You are on page 1of 9

MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA

1. KENAPA KITA HARUS MENUNTUT ILMU AGAMA. a. Merupakan kewajiban kita sebagai kaum muslimin dan muslimah. Rasulullah bersabda : Menuntut ilmu wajib hukumnya atas setiap muslim. [HR. Ibnu Majah (no. 224), dari Sahabat Anas bin Malik radhiyallaahuanhu, lihat Shahiih al-Jaamiish Shaghiir (no. 3913). b. Butuhnya manusia terhadap ilmu agama. Berkata Imam Ahmad bin Hambal : Manusia membutuhkan ilmu agama melebihi kebutuhannya dari pada makan dan minum, karena makan dan minum hanya di butuhkan manusia dalam satu hari dua dan tiga kali, sedangkan ilmu di butuhkan manusia setiap dia bernafas. c. Ilmu merupakan obat dari kebodohan. Abu Dawud dalam Sunan-nya mencantumkan sebuah hadits dari Jabir bin Abdillah, beliau mengisahkan : Kami pernah mengadakan suatu perjalanan. Pada saat itu, salah seorang dari kami tertimpa batu sehingga kepalanya terluka parah. Kemudia, orang itu mengalami mimpi basah. Ia bertanya kepada para sahabatnya : Apakah menurut kalian aku telah mendapatkan keringanan untuk bertayamum sebagai penganti mandi ? mereka menjawab : menurut kami, kamu tidak mendapat keringanan. Sebab, kamu masih bisa memakai air, maka ia pun mandi dan akhirnya meninggal. Ketika kami mendatangi Nabi dan memberitahu hal tersebut, beliau bersabda: Mereka telah membunuhnya, semoga Allah membinasakan mereka! Mengapa mereka tidak bertanya bila tidak mengetahui? Sesungguhnya obat dari kebodohan adalah bertanya. Seharusnya ia cukup bertayamum saja, caranya dengan menutupi bagian yang luka tersebut dengan secarik kain lalu mengusap atasnya, baru kemudian mengguyur anggota tubuhnya yang lain dengan air. [ Sunan Abu Dawud (no. 336), hadits ini hasan]. d. Ilmu merupakan syarat syahnya perkataan dan perbuatan. 2. APA YANG DI MAKSUD DENGAN ILMU SYARI. -Ilmu Syari adalah : Ilmu yang muncul nash-nash (Al-quran dan Sunnah) yang berkenaan dengan keutamaan ilmu tersebut dan pahala di karenakan ilmu tersebut, kemuliaan para ahlinya dan menjadikan para ahli ilmu sebagai pewaris para Nabi.

-Imam Ibnu Qayyim mengatakan : Ilmu adalah Mengetahui petunjuk dengan dalilnya. -Syaikh Muhammad bin shalih utsaimin mengatakan : Ilmu adalah pengetahuan secara pasti terhadap sesuatu yang sesuai dengan hakekatnya. (Syarah Ushul Tsalatsa). -Imam adz-Dzahabi mengatakan : Ilmu adalah perkataan Allah, perkataan Rasul dan perkataan Sahabat. -Imam al-Auzai mengatakan : Ilmu adalah apa yang berasal dari para sahabat Nabi. Adapun yang datang bukan dari seorang dari mereka, maka itu bukan ilmu. (Jaami Bayaanil Ilmi wa Fadhlihi (I/618, no. 1067). 3. ILMU YANG BERMANFAT DAN ILMU YANG TIDAK BERMANFAAT. -Rasulullah telah memerintahkan kepada kita semua untuk berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat, Rasulullah bersabda : Mintalah ilmu yang bermanfaat kepada Allah dan berlindunglah kepada Allah dari ilmu yang idak bermanfaat. [HR. Ibnu Majah (no. 3843) dari Sahabat Jabir radhiyallaahu anhu, dengan sanad yang hasan]. -Yang mana Rasulullah telah mengajarkan kepada kita sebuah doa yang senantiasa beliau baca : Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima. [HR. al-Humaidi (I/143, no. 299) dengan sanad yang shohih]. -Rasulullah juga pernah berdoa : Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu, nafsu yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak di kabulkan. [HR. Muslim (no. 2722) dan an-Nasa-I (VIII/260) lafazh ini milik Muslim, dari Sahabat Zaid bin al-Arqam radhiyallaahu anhuma]. yang mana ilmu yang bermanfaat akan dapat membawa pemiliknya takut kepada Allah Taala, Berkata Imam Ahmad bin hambal rahimahullah : Ilmu adalah takut kepada Allah. -Imam Ibnu Rajab mengatakan : Kapan aja ilmu itu bermanfaat dan menancap di dalam hati, maka sungguh hati itu akan merasa takut dan tunduk kepada Allah Azza wa jalla, jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit dari keuntungan dunia yang halal dan merasa kenyang denganya sehingga hal itu menjadikannya qanaah dan zuhud di dunia. ( Fadhlu Ilmi Salaf alal Khalaf (hal. 47).

