Professional Documents
Culture Documents
I HAN DA UR
TU
NI
2010
ii
ii
KATA PENGANTAR
Pada tahun 2007, Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK bekerjasama dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah berhasil merumuskan standar pengawas sekolah/madrasah yang ditetapkan melalui Permendiknas No 12 tahun 2007. Untuk mengoperasionalkan dan mengimplementasikan Permendiknas tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan telah berupaya menyusun materi pelatihan sesuai dengan masing-masing komponen kompetensi pengawas sekolah yang diatur dalam Permendiknas No 12 tahun 2007. Materi yang telah disusun ini merupakan bagian dari rencana pelaksanaan program penguatan pengawas sekolah, program kedua dari delapan program 100 hari Mendiknas. Program penguatan kemampuan pengawas sekolah sangat penting mengingat peran strategis pengawas sekolah di dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Pengawas sekolah mempunyai tugas yang sangat penting di dalam mendorong guru untuk malakukan proses pembelajaran untuk mampu menumbuhkan kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis dan memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu sistem pendidikan. Materi ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi peningkatan kompetensi pengawas sekolah sesuai yang diamanahkan Permendiknas No 12 tahun 2007. Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, namun kami perlu menyampaikan penghargaan kepada tim penyusun buku ini yang telah berusaha dan berhasil mempersiapakan materi yang dapat dijadikan bahan bacaan bagi usaha peningkatan kompetensi pengawas sekolah. Berbagai pihak yang terkait dengan penguatan kemampuan pengawas sekolah dapat memperkaya dengan materi yang lain sepanjang mencapai tujuan yang sama yaitu meningkatkan kompetensi pengawas sekolah sesuai dengan Permendiknas No 12 tahun 2007. Semoga buku ini bermanfaat bagi usaha penguatan kemampuan pengawas sekolah di seluruh Kab/Kota di Indonesia. Jakarta, Januari 2010 Direktur Tenaga Kependidikan
iii
iv
DAFTAR ISI
SAMBUTAN DIRJEN PMPTK ........................................................................ KATA PENGANTAR ................... DAFTAR ISI .............................................................................................. ......... PENDAHULUAN ...... .. A. Latar belakang ................................................................... .................... B. Dimensi Kompetensi .......................................................... .................... C. Kompetensi yang Hendak Dicapai ..................................... .................. D. Indikator Pencapaian Kompetensi ...................................... ................. E. Alokasi Waktu .................................................................... .................. F. Skenario ............................................................................. ..................... PEMBELAJARAN PAIKEM . A. B. .....
i iii v 1 1 1 2 2 2 2 4 4 7 14 15 16
Latar Belakang ................ .... Konsep Dasar Pembelajaran ..... Tujuan PAIKEM .. Karakteristik PAIKEM ....... .... Jenis-jenis PAIKEM
C. D. E.
F.
Penerapan PAIKEM
17 21 22 25 27 27 30
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) .......... A. B. C. D. E. F. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis ...... Pengertian Pembelajaran Kontekstual ................................................ Langkah-langkah CTL ... Karakteristik Pembelajaran CTL....... Strategi Pembelajaran Kontekstual ..................................................... Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran Tradisional ......................................................................... ...................... . Evaluasi Otentik dalam CTL ................................................................. . Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas ................................. .
33
G. H.
35 36 55 58 61 62 62 94 109
PEMBELAJARAN TERPADU ........................................................... A. Latar Belakang ........................................................................... ............. . Tujuan Pembelajaran Terpadu ............................................................. Jenis-jenis Pembelajaran .................................................................. .... Pembelajaran IPA Terpadu .................................................................. Pembelajaran IPS Terpadu ................................................................... .
B. C.
D. E.
PEMBELAJARAN TEMATIK
vi
....................................................................... A. Latar Belakang ........................................................................... ............. . Kerangka Berpikir .............................................................................. .... Pengertian Pembelajaran Tematik ....................................................... Landasan Pembelajaran Tematik ......................................................... Karakteristik Pembelajaran Tematik ................................................... Rambu-rambu Pembelajaran Tematik ................................................. . . .... 115
B.
C. D. E. F. G. H.
Implikasi Pembelajaran Tematik .......................................................... . Tahap Persiapan Pembelajaran ............................................................ . Tahap Pelaksanaan Pembelajaran ........................................................ . Penilaian Pembelajaran Tematik .......................................................... .
I.
134 137
J.
vii
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tugas pengawas satuan pendidikan tidak hanya melakukan supervisi manajerial kepala sekolah, namun juga membina guru melalui supervisi aka-demik. Dalam pembinaan guru tentu harus mengacu pada kompetensi guru, terutama kompetensi profesional berkaitan dengan proses pembelajaran. Se-jalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana senang serta efektif. Menghadapi tugas tersebut pengawas tentu harus menguasai strategi/ metode/ teknik pembelajaran/bimbingan yang up to date. Bila pengetahuan pengawas sudah ketinggalan, apa lagi hanya mengandalkan pengalaman tan-pa didukung teori-teori, maka pengawas tidak akan mandapatkan respek dari para guru yang dibinanya. Paling tidak, untuk jenjang pendidikan dasar pe-ngawas harus memahami garis besar strategi pembelajaran mata pelajaran utama antara lain: matematika, IPA, IPS, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Materi pelatihan ini dimaksudkan memberikan wawasan dan pengalaman langsung melalui praktek-praktek simulasi bagi pengawas dalam melaksanakan tugas supervisi akademik di tingkat TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB. B. Dimensi Kompetensi Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir Diklat ini adalah dimensi Kompetensi Supervisi Akademik.
C. Kompetensi yang Hendak Dicapai Setelah mengikuti pelatihan ini pengawas diharapkan dapat membim-bing guru dalam memahami, memilih dan menggunakan strategi/metode/tek-nik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan potensi siswa agar kritis, kreatif, inovatif, mampu memecahkan masalah melalui mata-mata pelajaran yang relevan. D. Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator pencapaian hasil diklat ini adalah apabila pengawas dapat: 1. Memahami Hakikat Pendekatan Pembelajaran 2. Mengidentifikasi Berbagai Jenis Pembelajaran PAIKEM 3. Membimbing guru dalam menggunakan Berbagai Metode Pembelajaran Berbasis PAIKEM pada setiap mata pelajaran sesuai dengan tingkat berpikir peserta didik. E. Alokasi Waktu No. Materi Diklat 1. Pembelajaran Berbasis CTL 2. Pembelajaran Terpadu (IPA Terpadu, Terpadu) 3. Pembelajaran Tematik F. Skenario 1. Perkenalan 2. Pejelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu dan skenario pendidikan dan pelatihan strategi pembelajaran. 3. Pre-test 4. Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan strategi pembelajaran, melalui pendekatan andragogi. 5. Penyampaian Materi Diklat: Alokasi 4 jam IPS 4 jam 4 jam
a. Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan pe-ngungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganalisis, me-nyimpulkan, dan mengeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif, ino-vatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Peranan pelatih lebih sebagai fasilitator. b. Diskusi tentang indikator keberhasilan pelatihan strategi pembelajaran. c. Praktik pengembangan strategi pembelajaran. 6. Post test. 7. Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai jalannya pelatihan. 8. Penutup
PEMBELAJARAN PAIKEM
A. Latar Belakang
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa proses pembelajaran di sekolah sampai saat ini cenderung berpusat kepada guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung jawab untuk menghafal semua pengetahuan. Memang pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang mereka pelajari bukan mengetahuinya, oleh karena itu para pendidik telah berjuang dengan segala cara dengan mencoba untuk membuat apa yang dipelajari siswa disekolah agar dapat dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak boleh semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan sendiri ide-ide, dan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri dalam belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu mereka
mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus di upayakan sendiri siswa yang memanjat tangga itu. Tingkat pemahaman siswa menurut model Gagne (1985) dapat dikelompokan menjadi delapan tipe belajar, yaitu: (1) belajar isyarat, (2) stimulus-respon, (3) rangkaian gerak, (4) rangkaian verbal, solving). Di lihat dari urutan belajar, belajar pemecahan masalah adalah tipe belajar paling tinggi karena lebih kompleks, Dalam tipe belajar pemecahan masalah, siswa berusaha menyeleksi dan menggunakan aturan-aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi pemecahan masalah. Lebih jauh Gagne (1985) mengemukakan bahwa kata-kata seperti penemuan (discovery) dan kreatifitas (creativity) kadang-kadang diasosiasikan sebagaii pemecahan masalah. Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning berbuat /CTL), seperti: Pembelajaran kerja kelompok, Pembelajaran eksperimen, Terpadu , Pembelajaran Inkuiri dengan menggunakan metode pembelajaran pengamatan, penelitian sederhana, pemecahan masalah, dan pembelajaran praktik dengan dikombinasikan dengan metode ekspositori seperti ceramah, tanya jawab dan demonstrasi adalah pendekatan harapan itu. menjadi pembelajaran yang karakteristiknya memenuhi (5) membedakan, (6) pembentukan konsep, (7) pembentukan aturan dan (8) pemecahan masalah (problem
upaya menghidupkan kelas secara optimal. Kelas yang hidup diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar sekolah yang demikian cepat. Setiap pendekatan memiliki ciri-ciri dasar atau karakteristik sendiri. Karakteristik ini berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan mendapat tekanan yang dalam pembelajaran. pada siswa Ada pendekatan meliputi pembelajaran berfokus yang
perkembangan, kemampuan berpikir, aktivitas, pengalaman siswa. Pendekatan pembelajaran berfokus pada guru yang meliputi fungsi, peran, dan aktivitas guru. Pendekatan pembelajaran berfokus pada masalah meliputi masalah personal, sosial, lingkungan, atau pendekatan pembelajaran yang berfokus pada teknologi, sistem instruksional, sistem informasi, media, sumber belajar, dll. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran tergantung pada pendekatannya. Hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD) yang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, krativitas, dan kemadirian sesuai denganbakat, minat,
dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan, bakat (aptitude), keterampilan (kecakapan), minat, motivasi, kondisi fisik, dan mental. Faktor eksternal, adalah kondisi di luar individu peserta didik yang mempengaruhi belajarnya. Adapun yang termasuk faktor eksternal adalah: lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (keadaan sosio-ekonomis, sosio kultural, dan keadaan masyarakat). Pada hakikatnya belajar dilakukan oleh siapa saja, baik anakanak maupun manusia dewasa. Pada kenyataannya ada kewajiban bagi manusia dewasa atau orang-orang yang memiliki kompetensi lebih dahulu agar menyediakan ruang, waktu, dan kondisi agar terjadi proses belajar pada anak-anak. Dalam hal ini proses belajar diharapkan terjadi secara optimal pada peserta didik melalui cara-cara yang dirancang dan difasilitasi oleh guru di sekolah. Dengan demikian diperlukan kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh guru. Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik (Winkel, 1991). Pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuat berhasil guna (Gagne, 1985). Oleh karena itu pembelajaran perlu dirancang,
ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaannya (Miarso, 1993) Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik, metode, dan pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik, materi, dan sumber daya. Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan efektif. Strategi pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efesien dan efektif (T. Raka Joni, 1992). Cara-cara yang dipilih dalam menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Gerlach and Ely). Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya (Dick and Carey). Faktor yang memengaruhi proses pembelajaran terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan pribadi guru sebagai pengelola kelas. Guru harus dapat melaksanakan proses pembelajaran, oleh sebab itu guru harus memiliki persiapan mental, kesesuaian antara tugas dan tanggung jawab, penguasaan bahan, kondisi fisik, dan motivasi kerja. Faktor eksternal adalah kondisi yang timbul atau datang dari luar pribadi guru, antara lain keluarga dan lingkungan pergaulan
di masyarakat. Faktor lingkungan, yang dimaksud adalah faktor lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan sekolah. Berdasarkan pendekatan yang digunakan, secara umum ada dua strategi pembelajaran yaitu strategi yang berpusat pada guru (teacher centre oriented) dan strategi yang berpusat pada peserta didik (student centre oriented). Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menggunakan strategi ekspositori, sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menggunakan strategi diskoveri inkuiri (discovery inquiry). Pemilihan strategi ekspositori atau diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan karakteristik kompetensi yang menjadi tujuan yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan, serta karakteristik peserta didik dan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu tidak ada strategi yang tepat untuk semua kondisi dan karakteristik yang dihadapi. Guru diharapkan mampu memilah dan memilih dengan tepat strategi yang digunakan agar hasil pembelajaran efektif dan maksimal. Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan: a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai; b. sumber referensi terbatas; c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak; d. alokasi waktu terbatas; dan e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau bahan banyak.
10
Langkah-langkah
yang
dilakukan
pada
strategi
ekspositori
adalah sebagai berikut. a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci kompetensi atau materi pembelajaran.
Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan: a. b. c. d. e. karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai; sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup; jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak; materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan alokasi waktu cukup tersedia. Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah sebagai berikut. a. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau jawaban sementara c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi e. Melakukan generalisasi Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan berupa aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran yang instruksional langsung (direct instructional)
11
dipimpin oleh guru. Metode yang digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran. Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguhsungguh, oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan sebagainya.
2.
