You are on page 1of 14

DYNAMIC BALANCING REF ISO 1940

The photos document were taken from my experiences during services of Electro Mechanical apparatuses, including for Turbines, Generators , Electric Motors

Siswanto
Power Generation Services Specialist Engineer www.sispowergeneration.blogspot.com sis_cahya@yahoo.com, siscahyabhuwana@gmail.com Mobile: +62 81 311 422270

DYNAMICBALANCING
Prinsip Unbalance
Amplitudo tertinggi vibrasi selalu terjadi didaerah dimana terdapat sumber vibrasi.

1.

Difinisi Unbalance

Unbalance secara umum didifinisikan sebagai: distribusi berat dari benda berputar yang tidak merata terhadap centerline nya, dengan kata lain bahwa shaft axis dan central principal axis rotor tidak simetris. Yang disebut dengan central principal axis: adalah garis pendistribution berat rotor Pada koreksi balancing yang baik : apabila antara central principal axis dan shaft axis terletak pada 1 sumbu.dan apabila kedua axis tersebut tidak terletak dalam satu sumbu maka akan timbul unbalance. Sumbu putar terletak pada titik tengah shaft, dan titik berat rotor terletak di tengah rotor
Center of rotation Center of mass

Fig.1 . Rotor Balance

Original Center of mass Center of Rotation

New Center of mass

Fig.2 . Rotor unbalance

Siswanto

Page1

DYNAMICBALANCING
2. Type unbalance Type unbalance dapat diklasifikasikan sesuai dengan letak central principal axis dengan axis shaft. Static unbalance Couple unbalance Quasi-static unbalance Dynamic unbalance 2.1 Static unbalance

Static unbalance adalah kondisi dimana central principal axis terletak sejajar dengan shaft axis, static unbalance disebut juga sebagai kinetic unbalance. Static unbalance dapat diidentifikasi dengan menempatkan suatu benda kerja secara paralel dengan shaft dan gravitasi bumi tidak menyebabkan berputarnya rotor kebawah Fig. 3. Static unbalance

Mass Distribution Axis Rotational Axis

2.2

Couple unbalance

Couple unbalance adalah kondisi dimana central principal axis berpotongan dengan shaft axis pada center gravity rotor. Couple unbalance tidak dapat diidentifikasi seperti pada static unbalance, couple unbalance akan tampak pada saat rotor diputar dan akan menunjukan beda phase 1800 antara kedua ujung rotornya. Fig. 4. Couple unbalance

Rotaional Axis

Central principal Axis

Mass Distribution Axis

Siswanto

Page2

DYNAMICBALANCING
2.3 Quasi-Static unbalance Hanya sedikit rotor yang betul-betul memiliki kasus unbalance seperti disebut diatas (static dan couple), normalnya rotor memiliki unbalance gabungan dari static dan couple, gabungan tersebut disebut dengan Quasi-Static unbalance. Central principal axis berpotongan dengan shaft axis tetapi tidak pada center gravity rotor. Quasi-Static unbalance akan terlihat pada saat rotor diputar dan diidentifikasikan dengan amplitudo vibrasi dengan beda phase yang tetap, amplitudo vibrasi akan tampak sangat signifikan antara ujung rotor yang satu dengan yang lainnya dengan beda phase mendekati 1800.

2.4

Dynamic unbalance

Hampir semua kasus vibrasi dari benda berputar yang disebabkan oleh unbalance memilki karakteristik Dynamic unbalance. Dynamic unbalance didifinisikan sebagai central principal axisnya tidak berpotongan dengan shaft axis dan hampir mendekati paralel. Dynamic unbalance mempunyai beda phase yang hampir sama dan atau mempunyai beda phase yang mendekati 1800. Fig. 5. Dynamic unbalance

Mass Distribution Axis

Rotaional Axis

2.5

Overhung unbalance

Overhung unbalance terjadi jika rotor ditopang pada ujung shaftnya. Pada kondisi normal vibrasi axial pada bearing sebelah atas akan berbeda phase dengan bearing yang terletak dibawahnya. Gaya yang ditimbulkan oleh unbalance akan menyebabkan bearing bergerak didalam rumahnya. Seperti terlihat pada ilustrasi dibawah ini, pada saat rotor mendorong bearing no.1 kearah atas, maka bearing yang no.2 akan terdorong kebalikannya, dengan demikian kedua bearing akan memiliki beda phase sebesar 180 derajat.

