You are on page 1of 30

MAKALAH KELOMPOK

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Mata Kuliah Strategi Pembelajaran

Oleh : Kelompok 6 Prody Matematika C


Nama
1.

NPM
Dinamika Anggun Hakiki

Tanda Tangan 09311529 (

)
2. Siti Wahyuni

09311508 (

)
3. Miranto

09311481 (

)
4. Indah Fitri Murniningrum

09311468 (

5.

Ika Purnamasari

09311467 (

)
6. Heru Suryadi

093114655

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDY PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO Mei 2011

KATA PENGANTAR


Dengan mengucapkan Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT,karena atas limpahan rahmat serta hidayahnya kepada kita,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah teori bilangan yang berjudul STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF dapat diselesaikan tepat waktu. Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas hidayah-Nya penulis diberi petunjuk kemantapan hati sehingga makalah ini dapat terselesaikan pada waktunya tanpa ada halangan ataupun rintangan yang berati. Makalah ini penulis susun sebagai penilaian dalam tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran, pada program studi pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Metro. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebenar-benarnya kepada : 1. Bapak. Prof. Karwono, M.Pd selaku dosen pengampu Strategi Pembelajaran. 2. Teman teman satu kelompok yang telah bekerja sama dalam penyelesaian makalah ini. 3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,sehingga dapat terselesaikan. Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangaun penulis harapkan. Akhirnya kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Kelompok 6 : Dinamika Anggun Hakiki ( Siti Wahyuni Miranto Ika Purnamasari Heru Suryadi ( ( ( (

) ) ) ) ) )

Indah Fitri Murniningrum (

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................ KATA PENGANTAR.............................................................................................................. DAFTAR ISI............................................................................................................................
1.................................................................................BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................................................

1.1.........................................................................................................Latar Belakang ...................................................................................................................................... 1.2....................................................................................................Rumusan Masalah ...................................................................................................................................... 1.3......................................................................................................................Tujuan ......................................................................................................................................


2..................................................................................BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 2.1.....................................................Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif ...................................................................................................................................... 2.2..........................................................Karakteristik dan Prinsip-Prinsip SPK ...................................................................................................................................... 2.3...............................................................Prosedur Pembelajaran Kooperatif ...................................................................................................................................... 2.4............................................................Metode yang Digunakan dalam SPK

......................................................................................................................................

2.5............................................................................Keunggulan dan kelemahan SPK ......................................................................................................................................


3...................................................................................BAB III KESIMPULAN ...........................................................................................................................................

4.......................................................................................DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................................................

5....................................................................................................................LAMPIRAN ...........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut antara lain peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu para pendidik dan peserta didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu memiliki dan memecahkan problema pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang Proses pembelajaran melalui interaksi guru dan siswa, siswa dan siswa, dan siswa dengan guru, secara tidak langsung menyangkut berbagai komponen lain yang saling terkait menjadi satu sistem yang utuh. Perolehan hasil belajar sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dan pembelajaran selama program pendidikan dilaksanankan di kelas yang pada kenyataannya tidak pernah lepas dari masalah. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah metode pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran kooperatif lebih menitikberatkan pada proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok. Proses belajar dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak dapat ditemui pada metode konvensional. Para siswa dalam kelompok kooperatif belajar bersama-sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai konsep yang telah dipelajari, karena keberhasilan mereka sebagai kelompok bergantung dari pemahaman masing-masing anggota. Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari penggunaan metode pembelajaran kooperatif ini, yaitu: siswa dapat mencapai prestasi belajar yang bagus, menerima pelajaran

dengan senang hati atau sebagai hiburan, karena adanya kontak fisik antara mereka, serta dapat mengembangkan kemampuan siswa. Dengan pembelajaran kooperatif peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Agar pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik, peserta didik harus bekerja dengan lembar kerja yang berisi pertanyaan dan tugas yang telah direncanakan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu sesama teman. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep strategi pembelajaran kooperatif? 2. Apa saja karakteristik dan prinsip- prinsip SPK? 3. Metode yang digunakan dalam SPK? 4. Apa saja prosedur SPK? 5. Apa saja keunggulan dan kelemahan SPK? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui konsep strategi pembelajaran kooperatif? 2. Mengetahui apa saja karakteristik dan prinsip- prinsip SPK? 3. Mengetahui metode yang digunakan dalam SPK? 4. Mengetahui apa saja prosedur SPK? 5. Mengetahui apa saja keunggulan dan kelemahan SPK?

