You are on page 1of 22

Pembelajaran Bangun Datar Tingkat Sekolah Menengah Pertama Menggunakan Metode Inquiry dengan Bantuan Permainan

Oleh: Anggraini Dewi Dessuko (0801125014) Hani Maharani (0801125061) Puspita Murti Nugraheni (0801125109) Wahyu Adi Laksono (0801125141)

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 2010 KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, dengan petunjuk dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pembelajaran Bangun Datar Tingkat Sekolah Menengah Pertama Menggunakan Metode Inquiry dengan Bantuan Permainan ini sesuai dangan waktunya. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah mengenai Pembelajaran Bangun Datar Tingkat Sekolah Menengah Pertama Menggunakan Metode Inquiry dengan Bantuan Permainan ini adalah untuk mengetahui cocok tidaknya metode inquiry dalam pembelajaran bangun datar tingkat Sekolah Menengah Pertama. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu, yaitu:
1. Bapak

Wahidin, S.Pd selaku dosen mata kuliah Strategi

Pembelajaran. 2. Teman- teman yang telah membantu, menyisihkan waktu, tenaga, serta aspirasi untuk dapat menyelesaikan makalah ini. 3. Orang tua, kakak-kakak, dan adik-adik yang selalu memberikan semangat dan doanya.
4. Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung

maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami mangharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Jakarta, April 2010

Tim Penulis DAFTAR ISI

Kata Pengantar.ii Daftar Isi.iii BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang1 I.2 Rumusan Masalah...3 BAB II PEMBAHASAN II.1 Pengertian Metode Inkuiri4 II.1.1 Kelebihan dan Kelemahan Metode Inkuiri6 II.1.2 Perbedaan Metode Inkuiri dengan Metode Penemuan...7 II.1.3 Contoh Penelitian yang Menggunakan Metode

Inkuiri..7 II. 2 Penerapan Metode Inquiry dengan Permainan.....7 II.2.1 Komponen Metode Inkuiri.8 II.3 Langkah langkah Permainan10 III.3.1 Permainan Menggunakan Segitiga Sama Sisi.10 III.3.2 Permainan Menggunakan Segitiga Siku Siku..12

III.3.3 Permainan Menggunakan Segitiga Sama Kaki...14 BAB III PENUTUP III.1 Kesimpulan....16 III.2 Saran...17 DAFTAR PUSTAKA18 BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi. Karena pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menentukan maju mundurnya suatu bangsa, maka untuk menghasilkan sumber daya manusia sebagai subyek dalam pembangunan yang baik, diperlukan modal dari hasil pendidikan itu sendiri. Khusus untuk mata pelajaran matematika, selain mempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasarat pemahaman konsep sebelumnya. James dan James dalam kamus matematikanya menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.1 Johnson dan Rising mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logic, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat,

H. Erman Suherman Ar, Drs., M.Pd., et al., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Bandung: JICA UPI, 2003), hal 16.

jelas,dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.2 Proses pendidikan mencakup proses mengajar, proses belajar, dan proses pemikiran kreatif. Dalam proses belajar mengajar seorang guru berhadapan dengan siswa yang memiliki berbagai perbedaan, misalnya perbedaan motivasi belajar, kemampuan berfikir, kehidupan sosial ekonomi, dan sebagainya. Ada beberapa siswa yang beranggapan matematika adalah pelajaran yang menakutkan dan rumit. Sehingga siswa kurang termotivasi untuk mempelajari matematika. Hal ini memungkinkan prestasi belajar matematika siswa rendah. Tidak sedikit pula siswa yang menganggap matematika adalah pelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa termotivasi untuk mendalaminya. Hal ini memungkinkan prestasi belajar matematika siswa tinggi. Jika dihadapkan pada soal matematika, ada kalanya terdapat siswa yang dapat menyelesaikan masalah dan jawabannya menjadi contoh bagi teman-temannya, dan ada pula yang bisa menganalisa masalah tetapi belum memperoleh jalan keluarnya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam satu kelas terdapat perbedaan dalam hal kemampuan berfikir siswa. Perbedaan kehidupan sosial ekonomi dimungkinkan juga mempengaruhi prestasi siswa. Orang tua yang acuh terhadap aktifitas belajar siswa, dimungkinkan dapat mengurangi semangat belajar siswa sehingga sukar untuk mendapatkan prestasi belajar yang maksimal. Keberhasilan siswa dalam belajar matematika juga dipengaruhi oleh lingkungan belajar yang menyenangkan. Lingkungan belajar yang menyenangkan akan mampu menggabungkan rasa percaya diri, ketrampilan belajar dan ketrampilan berkomunikasi. Lingkungan belajar yang menyenangkan diharapkan mampu untuk membuat siswa merasa nyaman, aman, dan dapat belajar seoptimal mungkin, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa tidak lepas dari proses belajar siswa. Proses belajar siswa di sekolahan berkaitan dengan metode pembelajaran yang digunakan guru.
2

Ibid., hal 17.