Siswanto

Page3

DYNAMICBALANCING
Fig. 6. Overhung unbalance

Bearing 1

Bearing 2

3.

Rotor Rigid dan Rotor Flexible.

Difinisi
Natural Frequency: Semua komponen termasuk didalamnya rotor, bearing, shaft, frame dll, mempunyai natural frequency, Natural frequency adalah frequency yang dibangkitkan oleh setiap material. Resonance: adalah gabungan dari dua atau lebih dari frequency natural , ditimbulkan oleh pengaruh gaya dari luar dengan frequency yang sama besar Rotor dapat diklasifikasikan sebagai rotor rigid atau flexible tergantung pada karekteristik dan hubungan nya dengan putaran rotor dengan natural frequencynya. Kondisi dimana natural frequency dari part berputar equivalen dengan putarannya dan jika kondisi tersebut menimbulkan vibrasi , maka kondisi ini disebut sebagai resonance. Putaran yang menimbulkan kondisi resonance disebut sebagai critical speed Critical speed dapat diidentifikasi pada saat benda diputar, mulai pada putaran tertentu akan terjadi vibrasi dengan amplitudo dengan tendensi naik, dan pada putaran tertentu amplitudonya mencapai max, kemudian bila putaran mesin dinaikan amplitudo vibrasinya akan menurun dan menuju steady. Kondisi dimana diperoleh amplitudo vibrasi max, disebut critical speed. Critical speed dapat dibedakan atas: 1. 2. Rigid rotor Flexible rotor
Page4

Siswanto

DYNAMICBALANCING
Rigid Rotor
Rigid rotor adalah kondisi dimana timbul nya resonansi (critical speed) pertama pada benda berputar yang dapat menimbulkan vibrasi pada benda tersebut.

Flexible rotor Adalah kondisi dimana dijumpai timbulnya resonsnsi (critical) kedua yang menimbulkan vibrasi pada benda tersebut. Untuk menghindari kerusakan pada rotating parts , biasanya benda diputar antara 30% diatas rigid rotor dan 30% dibawah flexible rotor. Semua mesin berputar tidak boleh diputar pada area rigid dan flexible rotor.

Rigid
OPRT 2

Flexible

1
Fig: 7 Critical speed Figure critical speed Fig. 8 Ilustrasi Critical speed

First Critical Speed

Second Critical Speed

Third Critical Speed

Siswanto

Page5

DYNAMICBALANCING
Residual Unbalance Std ISO 1940.

ReU
Where:

Ub x W 2R

ReU 2R

= Final unbalance in grams. Ub

= Residual unbalance in gr-mm/kg

= Diamter of correction balancing object


Page6

Siswanto

DYNAMICBALANCING
Balance Quality ISO 1940
Balance Quality Menurut Standard ISO 1940

G100 G40

Crankshaft fast diesel engine (piston velocity > 9 m/s) 6 or more cylinders Car wheels, crankshaft (car / truck / locomotive) Propeller shaft, garden shaft, parts crushing machine, parts agricultural machine, individual component of engine (gasline or diesel) for car, truck, locomotive Normal Electrical Armature (small, medium large electric armature), marine main turbine gear, centrifuge drum, paper machinery rolls, print rolls, fan, flywheel, pump impeller Gas and steam turbine, incl. marine main turbine, rigid turbo generator rotor, turbo compressor, machine tool drive, medium and large electric armature with special requirement, turbo drive pump Precision Balancing Tape recorder and phonograph, grinding machine, small electric armature with special requirement High Precision Balancing Spindle, disk, armature of precision grinder, Gyroscope