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaranyang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam SPK, yaitu: (1) Adanya peserta dalam kelompok; (2) Adanya aturan kelompok; (3) Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) Adanya tujuan yang ingin dicapai. Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan, diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat dan bakat siswa, pengelompokan yang didasarkan atas campuran baik campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan. Pendekatan apapun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama. Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihakyang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok. Misalnya aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok dan tempat pelaksanaan , dan lain sebagainya. Upaya belajar adalah segala aktivitas siswauntuk meningkatkan kemampannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok, sehingga antarpeserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan gagasan. Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberi arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.

Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi pembelajaran kooperatif (cooperativelearning) (SPK). SPK merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir akhir ini menjadi perhatian dan di anjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Salvin (1995) menemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latarbelakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiaap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward). Jika kelompok mampu menunjukan prestasi yang disyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantugan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggungjawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok. Sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan konstribusi demi keberhasilan kelompok. Menurut Slavin (Cole, 1990: 324) menyatakan strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama, yakni kerja sama antarpeserta didik yang tergabung dalam satu tim belajar untuk mencapai tujuan belajar secara bersama. Peserta didik belajar dalam kelompok yang anggotanya terdiri dari 4-5 siswa. Menurut Kagan (1994) pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses di mana tim kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang

diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga menciptakan suasana prestasi bersama-sama. Students work through the assignment until all group members successfully understand and complete it. Siswa bekerja melalui penugasan sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan menyelesaikannya. Menurut Sugandi (2002:14), Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. Menurut Johnson, DW. Johnson, RT Hambee EJ. (1991:12), cooperative learning adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil tempat siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok. SPK mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif (kooperative task) dan komponen struktur insentif kooperatif ( cooperative incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok. Jadi, hal yang menarik dari SPK adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik (student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada yang lain.

10

Strategi pembelajaran ini bias digunakan manakala: Guru menekankan pentingnya usaha kolektif disamping usaha individual dalam belajar. Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar. Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya dan belajar dari bantuan orang lain. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum. Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka. Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan. 2.2. Karakteristik dan Prinsip Prinsip SPK A. Karakteristik SPK Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajan yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif. Slavin, Abrani, Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui kooperative dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektifsosial, perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya. Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh

11

keberhasilan.Bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, dimana setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan. Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya. Dengan demikian, karakteristik strategi pembelajaran kooperatif dijelaskan di bawah ini. a. Pembelajaran secara Tim pembelajaran kooperatif adalah pembelaaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim ( anggota kelompok) harrus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasialan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya, kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latarbeakang sosial yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan konstribusi terhadap keberhasilan kelompok. b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan lain sebagainya. Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang

12

sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.

c. Kemauan untuk Bekerja Sama Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya, yang pintar perlu membantu yang kurang pintar.

d. Keterampilan Bekerja Sama Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.

13

B. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan di bawah ini. a. Prinsip Ketergantungan Positif (Positive interdependence) Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan. Untuk terciptanya kelompok kinerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya. b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability) Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama. c. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction) Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan

14

masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok.

d. Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication) Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya. Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali dengan kemampuankemampuan berkomunikasi. Misalnya, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan; cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna. Keterampilan berkomunikasi memang memerlukan waktu. Siswa tak mungkin dapat menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu, guru perlu terus melatih dan melatih, sampai pada akhirnya setiap siswa memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator yang baik.

15

2.3. Prosedur Pembelajaran Kooperatif Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu : 1.) Penjelasan Materi Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim). Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat, dan tanya jawab, bahkan kalau perlu guru dapat menggunakan demonstrasi. Disamping itu, guru juga dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik siswa.