Metode pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum.3 Umumnya guru menggunakan metode ceramah, karena metode ini dianggap efektif untuk menyampaikan materi dan dapat mencakup kelas yang besar. Sebenarnya metode ini mengurangi keaktifan siswa karena mereka hanya diam mendengarkan guru, dan kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran, sehingga pengalaman belajar mereka sedikit. Untuk itu seorang guru harus pandai-pandai dalam memilih metode pembelajaran yang tepat. Namun, metode pembelajaran tidak hanya melingkupi metode ceramah, metode diskusi, dsb. Yang sudah biasa digunakan oleh guru-guru dalam pembelajaran di sekolah. Dalam kesempatan kali ini tim penulis akan mencoba metode pembelajaran inquiry.

I.2

Rumusan Masalah 1. 2. Apakah pengertian dari metode inquiry ? Apakah Metode Inquiry dapat diterapkan dengan menggunakan

permainan?
3.

Bagaimana penerapan metode inquiry dengan menggunakan

permainan dalam belajar bangun datar tingkat SMP ?

H. Erman Suherman Ar, Drs., M.Pd., et. al., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Bandung: JICA UPI, 2003), hal 7.

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Metode Inquiry Salah satu metode pembelajaran dalam matematika yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode inquiry. Metode ini menekankan pada penemuan dan pemecahan masalah secara berkelanjutan. Inquiry Based-Learning dimana sistem pembelajaran harus didasarkan kepada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para murid, dan guru pada sistem ini memiliki tugas tidak memberikan pengetahuan namun dia memfasilitasi anak untuk dapat menemukan pengetahuan itu sendiri. Sehingga guru menjadi seorang fasilitator dibandingkan sebagai sumber pengetahuan. Metode ini dikembangkan sejak tahun 1960, dan dikembangkan karena adanya kegagalan metode lama dimana seorang murid harus banyak menghafal materi-materi yang diberikan. Inquiry based-learning merupakan metode belajar aktif dan murid akan diassess seberapa kemajuan yang dicapai oleh seorang murid dalam hal kemampuan eksperimen dan

analisisnya dibandingkan daripada seberapa banyak ilmu pengetahuan yang dimiliki. Berikut adalah pendapat para ahli mengenai metode Inquiry, antara lain: Berniche Goldmark, Inquiry sebagai pola bereaksi dalam bentuk bertanya yang terarah menguji sesuatu nilai. Menurut dia bertanya itu amat penting sebagai bentuk mereaksi dan sebagai tanda adanya peserta didik yang aktif.4 Menurut Trianto, Inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Carte V. Good, mendefinisikan Inquiry sebagai pendekatan problem solving dalam belajar. Setiap fenomena baru yang menantang menimbulkan reaksi untuk berpikir.5 David L. Haury, Teaching Science Through Inquiry definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu.6 Sutrisno, Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.7 Gulo menyatakan strategi inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
4

Drs. Noehi Nasution, M. A., et. Al., Psikologi Pendidikan (Jakarta: Depar temen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1991), Hal 117.


5

Drs. Noehi Nasution, M.A., et. Al., Psikologi Pendidikan (Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991), hal. 117. 6 Joko sutrisno., Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri terhadap Sains terhadap Motivasi Belajar Siswa. 21 April 2008. 7 Ibid.

untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.8 Sund menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Inquiry sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.9 Haury menyatakan bahwa metode inquiry membantu

perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman prosesproses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsepkonsep dalam matematika saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa. Fenton (1966), Inquiry adalah proses yang memungkinkan anak didik menafsirkan masa lampau, dan menemukan masalah-masalah personal dan berbagai isu lainnya di dalam masyarakat.10 Metode inkuiri adalah metode mengajar yang paling mirip dengan metode penemuan.11 Metode inkuiri adalah system pembelajaran yang di dasarkan pada pertanyaan - pertanyaan yang diajukan kepada para murid dan guru hanya sebagai fasilitator. Dalam metode inkuiri siswa akan mendapatkan pehaman yang lebih mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap

Trianto., Model- Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktif (Surabaya: Pustaka Publikser. 2007). 9 Ibid. 10 Drs. Noehi Nasution, M. A., et. al., Psikologi Pendidikan (Jakarta: Depar temen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991), Hal 117. 11 H. Erman Suherman Ar, Drs., M.Pd., et. al., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Bandung: JICA UPI, 2003), hal 214.

matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam melakukan matematika. II.1.1 Keunggulan dan Kelemahan metode Inkuiri Metode inquiry memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, diantaranya sebagai berikut: Kelebihan metode ini mendorong siswa berpikir secara

ilmiah, kreatif, intuitif dan bekerja atas dasar inisiatif sendiri, menumbuhkan sikap objektif, jujur dan terbuka. Kelemahannya memerlukan waktu yang cukup lama, tidak semua materi pelajaran mengandung masalah, memerlukan perencanaan yang teratur dan matang, dan tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.

