You are on page 1of 11

RANGKUMAN

BAB IX PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN


Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengantar Pendidikan Yang dibina oleh Bapak Drs. Tri Atmadji S M.Pd

Oleh :
Elsa Dwi R.R. Ika Rizki Choirunnisaa Iman Budi Hutomo Indri Widyarti (110533406959) (110533406975) (110533406989) (110533406971)

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MALANG SEPTEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN
Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia, yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang sangat cepat. Kenyataan ini sudah lebih dari cukup untuk mendorong pakar dan praktisi pendidikan melakukan kajian sistematik untuk membenahi atau memperbaiki sistem pendidikan nasional. Agar lulusan sekolah mampu beradaptasi secara dinamis dengan perubahan dan tantangan itu, pemerintah melontarkan berbagai kebijakan tentang pendidikan yang memberikan ruang yang luas bagi sekolah dan masyarakatnya untuk menentukan program dan rencana pengembangan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing. Pendidikan juga sangat berpengaruh dalam pembangunan, baik itu dalam pembangunan sumber daya manusia, ekonomi, sosial, dan bahkan masih lebih banyak lagi peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB II KAJIAN TEORI


1. Esensi Pendidikan dan Pembangunan serta Titik Temunya Menurut paham umum kata Pembangunan lazimnya diasosiasikan dengan pembangunan ekonomi dan industri. Padahal banyak bukti yang dialami oleh banyak negara yang menunjukkan bahwa kemajuan di bidang ekonomi dan industri yang ditandai oleh kenaikan GNP ternyata tidak otomatis membawa kesejahteraan masyarakat. Sebenarnya esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal dari manusianya bukan pada lingkungan seperti perkembangan ekonomi sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Pembangunan berorientasi pada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia. Hal ini sesuai dengan tujuan akhir dari pembangunan yakni meningkatkan martabat manusia. Dalam GBHN telah disebutkan bahwa hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. Hal tersebut dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir dari pembangunan adalah manusianya yaitu terpenuhinya hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah, dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya sebagai makhluk. Manusia dapat di pandang sebagai objek sekaligus subjek pembangunan. Sebagai objek, manusia dipandang sebagai sasaran yang dibangun. Dalam hal ini, pembangunan ke dalam diri manusia yakni berupa pembinaan pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri dan sikap sosial. Manusia dipandang sebagai subjek pembangunan karena ia dan segenap kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif abik terhadap sarana lingkungan alam maupun lingkungan sosial/spiritual. Jadi, pendidikan mengarah ke dalam diri manusia sedangkan pembangunan mengarah ke luar yaitu ke lingkungan sekitar manusia.

Jika pendidikan dan pembangunan dilihat sebagai suatu garis proses maka keduanya merupakan suatu garis yang terletak continue yang saling mengisi. Proses pendidikan pada satu garis menempatkan manusia sebagai titik awal karena pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan yaitu pembangunan yang dapat memenuhi hajat hidup masyarakat luas serta mengangkat martabat manusia sebagai makhluk. Hasil pendidikan dapat menunjang pembangunan dan sebaliknya hasil pembangunan dapat menunjang usaha pendidikan. Status pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam esensi pembangunan serta antara keduanya 1. 2. Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan pembangunan merupakan usaha keluar dalam diri manusia. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan saran, dan seterusnya) 2. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya, segi sasaran, lingkungan, jenjang pendidikan, dan pembidangan kerja. 1. Segi Sasaran Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkpribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi. Prof. Dr. Slamet Imam Santoso menyatakan bahwa tujuan pendidikan menghasilakn manusia yang baik. Manusia yang baik dimana pun ia berada akan memperbaikai lingkungan.

