You are on page 1of 7

ARIEF ARMANTO D2C305021 KOMUNIKASI EKSTENSI 05 MATRIKULASI UJIAN AKHIR PENGANTAR ILMU SOSIAL Esai Untuk Topik : Minoritas

s Ras dan Etnis

Ras dan Etnis telah dan pernah menjadi permasalahan yang cukup crucial dan merupakan salah satu hal yang sensitive di Indonesia setelah Agama. Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang mempunyai banyak pulau dan terdiri dari beberapa kepercayaan. Karena terdiri dari banyak pulau, Indonesia memiliki berbagai macam kebudayaan yang masing-masing mempunyai cirri khas dan karakternya sendiri-sendiri. Karena mempunyai beragam kebudayaan, penduduk Indonesia memiliki keragaman kepercayaan.contohnya Agama. Agama dan Ras berbanding lurus. Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat yang jika salah satu dari itu mengalami ketidakseimbangan perlakuan di dalam kehidupan sosial masyarakat maka akan dapat mempengaruhi seluruh kehidupan social yang ada di Negara Indonesia. Ras berhubungan dengan Etnis. Ras merupakan kesatuan dari orang-orang yang biasanya berskala besar dalam jumlah yang banyak yang mempunyai kesamaan karakter yang melekat pada fisiknya. Karakter ini tercermin diantaranya misalnya ; warna kulit, bentuk kepala, tipe rambut, bentuk bibir dan golongan darah. Pernyataan ini mematahkan pendapat umum yang menyatakan bahwa minoritas adalah sekelompok atau sekumpulan orang-orang yang jumlahnya sedikit dan persentase populasinya kecil. Kita memang sudah sejak lama terdoktrin oleh pandangan umum tadi. Dari berbagai pernyataan diatas mari ditilik lebih jauh lagi, bahwa terdapat paling tidak dua permasalahan yang perlu untuk diperhatikan sehubungan dengan klasifikasi Ras. Bahwa ternyata beberapa grup sama sekali tidak masuk dalam kategori yang ada. Dalam Biologi, atau yang lebih dikenal dengan klasifikasi secara biologi, bahwa sebenarnya tidak ada yang namanya Ras yang Murni , anda percaya itu? Apakah bisa anda menemukan Ras orang Jawa misalnya. Ada yang mengaku saya orang Jawa asli . Jika ada yang berkata demikian, tanyakalah padanya bagaimana silsilah keluarganya. Sudah pasti akan terdapat bagian kecil yang bukan merupakan bagian dari garis atau susunan keturunannya. Begitu juga

dengan salah satu Etnis yang ada di Indonesia yakni etnis Cina. Tanyakan padanya apakah dia merupakan ras yang asli ? mungkin iya, mungkin tidak. Mungkin benar-benar ada yang berasal dari Negara Cina yang merupakan penduduk Cina asli bukan penduduk yang lahir di Negara selain Negara Cina atau diluar wilayah Negara Cina atau yang biasa disebut dengan Cina Daratan. Atau bagaimana dengan penduduk Amerika Serikat. Apa Ras asli mereka?. Jika ditilik sejarahnya Colombous dan Americo Vesspuccilah yang menemukan benua Amerika pada awalnya. Dalam ekspedisi yang terkenal itu,mereka berangkat dari Eropa mengarungi samudera untuk menemukan wilayah baru dan mematahkan sebuah kepercayaan pada waktu itu yang percaya bahwa bumi itu datar. Karena tidak ada penjelasan yang jelas mengenai mana Ras yang asli berdasarkan karakter-karakter secara biologis dan penampilan umum, maka para pakar sosiologi lebih memilih untuk mendefinisikan Ras secara Sosial dari pada fenomena Biologi. Ras adalah sekumpulan orang yang menerima suatu penilaian dan pecitraan dari lingkungan dan masyarakat bahwa mereka berbeda secara biologis dari pada yang lainnya. Sekelompok atau Seseorang menerima citra sebuah Ras tertentu atau yang lainnya bukan semata-mata karena penilaian logis atau secara fakta demikian, tetapi berdasarkan opini public yang mana public itu biasanya adalah grup yang dominant. Berbeda dengan Ras yang dilihat berdasarkan cirri-ciri fisik biologisnya, Etnis dilihat dari karakter kebudayaannya. Kelompok Etnis adalah sekumpulan orang-orang yang ditunjukkan berbeda menurut asal usul kebudayaannya dan hal itu mengikat secara sadar dan sampai seterusnya. Anggota Etnis dapat berbagi segalanya, dari bahasa, aksen, filosofi. Karena itu biasanya anggota etnis tertentu lebih akrab dan dekat secara kekeluargaan karena mereka merasa jadi satu bagian dengan etnis tersebut. Dan penilaian atas anggota etnis dapat berdasarkan kenampakan dari penampilan atau aksen yang dimiliki, maka dia bisa menjadi anggota sebuah kelompok etnis.

