You are on page 1of 18

EFISIENSI PEMASARAN PEPAYA ( CARICA PAPAYA.

L ) ( Studi kasus di Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara )

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sasaran pembangunan pertanian sekarang tidak hanya dititikberatkan pada peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan pendapatan masyarakat, perluasan lapangan kerja, peningkatan taraf hidup petani dan perluasan pasar produk pertanian, baik di dalam maupun di luar negeri. Salah satu faktor penting dalam pengembangan hasil-hasil pertanian, khususnya bersumber dari hasil kebun adalah pemasaran. Pembangunan pertanian awalnya berorientasi produksi, namun sekarang pembangunan pertanian dituntut untuk berorientasi agribisnis, yaitu tidak hanya berorientasi produksi namun juga berorientasi pasar. Salah satu program pembangunan berbasis agribisnis adalah pengembangan komoditas hortikultura. Buahbuahan sebagai salah satu sub komoditas hortikultura turut dikembangkan dalam rangka diversifikasi tanaman, penghijauan maupun penumbuhan sentra produksi. Pengembangan buahbuahan perlu dilakukan secara intensif dan komersial dalam skala agribisnis serta dikelola secara professional guna membuka lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, dan menambah penerimaan daerah dan devisa negara. Hal tersebut seiring dengan tujuan pembangunan pertanian di Indonesia, yaitu meningkatkan produksi pertanian sekaligus pendapatan petani, meningkatkan kualitas pangan dan gizi masyarakat, serta mendorong kesempatan berusaha di pedesaan (Irawan, 2003). Upaya pemenuhan gizi masyarakat melalui pengembangan tanaman buah-buahan terus dilakukan terutama pada lahan kering atau pekarangan baik atas bantuan pemerintah maupun swasta. Upaya tersebut bertujuan untuk membantu tercapainya kondisi masyarakat lebih baik. Indikatornya adalah semakin meningkatnya pendapatan masyarakat, semakin tingginya kesadaran penduduk akan nilai gizi buah-buahan, dan semakin bertambahnya permintaan bahan baku industri pengolahan buah-buahan (Rukmana, 1996). Di Kabupaten Minahasa Utara khususnya Kecamatan Dimembe pepaya merupakan salah satu komoditi utama mereka, lamanya siklus produksi pepaya ditentukan beberapa faktor, seperti masa pembuahan dan umur tanaman. Pepaya memiliki umur produktif antara 3 sampai 4 tahun, tanaman pepaya yang sudah tidak produktif dibongkar dan diganti tanaman baru (Aksi Agraris Kanisius, 1975).
1

Kecamatan Dimembe merupakan salah satu sentra produksi pepaya di Kabupaten Minahasa Utara. Iklim dan lahan pertanian di Kecamatan Dimembe turut mendukung pengembangan usahatani pepaya. Populasi hama dan penyakit ikut mempengaruhi kuantitas dan kualitas produksi pepaya. Hama pada tanaman pepaya, diantaranya lalat buah (Bactrocerasp.), bekicot (Achatina fulica B.), wereng pepaya (Empoasca stevensi), tungau (Polyphagotarsonemus latus Banks), kutu dompolan (Pseudaulacaspis pentagona Targ.). Penyakit tanaman pepaya biasanya disebabkan oleh nematoda parasit, jamur Collectrichum gloeosporoides, jamur Cercospora papayae, jamur Phytophtora palmivora, virus bercak cincin dan bakteri Erwinia papayae. Upaya pencegahan hama dan penyakit umumnya dilakukan dengan perawatan kebun secara intensif, termasuk sanitasi dan drainase kebun (Kusnaman,et. al., 2008). Tanaman pepaya bagi petani di Kecamatan Dimembe memiliki peran cukup strategis terutama dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Pepaya tidak dipengaruhi musim dan dapat berproduksi sepanjang tahun. kondisi tersebut menjadi pertimbangan tersendiri bagi petani dalam mengatur kuantitas panen dan memilih saluran pemasaran pepaya yang paling efisien, mengingat sifat buah mudah rusak. Saluran pemasaran dan lembaga-lembaga didalamnya berperan penting dalam menjamin proses pemasaran pepaya, sehingga banyaknya lembaga akan mempengaruhi panjangnya saluran pemasaran. Semakin panjang saluran pemasaran maka semakin banyak biaya pemasaran. Hubungan antara panjang saluran pemasaran dan biaya akan mengarah pada efisiensi pemasaran, baik secarateknis maupun ekonomis (Calkin dan Humeiwang Wahyuningsih, 2005). Indikator lain untuk mengetahui efisiensi pemasaran produk pertanianadalah efisiensi harga. Efisiensi harga berfokus pada kemampuan saluranpemasaran dalam menyampaikan produk kepada konsumen dengan harga lebih murah dan mampu mengadakan pemerataan pembagian keuntungan (Oppen danRaju dalam Arifudin, 1997).