PAIKEM Sebagai Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi PAIKEM adalah singkatan Dalam berbasis adalah dari Pembelajaran /Kreatif, digunakan yang Efektif, Aktif, dan Inspiratif/Interaktif/Inovatif, Menyenangkan. pembelajaran kompetensi Kritis PAIKEM
kompetensi.
Pembelajaran dilakukan
pembelajaran
orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya. Prinsip berikut: a. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai
12
sehingga
keterlibatan
aktivitasnya
dalam
pembelajaran
tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya. b. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan. c. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya.
d. Pembelajaran
dilakukan
secara
bertahap
dan
terus
menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi berikutnya.
e. Pembelajaran
dihadapkan
pada
situasi
pemecahan
masalah, sehingga peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. kehidupan Oleh atau karena konteks itu guru perlu peserta mendesain didik dan pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan
kehidupan
lingkungan. Berpikir kritis adalah kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan,
13
menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman (insigt) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah (problem solving) adalah kemampuan tahap tinggi siswa dalam mengatasi hambatan, kesulitan maupun ancaman. Metode bukan problem hanya solving sekedar (metode metode pemecahan masalah)
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metodemetode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. f. Pembelajaran multimedia dilakukan dengan multi strategi dan sehingga memberikan pengalaman belajar
C. Tujuan PAIKEM
Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical dan creative thinking). Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (orginality), ketajaman pemahaman (insigt) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
14
Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa secara individual atau kelompok diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah. Jika memungkinkan masalah diidentifikasi dan dipilih oleh siswa sendiri, dan diidentifikasi hendaknya yang penting dan mendesak untuk diselesaikan serta sering dilihat atau diamati oleh siswa sendiri, umpamanya masalah kemiskinan, kejahatan, kemacetan lalu lintas, pembusukan makanan, wabah penyakit, kegagalan panen, pemalsuan produk, atau soal-soal dalam setiap mata pelajaran yang membutuhkan analisis dan pemahaman tingkat tinggi, Dsb.
D. Karakteristik PAIKEM
Sesuai dengan singkatan PAIKEM, pada siswa, makna, maka pembelajaran pengalaman yang dan berfokus aktivitas,
kemandirian siswa, serta konteks kehidupan dan lingkungan ini memiliki 4 ciri yaitu: mengalami, refleksi. komunikasi, interaksi dan
2.
15
E. Jenis-Jenis PAIKEM
Model Pembelajaran PAIKEM Pengawas Sekolah
16
Pendekatan PAIKEM
pembelajaran lain
yang
sesuai
dengan
karakteristik (CTL),
antara
adalah
pembelajaran
kotekstual
Pembelajaran Terpadu (Tematik, IPA Terpadu, IPS Terpadu), Pembelajaran berbasis TIK (ICT), Pembelajaran Pengayaan dengan menggunakan berbagai strategi antara lain dengan Lesson Study.
F. Penerapan PAIKEM
Sebagai tahapan strategis hasil pencapaian maksimal. kompetensi, Berdasarkan kegiatan panduan
PAIKEM perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh penyusunan KTSP (KTSP), kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar, beban belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran tingkat SMA/SMK terdiri dari 45 menit, SMP terdiri dari 40 menit, dan untuk SD terdiri dari 35 menit tatap muka untuk Tugas Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Dalam hal ini guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.
17
kelompok,
pembelajaran
kolaboratif
dan
kooperatif,
demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab, atau simulasi. Tapi jika sudah ada sekolah yang menerapkan sistem SKS, maka kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi ekspositori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan
menggunakan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau demonstrasi.
2.Kegiatan Tugas terstruktur Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran dilakukan digunakan proyek. Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, atau simulasi. 3. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur dengan seperti strategi diskoveri inkuiri. Metode yang atau penugasan, observasi lingkungan,
18
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek. PAIKEM dapat diterapkan pada pembelajaran Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi lima prinsip strategi dan pembelajaran yaitu relating, berbasis kompetensi. Dengan
pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), experiencing, applying, didik cooperating, mampu transferrini diharapkan peserta mencapai
kompetensi secara maksimal. Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan: a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai; b. sumber referensi terbatas; c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak; d. alokasi waktu terbatas; dan e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau bahan banyak. Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori
adalah sebagai berikut. a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran
19
Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan: a. karakteristik memadai; b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup; c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak; d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan e. alokasi waktu cukup tersedia. Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah sebagai berikut. a. Guru atau masalah b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau jawaban sementara c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi e. Melakukan generalisasi Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan berupa atau aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran yang Namun instruksional langsung kelas, (direct dan instructional) jawab. peserta didik mengajukan dan merumuskan peserta didik dengan kemandirian cukup
dipimpin oleh guru. Metode yang digunakan adalah ceramah presentasi, diskusi tanya demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran. Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguhsungguh, oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru
Model Pembelajaran PAIKEM Pengawas Sekolah
20
agar pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan sebagainya.
21
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
A. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis
Penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Amerika Serikat bermula dari pandangam ahli pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan teori kurikulum dan metodologi pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progressivisme John Dewey. Intinya, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat dalam proses belajar di sekolah. Pokok-pokok pandangan progressivisme antara lain: 1. Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang diajarkan oleh guru.
4. Guru sebagai pembimbing dan peneliti. 5. Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat. 6. Sekolah
progresif harus merupakan laboratorium untuk melakukan eksperimen. Selain teori progressivisme John Dewey, teori kognitif
melatarbelakangi pula filosofi pembelajaran kontekstual. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif
22
dalam
segala
kegiatan
di
kelas
dan
berkesempatan
untuk
menemukan sendiri. siswa menunjukkan belajar dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Belajar dipendang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk membangkit ide-ide yang masih laten melalui kegiatan introspeksi. Sejauh ini pendidikan kita masih di dominasi oleh pandangan bahawa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Berpijak pada dua pandangan itu, filosofi konstruksivisme
berkembang. Dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit. Siswa yang harus mengkontruksikan sendiri pengetahuannya. Melalui landasan filosofi konstruksivisme, CTL dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi, siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal. Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan bersifat non-
objektif, temporer, dan selalu berubah. Segala sesuatu bersifat temporer, berubah dan tidak menentu. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan, diartikan bukan perolehan kegiatan pengetahuan menggali dan mengajar bukan sebagain atau makna,
23
memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar. Otak atau akal manusia berfungsi sebagai alat untuk melakukan interpretasi sehingga muncul makna yang unik. Dengan paham kontruksivisme, siswa diharapkan dapat
membangun pemahaman sendiri dari pengalaman/pengetahuan terdahulu. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalam diperoleh dalam belajar bermakna. Siswa Siswa diharapkan juga memapu mempraktikkan pengetahuan/pengalaman yang telah konteks kehidupan. diharapkan melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Dengan demikian, siswa dapat memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Pemahaman ini diperoleh siswa karena ia dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas yang merupakan unsur yang sangat esensial. Hakikat teori kontruksivisme adalah bahwa siswa harus menjadikan informasi itu menjadi miliknya sendiri. teori kontruksivisme memandang siswa secara terus menerus memeriksa informasiinformasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dn memperbaiki aturan-aturan yang tidak sesuai lagi. Teori konstruksivis menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran mereka sendiri. Karena penekanannya pada siswa aktif, maka strategi kontruksivis sering disebut pengajaran yang berpusat pada siswa (student-centered instruction). Di dalam kelas yang pengajarannya terpusat kepada siswa, peranan guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas.
24
Beberapa proposisi yang dapat dikemukakan sebagai implikasi dari teori kontruktivistik dalam praktek pembeljaran di sekolah-sekolah kita sekarang adalah sebagai berikut: 1. Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru 2. 3. Kebebasan merupakan unsur esensial dalam lingkungan Strategi belajar yang digunakan menentukan proses dan hasil belajar. belajar. 4. Belajar pada hakikatnya memiliki aspeksosial dan budaya. 5. Kerja kelompok dianggap sangat berharga. Dalam pandangan kontruksivistik, kebebasan dipandangan sebagai penentu keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh siswa sendiri. Tujuan pembelajaran konstruktivistik menekankan pada penciptaan pemahaman yang menuntut aktivitas yang kreatif dan produktif dalam konteks nyata. Dengan demikian, paham konstruktivistik menolak pandangan behavioristik.
25
dan
masyarakat.
Dengan
konsep
ini,
hasil
pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja ber-sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesu-atu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan-nya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya sehari-hari, pembelaaran dengan dengan efektif, penerapannya melibatkan yakni: dalam tujuh kehidu-pan komponen mereka utama
konstruktivisme
(constructivism),
26
(learning
community),
pemodelan
(modeling),
dan
penilaian
C. Langkah-langkah CTL
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan
pemikiran
bahwa
siswa
akan
belajar
lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
27
11.
Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya. Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (je-las dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual le-bih menekankan pada skenario pembelajarannya. Beberapa komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut Johnson (2000: 65), yang dapat di uraikan sebagai berikut: 1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan pengetahuan mereka isi dari mereka mata pelajaran dengan akademik, dan ilmu makna alam. Atau sejarah pengalamannya connections)
sendiri,
menemukan
makna,
28
memberi
mereka
alasan
untuk
belajar.
Mengkaitkan
pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.
2.
Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works) Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sisw
3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning) Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri. 4. Bekerjasama (collaborating) Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana 5. mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi. Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking) Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan
29
masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu. 6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya dan motif individual) mengembangkan pribadi, sikap, kemampuan-kemampuan minat, tanggung jawab, intelektual disiplin,
keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas berprestasi, dsb. Guru dalam pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya. 7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards) Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan sia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya. 8. Menggunakan Penilaian yang otentik (using authentic Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian stanar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari. assessment)
30
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari (Nurhadi, Yasin dan Senduk, 2004: 56). Strategi yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut. 1. Belajar berbasis Masalah (Problem-Based Learning) Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pegetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Dalam pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran. Pendekatan ini mencakup pengumpulan informasi yang berkaitan dengan pertanyaan, mensintesis, dan mempresentasikan penemuannya kepada orang lain. 2. Pembelajaran Autentik (Authentic Instruction) Suatu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Ia mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah yang penting di dalam konteks kehidupan nyata. 3. Belajar Berbasis Inquiry (Inquiry-Based Learning) Suatu pendekatan pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan bermakna. 4. Belajar berbasis Proyek/Tugas (Project-Based Learning) Suatu pendekatan pembelajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat menyediakan kesempatan untuk pembelajaran
31
melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan mengkonstruk tugas bermakna lainnya. dan Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam pembelajarannya, mengkulminasikan dengan produk nyata. 5. Belajar Berbasis Kerja (Work-Based Learning) Suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di tempat kerja. Jadi dalam hal ini, tempat kerja atau sejenisnya dan berbagai aktifitas dipadukan dengan materi pelajaran untuk kepentingan siswa. 6. Belajar Berbasis Jasa-Layanan (Service Learning) Suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktu berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa-layanan tersebut, jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi lainnya. 7. Belajar Kooperatif (Cooperatif Learning) Pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan. keterampilan melalui untuk memenuhi kebutuhan dan dalam masyarkat proyek/tugas terstruktur kegiatan
32
1.
Dalam pembelajaran kontekstual, siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa adalah penerima informasi yang pasif.
2. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi, sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa belajar secara individual. 3. Dalam pembelajaran kontekstual, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan, sedangkan dalam pemebelajaran tradisional pembelajaran sangat abstrak. 4. Dalam pembelajaran kontekstual, perilaku dibangun atas kesadaran sendiri sedangkan dalam pembelajaran tradisional perilaku dibangun atas kebiasaan. 5. Dalam pembelajaran kontekstual, keterampilan dibangun atas kesadaran diri,, sedangkan dalam pembelajaran tradisional ketrampilan dikembangkan atas dasar latihan. 6. Dalam pembelajaran kontekstual, hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri, sedangkan dalam pembelajaran tradisional hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor. 7. Dalam pembelajaran kontekstual, seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan.,
33
sedangkan dalam pembelajaran tradisional seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman. 8. Dalam pembelajaran kontekstual, bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata, sedangkan dalam pembelajaran tradisional, bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural: rumus diterapkan sampai paham, kemudian dilatihkan (drill). 9. Dalam pembelajaran kontekstual, pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa, sedangkan dalam pembelajaran tradisional rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus dikembangkan, diterima dan dilafalkan, dan dilatihkan. 10. Dalam pembelajaran proses kontekstual, pembelajaran siswa yang menggunakan efektif, ikut kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam pengupayakan terjadinya bertanggungjawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa secara pasif menrima rumus atau kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat, menghapal), tampa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran. 11. Dalam pembelajaran kontekstual, pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya sedangkan dalam pembelajaran tradisional pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang brada di luar diri manusia.
34
35
pembelajaran yang dievaluasi, maka makin mendekati evaluasi otentik. Dalam evaluasi hasil pembelajaran, biasanya hanya digunakan tes, berbentuk tes obyektif atau essay, maka dalam evaluasi proses juga digunakan evaluasi perbuatan (pengamatan), lisan, hasil karya dan portfolio. Portfolio merupakan kumpulan dokumen yang disusun secara sistematik dan terarah yang menggambarkan perkembangan atau kemajuan siswa dalam bidang tertentu.