2.) Belajar dalam Kelompok Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokkan dalam SPK bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang agama, sosial-ekonomi, dan etnik, serta perbedaan kemampuan akademik. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan kademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang (Anita Lie, 2005). Selanjutnya, Lie menjelaskan beberapa alasan lebih disukainya pengelompokkan heterogen. Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antarras, agama, etnis, dan gender. Terakhir, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang. Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan tukar menukar

16

(sharing)

informasi

dan

pendapat,

mendiskusikan

permasalahan

secara

bersama,

membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat. 3.) Penilaian Penilaian dalam SPK bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok. 4.) Pengakuan Tim Pengakuan tim (Team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

17

2.4. Metode Yang Digunakan Dalam SPK Guru yang kreatif dan berpengalaman dalam pembelajaran kooperatif akan mengambil semua pendekatan, memodifikasi sebagian, dan menyimpulkannya dalam kumpulan metode dan teknik pembelajaran. Berbagai teknik cooperative learning yang dapat dicoba dan dimodifikasi di kelas dapat dijelaskan berikut ini. 1) Teknik Think-Pair-Share Teknik ini dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Maryland Howard County Southern Teacher Education Center. Think-Pair-Share merupakan teknik sederhana untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Melalui teknik ini suatu permasalahan diajukan, siswa berpikir sendiri dulu selama beberapa menit, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan permasalahan tersebut. Setelah itu siswa dipanggil untuk membagikan jawaban mereka pada seluruh kelas. Kemudian siswa diharapkan mau mendengarkan jawaban pasangan mereka dengan sungguh-sungguh. 2) Roundrobin/Roundtable Roundrobin adalah bentuk lisan roundtable. Siswa bergiliran mengemukakan ide-ide atau jawaban mereka. Rounrobin bisa dipakai jika partisipasi yang lebih diutamakan, dan bukannya hasil kerja semata. 3) Three Stay, One Stay Jika hasil kerja kelompok yang perlu dibagikan, tiga anggota kelompok berputar ke meja kelompok lain, sementara satu anggota yang lain tinggal di meja sendiri dan menjelaskan kepada anggota kelompok lain yang bertamu ke kelompoknya. Sesudah siswa kembali, siswa kedua tinggal, sementara tiga anggota lain bertamu ke kelompok-kelompok lain. Demikian seterusnya sehingga siswa bisa melihat hasil kerja kelompok lain dan menjelaskan hasil kerja mereka sendiri. Pada kesempatan ini, siswa bisa membahas perbedaan di antara semua hasil kerja kelompok dan mengolah informasi yang masuk untuk memperbaiki hasil kerja mereka sendiri.

18

4) Wartawan Keliling Ketika siswa sedang bekerja, satu anggota kelompok bisa berpura-pura menjadi wartawan keliling, mengumpulkan informasi seperti penemuan-penemuan kelompok lain yang mungkin berguna. 5) Talking Chips Masing-masing anggota kelompok diberi dua atau tiga benda kecil (kancing atau klip kertas). Setiap kali seseorang berbicara, dia harus melepaskan satu kancing. Dia tidak boleh berbicara lagi jika semua kancingnya sudah habis. Jika semua kancing dalam kelompok sudah terpakai dan mereka merasa masih perlu berdiskusi, mereka bisa bersepakat untuk mengambil beberapa kancing lagi dan meneruskan proses diskusi. Teknik ini sangat efektif untuk mendorong masing-masing anggota kelompok memberikan partisipasi dan kontribusi yang aktif, adil dan merata. 6) Jigsaw Jigsaw pada mulanya dikembangkan oleh Aronson sebagai cara mengembangkan relasi antar ras yang positif di Amerika Serikat. Pemikiran dasarnya adalah memberi kesempatan pada siswa untuk berbagi dengan yang lain dengan cara mengajar dan diajar oleh rekan sesama siswa yang merupakan bagian penting dalam proses belajar dan sosialisasi yang berkesinambungan. Penerapan teknik jigsaw dalam belajar memiliki gambaran umum sebagai berikut: (1) Setiap anggota kelompok mempelajari sebagian informasi yang berbeda dengan informasi anggota lainnya, (2) Setiap anggota kelompok dituntut untuk menguasai dan menjadi pakar informasi yang menjadi bagiannya (3) Setiap anggota kelompok bergantung pada anggota kelompok lain dan saling berbagi informasi dengan anggota kelompok yang lain dalam rangka memperoleh informasi secara utuh. Dalam membelajarkan bagian materi yang menjadi tugasnya kepada anggota lain, mereka harus bertanggung jawab dan dapat menghargai pendapat anggota kelompok yang lain, (4) Setiap anggota kelompok akhirnya menjadi "pakar" informasi secara utuh. Dalam tahap menjadi "pakar" informasi tersebut, siswa diberikan kebebasan berpikir dalam rangka