4. APA YANG DIMAKSUD DENGAN ILMU YANG BERMANFAAT -Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan : Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang di bawa oleh Rasulullah. (Majmuu al-Fataawaa (VI/388, XIII/136) dan Madaarijus Saalikin (II/488). -Yang mana Rasulullah diutus oleh Allah kepada ummat ini untuk mengajarkan kepada kita semua tentang Al Quran dan Suunah, sebagaimana Allah berfirman : Sungguh Allah telah memberikan karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab (Al-Quran) dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. {QS.Ali Imran : 164}. -Al Quran dan Sunnah merupakan pedoman bagi ummat islam, yang mana kalau kita senantiasa berpegang kepada keduanya maka kita tidak akan tersesat selama-lamanya. Sebagaimana Rasulullah bersabda : Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dengan dua perkara, yang selama kalian berpegang kepada keduanya kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah (Al Quran) dan Sunnahku. [HR. Al-Hakim (I/93) dan al-Baihaqi (X/114) dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallaahu anhu, di Shahihka oleh Syaikh Al Bani dalam Shahih al-Jaamiish Shaghiir (no. 2937). -Oleh sebab itulah Imam Syafii mengatakan : Seluruh ilmu selain Al-Quran hanyalah menyibukkan. Kecuali ilmu hadits dan fiqih dalam rangka mendalami agama. Ilmu adalah yang tercantum di dalamnya : Qaala haddatsanaa (telah menyampaikan hadits kepada kami). Adapun selain itu hanyalah was-was (bisikan) syaitan. ( Diiwan Imam asy-SyafiI (hal. 388, no. 206 ). 5. MACAM-MACAM ILMU YANG TIDAK BERMANFAAT. a. Ilmu Sihir. -Berkata Abu Muhammad Al Maqdisi dalam kitab Al Kafi : Sihir adalah jimat-jimat, jampi-jampi dan buhul-buhul yang dapat berpengaruh pada hati dan badan. Maka sihir itu dapat menyakiti, membunuh dan memisahkan antara seorang suami dan istrinya. * Hukum ilmu sihir : Allah berfirman : Dan Sungguh mereka sudah tau, barang siapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapatkan keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu. {QS. Al-baqarah : 102}.

-Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu, Rasulullah bersabda : Jauhilah tujuh perkara yang membawa kepada kehancuran. Para Sahabat berkata : Wahai Rasulullah, apakah tujuh perkara itu ? Beliau bersabda : Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang di haramkan oleh Allah kecuali dengan sebab yang di benarkan oleh agama, memakan riba, memakan harta anak yatim, membelot (desersi) dalam perperangan dan melontarkan tuduhan zina terhadap wanita-wanita yang terjaga dari perbuatan dosa sedangkan ia tidak tahu menahu denganya dan beriman kepada Allah. [HR. Bukhori dan Muslim]. -Di dalam Shahih Bukhori dari Bajalah bin Abdah, ia berkata, Umar bin Khattab telah menetapkan perintah untuk membunuh tukang sihir laki-laki maupun perempuan. Bajalah berkata : Maka kami pun melaksanakan hukuman mati terhadap tiga tukang sihir perempuan. -Dari jundab secara marfu : Hukuman bagi tukang sihir ialah dipenggal lehernya dengan pedang. [HR. Tirmidzi, dan menurutnya hadits ini shahih akan tetapi ia mauquf]. b. Ilmu Kalam. -Ilmu kalam adalah : Ilmu yang menetapkan Aqidah dengan dalil-dalil akal dan logika. (Lihat Ahaadiits fii Dzammil Kalaam wa Ahlihi (hal. 550 karya al-Imam Abu Fadhl alMuqri rahimahullah ( wafat th. 454), tahqiq Dr. Nashir bin Abdirrahman bin Muhammad al-Judai). -Ilmu kalam adalah : Ilmu Aqidah yang tegak diatas dalil-dalil logika (akal) saja. (Lihat Tahdziirul Anaam min ilmi Kalaam ( hal. 2) karya Abu Muhammad Abdurrahman bin Abdul Aziz bin Ali asy-Syibl). * Pernyataan ulama tentang ilmu kalam : -Imam Malik bin Anas rahimahullah : Seandainya ilmu kalam adalah ilmu, niscaya para Sahabat dan tabiin akan membicarakannya sebagai mana pembicaraan mereka terhadap ilmu-ilmu syariat, akan tetapi ilmu kalam adalah sebuah kebathilan yang menunjukkan kepada kebathilan. (Syarhus Sunnah (I/217) karya Imam al-Baghawi dan al-Amru bil Ittiba wan nahyu anil Ibtidaa (hal. 70) karya Imam as-Suyuthi). -Imam Abu Hanifah rahimahullah mengatakan : Aku telah menjumpai para ahli ilmu kalam. Hati mereka keras, jiwanya kasar, tidak peduli jika mereka bertentangan dengan Al-Quran dan As Sunnah. Mereka tidak memiliki sifat wara dan juga taqwa. ( Lihat Manhaj Imaam asy-SyafiI fii Itsbaatil Aqidah (I/74) oleh Dr. Muhammad bin Abdul Wahhab al-Aqil. -Imam asy-Syafii rahimahullah mengatakan : Barangsiapa yang memiliki ilmu kalam, ia tidak akan beruntung.

-Beliau juga mengucapkan ; Hukuman untuk ahli kalam menurutku adalah mereka harus di cambuk dengan pelepah kurma dan sandal (sepatu) dan di naikkan ke unta, lalu diarak keliling kampung. Dan dikatakan, inilah balasan orang yang meninggalkan Al-Kitab dan As-Sunnah serta mengambil ilmu kalam. (Lihat Ahaadits fii Dzammil wa Ahlih (hal. 99) karya Imam Abdul Fadhl al-Maqri, tahqiq Dr. Nashir bin Abdirrahman bin Muhammad al-Judai). -Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah mengatakan : Pemilik ilmu kalam tidak akan beruntung selamanya. Para ulama kalam itu adalah orang-orang zindiq (orang yang menampakkan permusuhan terhadap islam). ( Lihat kitab Talbiis Ibliis (hal. 112). 5. KEUTAMAAN ILMU SYARI DAN ORANG YANG MEMPELAJARINYA. a. Kesaksian Allah Taala terhadap orang-orang yang berilmu. Allah Taala berfirman : Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah (yang berhak di sembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu ( juga menyatakan yang demikian itu ). Tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha perkasa lagi Maha bijaksana. {QS. Ali Imran : 18} Pada ayat di atas Allah Taala meminta kepada orang-orang yang berilmu bersaksi terhadap sesuatu yang sangat agung untuk di berikan kesaksian, yaitu keesaan Allah Taala. Ini menunjukkan keutamaan ilmu dan orang yang berilmu. (Al-Ilmu Fadhlulhu wa Syarafuhu (hal. 21). -Ayat ini juga memuat rekomendasi Allah tentang kesucian dan keadilan orang-orang yang berilmu. Sebab Allah hanya akan meminta orang-orang yang adil saja untuk memberikan kesaksian. Dalil yang menunjukkan hal ini juga adalah hadits Rasulullah, bahwasanya Rasulullah bersabda : Ilmu ini akan dibawa oleh para ulama yang adil dari tiap-tiap generasi. Mereka akan memberantas penyimpangan atau perubahan yang dilakukan oleh orang-orang yang ghuluw (yang melampaui batas), menolak kebohongan pelaku kebathilan (para pendusta) dan takwil orang-orang bodoh. [ HR. Al-Uqaily dalam adh-Dhuafaa-ul Kabir (I/26), Ibnu Abi Hatim dalam al-Jarh wat Tadil (II/17) Hasan lighairihi. b. Orang yang berilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah Taala. Allah Taala berfirman : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat. {QS. Mujaadilah : 11}. -Rasulullah bersabda : Sesungguhnya Allah mengangkat dengan Al-Quran beberapa kaum dan merendahkan beberapa kaum dengannya. [ HR.Muslim].