36
Esensi dari teori kontruksivisme adalah ide bahwa siswa haarus menemukan dan mentransfomasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi bukan mnerima pengetahuan. Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan kaum objektif, yang lebih menekaankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan : (1) menjadikan pengetahuan bermakana dan relevan bagi siswa; (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2. Bertanya (questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya untuk: (1) karena yang bertanya produkstif, merupakan kegiatan baik strategi bertanya utama berguna maupun pembelajaran
menggaliinformasi
administrasi
akademia; (2) mengecek pemahaman siswa; (3) membangkitkan respon pada siswa; (4) mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa; (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; (6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki gur; (7) untuk membangkitkan lebihbanyak lagi pertanyaan dari siswa; (8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Pada
37
semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas dan sebagainya. 3. Menemukan (inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi juga hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry adalah (1) observasi, (2) bertanya, (3) mengajukan dugaan, (4) pengumpulan data, (5) penyimpulan. Kata kunci dari strategi inquiry adalah siswa menemukan mata sendiri, adapun (2) langkah-langkah mengamati atau kegiatan melakukan menemukan sendiri adalah: (1) merumuskan masalah dalam pelajaran apapun; observasi; (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,laporan, bagan tabel, dan karya lainnya; dan (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman kelas, guru, atau audience lainnya. 4. Masyarakat Belajar (learning community) Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar didapat dari berbagi anatara kawan, kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang kelas ini, di sekitar sini, juga dengan orang-orang yang diluar sana semua adalah anggota masyarakat belajar. Dalam kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual, guru disarankan dalam melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
38
Siswa
dibagi
dalam yang
yang cepat
anggotanya menangkap
heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberiyahu mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberikan usul dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sanagt bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di dalam kelas atasnya, atau guru mengadakan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas. 5. Permodelan (modelling) Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu, memberi peluang yang besar bagi guru untuk memberi contoh cara mngerjakan sesuatu, dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana belajar. Dalam pendekatan kontekstual guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberikan contoh temannya, misalnya cara melafalkan suatu kata. Siswa contoh tersebur dikatakan sebagai model, siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yang harus dicapai. 6. Refleksi (reflection) Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakng tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
39
sebelummnya. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. 7. Penilaian Sebenarnya (authentic assessment) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui olehb guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuanbelajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka penilaian tidak dilakukan diakhir periode seperti akhir semester. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil, dan dengan berbagai cara. Tes hanyalah salah satunya, itulah hakekat penilaian yang sebarnya. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. Karakteristik penilain sebenarnya adalah (1) dilaksanakan selama dan sesuadah proses pembelajaran berlangsung; (2) bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif; (3) yang diukur keterampilan dan performasi, bukan hanya mengingat fakta; (4) berkesinambungan; (5) terintegrasi; (6) dapat dipergunakan sebagaifeed back. Dengan demikian pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran.
40
Berikut contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis CTL pada mata pelajaran IPA di SMP. CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS CTL Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : : : : SMP .......................................... IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) IX (Sembilan)/ 2 (Dua) 10 x 40 menit (5 pertemuan) 4. Memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
A. Standar Kompetensi :
B. Kompetensi Dasar
C. Tujuan Pembelajaran Pertemuan 1: Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat: 1. mengidentifikasi bahan magnetik dan bahan bukan magnetik. 2. menunjukkan kutub-kutub magnet. 3. menentukan daerah gaya di sekitar magnet (medan magnet). 4. mendeskripsikan sifat kutub-kutub magnet. 5. memberikan pemaknaan terhadap keberadaan kutub-kutub magnet (kutub utara dan kutub selatan). 6. memberikan pemaknaan terhadap sifat-sifat interaksi antara kutub-kutub magnet. Pertemuan 2: Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat: 1. mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara menggosok. 2. mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara induksi. 3. mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara elektromagnetik. 4. memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan cara menggosok. 5. memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan cara induksi.
41
6.
Pertemuan 3: Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat: 1. menyebutkan cara-cara menghilangkan sifat kemagnetan. 2. mendeskripsikan kemagnetan bumi. 3. memberikan pemaknaan terhadap cara-cara menghilangkan sifat kemagnetan. 4. memberikan pemaknaan terhadap keberadaan kemagnetan bumi. Pertemuan 4: Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat: 1. menjelaskan secara kualitatif sifat medan magnet di sekitar kawat berarus listrik. 2. memberikan pemaknaan terhadap sifat medan magnet di sekitar kawat berarus listrik. Pertemuan 5: Penilaian pencapaian KD 4.1 (Ulangan Harian, materi Pertemuan 1 s.d. 4). D. Materi Pelajaran: Kemagnetan KEMAGNETAN Lebih dari 2000 tahun yang lalu, orang Yunani yang hidup di suatu daerah di Turki yang dikenal sebagai Magnesia menemukan batu aneh. Batu tersebut menarik benda-benda yang mengandung besi. Karena batu tersebut ditemukan di Magnesia, orang Yunani memberi nama batu tersebut magnet. Sifat benda yang teramati sebagai suatu gaya tarik atau gaya tolak antara kutub-kutub magnet disebut kemagnetan.
42
Secara sederhana kita dapat mengelompokkan bahan-bahan menjadi dua kelompok, yaitu: bahan magnetik dan bahan bukan magnetik. Bahan-bahan yang dapat ditarik oleh magnet disebut bahan magnetik. Sedangkan bahan-bahan yang tidak dapat ditarik oleh magnet disebut bahan bukan magnetik. Besi, baja, nikel, dan kobalt termasuk bahan magnetik. Sedangkan kayu, kaca, aluminium, dan plastik adalah contoh-contoh bahan bukan magnetik. Semua magnet mempunyai sifat-sifat tertentu. Setiap magnet, bagaimanapun bentuknya, mempunyai dua ujung di mana pengaruh magnetiknya paling kuat. Dua ujung tersebut dikenal sebagai kutub magnet, yang diberi nama kutub utara (U) dan kutub selatan (S). Jika kutub-kutub magnet senama (U dan U atau S dan S) saling didekatkan, kedua kutub tersebut akan tolak-menolak. Namun, jika kutub utara (U) salah satu magnet didekatkan ke kutub selatan (S) magnet lain, kutub-kutub tersebut akan tarik-menarik. Sifat-sifat magnetik suatu bahan bergantung pada struktur atomnya. Para ilmuwan mengetahui bahwa atom itu sendiri memiliki sifat-sifat magnetik. Sifat-sifat magnetik tersebut disebabkan gerak elektron atom-atom tersebut. Oleh karena itu, tiap atom di dalam suatu bahan magnetik adalah seperti sebuah magnet kecil yang disebut magnet atom (magnet elementer). PEMAKNAAN
Semua magnet memiliki dua kutub yang berlawanan, yaitu utara (U) dan selatan (S). Allah, Tuhan yang Maha Esa menciptakan manusia secara berpasang-pasangan. Hanya Allah-lah dzat yang tunggal, Allah itu satu, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Bagi ajaran agama Islam, hal ini sesuai dengan kandungan dalam Surat AlIkhlas.
43
Secara kodrati, manusia mempunyai dua jenis kelamin, yaitu: laki-laki (L) dan perempuan (P).
Kutub-kutub magnet yang senama (U-U atau S-S), jika didekatkan akan tolak-menolak. Sedangkan kutub-kutub magnet yang tidak senama (U-S), jika didekatkan akan tarik-menarik. Agama melarang manusia sesama jenis untuk saling jatuh cinta. Manusia hanya boleh menikah dengan lawan jenisnya. Perilaku menyimpang seperti homoseksual (L-L) atau lesbian (P-P) dilarang oleh agama. Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara menggosokkan magnet pada logam tersebut. Penggosokan magnet harus dilakukan secara terarah, dan semakin lama penggosokan semakin kuat serta bertahan lama sifat kemagnetannya. Rajin pangkal pandai. Apabila kita ingin pandai, kita harus rajin belajar, dan tidak mudah menyerah. Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara menginduksi logam tersebut dengan magnet pada logam tersebut. Lingkungan sangat mempengaruhi perilaku dan perkembangan kognitif seseorang. Apabila kita ingin menjadi orang baik-baik maka kita harus bergaul dan berteman dengan orang yang berperilaku baik pula. Apabila kita ingin menjadi orang yang pandai, maka kita juga harus banyak bergaul dan berteman dengan orang yang pandai. Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara melilitkan kawat pada logam dan mengalirkan arus listrik pada kawat yang dililitkan pada logam tersebut. Agar kemampuan (pengetahuan) kita semakin bertambah, kita harus sering berdiskusi dan mendapat masukan-masukan dari banyak orang yang memiliki kemampuan melebihi kemampuan kita. Sebuah magnet dapat hilang sifat kemagnetannya diantaranya apabila kita bakar dan kita pukul-pukul. Sifat kemagnetan dimiliki oleh suatu bahan apabila magnet-magnet elementer bahan itu tersusun secara teratur.
44
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Dalam suatu komunitas, apabila kita rukun tidak terjadi saling permusuhan, maka apapun yang kita cita-citakan akan dengan lebih mudah untuk kita capai. Namun, dengan adanya suatu pengaruh negatif dari luar, misalnya munculnya para provokatorprovokator, maka adanya provokasi tersebut dapat memecahbelah persatuan dan kesatuan bangsa. E. Alat/Bahan/Sumber belajar 1. Buku Siswa CTL untuk SMP Direktorat PSMP 2. Buku Sumber (Referensi) lain 3. LKS Kemagnetan 4. Alat peraga magnet, bel listrik, dan motor listrik 5. Serbuk besi 6. Animasi pemaknaan untuk penanaman sikap 7. Kabel/kawat listrik (kawat untuk kumparan) 8. Catu daya (baterai) F. Model Pembelajaran: Pembelajaran Kooperatif (CL) dengan Pemaknaan G. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Terlaksan a Tida Ya k
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Awal Demonstrasi menarik benda-benda dari logam (besi) dengan sebuah magnet. Menanyakan kepada siswa, mengapa benda tersebut dapat menempel? Menginformasikan bahwa magnet banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita sambil memberikan contoh misalnya bel listrik, motor listrik, tape recorder, dll. Menyampaikan tujuan pembelajaran (Pertemuan 1). Kegiatan Inti Memperlihatkan magnet batang, mendemonstrasikan bahwa ada beberapa benda yang dapat ditarik oleh magnet dan ada yang
45
Tahap Pembelajaran
tidak dapat ditarik oleh magnet. Menginformasikan magnet batang mempunyai dua kutub yang dinamai kutub utara dan selatan sambil mendemonstrasikan menggantungkan magnet batang dengan benang. Menjelaskan konsep kemagnetan. Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran kooperatif sambil mengingatkan keterampilan kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara mengikuti pelatihan keterampilan kooperatif tersebut dan membagikan LKS 2 Panduan Belajar Pengaruh magnet. Meminta siswa membaca Pengaruh Magnet dan membimbing mengerjakan LKS tersebut dan menggarisbawahi kalimat pokok setelah mendiskusikan di kelompoknya masing-masing. Membagikan LKS 1 serta alat dan bahan yang dibutuhkan dan membimbing tiap kelompok mengerjakan LKS tersebut. Meminta satu-dua kelompok untuk menulis di papan tulis Tabel 1 yang telah diisi dan ditanggapi kelompok lain. Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan, antara lain berkaitan dengan: - magnet dapat menarik benda; - magnet memiliki dua kutub, yaitu: U dan S; - sifat gaya magnet antar kutub-kutub magnet. (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).