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Berapa besar marjin pemasaran pada setiap saluran pemasaran? 2. Berapa besar profit marjin pedagang pada setiap saluran pemasaran?
3. Apakah pemasaran pepaya di Kecamatan Dimembe sudah efisien?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk: 1. Mengetahui besarnya marjin pemasaran pada setiap saluran pemasaran. 2. Mengetahui besarnya profit marjin pada setiap saluran pemasaran.
3. Mengetahui efisiensi pemasaran pepaya di Kecamatan Dimembe

Manfaat penelitian adalah:


1. Sebagai masukan dalam upaya pengembangan pemasaran pepaya dan acuan dalam

pemilihan saluran distribusi.


2. Memberikan informasi bagi pembaca tentang sistem pemasaran pepaya di kecamatan

dimembe kabupaten minahasa utara


3. Sebagai salah satu sumber informasi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

BAB II
3

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Pepaya Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba family Caricaceae, berasaldari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Meksiko danCosta Rica.Klasifikasi botani tanaman pepaya adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Famili : Caricaceae Genus : Carica Spesies : Carica papaya L. Tanaman pepaya mudah dibudidayakan baik di daerah tropis maupun subtropis. Pepaya dapat tumbuh subur pada daerah dengan curah hujan 1000 sampai2000 mm per tahun dengan suhu optimal 22 sampai 26 o C. Derajat keasamaan tanah untuk tanaman pepaya adalah netral, yaitu antara 6 sampai 7 dan ketinggiantanah kurang dari 600 meter diatas permukaan laut. Tanaman pepaya tersebar dibeberapa daerah di Indonesia dengan berbagai nama, jenis dan varietasnya (Kalie, 1983). Pepaya terbagi dua jenis, yaitu pepaya semangka dan pepaya burung. Pepaya semangka memiliki ciri-ciri daging buah tebal, warna merah mirip daging buah semangka dan citaranya manis. Pepaya burung memiliki ciri-ciri daging buah berwarna kuning, harum dan citarasanya manis asam (Rukmana, 1996). Pepaya semangka memiliki warna daging buah merah sampai jingga dan rasa buah manis, sedangkan pepaya burung berwarna kuningdan rasa buah manis asam. Pohon pepaya menghasilkan dua komoditas, yaitu enzim papain dan buahpepaya. Enzim papain adalah enzim protease yang dapat merusak struktur primerprotein atau ikatan antar asam amino pada rantai polimer asam amino. Buahpepaya dapat dijadikan buah meja, sayur, manisan, asinan, saus dan selai (Kalie,1986). Pepaya siap dipetik saat daging buah berwarna kuning cerah dan bila kulitbuah dilukai tidak banyak mengeluarkan getah. Buah ditempatkan pada suhu kamar setelah dipetik dan dalam tiga hari buah sudah matang. Adapun ciri-ciri pepaya matang adalah daging buah menjadi lunak dan rasanya lebih manis. Pepaya matang akan mulai membusuk dalam empat hari. Upaya untuk memperlambat pembusukan adalah dengan penyimpanan pada suhu dingin 7,2 o C dan kelembaban relatif 85 sampai 90 persen. Pada kondisi tersebut diperkirakan
4

buah pepaya mempunyai daya tahan simpan selama 15 sampai 20 hari (AksiAgraris Kanisius, 1975).