G 16

G 6.3

G 2.5

G 1.0

G 0.4

Contoh1: Balancing Electric Armature G. 6.3 Berat benda berputar yang akan di balancing = 500 kg Diameter tempat menempatkan Correction Balancing Kecepatan putaran mesin = 1000 RPM = 450 mm

Maka residual unbalance yang di izinkan di setaip sisi tumpuan (bearing adalah) ReU min Berat Diameter = 16 gr-mm / kg lihat grafik diatas = 500 kgs = 450 mm

Total residual unbalance yang di izinkan : ReU = ( 16 gr mm /kg x 500 kg ) / 450 mm = 17.7 gram = 17.7 gram / 2= 8.9 gram Residual unbalance di setiap tumpuan

Siswanto

Page7

DYNAMICBALANCING
ReU max Berat Diameter = 63 gr-mm / kg lihat grafik diatas = 500 kgs = 450 mm

Total residual unbalance yang di izinkan : ReU = ( 63 gr mm /kg x 500 kg ) / 450 mm = 70 gram = 70 gram / 2= 3.5 gram

Residual unbalance di setiap tumpuan

Contoh 2: Kita akan melakukan balancing roda mobil G.40 Jika spesifikasi Roda = Pelek + Ban Berat Roda Pelek Ketebalan Ban Diameter Roda Radius Roda Perimeter roda = 25 kg = 17 = 431.8 mm = 60 mm = (2x60) mm + 431.8 mm = 611.8 mm = 305.9 mm = 2R = 1,921 mm = 140 km /jam = 2.3 km / menit

Max speed yang di izinkan pada ban

Perhitungan RPM roda terhadap kecepatan mobil: Untuk menempuh jarak 1 km, roda akan berputar sebanyak = 10^6 mm / 1,921 mm = 520.5 putaran Jadi putaran roda pada kecepatan mobil 140 km/jam = 1,215 RPM Maka residual unbalance yang di izinkan di setaip sisi tumpuan (bearing adalah) ReU min Berat = 315 gr-mm / kg lihat grafik diatas = 25 kgs

Diameter = +/- 428 mm dalam contoh ini diameter pelek 17 jad kira2 jarak dimana correction weight akan di tempelkan +/- 428mm untuk pelek 17) Total residual unbalance yang di izinkan : ReU = ( 315 gr mm /kg x 25 kg ) / 428 mm = 18.4 gram = 18.4 gram / 2= 9.2 gram Residual unbalance di setiap tumpuan

ReU max Berat Diameter ReU

= 1000 gr-mm / kg lihat grafik diatas = 25 kgs = 428 mm

Total residual unbalance yang di izinkan : = ( 1000 gr mm /kg x 25 kg ) / 428 mm = 58.4 gram = 58.4 gram / 2= 29.2 gram Residual unbalance di setiap tumpuan

Siswanto

Page8

DYNAMICBALANCING
Contoh, hal hal yang dapat menimbulkan unbalance rotor

Machining

Bent Sh f

Key way yang tidak terpasang sesuai dengan standardnya akan menyebabkan unbalance pada saat rotor diputar. Level vibrasi yang disebabkan oleh unbalance akan naik sebanding dengan kenaikan putaran.

Siswanto

Page9

DYNAMICBALANCING

Balancing Gas Turbine Rotor 30 MW, weight 25 Tones

Balancing couple DC Rotor 3 MW, weight 28 Tones Siswanto


Page10

DYNAMICBALANCING

Balancing Fan, weight 10 Tones

Balancing Roller, weight 18 tones Siswanto


Page11

DYNAMICBALANCING

Balancing screw compressor rotor, weight 400 kg

Preparation for balancing electric rotor

Siswanto

Page12

DYNAMICBALANCING A
Balancing correction on GE Rotor Generator 185 MW, weight 42 Tones g 5 t

Siswanto o

Page13 3

You might also like