anak didik belajar untuk mempelajari sesuatu mewujudkan suatu minat yang akhirnya mengarah kepada suatu keterlibatan yang dilandasi rasa tanggung jawab didalam menghadapi dan mangatasi masalah-masalah dalam belajar. Sementara itu proses belajar mengajar hendaknya selalu mengikutkan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil penemuannya. Hal ini sejalan dengan tujuan pendekatan keterampilan proses itu sendiri yang meliputi : 1. Memberikan motivasi .belajar kepada siswa karena dalam keterampilan proses siswa dipacu untuk senantiasa bepartisipasi aktif dalam belajar 2. Untuk lebih memperdalam konsep pengertiandan fakta yang dipelajari siswa karena hakekatnya siswa sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut

3. Untuk mengembangkan pengetahuan atau teori dengan kenyataan hidup dalam masyarakat sehingga antara teori dan kenyataan hidup akan serasi 4. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi hidup didalam masyarakat sebab siswa telah dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah 5. Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai masalah. Pada dasarnya keterampilan proses ini dilaksanakan dengan menekankan pada begaimana siswa belajar, begaimana siswa mengolah problemnya sehingga menjadi miliknya. Yang dimaksud dengan perolehan itu adalah hasil belajar siswa yang diperoleh dari pengalaman dan pengamatan lingkungan yang diolah menjadi suatu konsep yang diperoleh dengan jalan belajar secara aktif melalui keterampilan proses. Keterampilan proses dan ciri-cirinya oleh Sriyono (1988 : 36) disajikan dalam tabel 1.1 berikut : No 1 Keterampilan Indikator Komponen operasional Proses Mengamati Mengumpulkann fakta yangMerasakan, meraba, dengan pancarelefan, menggunakanmembau, mencicipi, indera sebanyak mungkin indera. mengecap Mengajukan Bertanya untuk menerimaBertanya mengapa, apa pertanyaan kejelasan atau bagaimana Menghitung Berhitung, hasil perhitunganHitunglah dapat dikomunikasikan dengan tabel, grafik atau hitogram. Menggambar Menggambar Menggambar Berkomunikasi Menyusun dan menyampaikanBerdiskusi, berdeklamasi, informasi secara sistematis,bertanya, memperagakan, menjelaskan hasil,mengekspresikan dan mendiskusikan hasil. melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar penampilan dan gerak. Mengukur Mengukur dengan alat ukurMengukur baku. Klasifikasi Memasukan kedalam golonganMengelompokkan, atau kelompok berdasarkanmenggolongkan, patokan tertentu. membandingkan, mengontraskan. Prediksi Dengan menggunakan pola-Meramalkan, menafsirkan pola (hubungan-hubungan)berdasarkan kecenderungan mengemukakan apa yangpola yang telah dimiliki mungkin terjadi pada keadaanmelalui hubungan pola atau yang belum diamati. fakta untuk diterapkan pada suatu yang baru. Menyimpulkan Memberi arti inferensi Menyimpulkan,

2 3

4 5

6 7

10

Menerapkan konsep

menginterpretasikan. Menggunakan konsep-konsepMenggunakan, menerapkan yang telah depelajari dalamkonsep dalam situasi yang situasi baru. baru.

Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoretik yang telah diuraikan diatas, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut Bila Diterapkan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Matematika, maka Hasil Belajar Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone dapat meningkat . METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom action research), yang dibagi dalam dua siklus dengan empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dilakukan secara berulang. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPN 1 Bone-Bone tahun pelajaran 2010/2011. Faktor Yang Diselidiki 1. Faktor hasil belajar, yaitu perilaku-perilaku belajar siswa yang mencakup keaktifan, kehadiran, serta penguasaan siswa tentang hasil belajar matematika siswa yang dapat melalui pembelajaran dengan penerapan keterampilan proses termasuk dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi. 2. Faktor siswa, yaitu melihat kemampuan dalammenyelesaikan masalah soal matematika dalam pembelajaran dengan metode pendekatan keterampilan proses. 3. faktor sumber pelajaran, yaitu untuk melihat sumber atau bahan pelajaran dan soal-soal latihan yang diberikan sudah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Prosedur Kerja Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus 1 (berlangsung selama tiga minggu) dan siklus II (berlangsung selama tiga minggu). Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk itu setiap akhir siklus diberikan tes untuk melihat sejauh mana peningkatan kemampuan siswa. Secara rinci, prosedur penelitian yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian dijabarkan sebagai berikut :