19

berpikir kreatif. Siswa harus berani melontarkan ide-idenya tanpa takut salah atau kritikan orang lain (Johnson & Johnson, 1991). Ada enam tahap dalam investigasi kelompok. Tahap pertama, seluruh kelas menentukan beberapa sub topik dan membentuk kelompok-kelompok penelitian. Tahap kedua, merencanakan penelitian. Tahap ketiga, melaksanakan penelitian. Tahap keempat, melaksanakan investigasi. Tahap kelima, menyusun laporan. Tahap keenam, melaksanakan presentasi. 7) Bertutur Cerita Berpasangan (Paired Storytelling) Teknik ini bertujuan membantu siswa mengaktifkan skemata mereka untuk meningkatkan pemahaman atas bacaan. Teknik ini paling cocok untuk teks yang bersifat narasi. Teks bacaan dibagi menjadi dua bagian dan siswa bekerja berpasangan. Masing-masing siswa membaca atau menyimak bagian teks yang berlainan dengan pasangannya. Sesudah selesai, masingmasing menuliskan kurang lebih sepuluh kata atau frasa kunci sesuai bagiannya sendiri. Kemudian mereka saling menukarkan daftar kata/frasa kunci ini dengan pasangannya masingmasing. Berdasarkan petunjuk dari kata /frasa kunci ini, masing-masing siswa berusaha menebak bagian cerita yang tidak dibaca/disimak dan mengembangkan versi ceritanya sendiri. Setelah selesai, mereka bisa membaca atau mendengarkan keseluruhan cerita yang asli dan melanjutkannya dengan diskusi. 8) STAD STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem belajar kelompok yang di dalamnya siswa di bentuk ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen. Dalam melaksanakan belajar kooperatif model STAD, ada lima tahap yang penting dilaksanakan, yakni (1) presentasi kelas, (2) kegiatan kelompok, (3) pemberian tes, (4) peningkatan nilai individu, dan (5) penghargaan terhadap usaha kelompok.

20

2.5. Keunggulan dan Kelemahan SPK 1. Keunggulan SPK Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya : a. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. b. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. d. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. e. SPK merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. f. Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya. g. SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil). h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. 2. Kelemahan SPK

Disamping keunggulan, SPK juga memiliki kelemahan, diantaranya : a. Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh waktu. Sangat tidak rasional jika kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami

21

filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok. b. Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang aktif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernh dicapai oleh siswa. c. Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan pada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa. d. Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini. e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan yang muda.

22

BAB III SIMPULAN


Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang beroreantasi kepada kerja kelompok. Pada strategi ini, siswa dituntut untuk bekerja sama dalam suatu tim kecil. Dimana, dalam suatu tim siswa harus dapat menyesesuaikan atau beradaptasi kepada teman sekelompoknya. Keberhasilan dalam strategi pembelajaran kooperatif ini, dapat dilihat dari hasil kerja kelompok yang didapat. Semakin bagus dan kompak kerja sama suatu tim ini, sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran ini. Strategi ini memiliki bermacammacam bentuk dalam implementasinya dalam pembelajaran, tinggal yang mana yang akan dipilih oleh peserta didik. Kemudian agar guru mahir dalam menerapkan strategi ini, guru dapat diberi pelatihan dulu ,sehingga guru dapat menerapkannya dengan baik. Guru dalam hal ini juga dituntut mampu untuk membaca situasi dari materi yang akan diajarkan kepada peserta didik,sehingga guru dapat memakai bentuk strategi kooperatif yang mana yang akan dipakai. Kemudian dalam hal ini siswa dituntut untuk bekerja secara aktif sedangkan guru berperan sebagai pembimbing atau fasilitator kepada anak didikanya.