B. Budidaya Pepaya Tanaman pepaya dapat diperbanyak dengan cara generatif dan vegetatif. Cara paling umum dipraktekkan adalah cara perbanyakan generatif dengan mediabiji. Biji atau benih dapat diperoleh di toko-toko sarana produksi pertanian ataudengan pembenihan sendiri. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan carasambung, cangkok dan kultur jaringan. Perbanyakan dengan vegetatif masih jarang dilakukan karena memerlukan tanaman untuk batang bawah dalam jumlah banyak (Kalie, 1983). Budidaya tanaman pepaya meliputi beberapa tahap, antaralain: 1. Pembibitan Produksi benih sendiri memiliki beberapa persyaratan, antara lain berasal dari jenis dan varietas unggul, tingkat kemurnian varietas tinggi,mudah dilakukan penyerbukan silang, bebas dari serangan hama danpenyakit serta memiliki tiga macam bunga (bunga jantan, sempurna danbetina). Upaya untuk mendapatkan benih pepaya bermutu dan murni atau mendekati kemurnian adalah dengan isolasi bunga dan seleksi biji ataubenih. Tahapan dan tata cara isolasi bunga antara lain (Rukmana, 1996):
1) Pilih pohon induk dari jenis dan varietas unggul berbunga sempurna,misalnya

varietas jingga dengan bentuk buah bulat panjang dan besar(elongate


2) Tempatkan bunga papaya elongate pada pohon induk pilihan, kemudianpetik (buang)

bunga kecil di sekitarnya


3) Tutup bunga elongate

terpilih dengan kertas minyak atau kantongplastik. Pembungkusan dilakukan dua hari sebelum bunga betina mekar serbuk sari bunga jantan

4) Pada waktu bunga elongate terbuka, segera dilakukan penyerbukandengan bunga

5) Tutup kembali bunga elongate dengan kertas minyak atau kantongplastik selama satu

minggu 6) Rawat bunga hasil penyerbukan sampai buah masak di pohon


7) Ambil buah pepaya matang, lalu potong 1/3 bagian pangkal buah untuk disisihkan

(tidak digunakan)

8) Ambil biji dari 2/3 bagian buah untuk dicampurkan dengan abu dapur,lalu remas-

remas sampai selaput lendir biji mengelupas 9) Cuci dan rendam biji dalam air sampai terlihat biji terendam danterapung. Biji terendam adalah biji berkualitas dan layak untuk ditanam 10) Kumpulkan biji hasil seleksi, lalu keringkan pada suhu ruangan sampaikadar air lebih kurang 12 persen 2. Pesemaian Menurut Rukmana (1996), kebutuhan benih per hektar lebih kurang 250gram. Benih direndam terlebih dahulu dalam larutan fungisida Benomyl danThiram (Benlate T) sebanyak 0,5 gram per liter, kemudian disemai dalam polybag ukuran 20 x 15 cm. Media tanam terdiri dari campuran 2 ember tanahayakan, ditambah 1 ember pupuk kandang, 50 gram TSP dan 29 gram Curateratau Petrofar.Benih dimasukan pada lubang dengan kedalaman 1 cm, kemudian tutupdengan tanah. Benih berkecambah setelah 12 sampai 15 hari. Bibit siap ditanam saat ketinggiannya 15 sampai 20 cm atau 45 sampai 60 hari. Biji-biji bisa langsung ditanam atau disemai lebih dahulu. Pesemaian dilakukan 2 atau3 bulan sebelum bibit pesemaian itu dipindahkan ke kebun. Bibit-bibitdewasa atau berumur 2 samapi 3 bulan, sebaiknya dipindahkan ke lahan padapermulaan musim hujan. 3. Pengolahan tanah Tanah untuk budidaya pepaya perlu diolah terlebih dulu sebelumdilakukan penanaman. Proses pengolahan harus memperhatikan sifat dankebutuhan tanaman. Sifat tanaman pepaya, diantaranya perakaran relatif dangkal, daya regenerasi kecil dan peka terhadap air menggenang, sedangkankebutuhan tanaman pepaya adalah kelembapan tinggi dan sinar matahari.Proses pengolahan tanah meliputi beberapa tahap, diantaranya pembersihantanah dan pembuatan bedengan. Perbersihan tanah bertujuan untuk mencegahpertumbuhan populasi hama dan penyakit. Bedengan dibuat setelah lahan dibersihkan dan digemburkan. Panjang bedengan tergantung keadaan tanah,sedangkan lebarnya dibuat 2 atau 2,5 meter dan tinggi 0,2 meter. Jarak antarbedengan dibuat 50 cm dan diatas bedengan dibuat lubang tanaman berukuran50 cm x 50 cm x 40 cm (Kalie, 1983).Menurut Aksi Agraris Kanisius (1975), lubang tanam sebaiknyadikering-anginkan selama satu sampai dua minggu. Lubang selanjutnya diisidengan tanah, berturut-turut tanah galian bagian bawah dan tanah bagian atasyang telah dicampur dengan 60 kg pupuk kandang. Khusus untuk tanahbersifat asam, harus ditambahkan dolomit setelah diberi pupuk kandang, laludibiarkan selama satu sampai dua minggu. 4. Teknik penanaman