SIKLUS I Perencanaan Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan adalah : 1. Menelaah materi pelajaran matematika SMP 2. Membuat skenario pembelajaran 3. Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi proses belajar mengajar berlangsung di kelas ketika pendekatan keterampilan proses diaplikasikan 4. Melaksanakan tes akhir untuk melihat perkembangan siswa setelah menerapkan pendekatan keterampilan proses Melaksanakan Tindakan Kegiatan awal Guru mengawali pertemuan dengan mengecek kehasiran siswa. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru memberi motivasi kepada siswa tentang pentingnya materi yang akan disajikan. Kegiatan inti Pengembangan Guru mengawali kegiatan dengan mengajukan masalah keterampilan proses. Jika pengetahuan materi siswa belum cukup untuk menjawab masalah tersebut, maka guru membimbing siswa kearah jawaban yang benar atau menjelaskan materi yang belum dipahami siswa. Guru memberikan pekerjaan kepada siswa aecara berkeliling. Kemudian guru memberikan pertanyaan lanjutan lalu mendorong siswa untuk membuat kesimpulan dari jawaban yang bervariasi, sampai kepada kesimpulan yang diinginkan. Guru selalu memantau belajar siswa, untuk mengetahui apakan materi yang diinginkan sudah dipahami, siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan meminta penjelasan guru. Penerapan Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang sub pokok bahasan, maka siswa diarahkan untuk mengerjakan soal latihan. Lalu guru maminta salah seorang siswa mengerjakan di papan tulis, agae siswa yang belum paham depat tertolong dan termotivasi untuk belajar. Penugasan kepada siswa untuk menyelesaikan soal di papan tulis, dilakukan secara bergantian sehingga setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan tugas. Kegiatan akhir Review

Guru membahas ulang secara singkat pembelajaran yang dilakukan, kemudian siswa dibimbing untuk membuat rangkuman. Penugasan pekerjaan rumah Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan soal-soal pada buku paket masing-masing secara individu. Penilaian Jenis tagihan adalah tugas individu, disamping itu guru juga menilai aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung untuk memantau peningkata minat siswa dalam belajar, untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus 1 dengan penerapan keterampilan proses. Observasi Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Semua kejadian dicatat oleh peneliti. Refleksi Pada akhir siklus diadakan refleksi terhadap hal-hal yang diperoleh baik dari hasil observasi dan evaluasi dikumpul kemudian dianalisis. Kekurangan-kekurangan yang telah terjadi pada siklus 1 diperbaiki pada siklus berikutnya. SIKLUS II Langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II ini relatif sama dengan perencanaan memperhatikan dengan kenyataan yang ditemukan dilapangan. Perencanaan Kegiatan dilakukan pada tahap perencanaan secara umum sama dengan siklus I dengan memperhatikan kesulitan yang dialami pada siklus I. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini pada dasarnya sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan memperhatikan kesulitan yang dialami siswa pada siklus I serta guru melakukan pembenahan dalam penyajian materi dan pelaksanaan tindakan sehingga siswa lebih akrif dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Observasi

Pada dasarnya observasi pada siklus II sama dengan observasi yang dilakukan sebelumnya. Peneliti mencatat temuan dan perubahan yang terjadi pada siswa, serta melaksanakan evaluasi yaitu berupa tes hasil belajar pada akhir siklus, untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus II ini. Refleksi Data yang diperoleh pada tahap obsevasi dikumpul dan dianalisis, demikian pula untuk hasil evaluasinya. Teknik Pengumpilan Data Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah sebagai bewrikut : 1. Data hasil belajar diambil dengan memberikan tes kepada siswa 2. Data tentsng situasi belajar pada saat dilaksanakannya tindakan diambil dengan observasi. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis perilaku siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone selama proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil belajar matematika siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses. Penelitian yang digunakan untuk menentukan kategori adalah berdasarkan teknik kategori yang sitetapkan departemen pendidikan dan kebudayaan dikutip oleh Wahyuna (2004 : 23) adalah sebagai berikut : No 1 2.. 3. 4. 5. Nilai 8,5 10,00 6,6 8,4 5,5 5,4 3,5 5,4 0 3,4 Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat tendah

Indikator Kerja Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 BoneBone setelah menerapkan pembelajaran dengan metosde pendekatan keterampilan proses.

DAFTAR PUSTAKA Darmin, E .T , 2003. Belajar Dan Pembelajaran. Surabaya. Terbit Terang. Hamalik, Oemar . 1993. Media Pendidikan Cetakan ke Vi. Bandung : Citra Aditya. Hudoyo, Herman, 1990 . Strategi Belajar Matematika. Malang : IKIP Malang. Irfansyah, 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Menerapkan Pendekatan Open-Ended pada Siswa Kelas VII SMP Satria Makassar. Skripsi. FMIPA UNM Makassar. Muhkal, Mappaita. 1999. Modul Kuliah. Pengembangan Rencana Penbelajaran Matematika di SLTP dan SMU. Makassar : FMIPA UNM Ruseffendi, 1998. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito Slameto, 1991. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Coni R. Semiawan, 1992. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang abad XXI. PT Grasindo, Jakarta. Sudjana,1997. Penilaian proses belajar mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA-UPI. Subroto, B. Suryo, 1996. Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarat. Rineka Cipta Supardi, 1999. Hubungan Kreativitas dan Keterampilan Proses Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III SLTP Negeri 1 Bantaeng tahun pelajaran 1998/1999. skripsi FMIPA UNM Makassar. Saya, Abied, dari sebuah tempat paling indah di dunia.

You might also like