II.1.2 Perbedaan Metode Inquiry dengan Metode Penemuan Setelah membaca pendapat dari para ahli mengenai definisi metode inquiry. Tetapi, perlu diperhatikan definisi inquiry yang point terkhir. Metode inkuiri adalah metode mengajar yang paling mirip dengan metode penemuan. Perbedaan antara metode inquiry terhadap metode penelitian adalah sebagai berikut : mengajar penemuan biasanya dilakukan dengan ekspositori dalam kelompok-kelompok kecil. Sedangkan metode inquiry dapat dilakukan melalui ekspository, kelompok, dan secara sendiri-sendiri. Dari metode penemuan hasil akhir yang harus ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya, namun sudah diketahui oleh gurunya. Sedangkan metode inquiry hal baru yang dihasilkan juga belum diketahui oleh gurunya.

II.1.3 Contoh Penelitian yang Menggunakan Metode Inkuiri Sebuah contoh pengajaran yang menggunakan metode inkuiri adalah menarik jarak antara dua garis yang bersilangan sembarang dalam ruang, menentukan kepadatan lalu lintas di suatu perempatan, menentukan air yang terbuang percuma dari keran ledeng yang rusak, dan menetukan banyaknya air suatu aliran sungai, mencari luas selembar daun dan sebagaimya.

II.2 Penerapan Metode Inkuiri Dengan Permainan Banyak para ahli yang mengatakan bahwa metode inquiry adalah sebuah metode yang paling sempurna atau metode yang ampuh dalam pembelajaran. Namun, setelah dikaji ternyata metode ini juga masih terdapat kelemahannya. Seperti terdapatnya siswa yang pasif, memerlukan waktu yang lama untuk penyelesaiannya, tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan metode inquiry, dan memerlukan perencanaan yang matang dan teratur. Oleh karena itu, dalam menggunakan metode inquiry penulis mencoba untuk mengaplikasikannya dengan sebuah permainan yang berhubungan dengan mata pelajaran matematika khususnya dalam bangun datar tingkat sekolah dasar. Permainan ditujukan sebagai alat untuk memotivasi pelajaran matematika, agar materi yang disampaikan dengan menggunakan metode inquiry, bisa tersampaikan secara detail. II.2.1 Komponen Metode Inquiry Selain perbedaan Metode Inquiry dengan Metode Penemuan, metode Inquiry sendiri memiliki komponen-komponen inti yang ada

atau langkah-langkah dalam melakukan metode pembelajaran Inquiry yaitu, sebagai berikut: Questions. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah

pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberi. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini sesuai dengan Taxonomy Bloom siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi. Student Engangement. Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi. Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar. Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang

dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya. Alasan rasional penggunaan metode inquiry adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam melakukan matematika. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung metode inquiry. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa.

II.3 Langkah - Langkah Permainan terhadap Metode Inquiry Permainan ditujukan sebagai alat untuk memotivasi pelajaran matematika, agar materi yang disampaikan dengan menggunakan metode inquiry, bisa tersampaikan secara detail. Berikut ini langkah-langkah penerapan metode inquiry dalam pembelajaran Bangun Datar tingak Sekolah dasar. Sebagai berikut:

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Guru memberikan pertanyaan yang merangsang pemikiran siswa

yang relevan terhadap materi pembelajaran. Setelah itu, guru memberikan pertanyaan inti.

Setiap kelompok menyediakan potongan kertas yang berbentuk

segitiga sebanyak 60 buah.

Siswa menyusun potongan-potongan segitiga tersebut hingga

menjadi beberapa bentuk bangun datar. Dengan permainan ini diharapkan siswa lebih aktif dan dapat memahami konsep-konsep matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah.