Indonesia pernah memiliki pengalaman buruk berdasarkan kasus atau permasalahan Ras dan Etnis ini. Sekitar tahun 1997 -1998 dimana Negara Indonesia sedang mengalami krisis Moneter kala itu dan kondisi menjadi sangat tidak menentu. Terjadi kerusuhan dimana-mana dan salah satunya adalah perlakuan yang tidak semestinya oleh masyarakat dominant terhadap masyarakat minoritas atau etnis tertentu. Memang fenomena ini seharusnya tidak muncul ke permukaan secara jelas dan terang-terangan. Sejak dulu rasa-rasa yang tidak wajar telah muncul dan sudah ada. Rasa itu dinamakan dengan Prasangka. Yaitu suatu sikap atau perasaan tertentu yang ditujukan pada seseorang atau sekelompok tertentu. Belum tampak secara jelas adanya diskriminasi, yaitu suatu bentuk tindakan atau perlakuan yang tidak adil terhadap orang lain karena mereka anggota dari suatu kelompok. Kenapa saya bilang seharusnya tidak muncul? Karena hal tersebut adalah masalah yang sensitive dimana tidak banyak anggota dominant yang juga mau menunjukkannya. Dalam masa itu, dimana kondisi politik juga sedang tidak beratmosfir bagus, maka banyak kasus-kasus perlakuan yang tidak adil tersebut tampak tidak wajar dan terkesan mencari gara-gara bahkan cenderung memprovokasi. Contohnya ; kasus pemerkosaan etnis cina kala itu, terdapat saksi mata yang melihat, pelaku pemerkosa terlihat bukan seperti warga sipil. Tetapi orang-orang bertubuh tegap, rambutnya cepat dan bersepatu boot. Mungkin ada penunggang-penunggang yang memanfaatkan situasi dan memilih menggunakan hal sensitive ini untuk memperburuk keadaan. Berbicara mengenai minoritas. Minoritas adalah sekumpulan orang-orang yang ditunjukkan berbeda menurut asal usul kebudayaannya dan juga ciri khas fisiknya dan hal itu mengikat secara sadar dan sampai seterusnya dan menerima prasangka dan diskriminasi. Minoritas adalah kelompok subordinate. Yang perlu diperhatikan untuk membedakan minoritas dengan ras atau etnis adalah Minoritas menerima perlakuan prejudice ( prasangka ) dan diskriminasi. Minoritas menerima perlakuan-perlakuan dari masyarakat dominant. Baik itu hanya berupa prasangka maupun diskriminasi. Akan tetapi bagaimanakah sebenarnya cara