Terlaksan a Tida Ya k
Kegiatan Penutup Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang Pengaruh Magnet guru mengajukan pertanyaanpertanyaan sesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada Pertemuan 1 ini. Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuantujuan yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari LKS 1 dan LKS 2. Pertemuan 2
46
Tahap Pembelajaran Kegiatan Awal Mendemonstrasikan dengan menempelkan sebuah paku besar ke paku-paku kecil dan meminta siswa memperhatikan paku-paku kecil itu apakah dapat menempel pada sebuah paku besar tersebut. Demonstrasi dilanjutkan dengan menempelkan paku besar tersebut dengan sebuah magnet batang dan kemudian menempelkannya pada paku-paku kecil. Siswa diminta memperhatikan paku-paku kecil itu apakah dapat menempel pada sebuah paku besar tersebut. Menginformasikan bahwa hari ini akan dilakukan percobaan membuat magnet dengan cara menggosok, induksi, dan mengalirkan arus listrik. Menyampaikan tujuan pembelajaran (Pertemuan 2). Kegiatan Inti Menyajikan informasi bahwa dalam besi yang bukan magnet susunan atom-atomnya masih acak. Agar besi menjadi magnet, susunan atomatomnya harus dibuat searah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara mendekatkan sebuah magnet ke besi tersebut. Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran kooperatif. Membagikan LKS 3 dan membimbing siswa untuk mengerjakan LKS tersebut. Meminta salah satu kelompok untuk menuliskan hasil kegiatannya di papan tulis dan kelompok lain diminta menanggapinya. Memberi penghargaan pada siswa/kelompok yang kinerjanya bagus. Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan, antara lain berkaitan dengan: - pembuatan magnet dengan cara menggosok; - pembuatan magnet dengan cara induksi; - pembuatan magnet dengan cara elektromagnetik. (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru). Kegiatan Penutup
Terlaksana Ya Tidak
47
Tahap Pembelajaran Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang Cara Pembuatan Magnet guru mengajukan pertanyaanpertanyaan sesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada Pertemuan 2 ini. Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuantujuan yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari LKS 3. Pertemuan 3 Tahap Pembelajaran Kegiatan Awal Sambil menggantung bebas sebuah magnet batang, menanyakan kepada siswa: ke arah mana magnet batang itu selalu menghadap? Mengapa? Menanyakan kepada siswa, apakah suatu magnet, sifat kemagnetannya tidak dapat dihilangkan? Menyampaikan tujuan pembelajaran (Pertemuan 3). Kegiatan Inti Menginformasikan bahwa garis gaya magnet dapat digambar untuk memperlihatkan lintasan medan magnet, menjelaskan pola-pola garis gaya untuk berbagai macam susunan magnet batang. Menginformasikan bahwa terdapat perbedaan antara kutub magnetik dan kutub geografik bumi, serta menjelaskan bagaimana kompas dapat membantu untuk menentukan arah. Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran kooperatif sambil mengingatkan keterampilan kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara mengikuti pelatihan keterampilan kooperatif tersebut dan membagikan LKS 5. Meminta siswa membaca Buku Siswa, tentang Pengaruh Magnet; Kemagnetan Bumi, dan membimbing mengerjakan LKS 5 tersebut dan menggarisbawahi kalimat pokok setelah mendiskusikan di kelompoknya masing-masing. Membagikan LKS 4 serta alat dan bahan yang dibutuhkan dan membimbing tiap kelompok mengerjakan LKS tersebut. Meminta satu dua kelompok untuk menggambar pola serbuk besi untuk tiap susunan magnet
Terlaksana Ya Tidak
Terlaksana Ya Tidak
48
Tahap Pembelajaran batang dan ditanggapi kelompok lain. Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan, antara lain berkaitan dengan: - cara menghilangkan sifat kemagnetan; - keberadaan kemagnetan bumi. (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).
Terlaksana Ya Tidak
Kegiatan Penutup Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang cara menghilangkan sifat kemagnetan dan keberadaan kemagnetan bumi, guru mengajukan pertanyaanpertanyaan sesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada Pertemuan 3 ini. Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuantujuan yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari LKS 4 dan LKS 5. Pertemuan 4 Tahap Pembelajaran Kegiatan Awal Mendemonstrasikan terjadinya penyimpangan suatu jarum kompas ketika diletakkan dekat suatu magnet. Menanyakan pada siswa, mengapa jarum kompas itu dapat mengalami penyimpangan arah? Mengingatkan kembali tentang cara membuat magnet dengan mengalirkan arus listrik. Menyampaikan tujuan pembelajaran (Pertemuan 4). Kegiatan Inti Menginformasikan bahwa arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar akan menimbulkan medan magnet yang arahnya bergantung pada arah arus listrik. Menginformasikan bahwa medan magnet solenoida dapat diperbesar dengan memperbesar jumlah lilitan maupun besar arus yang mengalir melaluinya. Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran Terlaksana Ya Tidak
49
Tahap Pembelajaran kooperatif sambil mengingatkan keterampilan kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara mengikuti pelatihan keterampilan kooperatif tersebut dan membagikan LKS 8. Meminta siswa membaca Buku Siswa, subbab Medan Magnet di Sekitar Arus Listrik, dan membimbing mengerjakan LKS 8 tersebut dan menggarisbawahi kalimat pokok setelah mendiskusikan di kelompoknya masing-masing. Membagikan LKS 7 serta alat dan bahan yang dibutuhkan dan membimbing tiap kelompok mengerjakan LKS tersebut. Meminta satu-dua kelompok untuk menulis di papan tulis untuk melengkapi Tabel 1 hasil penyelidikan dan ditanggapi kelompok lain. Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan, yaitu: - sifat medan magnet di sekitar kawat berarus listrik. (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru). Kegiatan Penutup Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang medan magnet di sekitar kawat berarus listrik, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada Pertemuan 4 ini. Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuantujuan yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari LKS 7 dan LKS 8.
Terlaksana Ya Tidak
H. Penilaian (Instrumen Penilaian Terlampir pada Lembar Penilaian) Bentuk tes tertulis: pilihan ganda dan uraian singkat Kinerja saat melakukan kegiatan Laporan/presentasi Tes tertulis dilaksanakan setelah proses pembelajaran (Pertemuan 5) dengan menggunakan Lembar Penilaian (LP) 4.1.
50
51
CONTOH 2: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS CTL Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi 3. Memahami wujud zat dan perubahannya 4. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia. 6. Memahami keanekara-gaman makhluk hidup. Kompetensi Dasar 3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari 4.2 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia 6.2 Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki Indikator Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara fisika Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara kimia Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran PERTEMUAN 1 A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu: 1. Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara penyaringan 2. Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran 3. Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran 4. Melakukan pengamatan, menuliskan data hasil pengamatan, melakukan inferensi, berkomunikasi B. Materi Pembelajaran Pemisahan campuran dengan cara penyaringan C. Metode Pembelajaran 1.Model :Cooperatif Learning 2.Metode : Demonstrasi : SMP : IPA : VII / 1
52
Eksperimen Diskusi D.Langkah-langkah 1. Kegiatan Pendahuluan Motivasi: Menunjukkan pada siswa air kotor dan air jernih, kemudian menanyakan kepada siswa: Terdiri dari apa sajakah campuran tersebut, apakah terdapat organisme di dalamnya? Apakah air tersebut dapat dijernihkan? Pengetahuan Prasyarat: Mengajukan pertanyaan tentang pengertian campuran Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan Inti - Menegaskan tentang permasalahan yang muncul dalam sesi pemotivasian. - Membagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok, Tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. - Meminta peserta didik untuk membaca LKS dan mendiskusikan dalam kelompok sebelum melakukan percobaan. - Membinbing siswa melakukan percobaan dan memeriksa kegiatan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar. - Jika masih ada peserta didik /kelompok yang belum dapat melakukan dengan benar ,guru dapat langsung memberikan bimbingan. - Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya - Memberi penghargaan pada semua kelompok yang telah melakukan percobaan dan mempresentasikan hasilnya sesuai kinerja kelompok. - Mengklarifikasi konsep yang telah didapat siswa, dilanjutkan dengan diskusi tentang berbagai kemungkinan pemisahan campuran selain penyaringan. 3. Kegiatan Penutup - Guru membimbing siswa merangkum pelajaran. - Penugasan Terstruktur: Memberikan tugas lanjutan dari kegiatan yang telah dilakukan yaitu menggunakan bahan-bahan lain yang dapat digunakan untuk menyaring air dan membandingkan hasilnya dengan kelompok lain. Tugas dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.ahan- apakah yang kamu pikir dapat digunakan sebagai penyaring air? Lakukan kegiatan ini dengan menggunakbahan-bahan yang E. Sumber Belajar 1. Buku siswa 2. LKS 3. Alat dan bahan untuk kegiatan siswa dalam pertemuan ini, meliputi:
53
a. b. c. d. e. f. PERTEMUAN 2
botol plastik 2l bekas air mineral air kolam kerikil pasir ijuk pisau
A.Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat : 1. Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara destilasi 2. Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran 3. Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran 4. Melakukan pengamatan, menuliskan data hasil pengamatan, melakukan inferensi, berkomunikasi B.Materi Pembelajaran Pemisahan campuran dengan cara destilasi dan kristalisasi C.Model Pembelajaran Pendekatan Metode : Pembelajaran Kooperatif : Pengamatan, Diskusi
D.Langkah-langkah 1. Kegiatan pendahuluan Motivasi: Menanyakan kegiatan tugas lanjutan, selanjutnya menanyakan: Bagaimanakah memperoleh air tawar dari air asin? (Arahkan dalam konteks penjernihan air untuk memperoleh air tawar) Pengetahuan Prasyarat: Mengajukan pertanyaan tentang penguapan dan pengembunan Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan inti - Menegaskan tentang permasalahan yang muncul dalam sesi pemotivasian dan berdiskusi tentang penguapan dan pengembunan. - Membagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok, Tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. - Meminta peserta didik untuk membaca LKS dan mendiskusikan dalam kelompok sebelum melakukan percobaan. - Membinbing siswa melakukan percobaan dan memeriksa kegiatan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar.
54
- Jika masih ada peserta didik /kelompok yang belum dapat melakukan dengan benar ,guru dapat langsung memberikan bimbingan. - Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya - Memberi penghargaan pada semua kelompok yang telah melakukan percobaan dan mempresentasikan hasilnya sesuai kinerja kelompok. - Mengklarifikasi konsep yang telah didapat siswa, dilanjutkan dengan diskusi tentang penerapan lain destilasi. Mendiskusikan pemisahan campuran selain penyaringan dan destilasi, yakni kristalisasi. 3. Kegiatan penutup - Guru besama peserta didik membuat kesimpulan rangkuman hasil belajar - Guru memberikan kuis untuk mengetahui daya serap materi yang baru saja dipelajari E. Sumber Belajar 1. Buku siswa 2. LKS 3. Alat dan bahan untuk kegiatan siswa dalam pertemuan ini, meliputi: botol plastik 2l bekas air mineral air kolam kerikil pasir ijuk pisau PERTEMUAN KETIGA A. Tujuan Peserta didik dapat 1. Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara kimia (koagulasi) 2. Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran 3. Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran B. Materi Pembelajaran Pemisahan campuran C.Model Pembelajaran Pendekatan : Pembelajaran Kooperatif Metode : Diskusi dan Penerapan Strategi Belajar (membuat peta konsep)
55
D. Langkah-langkah 1. Kegiatan Pendahuluan Motivasi dan apersepsi - Menanyakan:Pernahkah kamu melihat tawas? Guru menunjukkan tawas. Menanyakan kegunaan tawas (diarahkan untuk penjernihan air) - Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan inti - Guru meminta peserta didik membaca secara individual materi tentang cara pemisahan campuran secara kimia dalam di Buku Siswa (Pengelolaan Air Minum) - Membagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok, Tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. - Meminta kelompok untuk membuat poster tentang proses pengolahan air sungai atau danau menjadi air minum. Poster dapat berupa diagram alir, peta konsep, atau sesuai kreasi anak. - Membinbing siswa melakukan kegiatannya. - Jika masih ada peserta didik /kelompok yang belum dapat melakukan dengan benar ,guru dapat langsung memberikan bimbingan. - Peserta didik menempelkan poster hasil kerja kelompoknya dan diamati kelompok lain - Memberi penghargaan pada semua kelompok yang telah melakukan percobaan dan mempresentasikan hasilnya sesuai kinerja kelompok. - Mengklarifikasi konsep yang telah didapat siswa, dilanjutkan dengan diskusi tentang pemisahan campuran secara kimia yang lain. 3. Kegiatan penutup Guru besama peserta didik membuat kesimpulan rangkuman hasil belajar - Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur: Guru menginformasikan untuk membaca dan mempelajari Buku Siswa dan sumber belajar yang lain. E. Sumber belajar 1.Buku Siswa 2.Peralatan untuk membuat poster F. Penilaian 1.Teknik penilaian dan bentuk instrumen Teknik Tes unjuk kerja Bentuk Instrumen Lembar Observasi (rating scale)
56
Tes tulis
Isian
2. Contoh instrumen Tes Tulis: Misalkan terdapat campuran air asin dan pasir. Tuliskan langkahlangkah pemisahannya, sehingga kamu mendapatkan air tawar, garam, dan pasir! Kriteria penskoran: 4: semua langkah teridentifikasi, urutan langkah ditulis dengan benar 3: ada langkah yang tidak terlalu prinsip tidak teridentifikasi, urutan langkah ditulis dengan benar 2: ada langkah prinsip tidak teridentifikasi, ada langkah yang ditulis tidak urut 1: ada langkah prinsip tidak teridentifikasi, ada langkah prinsip tidak tertulis 0: tidak mengerjakan
Lembar Observasi yang dikembangkan sebagai berikut. Lembar Observasi terhadap Kinerja Ilmiah Siswa N o 1 2 3 4 Aspek Yang Diamati 0 (tidak ada) Skor 1 2 (kurang) (sedang) 3 (baik)
Melakukan pengamatan Menuliskan data pengamatan Melakukan tafsiran terhadap data Mengkomunikasikan Kriteria Penilaian skor yang didapat nilai = skor total
100
57
PEMBELAJARAN TERPADU
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran terpadu merupakan proses pembelajaran yang bersifat menyeluruh atau holistik. Pendekatan ini menempatkan siswa dalam posisi sentral, siswa sebagai peserta didik yang aktif, terutama dalam keterampilan berpikir. Beberapa keterampilan berpikir dikembangkan dalam pembelajaran merumuskan ini, seperti: hipotesis, merencanakan, menyimpulkan, mengamati, membedakan, mengurutkan, menduga dan mengukur, mengelompokan, menilai, divergen, bertanya, membandingkan, menganalisis, memadukan, menggenarilasisikan, memperkirakan, berpikir menginterpretasikan, berpikir deduktif, melakukan percobaan, berkomunikasi, berpikir konvergen, berpikir induktif, mengambil keputusan. Kemungkinan Bentuk Penerapan Pembelajaran Terpadu, IPS Terpadu. Tematik) Terpadu (IPA
pada pengaitan konseptual intra dan/atau antar bidang studi yang terjadi secara spontan, dengan program kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan secara sepenuhnya mengikuti kurikulum yang isinya masih terkotak-kotak berdasarkan bidang studi agar terorganisasi secara terstruktur, lebih eksplisit dan bertolak dari tema-tema. Model Pengintegrasian Kurikulum tersebut menurut Forgaty (1991) digambarkan seperti pada tabel berikut:
58
RENTANGAN
fragmented connected nested
DESKRIPSI
Tiap Mapel disampaikan terpisah. Suatu konsep dipertautkan dengan konsep lain. Selain target di Mapel ada target multiketerampilan beberapa topik diatur ulang serta diurutkan agar dapat serupa satu sama lain. dua mata pelajaran yang samasama diajarkan dengan menggunakan konsep-konsep atau keterampilan-keterampilan yang tumpang tindih (overlap). Berangkat dari tema yang dibangun bersama-sama antara guru dengan siswa, atas dasar beberapa topik pada beberapa mata pelajaran yang berhubungan. pendekatan metakurikuler digunakan untuk mencapai beberapa keterampilan dan tingkatan logika para siswa dengan berbagai mata pelajaran. guru masing-masing mata pelajaran bekerja sama melihat dan memberikan topik-topik yang berkaitan dan tumpang tindih. berpusat untuk mengakomodasikan kebutuhan para siswa, di mana mereka akan melihat apa yang dipelajarinya dari minat dan pengalaman mereka sendiri. jaringan kerja dengan orangorang yang memiliki keahlian untuk membantu bagian dari pekerjaannya yang lebih bersifat implementatif. Mereka akan bekerja secara terpadu sesuai dengan topik pekerjaan yang mengikat mereka.