2. Segi Lingkungan Pendidikan Klasifikasi ini menunjukkan peran pendidikan dalam berbagai lingkungan atau sistem. Lingkungan keluarga(pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal), lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal), ataupun dalam sistem pendidikan prajabatan dan dalam jabatan. 1) Lingkungan keluarga Dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik (habbit formation) tentanng hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan, dan moral. Diamping itu, kepada mereka ditanamkan keyakinan-keyakinan yang penting utamanya hal-hal yang bersifat religious. Hal-hal tersebut sangat tepat dilakukan pada masa kanak-kanak sebelum perkembangan rasio yang mendominasi perilakunya. Kebiasan baik dan keyakinan-keyakinan penting yang mendarah daging merupakan landasan yang sangat diperlukan untuk pembangunan. 2) Lingkungan Sekolah Pada lingkungan sekolah, peserta didik dibimbing untuk memperluas bekal yang telah diperoleh dari lingkungan kera keluarganya berupa pengetahuan, ketermapilan dan sikap . bekal yang dimaksud disini berupa bekal dasar, lanjutan ataupun bekal kerja yang langsung dapat digunakan secara aplikatif (sekolah menengah kejuruan dan perguruan tinggi). Kedua macam bekal tersebut dipersiapkan secara formal dan berguna sebagai sarana penunjang pembangunan diberbagai bidang. 3) Lingkungan masyarakat Pada lingkungan masyarakat (pendidikan formal), peserta didik memperoleh bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan, khusunya mereka yang tidak sempat melanjutkaan proses belajarnya melalui jalur formal. Pada masyarakat Indoneisia, sistem pendidikn non formal mengalami perekmbangan yang sangat pesat. Hal ini bertalian dengan semakin berkembangnnya sector swasta yang menunjangn pembangunan. Disegi lain, hal tersebut dapat diartikan bernilai positif

karena dapat mengkompensasikan keterbatasan lapangan kerja formal dilembaga pemerintah. Disamping itu juga dapat memperbesar jumlah angkatan kerja tingkat rendah dan menengah yang sangat diperlukan untk memenuhi proporsi yang sealaras antara pekerja rendah, menengah, dan tinggi. Hal demikian dapat dipandang sebagai upaya untk menciptakan kestabilan nasional. 3. Segi Jenjang Pendidikan Jenjang pendidikan meliputi pendidikan dasar (basic education), pndidikan lanjutan, menengah, dan pendidikan tinggi. 4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi bidang ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan lain-lain. 3. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional a. Mengapa sistem pendidikan perlu dibangun? Sistem pendidikan perlu dibangun agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Manusia cenderung berupaya untuk mendekatkan dirinya pada kesempurnaan, untuk itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, termasuk sistem pendidikan. Seiring dengan perkembangan zaman, pengalaman manusia juga berkembang. Itulah sebabnya mengapa sistem pendidikan sebagai sarana manusia untuk menemukan teka-teki mengenai dirinya juga selalu disempurnakan. Selanjutnya persoalan pendidikan juga dapat dilihat sebagai persoalan nasional karena pendidikan juga berhubungan dengan pendidikan bangsa. Jika pada PELITA IV berubah dari masyarakat agraris ke masyarakat industri maka pola pikir dan perilaku juga harus berubah dari situasi dan kondisi agraris ke situasi dan kondisi kegiatan industri. Begitu juga dengan kriteria kualitas manusia tentu akan berubah sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Untuk dapat tmenyongsong suasana hidup yang diperlukan tersebut sistem pendidikan harus berubah. Jika tidak, maka pendidikan sebagai an agent of social change (agen perubahan sosial) tidak berfungsi sebagaimana

mestinya. Struktur, kurikulum, pengelolaan, dan tenaga kependidikannya harus disesuaikan dengan tuntutan baru tersebut. b. Wujud pembangunan sistem pendidikan Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain saling terkait, yaitu aspek filosofis dan keilmuan, yuridis, struktur, dan kurikulum. a. Hubungan Antar Aspek Aspek filosofis keilmuan dan yuridis menjadi landasan bagi aspek-aspek yang lain, karena memberikan arah pada aspek-aspek lainnya. Meskipun aspek filosofis menjadi landasan, tetapi tidak harus diartikan bahwa setiap terjadi perubahan filosofis dan yuridis harus diikuti dengan perubahan aspek-aspek yang lain secara total. b. Aspek Filosofis dan Keilmuan Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan nasional yang etntunya memberikan peluang bagi pengembanga hakikat manusia yang kodrati yang berartipula bersifat wajar. Bagi kita pengembangan sifat kodrati manusia itu pararel dengan jiwa Pancasila. c. Aspek Yuridis UUD 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relatif tetap. Beberapa pasal yang melandasi pendidikan sifatnya eksplisit (pasal 31 ayat (1) dan (2); pasal (32)) maupun yang implisit (pasal 27 ayat (1) dan (2); pasal (34)). Pasal pasal tersebut sifatnya masih sangat global dan perlu dijabarkan lebih rinci kedalam UU Pendidikan seperti UU Pendidikan No. 4 Tahun 1950, UU Pendidikan No. 12 Tahun 1954 dan disempurnakan lagi oleh UU RI No. 2 Tahun 1989. d. Aspek Struktur Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur pembangunan pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari

jenjang yang satu ke jenjang yang lai, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan politik. e. Aspek Kurikulum Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan kurikuler berubah, maka kurikulum berubah pula. Perubahan tersebut dapat berupa materinya, orientasinya, pendekatannya maupun metodenya. a. Kurikulum zaman penjajahan Belanda-Jepang # # Pada zaman penjajahan Belanda yaitu pada SR dikenal dengan nama 3Rs Pada jaman penjajahan jepang, pelajaran diwarnai iklim militeris, latihan kemiliteran, pelajaran dalam bahasa jepang. b. Kurikulum Orde lama dan orde baru. # Orde lama, materi tujuh bahan zaman orde lama dan pokok indoktrinasi (tahun 1950-1960-an) menempati posisi penting dalam kurikulum,terutama kurkulum pendidikan tinggi. # Orde baru, setelah tragedi Nasional tahun 1965, maka mulai tahun 1966 materi tujuh bahan pokok ditiadakan dan materi pendidikan moral pancasila menjadi materi pokok dalam kurikulum pada semua jenjang pendidikan. Kurikulum pra-universitas secara keseluruhan dibenahi sehingga lahir kurikulum 1968, namun belum jelas / belum dianggap, sehingga usaha penyempurnaan kurikulum menghasilkan Kurikulum 1975/1976 yang berorientasi pada hasil (product oriented) dengan metode PPSI (Prosedur kurikulum pengembangan sistem instruksional). Tetapi karena kurikulum 1976-1980 tidak mencapai target, maka upaya penyempurnaan kurikulum selanjutnya menghasilkan kurikulum 1984, yang memadukan 2 orientasi yaitu product oriented dan process oriented yang ditunjang dengan pendekatan CBSA, hingga tahun 1990 dilengkapi dengan

muatan lokal dalam kurikulum dengan latar belakang pada tuntutan sosial kultural dari derap pembangunan.

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN 1. Esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal dari manusianya, bukan pada lingkungannya seperti perkembangan ekonomi, yaitu berupa dipenuhinya hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah, sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk religius, agar dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk. 2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan sarana, dan seterusnya). Pendidikan dalam bidang pembangunan ekonomi. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah. Ada tiga paradigma yang menegaskanbahwa pembangunan merujuk knowledgebased economy tampak kian dominan, yakni: 1. kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat dan solid. 3. Pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi, yang mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang. Peranan Pendidikan Dalam Membangun SDM. Upaya-upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya diarahkan untuk

mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Karena pendidikan merupakan hak setiap warga negara, di dalamnya terkandung makna bahwa pemberian layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga negara adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Karena itu, manajemen sistem pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara terpadu, serta diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang seluasluasnya bagi warga masyarakat, dengan mengutamakan mutu, efektivitas dan efisiensi. Pendidikan Dan Pengaruhnya Dalam Pembangunan Sosial. a. Pembangunan Berwawasan Kependudukan b. Dimensi Penduduk dalam Pembangunan Nasional c. Mengintegrasikan Kependudukan dalam Perencanaan Pembangunan. Esensi Pendidikan Dan Pembangunan Serta Titik Temunya 1) Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan pembangunan merupakan usaha keluar dalam diri manusia. 2) Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan saran, dan seterusnya) ~Sumbangan pendidikan pada pembangunan pada beberapa segi: a). Segi sasaran pendidikan b). Segi Lingkungan Pendidikan, baik pada lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat c). Segi Jenjang Pendidikan d). Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan ~Wujud pembangunan sistem pendidikan meliputi: aspek filosofis keilmuan, aspek yuridis, aspek struktur, dan aspek kurikulum.

B. DAFTAR PUSTAKA
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

You might also like