II.3.1 Permainan Menggunakan Segitiga Sama Sisi Permasalahan Diberikan beberapa gambar segitiga Sama Sisi sesuai dengan gambar di bawah ini :

Rumusan Masalah Dapat dibentuk menjadi bangun datar apa saja jika kita gabungkan segitiga sama sisi tersebut? Hipotesis

Karena semua sisi segitiga berukuran sama panjang, maka bangun datar yang akan terbentuk hanyalah bangun datar segi-n beraturan. Hasil Penelitian Setelah dibentuk dengan berbagai cara, ternyata dapat dibentuk menjadi bermacam bangun datar sesuai dengan gambar berikut:

Kesimpulan Dari permainan segitiga sama sisi, kelompok kami menemukan empat bangun datar. Namun, teman-teman menemukan lima bangun datar. Satu bangun datar yang ditemukan adalah trapezium sama kaki.

Trapesium inilah yang merupakan bagian dari inquiry. II.3.2 Permainan Menggunakan Segitiga Siku-siku Permasalahan

Diberikan beberapa gambar Segitiga Siku-siku sesuai dengan gambar di bawah ini :

Rumusan Masalah Dapat dibentuk menjadi bangun datar apa saja jika kita gabungkan Segitiga Siku-siku tersebut? Hipotesis Karena dalam Segitiga Siku-siku terdapat sudut penyiku, maka dapat membentuk bangun datar Persegi, dan Persegi Panjang. Hasil Penelitian Setelah dibentuk dengan berbagai cara, ternyata dapat dibentuk menjadi bermacam bangun datar sesuai dengan gambar berikut:

Kesimpulan Dari permainan segitiga siku - siku, kelompok kami menemukan lima bangun datar. Namun, teman-teman menemukan enam bangun datar. Satu bangun datar yang ditemukan adalah segitiga sama kaki.

Segitiga sama kaki ini merupakan bagian dari inquiry.

II.3.3 Permainan Menggunakan Segitiga Sama Kaki Permasalahan Diberikan beberapa gambar Segitiga Sama Kaki sesuai dengan gambar di bawah ini :

Rumusan Masalah Dapat dibentuk menjadi bangun datar apa saja jika kita gabungkan Segitiga Sama Kaki tersebut? Hipotesis Karena terdapat dua sisi segitiga yang sama panjang maka, akan terbentuk bangun datar trapesium dan jajargenjang. Hasil Penelitian Setelah dibentuk dengan berbagai cara, ternyata dapat dibentuk menjadi bermacam bangun datar sesuai dengan gambar berikut:

Kesimpulan Dari permainan segitiga sama kaki, kelompok kami

menemukan empat bangun datar. Namun, teman-teman menemukan

lima bangun datar. Satu bangun datar yang ditemukan adalah segilima tak beraturan.

Segi-lima tak beraturan merupakan bagian dari inquiry.

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Metode inquiry dikembangkan sejak tahun 1960. Inquiry BasedLearning dimana sistem pembelajaran harus didasarkan kepada pertanyaanpertanyaan yang diajukan oleh para murid, dan guru pada sistem ini memiliki tugas tidak memberikan pengetahuan namun dia memfasilitasi anak untuk dapat menemukan pengetahuan itu sendiri. Sehingga guru menjadi seorang fasilitator dibandingkan sebagai sumber pengetahuan. Alasan rasional penggunaan metode inquiry adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam melakukan matematika. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung metode inquiry. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Komponen yang terdapat dalam metode Inquiry, yaitu : Questions, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources. Metode inquiry juga masih terdapat kelemahannya. Seperti terdapatnya siswa yang pasif, memerlukan waktu yang lama untuk penyelesaiannya, tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan metode inquiry, dan memerlukan perencanaan yang matang dan teratur. Oleh karena itu, dalam menggunakan metode inquiry penulis mencoba untuk mengaplikasikannya dengan sebuah permainan yang berhubungan dengan mata pelajaran matematika khususnya dalam bangun datar tingkat sekolah dasar. Permainan ditujukan sebagai alat untuk memotivasi pelajaran

matematika, agar materi yang disampaikan dengan menggunakan metode inquiry, bisa tersampaikan secara detail. III.2 Saran

Metode Inquiry memiliki kelemahan, dimana terdapat siswa yang pasif, memerlukan waktu yang lama untuk penyelesaiannya, tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan metode inquiry, dan memerlukan perencanaan yang matang dan teratur. Oleh karena itu sebaiknya pembelajaran menggunakan metode inquiry, siswa diberikan alat penunjang pembelajaran agar murid dapat mengeksplorasi kebenaran dalam sebuah masalah pembelajaran yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Noehi M. A, dkk. 1991 Psikologi Perkembangan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sutrisno, Joko. 2008. Pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry dalam belajar Sains terhadap Motivasi Belajar Siswa.. http://www.erlangga.co.id. Diakses pada tanggal 21 April 2008 Suherman, Eman Ar, Drs. M. Pd.2003. Strategi Pembelajran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Surabaya. Penerbit Pustaka Publisher

You might also like