Sequenced
shared
Webbed (terjala/tematik )
threaded
integrated
immersed
networked
59
Model-model pembelajaran berpikir yang dapat digunakan dalam pembelajaran terpadu adalah: pemecahan masalah, evaluasi kritis, penyelidikan, pengambilan keputusan, berpikir kritis, berpikir kreatif. Beberapa kegiatan utama dari model-model pembelajaran berpikir ini diuraikan sebagai berikut: 1. Pemecahan Masalah Menghimpun fakta-fakta, Merumuskan masalah, Mengembangkan ide, pemikiran, alternative pemecahan, Menentukan alternatif pemecahan, Menyusun rencana tindakan pelaksanaan.
2. Berpikir Kritis Menjelaskan ide dan pemikiran Menentukan tingkat ketepatan informasi dasar (hasil pengamatan dan komunikasi). Menyusun argumentasi dan penyimpulan (berdasarkan data dan konsep) 3. Berpikir Kreatif Pengembangan ide-ide dalam beberapa kategori (kelenturan berpikir) Pengembangan ide baru (kemurnian berpikir) Penyempurnaan ide (elaborasi pemikiran) Menentukan kriteria Menyusun alternative pemikiran, pemecahan, Membuat perkiraan dan menentukan keputusan, Memberikan alas an, argumentasi bagi keputusan.
4. Evaluasi Kritis
60
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran Meningkatkan minat dan motivasi Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan. Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, sehingga memudahkan memahami hubungan materi dari satu konteks ke konteks lainnya.
kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena ketiga atau lebih disiplin ilmu dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antar konsep dalam disiplin ilmu tersebut. Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi dari mata pelajaran yang dipadukan.
61
dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
62
di SMP/MTs,
meliputi mata pelajaran fisika, bumi antariksa, biologi, dan kimia yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu anak untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya. Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
63
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA mempelajari IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya sebagai produk, menghafalkan konsep, teori sebagai proses,
dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran. Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, hanya menyampaikan IPA IPA guru sebagai produk dan peserta didik
menghafal informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak. Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan
64
terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai mata pelajaran IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak berminat di sekolah dapat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA disajikan secara menarik, efisien, dan efektif. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai peserta didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum. Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.
65
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh tentang melalui sebuah pengumpulan gejala yang data dapat dengan eksperimen, Ada tiga pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan dipercaya. kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang apa, mengapa, dan bagaimana tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan Metode kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah.
ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen. Dalam melalui belajar IPA peserta didik diarahkan metode untuk ilmiah.
membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori eksperimen dengan menggunakan Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
66
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dinamakan enquiry dalam mencari tahu atau berbuat tersebut
dengan keterampilan proses penyelidikan atau skills yang meliputi untuk mengamati, menjawab dan mengukur, pertanyaan, data,
menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen mengklasifikasikan, mengolah, menganalisis
menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1)
memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari
67
yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (3) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam, dunia teknologi dan melalui kegiatan perancangan pembuatan alat-alat (4) memperkenalkan dalam kegiatan maupun sederhana kreatif
penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah.
dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Lagi pula, anak melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah dalam fisika, biologi, kimia, dan bumialam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif.
68
Keterpaduan mata pelajaran dapat mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, maupun kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami metodologi. b. Meningkatkan minat dan motivasi keterkaitan atau kesamaan materi
Pembelajaran
terpadu
memberikan
peluang
bagi
guru
untuk
mengembangkan situasi pembelajaan yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang disampaikan.
Pembelajaran memotivasi IPA peserta Terpadu didik dapat untuk mempermudah mengenal, dan menerima,
menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna
69
baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya. c. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan. 4. PEMADUAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN IPA
Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri atas beberapa mata pelajaran adalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan peserta didik mendapat pengalaman belajar yang dapat menghubungkaitkan konsep-konsep dari berbagai submata-pelajaran. Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA dalam IPA dengan berbagai
mata pelajaran (Carin 1997;236). Lintas submata pelajaran adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu seperti biologi, fisika, kimia, geologi, dan astronomi. Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan mata pelajaran lain di luar bidang kajian IPA dan hal ini lebih sesuai untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat lebih tinggi semakin luas dan mendalam, maka pada jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, akan lebih baik bila keterpaduan dibatasi
70
pada mata pelajaran yang termasuk bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang timbulnya kesulitan dalam pembelajaran dan penilaian, mengingat semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin dalam dan luas pula pemahaman konsep yang harus diserap oleh peserta didik. Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan TEMA, karena penentuan tema akan membantu peserta didik dalam beberapa aspek yaitu:
.
peserta didik yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri; peserta didik menjadi lebih percaya diri dan termotivas dalam belajar bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya;
peserta didik lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena mereka mendengar, berbicara, membaca, menulis dan melakukan kegiatan menyelidiki masalah yang sedang dipelajarinya;
. .
memperkuat kemampuan berbahasa peserta didik; belajar akan lebih baik bila peserta didik terlibat secara aktif melalui tugas proyek, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru, dan dunia nyata.
Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam IPA, sebaiknya antara memilih tema yang menghubungkaitkan masyarakat. Berikut ini diberikan contoh pembelajaran IPA Terpadu dengan tema yang bernuansa IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat. IPAlingkunganteknologi-
71
72
bersifat kontekstual di daerah pertanian dan daerah pantai, tetapi untuk daerah perkotaan mungkin agak sulit dilaksanakan, namun dapat dicoba. Dengan insekta sebagai tema sentral, maka dapat dibuat jaringan tema berikut:
Proyek:Koleksi insekta
INSEKT A
seran
Menyelidiki tentang serangga penyerbuk
Menyelidiki pengaruh perubahan lingkungan thd populasi serangga vektor penularan penyakit
73
Kompetensi dasar untuk jaringan tema insekta pada gambar 2.1 di atas mungkin tidak termuat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar seluruhnya, namun dapat menjadi inspirasi ini untuk memotivasi kita peserta didik metode yang berminat dan melakukan penyelidikan tentang insekta. Dalam pembelajaran sekaligus menerapkan ilmiah mengembangkan keterampilan proses IPA mengembangkan potensi peserta didik. dan kemampuan
Mempelajari Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang dipadukan
Model Pembelajaran PAIKEM Pengawas Sekolah Memilih/menetapkan tema atau topik pemersatu
Menyusun silabus pembelajaran terpadu Menyusun desain pembelajaran/rencan a pelaksannan pembelajaran terpadu
74
Gambar 3.1 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu Langkah (1): Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan. Pada saat menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh peserta didik dan kebermaknaan belajar. Contoh lihat lampiran. Langkah (2): Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari mata pelajaran yang akan dipadukan. Pada tahap ini dilakukan pengkajian atas kompetensi dasar pada semester dan kelas yang sama, antarsemester pada kelas yang sama, antarsemester dan kelas yang berbeda dari beberapa submata pelajaran IPA yang memungkinkan untuk diajarkan secara terpadu. Berikut ini contoh peta kompetensi dasarIPA terpadu untuk SMP kelasVII CONTOH PETA KOMPETENSI DASAR IPA TERPADU Mata Pelajaran : IPA Kelas : VII
KD MP Fisika 1.1 Mendeskripsi kan besaran pokok dan besaran turunan KD MP Kimia 2.2 Melakukan percobaan sederhana dengan bahanbahan yang diperoleh dalam KD MP Biologi 5.1 Melaksanakan pengamatan objek secara terencana dan sistematis untuk memperoleh informasi gejala Tema Kerja Ilmiah Waktu 20 x 40
75
beserta satuannya
kehidupan seharihari.
3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
2.3 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
20 x 40
Langkah (3): Memilih dan menetapkan tema atau topik pemersatu. Dalam memilih tema/topik dapat dirumuskan dengan melihat isu-isu yang terkini, misalnya penyakit demam berdarah, HIV/AIDS, dan lainnya, kemudian baru dilihat koneksitasnya dengan kompetensi dasar dari berbagai submata pelajaran IPA. Contoh lihat lampiran. Langkah (4): Membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kaitan antara tema/topik dengan kompetensi dasar yang dapat dipadukan. Contoh lihat lampiran. Langkah (5): Menyusun dan merumuskan indikator pencapaian hasil belajar untuk setiap kompetensi dasar dari submata pelajaran yang dipadukan. Contoh lihat lampiran. Langkah (6): Menyusun silabus pembelajaran IPA terpadu, dikembangkan dari berbagai indikator submata pelajaran IPA menjadi beberapa pengalaman belajar yang konsep keterpaduan atau keterkaitan menyatu antara beberapa submata pelajaran IPA. Contoh lihat lampiran. Langkah (7):
76
Menjabarkan silabus menjadi desain pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan. Contoh lihat lampiran. b. MODEL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (Desain Pembelajaran) Model pembelajaran dalam hal ini adalah menjabarkan silabus menjadi desain pembelajaran/rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu, dikemas dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup/tindak lanjut. Pembelajaran/Rencana Pelaksanaan
Kegiatan Awal/Pendahuluan Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Fungsinya untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif, yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat yaitu antara 5-10 menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik sehingga peserta didik siap mengikuti pembelajaran dengan seksama. Langkah-langkah dalam kegiatan pendahuluan ini terdiri atas beberapa tahap yaitu: 1. menarik perhatian peserta didik untuk menumbuhkan
kesiapan belajar;
77
2.
3. 4. yang
memotivasi peserta didik: membangkitkan semangat memberikan acuan topik yang akan dibahas; mengaitkan topik yang akan dipelajari dengan topik telah dipelajari dan yang dapat dilakukan atas dengan jawaban
mengajukan pertanyaan tentang topik yang sudah dipelajari sebelumnya peserta didik Dalam kegiatan pendahuluan ini guru dapat pula melakukan penilaian awal peserta didik (tes awal) yang dapat diberikan secara lisan maupun tertulis. memberikan komentar
Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan peserta pada didik proses (learning Kegiatan pembentukan experience). tatap muka pengalaman dan belajar
Pengalaman belajar dapat terjadi melalui kegiatan tatap muka kegiatan nontatap muka. dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan guru maupun dengan peserta didik lainnya. Kegiatan nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik dengan sumber belajar lain di luar kelas atau di luar sekolah. Kegiatan inti pembelajaran terpadu bersifat situasional, yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu, di antaranya adalah sebagai berikut ini.
78
tujuan atau kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta materi disampaikan. Cara yang paling praktis adalah menuliskannya di papan tulis dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya kompetensi tersebut yang akan dikuasai oleh peserta didik.
Alternatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta yang harus ditempuh peserta didik dalam
didik. Guru menyampaikan kepada peserta didik kegiatan belajar mempelajari tema atau topik yang telah ditentukan. Kegiatan belajar hendaknya lebih mengutamakan aktivitas peserta didik, atau berorientasi pada aktivitas peserta didik. Guru hanya sebagai fasilitator yng memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk belajar. Peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri apa yang dipelajarinya. Prinsip belajar sesuai dengan konstruktivisme hendaknya dilaksanakan dalam pembelajaran terpadu Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan ajar terpadu harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik, penyajian harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep di mata pelajaran yang satu dengan konsep di mata pelajaran lainnya. Guru harus berupaya untuk menyajikan bahan ajar dengan strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong peserta didik pada upaya penemuan pengetahuan baru, melalui pembelajaran perorangan. Kegiatan Akhir/Penutup dan tindak lanjut yang bersifat klasikal, kelompok, dan
79
Waktu yang tersedia untuk kegiatan penutup atau kegiatan akhir pembelajaran terpadu ini cukup singkat. Oleh karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum kegiatan penutup ini terdiri atas hal-hal sebagai berikut ini. a) Mengajak peserta didik untuk telah diajarkan. menyimpulkan materi yang
80
lainnya karena hasil belajar merupakan akibat dari proses belajar. Jenis penilaian terpadu terdiri atas tes dan bukan tes. Sistem penilaian dengan menggunakan tes merupakan sistem penilaian konvensional. Sistem ini kurang dapat menggambarkan kemampuan peserta didik secara menyeluruh, sebab hasil belajar digambarkan dalam bentuk angka yang gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar secara menyeluruh maka dilengkapi dengan non-tes.