berpikir atau reaksi-reaksi individual masyarakat dominant dalam memandang minoritas? Menurut Robert K Merton, There are several Reactions, individual reactions to minorities, which is ; Unprejudiced non Discriminator; Unprejudiced discriminator; prejudiced non discriminator; prejudiced discriminator. Dari keempat reaksi tersebut keadaan yang sangat diharapkan adalah yang pertama yakni ; Unprejudiced non Discriminators ( tidak berprasangka dan tidak melakukan diskriminasi ) reaksi ini sangat membawa kepada kedamaian. Walaupun sangat sedikit tetapi masyarakat dominant juga ada yang bereaksi seperti ini. Dalam perkembangannya reaksi ini terus dikembangkan dan sengaja disebar luaskan demi terciptanya kedamaian. Ada banyak sekali jalur yang dapat mensosialisaikan hal ini. Walaupun agak susah tetapi layak untuk dilakukan. Salah satunya adalah lewat event musik. Pesan yang dibawa oleh musik yang disampaikan oleh pemusik berpengaruh yang mempunyai penggemar fanatic akan dapat sekali berguna. Contohnya adalah kelompok musik SLANK. Grup band asal Jakarta ini dalam salah satu konser 30 kotanya Road to Peace selalu menyampaikan pentingnya kedamaian dan patut untuk dijaga. Group Rage Againts The Machine, juga menentang ketidakadilan, perlu diketahui salah satu aliran musik PUNK bahkan memperjuangkan akan persamaan. Menurut pengalaman saya, tidak terjadi prasangka dan diskriminasi dalam sejarah permusikan, bahkan untuk musik yang beraliran keras dan cadas. Lalu bagaimana awalnya ini terjadi? Bagaimana awal munculnya sebuah prasangka? Menurut buku yang saya baca ada beberapa pendekatan yang bisa dijadikan patokannya. Yang pertama pendekatan psikologis; kedua Sosiologis; dan pendekatan Ekonomi & POlitik. Dalam pendekatan psikologis ciri-ciri kepribadian menjadi salah satu penyebabnya. Beberapa cirri fisik dapat membuat atau mengundang seseorang untuk berprejudice atau berprasangka. Seseorang yang terlalu berlebihan dalam menginginkan segalanya dapat menjadi pemicunya. Gila status, hormat dan senang akan kedudukan. Pendekatan yang kedua adalah sosiologis. Bagaimanakan para orang tua menanamkan sejak dini nilai-nilai kemanusiaan dan moral kepada anak-

anak mereka. Jika dalam keluarga ditanamkan doktrin tertentu, maka cenderung anggota keluarga yang lebih muda dalam hal ini anak-anak akan mengikuti. Contohnya seperti ini ; tak jarang anggota masyarakat dominant memojokkan minoritas. Misal : menemui orang yang dianggap pelit dan tidak mau menyumbang maka akan dikatakan dasar cina dan mungkin hal ini akan terdengar oleh anakanak mereka. Padahal belum tentu yang dikatain memang demikian benar adanya. Contoh : ketika mengunjungi tolo kaca mata ( yg usahawannya adalah keturunan arab ) ketika tidak bisa menawar maka akan dikatain dasar unta arab , hal-hal demikianlah yang dapat memperkuat prasangka. Hal-hal yang bersifat bercanda pun dapat memperkuat prasangka. Kesombongan akan ras tertentu juga demikian. Contohnya dengan mengatakan sebagian teman-teman ku adalah orang kulit hitam hal ini terlihat superior, dan menyombongkan. Yang terakhir adalah pendekatan ekonomi dan politik. Fenomena yang terjadi adalah adanya perlakuan-perlakuan yang tidak adil terhadap warga Negara kita di Negara lain. Contoh : para TKI yang disiksa oleh tuannya di Negara arab yang juga merupakan Negara muslim. Bagaimana orang muslim dapat menyiksa sesame muslim? Hal ini tidak lain adalah karena mereka merasa sebagai masyarakat dominant dan TKI disana adalah minoritas. Dalam perkembangannya, banyaknya keanekaragaman membawa keunikan tersendiri. Penerimaan pun tak jarang terjadi dan sekarang sudah banyak terjadi. Bentuk-bentuk penerimaan yang ada misalnya adalah Asimilasi ( peleburan ), amalgamasi ( penggabungan ), dan Cultural Pluralism ( kemajemukan budaya ). Ketiganya mempunyai keunikan tersendiri akan tetapi penerimaan akan membawa kepada kedamaian. Walaupun juga dapat terjadi penolakan berupa segregasi ( pemisahan ), expulsion ( mengusir ) dan yang paling parah extermination ( pemusnahan ) seperti yang terjadi di Kalimantan antara suku Dayak dan Madura. Lalu dengan adanya semua itu, bagaimanakah reaksi dari minoritas sendiri? Mereka biasanya melakuakan submission ( menyerah dan tunduk ), withdrawal ( penarikan ), separation ( pemisahan ), dan integration. Yang mana reaksi-reaksi inilah yang

perllu kita hindarkan bersama demi terciptanya kedamaian dan keselarasan dalam kehidupan social masyarakat.

You might also like