SARAN
Dalam penggunaan strategi pembelajaran ini, guru harus melihat tujuan pembelajaran yang akan dicapai, materi yang akan diberikan kepada pesert a didik, alokasi waktu , dan kondisi mental peserta didik. Sehingga , ketika guru telah memahami hal tersebut , maka guru akan dengan mudah menerapkan bentuk pembelajaran kooperatif tersebut.

23

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus.2008. Metode Pembelajaran kooperatif.(Online) (http://ipotes.wordpress.com / 2008/05/10/metode-pembelajaran-kooperatif/ Diakses pada hari Kamis tanggal 21 April 2011 Pukul 13:00 Anonimus.2010. Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.(Online) (http:// keunggulan-dan-kekurangan-pembelajaran.html) Diakses pada hari Kamis tanggal 21 April 2011 Pukul 13:00 Sanjaya, Wina. 2006, Strategi Pembelajaran. Bandung : Bandung Pustaka Syaffirudin, Moh.2011.Tujuan pembelajaran Kooperatif.(Online) (http://syafir.com /

2011/03/25/tujuan-pembelajaran-kooperatif. Diakses pada hari Kamis tanggal 21 April 2011 Pukul 13:00

24

LAMPIRAN
1. Kegiatan Pra Pembelajaran a. Motivasi: Guru memberikan motivasi kepada siswa yang berkaitan dengan materi kesebangunan agar siswa semangat dan menumbuhkan gairah belajarnya. Metode : ceramah Alokasi waktu : 5 menit

b. Tujuan : Guru menjabarkan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran yaitu siswa dapat
menentukan unsur yang bersesuaian sebanding antara ukuran pada model dan ukuran sebenarnya dan menghitung ukuran salah satu unsur, jika unsur lain yang sebenarnya diketahui.

Metode : ceramah Alokasi waktu : 2 menit

c. Tingkah Laku masukan : meninjau kemampuan siswa tentang materi kesebangunan. Metode : diskusi Sumber belajar : buku paket

2. Penyajian Informasi a. Pengurutan : 1. Siswa membuat kelompok yang beranggotakan 3-5 orang 2. Siswa berdiskusi tentang unsur yang bersesuaian sebanding antara ukuran pada model dan ukuran sebenarnya. 3. Siswa berdiskusi untuk menghitung ukuran salah satu unsur, jika unsur lain yang sebenarnya diketahui. b. Besarnya Satuan Pembelajaran : Siswa dapat menguasai materi minimal 70% c. Penyajian Isi : 1. Guru membentuk kelompok siswa yang beranggotakan 3-5 orang 2. Guru membagi materi yang berbeda pada setiap kelompok.

25

3. Siswa berdiskusi tentang unsur yang bersesuaian sebanding antara ukuran pada model dan ukuran sebenarnya. 4. Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi. 5. Guru dan siswa membahas soal secara bersama-sama. Metode Media : Diskusi, tanya jawab : Kertas karton

Sumberbelajar : Buku paket Alokasi waktu : 10 menit

d. Contoh-contoh : 1. Sebuah mobil berukuran pan-jang 4,5 m dan tinggi 1,2 m. Mobil itu akan dibuat model dengan tinggi 8 cm. Tentukan panjang mobil pada model ! 2. Apakah kedua bangun persegi panjang berikut sebangun? Jelaskan !
18 cm
12 cm

3. Peran Peserta Didik a. Latihan :

1. Sebuah foto dengan tinggi 8 cm dan lebar 6 cm diperbesar sehingga lebarnya menjadi 21 cm. Hitunglah : tinggi foto setelah diperbesar luas foto setelah diperbesar perbandingan antara luas foto sebelumdiperbesar dengan setelah diperbesar. 2. Sebuah lemari berukuran 120 cm x 50 cm x 180 cm, dibiuat model dengan panjang model 24 cm. Hitunglah : lebar dan tinggi pada model Perbandingan volume lemari sebenarnya dengan volume pada model. b. Balikan : Siswa mengajukan pertanyaan tentang kesebangunan yang kurang dimengerti. 4. Pengetesan a. Tingkah laku masukan : b. Pra tes : Metode : tanya jawab