PENILAIAN
Non tes
Tes
Tes tertulis
Tes perbuatan
Skala sikap uraian Daftar periksa Kuesioner Model Pembelajaran PAIKEM Tes tertutup/ Pengawas Sekolah Catatan anekdot terbatas/ Portofolio terstruktur Catatan sekolah Bebas terbuka Jurnal Cuplikan kerja
Tes tertulis/
Tes tertulis/ objektif Pilihan ganda Benar salah 81 Menjodohkan Isian singkat Isian panjang Isian khusus
Berikut ini adalah contoh penilaian untuk tema/topik tentang LINGKUNGAN SEKITAR KITA
82
KD
Indikator Prosedur n dalam bentuk diagram rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan dan menjelaskan peranan masing-masing tingkat trofik
Memperkirakan hubungan antara populasi penduduk dengan kebutuhan air bersih dan udara bersih Memperkirakan hubungan ukuran penduduk dengan kebutuhan pangan Memperkirakan hubungan ukuran penduduk dengan kebutuhan lahan Menjelaskan pengaruh meningkatnya populasi penduduk dengan kerusakan lingkungan
Penugasan
Nontes
Praktikum
Laporan praktikum
83
KD
Instrumen
Mengaplikasi kan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan
Menjelaskan pengaruh pencemaran air, udara, dan tanah dalam kaitannya dengan kegiatan manusia Mengemukakan contoh langkahlangkah upaya pengelolaan lingkungan hidup untuk kesejahteraan manusia
Penugasan
Nontes
Karya tulis
84
KD Mencari informasi tentang kegunaan dan efek samping bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari
Indikator Prosedur Mengelompokk an bahan kimia dari kemasan yang digunakan sebagai pemutih, pembersih, pengharum, dan pembasmi serangga Menyelidiki pengaruh penggunaan bahan kimia yang digunakan sebagai pemutih, pembersih, pengharum, dan pembasmi serangga Menjelaskan efek samping penggunaan bahan kimia dalam rumah tangga Praktikum
Sistem penilaian Jenis dan Jenis bentuk tagihan Nontes Tes perbuatan
Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip "usaha dan energi" serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Menunjukkan bentuk energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari Mengaplikasika n konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan
Penugasan
Nontes
85
KD
Instrumen
Menjelaskan hubungan antara proses yang terjadi di lapisan litosfer dan atmosfer dengan kesehatan dan permasalahan lingkungan
Menjelaskan proses pelapukan di lapisan bumi berkaitan dengan masalah lingkungan Menjelaskan proses pemanasan global dan pengaruhnya terhadap masalah lingkungan Menjelaskan pengaruh proses-proses di lingkungan terhadap kesehatan manusia
Penugasan
Lembar penilaian
Tes akhir
Berdasarkan contoh itu, maka guru dapat mempraktikkan beberapa teknik penilaian, baik yang termasuk dalam ranah kognitif, afektik, maupun psikomotor. Tugas berupa laporan baik secara individu maupun kelompok sebaiknya berupa tugas aplikasi, misalnya merupakan hasil pengamatan di luar kelas. Dapat pula berupa tugas sintesis dan evaluasi, misalnya tugas pemecahan masalah lingkungan dan usulan cara penanggulangannya. Melalui penugasan ini maka kemampuan berpikir dan kepekaan peserta didik akan terasah.
86
Untuk
keperluan
pelaporan
hasil
penilaian
guru
dapat
memberikan bobot bagi setiap tugas yang diberikan tergantung pada pertimbangan guru sesuai dengan karakteristik tugas, baik tes maupun nontes. Penilaian untuk pelaporan mengacu pada pedoman penilaian dari Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. Oleh karena keterpaduan pembelajaran IPA meliputi mata pelajaran fisika, kimia, biologi, maka dalam pelaporan hasil penilaian tidak menjadi masalah. Ketiganya akan dipadukan menjadi nilai mata pelajaran IPA .
87
semua mata pelajaran IPA, dan mengalami kesulitan untuk memadukan kompetensi dasar, indikator, dan materi, maka sangat dianjurkan agar guru tersebut bekerja sama dalam kelompok MGMP agar dapat terjadi diskusi tentang perencanaan strategi dan pelaksanaan KBM. Indikator yang sudah dipadukan tidak perlu diajarkan dua kali karena tujuan pembelajaran terpadu adalah efisiensi dan efektivitas dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaannya di lapangan, pembelajaran IPA Terpadu terbentur pada masalah-masalah berikut ini. 1. Jadwal pelajaran yang sudah diatur sedemikian rupa dan tak dapat diubah begitu saja. 2. Masalah guru mata pelajaran IPA yang terpisah. 3. Program semester yang telah memuat urutan materi yang akan diajarkan. 4. Penguasaan bahan ajar. 5. Keterpaduan kompetensi yang terjadi lintas kelas. Dalam mengajarkan bahan ajar dilakukan oleh guru mata pelajaran yang dominan. Misalnya bahan ajar tersebut dominan biologi maka yang mengajar sebaiknya guru biologi, atau bersama-sama. Oleh karena itu, pembelajaran IPA terpadu dapat diajarkan oleh guru tunggal atau tim pengajar tergantung pada kesepakatan dan waktu. Dalam bab sebelumnya telah diuraikan, bahwa yang terpenting adalah kerja sama antarguru IPA yang ada di
suatu sekolah dalam membuat perencanaan pembelajaran, mulai dari silabus, desain pembelajaran/rencana pelaksanaan pembelajaran hingga kesepakatan dalam bentuk penilaian. Bila hal ini dapat dilaksanakan, maka pembelajaran terpadu
88
dapat meningkatkan kerja sama antarguru IPA, baik yang ada di sekolah maupun dalam lingkup MGMP. Kerja sama ini meliputi saling mempelajari materi dari mata pelajaran yang lain. Selain meningkatkan kerja sama, pembelajaran terpadu juga meningkatkan keharusan bagi guru untuk memperluas wawasan pengetahuannya. Pembelajaran terpadu oleh guru tunggal dapat memperkecil masalah pelaksanaannya yang menyangkut jadwal pelajaran. Secara teknis, pengaturannya dapat dilakukan sejak awal semester atau awal tahun pelajaran. Hal yang perlu dihindarkan adalah pembahasan materi yang tidak seimbang karena wawasan pengetahuan tentang materi pelajaran yang lain kurang memadai. Hal utama yang harus dilakukan guru adalah memahami model pembelajaran terpadu secara konseptual maupun praktikal. b. Peserta didik
Bagi
peserta
didik,
pembelajaran
terpadu
dapat
mempertajam kemampuan analitis terhadap konsepkonsep yang dipadukan, karena dapat mengembangkan kemampuan metode asosiasi konsep dan aplikasi konsep. Aktivitas Pembelajaran terpadu perlu dilakukan dengan variasi yang tidak membosankan. pembelajaran harus lebih banyak berpusat pada peserta didik agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
c. Bahan Ajar
Bahan ajar
89
berbagai sumber belajar lainnya. Bahkan bila memungkinkan mereka dapat menggunakan teknologi informasi yang ada. Aktivitas peserta didik dalam penugasan dapat menjadi nilai tambah yang menguntungkan. Dalam pembelajaran terpadu, suatu bahan ajar dapat dibahas dari berberapa mata pelajaran sehingga wawasan peserta didik diharapkan akan lebih terbuka. Di samping itu karena konsep-konsep itu dipadukan dalam suatu pembelajaran, maka akan mengurangi kebosanan peserta didik terhadap pengulangan bahan ajar pada berbagai mata pelajaran. d. Sarana dan Prasarana Dalam pembelajaran terpadu diperlukan berbagai alat dan media pembelajaran. Karena digunakan untuk pembelajaran konsep yang direkatkan oleh tema, maka penggunaan sarana pembelajaran dapat lebih efisien jika dibandingkan dengan pemisahan mata pelajaran. Memang tidak semua konsep dapat dipadukan. Konsep-konsep yang dipilih untuk direkat oleh tema dapat menghemat waktu dan ruang. Berikut contoh Pemetaan Kompetensi Dasar untuk menjadi Tema dalam pembelajaran IPA Terpadu. e. Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Walaupun standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA dikembangkan dalam submata pelajaran, pada tingkat pelaksanaan membelajarkan guru memiliki keleluasaan untuk dalam peserta didiknya mencapai
kompetensi tersebut. Salah satu contoh yang akan dikembangkan dalam model ini adalah guru dapat mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi
90
dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu tema dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam bentuk tema sebaiknya dilakukan pada jenjang kelas yang sama dan masih dalam lingkup IPA .
Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara laian sebagai berikut.
91
mendalam, sehingga memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya.
terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Di samping kekuatan/manfaat yang dikemukakan itu, model pembelajaran IPA Terpadu juga memiliki kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran terpadu dalam IPA memiliki beberapa kelemahan, akan tetapi kelemahan tersebut sebagai tantangan untuk terus berupaya diatasi oleh pihak-pihak yang terlibat di sekolah. Beberapa kelemahan yang perlu diatasi diuraikan sebagai berikut ini.
memiliki
kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada mata pelajaran tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu dalam IPA akan sulit terwujud.
92
dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif dan (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif
elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
f. Suasana
pembelajaran:
Pembelajaran
terpadu
93
dan tenggelamnya mata pelajaran lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, atau maka guru berkecenderungan menekankan mengutamakan
substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri. Sekalipun kelemahan inovasi pembelajaran selain dalam terpadu mengandung sebagai beberapa bentuk dan
keunggulannya, implementasi
sebuah
Standar di
Kompetensi perlu
Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih lanjut. Untuk mengurangi terbuka. kelemahan-kelemahan ini atas, untuk dibahas bersama antara guru mata pelajaran terkait dengan sikap Kesemuanya ditujukan meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran IPA.
94
Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan kebulatan yang tinggi. sejarah Pembelajaran berkenaan memberikan geografi dengan wawasan memberikan wawasan yang
wilayah-wilayah,
sedangkan
berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitasaktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budayabudaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu berkenaan tentang dengan kebijakan pada aktivitas-aktivitas Sosiologi yang dan pembuatan keputusan.
psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmuilmu sosial dan studi-studi sosial. Gambar 1: Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial Sejarah
Ilmu Politik
Sosiologi
Antropologi
95
implementasi kurikulum, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran kurikulum. Karateristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs antara lain sebagai berikut. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsurunsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama (Numan Soemantri, 2001). Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
96
Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
Standar
Kompetensi
dan
Kompetensi
Dasar
dapat
menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan (Daldjoeni, 1981).
Standar
Kompetensi tiga
dan dimensi
Kompetensi dalam
Dasar
IPS dan
menggunakan
mengkaji
memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan. Ketiga dimensi tersebut terlihat pada tabel berikut.
Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia
Dimensi dalam kehidupan manusia Area dan substansi pembelajaran Ruang Alam sebagai tempat dan penyedia potensi sumber daya Adaptasi spasial dan eksploratif Waktu Alam dan kehidupan yang selalu berproses, masa lalu, saat ini, dan yang akan datang Berpikir kronologis, prospektif, antisipatif Nilai/Norma Kaidah atau aturan yang menjadi perekat dan penjamin keharmonisan kehidupan manusia dan alam Konsisten dengan aturan yang disepakati dan kaidah alamiah masing-masing disiplin ilmu Ekonomi, Sosiologi/Antropologi
Geografi
Sejarah
97
Ruang
Waktu
Nilai/Norma
mengembangkan potensi
masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan Mutakin, 1998). Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, Mengetahui dan yang kemudian melalui pemahaman konsep terhadap dasar dan untuk nilai-nilai mampu sejarah dan kebudayaan masyarakat. memahami dapat menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial digunakan memecahkan masalah-masalah sosial. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
98
Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
cabang-cabang
Topik/tema
99
berkembang. Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau sudut pandang, contohnya banjir, pemukiman kumuh, potensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi yang dibahas dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial. a. Model Integrasi Berdasarkan Topik Dalam pembelajaran topik IPS yang keterpaduan terkait, dapat dilakukan berdasarkan misalnya pariwisata.