-Imam Sufyan bin Uyainah rahimahullah mengatakan : Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah para Nabi dan ulama. (Al-llmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 223). c. Orang yang berilmu adalah orang-orang yang takut kepada Allah. Allah Taala berfirman : Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hambahamba-Nya hanyalah ulama. {QS. Faathir : 28}. -Ibnu Masud radhiyallaahu anhu berkata : Cukuplah rasa takut kepada Allah itu disebut sebagai ilmu. Dan cukuplah tertipu dengan tidak mengingat Allah disebut sebagai suatu kebodohan. (Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Kabir (no. 8927) dan Ibnu Abdil Barr (II/812, no. 1514). -Imam Ahmad bin hambal berkata : Pokok ilmu adalah rasa takut kepada Allah. (Fadhlu Ilmi Salaf ala Khalaf (hal. 52). d. Faham dalam masalah agama termasuk tanda-tanda kebaikan. -Rasulullah bersabda : Barang siapa yang di kehendaki kebaikan oleh Allah maka Allah akan memberikan pemahaman agama kepadanya. [HR. Ahmad, Bukhori dan Muslim dari Sahabat Muawiyah bin Abi Sufyan radhiyallaahu anhuma : Shohih]. e. Orang yang berilmu di kecualikan dari laknat Allah. -Rasulullah bersabda : Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepad Allah dan ketaatan kepada-Nya, orang berilmu dan orang yang mempelajari ilmu. [ HR. ath-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Abdil Baar dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu anhu, lafadz ini milik ath-Tirmidzi dengan sanad yang hasan]. f. Orang yang menuntut ilmu akan di doakan oleh Rasulullah. -Rasulullah bersabda : Semoga Allah memberikan cahaya pada wajah orang yang mendengarkan sebuah hadits dari kami, lalu menghapalnya dan menyampaikannya kepada orang lain. [ HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Hibban, Ibnu Abdil Baar lafadz hadits ini milik Imam Ahmad dari Sahabat Abdurrahman bin Aban bin Ustman Radhiyallaahu anhum dengan sanad yang shohih].

-Tingkatan ilmu : 1. Mendengarkannya dengan baik. 2. Memahaminya dengan baik. 3. Menghapalnya. 4. Menyampaikannya kepada orang lain. g. Menuntut ilmu agama adalah jihad di jalan Allah. -Rasulullah bersabda : Barang siapa yang memasuki masjid kami ini (masjid nabawi) dengan tujuan mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, maka ia bagaikan orang yang berjihad di jalan Allah Taala. [HR. Ibnu Hibban (no. 87) , Ibnu Majah (no. 227), Ahmad (II/350, 526, 527), Ibnu Abi Syaibah (no. 33061) dan al-Hakim (I/91), dari sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu anhu]. h. Pahala ilmu yang diajarkan akan tetap mengalir meskipun pemiliknya telah meninggal dunia. -Rasulullah bersabda : JIka seorang manusia meninggal dunia, maka pahala amalnya terputus, kecuali tiga hal : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya. [HR. Muslim ( no. 1631), Bukhori dalam Adabul Mufrad (no. 38)]. i. Orang yang menuntut ilmu akan di mudahkan jalannya oleh Allah menuju surga. -Rasulullah bersabda : Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan jalanya menuju Surga. [HR. Ahmad (V.196), Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682), Ibnu Majah (no. 223), dan Ibnu Hibban (no. 80-alMawaarid), lafadz ini milik ahmad dari Sahabat Abu Darda radhiyallaahu anhu]. j. Orang yang berilmu merupakan pewaris para Nabi. -Rasulullah bersabda ; Sesungguhnya para ulama adalah pewarisnya para Nabi, dan mereka tidak mewariskan dinar dan dirham. Mereka hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak. [HR. Ahmad (II/252, 325), Abu Dawud (no. 3641), at-Thirmidzi ( no. 2682), Ibnu Majah (no. 223) dan Ibnu Hibban (no. 80-Mawaarid) ini lafadz Ahmad dari Sahabat Abu Darda radhiyallaahu anhu, dengan sanad yang Shahih]. k. Ilmu lebih baik dari pada harta. Pertama : Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangka harta adalah warisan para raja dan orang-orang kaya. Kedua : Ilmu akan menjaga pemiliknya, sedangkan harta pemiliknyalah yang akan menjaga hartanya.