Alokasi waktu : 5 menit

9 cm

15 cm

26

1. Apakah kedua bangun berikut sama dan sebangun (kong-ruen)? Jelaskan !

Penilaian :Tes uraian Metode : penugasan Sumber belajar : Buku paket Alokasi waktu : 2 menit

c. Tes sambil jalan : 1. Sebutkan sifat-sifat dua segitiga sama dan sebangun ! 2. Buktikan bahwa segitiga ABC dan segitiga CDA sama dan sebangun
D C

d. Paska test : 1. Sebutkan perbedaan segi-tiga sebangun dengan sa-ma dan sebangun ! 2. Jika persegi panjang luar dan persegi panjang dalam pada gambar di bawah sebangun, hitunglah pan-jang persegi panjang yang dalam !
40 cm
x cm 60 cm

5. Kegiatan tindak lanjut a. Remidial : Siswa yang belum memenuhi Standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) ditugaskan untuk mengerjakan soal soal dalam sebuah buku LKS secara berkelompok. Penilaian : Tes Uraian, pilihan ganda Metode : Jigsaw Sumber Belajar : LKS Alokasi Waktu : 10 Menit

b. Pengayaan :

30cm

27

Siswa diberikan tugas untuk membuat ringkasan mengenai materi kesebangunan. Metode : Penugasan Sumber Belajar : Buku Paket Alokasi Waktu : 10 Menit

28

Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester

: SMP : Matematika : IX / 1 (Ganjil)

Standar Kompetensi : Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi bangun-bangun yang sama dan sebangun (kongruen). Indikator : Menentukan perbandingan antara ukuran pada model dengan ukuran sebenarnya. Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menentukan unsur yang bersesuaian sebanding antara ukuran pada model dan ukuran sebenarnya. 2. Siswa dapat menghitung ukuran salah satu unsur, jika unsur lain yang sebenarnya diketahui. Materi Pokok Foto dan model berskala. Media dan Sumber Pembelajaran Buku Paket, Buku Penunjang, Foto dan Model Berskala, transparan dan OHP. Langkah-langkah Kegiatan I. Pendahuluan Membahas PR.. Menyampaikan indikator yang ingin dicapai.. II. Kegiatan Inti TM 1. Siswa dikondisikan dalam beberapa kelompok diskusi dengan masing-masing kelompok terdiri dari 3 5 orang. 2. Dengan berdiskusi dalam kelompok masing-masing, siswa diharapkan dapat: b. menentukan perbandingan bagian-bagian yang berseuaian antara ukuran-ukuran sebenarnya dengan ukuran pada model. Panjang pada model Panjang sebenarnya

B. C. D. 1. 2.

Lebar pada model Lebar sebenarnya

Tinggi pada model Tinggi sebenarnya.

c. melakukan kegiatan yang langkah-langkahnya seperti pada buku halaman 10 ( kegiatan siswa ). 3. Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain menanggapi. 4. Siswa memberi contoh seperti soal 1-2 halaman 7-8. 5. Siswa mengerjakan tugas latihan soal-soal tentang bangun-bangun yang sebangun, yang terdapat pada buku sumber (karangan M. Cholik A., halaman 8-9 latihan 2 nomor 1 s.d 8). PT. 1. Mengerjakan PR yang berkaitan dengan foto dan model berskala KMTT III. Penutup 1. Dengan bimbingan guru, siswa diminta membuat rangkuman. 2. Siswa dan guru melakukan refleksi

E.

Penilaian

29

Contoh Instrumen 1. Sebuah foto dengan tinggi 8 cm dan lebar 6 cm diperbesar sehingga lebarnya menjadi 21 cm. Hitunglah : tinggi foto setelah diperbesar luas foto setelah diperbesar perbandingan antara luas foto sebelumdiperbesar dengan setelah diperbesar. 3. Sebuah lemari berukuran 120 cm x 50 cm x 180 cm, dibiuat model dengan panjang model 24 cm. Hitunglah : lebar dan tinggi pada model Perbandingan volume lemari sebenarnya dengan volume pada model.
Memeriksa / Mengetahui Kepala SMP ............................ Gunung Sugih, 12 Juli 2010 Guru Mata Pelajaran

................................... NIP. ...........................

.. NIP. ..........................

30

You might also like