Pariwisata dalam contoh yang dikembangkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam Ilmu Pengetahuan Sosial. Pengembangan pariwisata dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisis-geografis yang tercakup dalam disiplin Geografi. Secara sosiologis, pariwisata itu juga dapat ditinjau dari partisipasi masyarakat, pengaruhnya terhadap kondisi sosial budaya setempat, dan interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal. Secara historis dapat dikembangkan melalui sejarah daerah pariwisata tersebut. Keadaan politik juga dapat dikaji pula pada topik pengembangan pariwisata berkaitan pariwisata. dengan pengaruhnya lokal terhadap maupun perkembangan terhadap dapat nasional Selanjutnya, ekonomi dampak pariwisata
perkembangan
dikembangkan melalui kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi. Skema berikut memberikan gambaran keterkaitan suatu topik/tema dengan berbagai disiplin ilmu.
Sejarah perkembanga n daerah wisata Persebaran, kondisi fisik daerah objek wisata
Sejarah
Geogra fi
100
Dampak terhadap kesejahteraa n masyarakat
Sosiolog i Politik
Ekonom i
Gambar 2: Model Integrasi IPS Berdasarkan Topik/Tema b. Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melalui topik yang didasarkan pada potensi utama yang ada di wilayah setempat; sebagai contoh, Potensi Bali Sebagai Daerah Tujuan Wisata. Dalam pembelajaran yang dikembangkan dalam Kebudayaan Bali dikaji dan ditinjau dari faktor alam, sosial/antropologis, historis kronologis dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap aturan. Melalui kajian potensi utama yang terdapat di daerahnya, maka siswa selain dapat memahami kondisi daerahnya juga sekaligus memahami Kompetensi Dasar yang terdapat pada beberapa disiplin yang tergabung dalam Ilmu Pengetahuan Sosial.
Keadaan Alam
1. Potensi objek wisata
Ekonomi
101
3.
Gambar 3: Model Integrasi IPS Berdasarkan Potensi Utama c. Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya adalah berdasarkan permasalahan yang ada, contohnya adalah Pemukiman Kumuh. Pada pembelajaran terpadu, Pemukiman Kumuh ditinjau dari beberapa faktor sosial yang mempengaruhinya. Di antaranya adalah faktor ekonomi, sosial, dan budaya. Juga dapat dari faktor historis kronologis dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap aturan/norma. Faktor sosial, dan budaya
PEMUKIMAN KUMUH
Faktor Ekonomi
Faktor historis
102
Untuk menyusun perencanaan pembelajaran terpadu perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini. 1. Pemetaan Kompetensi Dasar 2. Penentuan Topik/tema 3. Penjabaran (perumusan) Kompetensi Dasar ke dalam indikator sesuai topik/tema 4. Pengembangan Silabus 5. Penyusunan Desain/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Langkah-langkah tersebut secara rinci dijelaslan sebagai berikut ini. 1) Pemetaan Kompetensi Dasar Langkah pertama dalam pengembangan model pembelajaran terpadu adalah melakukan pemetaan pada semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS per kelas yang dapat dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh. Kegiatan yang dapat dilakukan pada pemetaan ini antara lain dengan: mengidentifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPS yang dapat dipadukan dalam satu tingkat kelas yang sama; dan menentukan tema/topik pengikat antar-Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompetensi Dasar dalam pengembangan model pembelajaran terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebagai berikut.
103
Mengidentifikasikan dipadukan.
beberapa
Kompetensi
Dasar
dalam
Dasar
dipaksakan
dipadukan
pembelajaran. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan/disajikan secara tersendiri. Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua Standar Kompetensi yang ada pada mata pelajaran IPS pada kelas yang sama, melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga Kompetensi Dasar saja. Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih bisa dipetakan dengan topik/tema lainnya. Berikut ini contoh pemetaan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPS yang dapat diintegrasikan/dipadukan.
104
Semester 2 2.1 Mendeskripsika n interkasi sebagai proses sosial. 2.3 Mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi sosial 2.4 Menguraikan proses interaksi sosial
Semester 1 3.1 Mendeskripsika n manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral dalam kaitannya dengan usaha memenuhi kebutuhan dan pemanfaatan sumber daya yang tersedia.
3.
Semester 2 6.2 Mendeskripsika n kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi dan distribusi barang/jasa.
Semester 1 5.1 Mendeskripsika n perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Buddha, serta peninggalan-
Pemanfaat an Peta
105
No .
Geografi
Sosiologi
Ekonomi
Sejarah peningalannya 5.2 Mendeskripsika n perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalanpeningalannya 5.3 Mendeskripsika n perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa
Tema
6.3
106
No.
Geografi
Sosiologi penyimpangan sosial Semester 1 6.2 Mendeskripsika n pranata sosial dalam kehidupan masyarakat Semester 2 6.2 Mendeskripsika n pranata sosial dalam kehidupan masyarakat
Ekonomi
Sejarah
Tema
2.
Semester 1 1.1 Mendeskripsika n kondisi fisik wilayah dan penduduk. Semester 1 1.1 Mendeskripsika n kondisi fisik wilayah dan penduduk.
3.
Semester 2 7.2 Mendeskripsika n pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia. Semester 2 7.1 Mendeskripsika n permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peran pemerintah dalam upaya penanggulanga n-nya. 7.2 Mendeskripsika n palaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia.
Peran Indonesia dalam Pergaulan Antarbangs a Semester 1 2.2Menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia. Otonomi Daerah
4.
Semester 2 1.3 Mendeskripsika n permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan.
Semester 2 6.1 Mendeskripsika n bentuk-bentuk hubungan sosial 6.2 Mendeskripsika n pranata sosial dalam kehidupan masyarakat Mendeskripsika n upaya pengendalian penyimpangan sosial
Semester 2 4.1 Mendeskripsika n hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas
2.1Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah di Indonesia.
Pelestarian Lingkunga n
6.3
107
Sosiologi Semester 1 3.1Mendeskripsikan perubahan sosial-budaya pada masyarakat 3.2 Menguraikan tipe-tipe perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan
Sejarah Semester 2 7.2 Menguraikan perkembanga n lembagalembaga internasional dan peran Indonesia dalam kerjasama internasional
Tema
Pengembangan Pariwisata
Semester 2 5.2 Mendeskripsikan keterkaitan unsur-unsur geografis dan penduduk di kawasan Asia Tenggara
Semester 2 7.3 Menguraikan perilaku masyarakat dalam perubahan sosial-budaya di era global Semester 2 7.3 Menguraikan perilaku masyarakat dalam perubahan sosial-budaya di era global
Semester 2 7.4
Mendeskripsikan kerjasama antar negara di bidang ekonomi
Semester 2 7.2Menguraikan perkembanga n lembagalembaga internasional dan peran Indonesia dalam kerjasama internasional Semester 2 7.2 Menguraikan perkembanga n lembagalembaga internasional dan peran Indonesia dalam kerjasama internasional
Modernisas i
3.
Semester 2 5.2 Mendeskripsikan keterkaitan unsur-unsur geografis dan penduduk di kawasan Asia Tenggara Semester 1 1.1 Mengidentifikasi ciri-ciri negara berkembang dan negara
Semester 2 7.4
Mendeskripsikan kerjasama antar negara di bidang ekonomi
Kerjasam a Internasional
108
No.
Geografi maju.
Sosiologi
Sejarah
Tema
2) Penentuan Topik/Tema Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah selanjutnya dilakukan penentuan topik/tema. Topik/tema yang ditentukan harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPS pada satu tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada pembelajaran IPS Terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut. Topik, dalam pembelajaran IPS Terpadu, merupakan perekat antar-Kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu rumpun mata pelajaran IPS. Topik yang ditentukan juga selain sebaiknya relevan relevan dengan dengan Kompetensi-kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas, pengalaman pribadi siswa, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat. Hal ini agar pembelajaran yang dilakukan dapat lebih bermakna bagi siswa; contohnya, untuk kelas VII ada 3 (tiga) topik/tema yaitu: aktivitas ekonomi penduduk, kelangkaan sumber daya alam, dan pemanfaatan peta. Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih
109
dengan
tidak
antartelah
Kompetensi
Dasar
dipetakan. Contohnya, Pemberlakuan Otonomi Daerah, Pertumbuhan Industri, Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, Pasca Gempa Bumi dan Tsunami, Penyakit Folio, Penyakit Busung Lapar. Berikut ini beberapa contoh Topik yang relatif relevan dengan pemetaan Kompetensi Dasar. Kelas VII SMP i) Topik: Kegiatan Ekonomi Penduduk
No
1.
Geografi
Semester 2 6.1 Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.
Sosiologi
Semester 1 2.1 Mendeskripsikan interaksi sebagai proses sosial.
Ekonomi
Semester 2 6.2 Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa.
Sejarah
Semester 2 5.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalanpeninggalannya
Geografi
Semester 2 1.3 Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan.
Sosiologi
Semester 2 6.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk hubungan sosial 6.2 Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat 6.3 Mendeskripsikan upaya pengendalian penyimpangan sosial
Ekonomi
Semester 2 4.1 Mendeskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas
Sejarah
2.1Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah di Indonesia.
110
No
1.
Geografi
Semester 2 5.1 Menginterpretasikan peta tentang bentuk dan pola muka bumi.
Sosiologi
Semester 1 3.1 Mendeskripsi-kan perubahan sosialbudaya pada masyarakat 3.2 Menguraikan tipetipe perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan
Ekonomi
Semester 1 7.1Mendeskripsikan uang dan lembaga keuangan.
Sejarah
Semester 2 7.2 Menguraikan perkembangan lembaga-lembaga internasional dan peran Indonesia dalam kerjasama internasional
3) Penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam Indikator Setelah melakukan langkah Pemetaan Kompetensi Dasar dan Penentuan Topik/Tema sebagai pengikat keterpaduan, maka Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk penyusunan silabus. Contoh perumusan Kompetensi Dasar ke dalam berbagai indikator pencapaian
Kompetensi Dasar Geografi: Mendeskripsikan pengunaan lahan, pola dan kegiatan pola ekonomi penduduk, berdasarkan pemukiman
kondisi fisik permukaan bumi. Perumusan indikatornya: Mengidentifikasikan mata pencaharian penduduk (pertanian, nonpertanian). Mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan di pedesaan dan perkotaan.
111
Mendiskripsikan persebaran permukiman penduduk di berbagai bentang lahan dan mengungkapkan alasan penduduk memilih bermukim di lokasi tersebut. Kompetensi Dasar Sosiologi: Mendeskripsikan interaksi sebagai proses sosial. Perumusan indikatornya: Mengidentifikasi Menentukan pola-pola dalam keselarasan keragaman sosial sosial dalam untuk keluarga dan masyarakat. sikap mewujudkan keselarasan sosial. Kompetensi Dasar Ekonomi: Mendeksripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa. Perumusan indikatornya: Menguraikan kegiatan konsumsi barang dan jasa. Menguraikan kegiatan produksi barang dan jasa. Menguraikan kegiatan distribusi barang dan jasa. Kompetensi Dasar Sejarah: Mendeksripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalan-peninggalannya. Perumusan indikatornya: Menyusun kronologis proses masuk berkembangnya Islam di Indonesia dengan menggunakan ensiklopedi dan referensi relevan lainnya. Menjelaskan peranan pedagang dan ulama dalam proses awal perkembangan Islam di Indonesia.
112
4) Penyusunan Silabus Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada langkahlangkah sebelumnya silabus dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan pembelajaran terpadu. Komponen
penyusunan silabus terdiri dari Standar Kompetensi IPS (Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan Ekonomi), Kompetensi Dasar, Indikator, Pengalaman belajar, alokasi waktu, dan penilaian. 5) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Pelaksanaan Proses Pembelajaran serta Penilaian Hasil Pembelajaran. Penyusunan RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan peserta didik dalam upaya mencapai KD. Demikian pula untuk pelaksanaan proses pembelajaran, maupun penilaian hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi siswa, menggunakan prinsi-prinsip minimal sesuai dengan standar isi, standar proses, standar penilaian, dan dikembangkan dengan prinsip-prinsip utama dalam pembelajaran dan penilaian pada pembelajaran kontekstual (CTL).
113
114
PEMBELAJARAN TEMATIK
A. LATAR BELAKANG
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung. Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I III
kelas awal) untuk setiap mata pelajaran masih banyak dilakukan secara terpisah. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik. Seperti pada Mata pelajaran Matematika, perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik
115
dapat
memiliki
kemampuan
memperoleh,
mengelola,
dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Demikian pula untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan tujuan agar peserta didik dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan
emosional dan sosial, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan menghargai pengetahuan dan dan kemampuan sastra berbahasa, sebagai membanggakan Indonesia
khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Demikian pula pada Kompetensi dasar Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan perlu dikaji Jika mata pelajaran- mata pelajaran tersebut dipadukan menjadi sebuah tema akan diperoleh suatu kemampuan berkomunikasi secara baik sebagai indikator dalam kemampuan peserta didik dalam berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama, yang pada akhirnya pembelajaran menjadi menyenangkan.
116
Permasalahan menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk Taman Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas satu dan dua sekolah dasar dengan pendidikan prasekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah. Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi, standar proses yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran tematik yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret, disiapkan model pelaksanaan pembelajaran tematik untuk SD/MI kelas I hingga kelas III. B. KERANGKA BERPIKIR 1. Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh
117
potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri. Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu. 2. Cara Anak Belajar Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan
118
lingkungannya
(teori
perkembangan
kognitif).