Ketiga : Harta akan habis dibelanjakan sedangkan ilmu akan bertambah apabila di ajarkan. Keempat : Harta dapat di peroleh oleh orang-orang mukmin, kafir, munafik maupun orang-orang jahat, sedangkan ilmu yang bermanfaat hanya di dapatkan oleh orang-orang yang beriman. ( Lihat kitab al-Ilmu Fadhluhu wa syarafuhu (hal. 160-163). 6. KIAT-KIAT MERAIH ILMU SYARI. a. Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu. Allah berfirman : Padahal mereka tidak di suruh kecuali agar menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang lurus. {QS. Al-Bayyinah : 5}. -Rasulullah bersabda : Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan dari apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak diraihnya atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu nsesuai dengan niat hijrahnya. [HR. Bukhori (no. 1, 54, 2529), Muslim (no. 1907) dari Sahabat Umar bin Khattab radhiyallaahu anhu]. * Ancaman kepada orang yang tidak mengikhlaskan di dalam menuntut ilmu. Rasulullah bersabda : Barangsiapa yang menuntut ilmu syarI yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya surga pada hari kiamat. [HR. Ahmad (II/338), Abu Dawud (no. 3664), Ibnu Majah (no. 252), al-Hakim (I/85), dari Sahabat Abu Hurairah dengan sanad yang shahih]. b. Berdoa kepada Allah agar di berikan ilmu. c. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Imam SyafiI mengatakan : Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu melainkan dengan enam perkara. Ku kabarkan kepadamu rinciannya dengan jelas. Kecerdasan, kemauan keras, bersungguh-sungguh, bekal yang cukup, bimbingan ustadz dan waktu yang lama. (Diwaan asy-SyafiI (hal. 378).

d. Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat. Allah berfirman : Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberikanmu Al-furqaan dan menghapuskan segala kesalahankesalahanmu dan mengampuni ( dosa-dosa )mu. Dan Allah memiliki karunia yang besar. {QS. Al-Anfal}. e. Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu. -Ummul Mukminin Aisyah radhiyallaahu anha pernah berkata tentang sifat para wanita Anshar : Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Rasa malu tidak menghalangi mereka untuk memperdalam ilmu agama. [HR. Bukhori dalam Shahihnya kitab al-Ilmu bab al-Hayaa fil Ilmi]. -Imam Mujahid bin jabr rahimahullah mengatakan : Tidak akan mendapatkan ilmu orang yang malu dan sombong. (Atsar shahih : Diriwayatkan oleh Bukhori dalam Shahihnya kitab al-Ilmu bab al-Hayaa fil Ilmi dan Ibnu Abdil Barr dalam al-Jaami (I/534-535, no. 879). f. Mengikat ilmu dengan tulisan. g. Mengamalkan ilmu yang telah di pelajari. -Ibnu Qayyim mengatakan : Ilmu memiliki enam tinggkatan : Pertama : baik dalam bertanya. Kedua : diam dan mendengarkan dengan baik. Ketiga : memahami dengan baik. Keempat : menghapalnya. Kelima : mengajarkannya. Keenam : yang merupakan buah dari ilmu yaitu mengamalkannya. (Miftaah Daaris Saaadah (I/511).

You might also like