Menurutnya,
setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat dengan membangun pengetahuan melalui interaksi
lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya. Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
119
tahapan
perkembangan
berpikir
tersebut,
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari halhal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan sumber pada pemanfaatan lingkungan sebagai belajar.
Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, b. Integratif Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. c. Hierarkis Pada tahapan usia sekolah bertahap dasar, mulai cara dari anak hal-hal belajar yang berkembang secara dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi . 3. Belajar dan Pembelajaran Bermakna
120
Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. Belajar bermakna (meaningfull learning) yang terdapat dalam struktur merupakan suatu seseorang.
proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan kognitif Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsepkonsep, informasi atau situasi baru dengan komponenkomponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsepkonsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, telah agar terjadi belajar dan bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang dimiliki siswa membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.
121
Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami mengaktifkan langsung lebih apa banyak yang dipelajarinya daripada dengan hanya indera
mendengarkan orang/guru menjelaskan. C. PENGERTIAN PEMBELAJARAN TEMATIK Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awl SD sebaiknya dilakukan dengan beberapa atau Pembelajaran mata tematik. Pembelajaan dapat pokok tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan pelajaran pokok 1983). sehingga menjadi tema memberikan pembicaraan akan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran gagasan yang (Poerwadarminta, Dengan diharapkan
memberikan banyak keuntungan, di antaranya: 1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; 3. pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4. kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; 5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;
122
6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; 7. guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, pengayaan. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi belajar yang kebermaknaan menunjukkan belajar siswa. Pengalaman kaitan unsur-unsur waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau
konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik
123
di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan bersifat lebih berpikir lama; siswa; 4) 5) Membantu Menyajikan dengan seperti mengembangkan kegiatan dan 6) belajar keterampilan yang
pragmatis sosial
sesuai siswa,
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; Mengembangkan keterampilan kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. meningkat, 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan
124
D. LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK Landasan Pembelajaran tematik mencakup: Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran memandang proses pembelajaran perlu progresivisme pada ditekankan
pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. interaksi Manusia dengan mengkonstruksi obyek, pengetahuannya pengalaman melalui dan fenomena,
lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. humanisme melihat siswa dari segi potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi Aliran keunikan/kekhasannya,
125
pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b). E. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1. Berpusat pada siswa 2. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahankemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 3. Memberikan pengalaman langsung
126
5. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas 6. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 7. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran 8. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalahmasalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 9. Bersifat fleksibel 10. Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 11. 12. 13. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. menyenangkan F. RAMBU-RAMBU 1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan 2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
3. Kompetensi
dasar
yang
tidak
dapat
dipadukan,
jangan
dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
127
4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media
128
Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.
baik
Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).
Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.
Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi Implikasi terhadap Pengaturan ruangan Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi: Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan. Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas
129
Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar Alat, sarana dan sumber memudahkan peserta menyimpannya kembali. Implikasi terhadap Pemilihan metode Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap. belajar hendaknya dikelola sehingga didik untuk menggunakan dan
beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. 1. Pemetaan Kompetensi Dasar Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah: a. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam
130
indikator.
Dalam
mengembangkan
indikator
perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
131
Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya b. Identifikasi Lakukan dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis. 2. Menetapkan Jaringan Tema Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema. 3. Penyusunan Silabus Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dasar, dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. dan Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, penilaian. 4. Penyusunan Rencana Pembelajaran Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana
pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
132
1) Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan). 2) Standar kompetensi 3) Kompetensi dasar 4) Indikator pencapaian kompetensi 5) Tujuan pembelajaran
10)
Sumber belajar, alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan tematik dikuasai. yang digunakan dengan dalam kegiatan dasar pembelajaran yang harus sesuai kompetensi
133
I.
TAHAP PELAKSANAAN 1. Tahapan kegiatan Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan kegiatan kegiatan yaitu dan kegiatan kegiatan pembukaan/awal/pendahuluan, inti,
penutup. Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan kurang lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 3 jam pelajaran (3 x 35 menit) dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 x 35 menit) a. Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sifat dari kegiatan pembukaan anak adalah kegiatan yang untuk akan pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman tentang tema disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi b. Kegiatan Inti Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan. c. Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh kegiatan akhir/penutup yang dapat
134
dilakukan
adalah yang
hasil
pembelajaran
mendongeng,
membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik. Contoh jadwal pelaksanaan pembelajaran perhari dapat dijabarkan menjadi: Contoh 1:
Kegiatan Kegiatan pembukaan Kegiatan inti Jenis kegiatan Anak berkumpul bernyanyi sambil menari mengikluti irama musik Kegiatan untuk membaca Kegiatan untuk menulis Kegitan untuk berhitung Mendongeng atau membaca cerita pengembangan pengembangan pengembangan cerita dari buku
Kegiatan penutup
Contoh 2: Kegiatan Kegiatan pembukaan Kegiatan inti Jenis kegiatan Waktu berkumpul (anak m,enceritakan pengalkaman, menyanyi, melakukan kegiatan fisik sesuai dengan tema) Pengembnagan kemmapuan menulis (kegiatan kelompok besar) Pengembnagan kemampuan berhitung kegiatan kelompok kecil atau berpasangan) Melakukan pengamatan sesuai dengan tema, misalnya mengamati jenis kendaraan yang lewat pada tema transporasi, menggambar hewan hasil pengamatan
135
Kegiatan penutup
2. Pengaturan Jadwal pelajaran Untuk memudahkan administrasi sekolah terutama dalam penjadwalan. Guru bersama dengan guru mata pelajaran
pendidikan agama, guru pendidikan Jasmani dan guru muatan lokal perlu bersama-sama menyusun Jadwal pelajaran. Contoh jadwal yang dapat dikembangkan seperti pada tabel berikut:
136
J.
137
pemberian tugas dan portofolio. Guru menilai anak melalui pengamatan yang lalu dicatat pada sebuiah buku bantu. Sedangkan Tes tertulis digunakan untuk menilai kemampuan menulis siswa, khususnya untuk mengetahui tentang penggunaan tanda baca, Jean, kata atau angka.
: Perbuatan Kelancaran membaca Melafalkan kata Melagukan/intonasi Cara bertanya jawab Tugas Melengkapi kalimat : Perbuatan Mendemonstrasikan cara menggosok gigi : Lisan Menyebutkan cara memelihara gigi Menjelaskan manfaat menggosok gigi
3. Aspek Penilaian Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji ketercapaian Kompetensi Dasar dan Indikator pada tiap-tiap mata pelajaran yang terdapat pada tema tersebut. Dengan demikian penilaian dalam hal ini tidak lagi terpadu melalui tema,
138
melainkan sudah terpisah-pisah sesuai dengan Kompetensi Dasar, Hasil Belajar dan Indikator mata pelajaran. Nilai akhir pada laporan (raport) dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran yang terdapat pada kelas satu dan dua Sekolah Dasar, yaitu: Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan.
139
DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMP. 2008. Bahan Sosialisasi KTSP. Jakarta. Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMA. 2009. Pengembangan Pembelajaran Yang Efektif. Bahan Bimbingan Teknis KTSP. Jakarta. Depdiknas. Direktorat Tenaga Kependidikan. 2009. Bahan TOT untuk Calon Master Trainer Pengawas Sekolah. Jakarta. Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London Lestari, Tita. 1997. Dampak Penerapan Metode Pemecahan Masalah Terhadap Tingkat Kemampuan Berpikir SMA Pada Pembelajaran Matematika. Tesis-S-2 Program Studi Pengembangan Kurikulum. Pasca Sarjana IKIP Bandung. Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Menga-jar. Jakarta: Bumi Aksara. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Menga-jar. Bandung: Sinar Baru. Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. 140
Syaodih, Nana. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. andung. Kesuma Karya. Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.
141
LAMPIRAN PETA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR IPA TERPADU A. PETA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR YANG BERPOTENSI IPA TERPADU
142
143
144
145
146
147
INDIKATOR Menirukan bunyi/suara tertentu seperti: suara burung, ombak, kendaraan, dan lain-lain.
KEGIATAN BELAJAR Menirukan bunyi suara burung Bermain peran menjadi berbagai kendaraan Menirukan suara ombak
PENILAIAN Pengamatan
BERBICARA Memperkenalkan diri sendiri dengan kalimat sederhana dan bahasa yang santun
tanya jawab tentang nama orang tuanya dan saudara kandungnya (berpasangan)
148
Menanyakan data diri dan nama orangtua serta saudara teman sekelas
tanya jawab tentang nama orang tuanya dan saudara kandungnya (berpasangan) melakukan permainan menanyakan data diri temannya melakukan permainan menanyakan data diri bercerita tentang data dirinya Menjiplak kartu kata Menjiplah bentuk-bentuk gambar Menjiplak bentuk-bentuk geometri Kartu kata Kartu bentuk gambar Kartu bentuk geometri
Menyebutkan data diri (nama, kelas, sekolah, dan tempat tinggal) dengan kalimat sederhana MENULIS Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran dan bentuk huruf Menjiplak berbagai bentuk gambat, lingkaran, dan bentuk huruf
149
MATEMATIKA
Membilang benda-benda di kelas Membilang sambil Memantulkan bola Mengamati lalu menyebutkan nama benda yang dilihatnya Praktek langsung mengambil dua kumpulan benda lalu dihitung
Bola
Membandingka n dua kumpulan benda melalui istilah lebih banyak, lebih sedikit, atau sama banyak Menentukan waktu (pagi, siang, malam, hari dan jam (bulat) Menceritakan pengalamannya saat pagi, siang atau malam hari
Batubatuan
150
IPS
Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan Menyebutkan alamat tempat tinggal Menyebutkan nama bagian Menyebutkan kegunaan bagianbagian tubuh
Menyebutkan nama lengkapnya Menyebutka n alamat rumahnya Menggamba rkan tubuhnya lalu menyebutk an nama bagianbagian tubuhnya dan kegunaannya Praktek pengelompokkan
IPA
Makhluk Hidup dan Proses kehidupannya Mengenal bagianbagian tubuh dan kegunaannya Mengindetifikasi benda yang ada di lingkungan sekitar berdasarkan
151
Menunjukkan sebanyakbanyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk dan ciri tertentu
Praktek langsung mengamati lingkungan dan menyebutkan sebanyakbanyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk dan ciri tertentu Praktek langsung Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan melompat. Praktek langsung berjalan dengan pola Mengamati lingkungan lalu menyebutkan benda-benda yang dilihatnya
Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan loncat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri SENI RUPA Mengidentifikasi unsur rupa pada benda di alam sekitar
Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan melompat. Berjalan dengan berbagai pola langkah dan kecepatan Menyebutkan unsur rupa di lingkungan sekolah
152
Mengelompokk an berbagai jenis: bintik gari, bidang, warna dan bentuk pada benda dua dan tiga dimensi di alam sekitar
SENI MUSIK Mengidentifikasi unsur/elemen musik dari berbagai sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia SENI TARI Mengidentifikasi fungsi tubuh dalam melaksanaan gerak di tempat
153
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Menyebutkan jenis kelamin anggota keluarga. Meyebutkan agama-agama yang ada di Indonesia
154
Lampiran 4: Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS TEMA MINGGU/HARI ALOKASI WAKTU : I : LINGKUNGAN : I/Senin : 5 x 35 menit
INDIKATOR: Bahasa Indonesia: Menanyakan data diri dan nama orangtua serta saudara teman sekelas Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf Matematika: Membilang atau menghitung secara urut Menyebutkan banyak benda Menceritakan pengalamannya saat pagi, siang atau malam hari IPA Menunjukkan sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk dan ciri tertentu IPS Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN Bertepuk tangan dengan pola PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan melompat. SARANA DAN SUMBER BELAJAR: Kartu-kartu kata Lembar kerja (jam) Bola STRATEGI KEGIATAN A. Pembukaan (1 X 35 menit) Berdoa bersama Menyanyi lagu kasih ibu sambil bertepuk dengan variasi 1-21-2
Model Pembelajaran PAIKEM Pengawas Sekolah
155
Guru meminta beberapa anak untuk menyebutkan identitas dirinya seperti nama dan alamatnya, dan menceritakan suatu pengalaman yang menyenangkan dirinya Guru meminta anak untuk berkeliling di kelas sambil melompat satu kaki dengan membilang (menghitung secara urut) lompatannya Guru meminta beberapa anak mengemukakan tentang kegiatan yang dapat dilakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan malam hari
B.
Inti (3 x 35 menit) Di kelas anak secara individual diminta untuk mengamati berbagai benda yang ada dalam kelasnya. memilih benda yang ada di kelas, menghitungnya dan menuliskan lambang bilangan dari jumlah benda yang dihitungnya (kegiatan ini dilakukan beberapa kali) Kegiatan berikutnya (atau bagi yang sudah menyelesaikan kegiatan pertama) dapat membaca kalimat sederhana dari kartukartu kata yang sudah disiapkan guru Guru meminta anak untuk melihat jam dinding dikelasnya, lalu anak diminta untuk menggambarkan jam didinding tersebut dilengkapi dengan penunjukkan jarum jam pada saat anak melihat dan menggambarkannya. Penutup (1 x 35 menit) Guru bercerita tentang perlunya air bagi makhluk hidup, yang dilanjutkan dengan tanya jawab Pesan-pesan moral bagi anak misalnya tentang perlunya hemat air, perlunya mandi/menjaga kebersihan Berdoa pulang
C.
156