Menurut Rukmana (1996), waktu tanam paling baik adalah tiga sampaiempat bulan sebelum musim hujan. Penentuan waktu tanam tersebut bertujuanagar pembungaan dan pembuahan pertama bertepatan pada musism hujan.Bibit dipindahkan dari pesemaian dapat berupa bibit cabutan atau bersamaandengan tanah dalam polybag. Proses selanjutnya adalah pemberian pupuk dasar berupa 50 gram NPK atau campuran 50 gram Urea, 50 gram TSP dan 25gram KCL per tanaman atau bibit pepaya. Jumlah bibit pepaya setiap lubangtanam ditentukan sebanyak tiga bibit pepaya. Beberapa bulan kemudian dapatdilihat tanaman jantan, betina atau berkelamin dua. 5. Pemeliharaan Tanaman Tanaman pepaya rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama tanaman pepaya adalah tungau, kutu daun (Myzus persicae Sulzer), kutu Aphis gossypii Glov, kepik (Nezara virdula L.) dan Thrips tabaci Lind. Penyakit tanaman pepaya biasanya disebabkan cendawan, bakteri dan virus (Kalie,1983). Upaya pemeliharaan pepaya dalam memperkecil risiko terserang hamadan penyakit, meliputi beberapa kegiatan, diantaranya (Aksi Agraris Kanisius,1975): a. Penjarangan dan penyulaman Penjarangan tanaman dilakukan untuk memperoleh tanaman betina dan beberapa pohon jantan. Kegiatan penjarangan dilakukan pada waktutanaman mulai berbunga. b. Penyiangan Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya,memerlukan penyiangan. Waktu penyiangan kebun tersebut tidak dapat dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan. c. Pemupukan Pohon pepaya memerlukan pupuk banyak, guna memberikan zat-zat makanan dan menjaga kelembaban tanah. Cara pemberian pupuk: 1) Tiap minggu setelah tanam diberi 50 gram ZA, 25 gram Urea, 50 gramTSP dan 25 gram KCl, dicampur dan ditanam melingkar
2) Satu bulan kemudian dilakukan pemupukan kedua dengan komposisi 75gram ZA, 35

gram Urea, 75 gram TSP, dan 40 gram KCl 3) Saat umur 3-5 bulan dilakukan pemupukan ketiga dengan komposisi 75gram ZA, 50 gram Urea, 75 gramTSP, 50 gram KCl
7

4) Umur 6 bulan dan seterusnya 1 bulan sekali diberi pupuk dengan 100gram ZA, 60 gram Urea, 75 gramTSP, dan 75 gram KCl.d. Pengairan dan Penyiraman Tanaman pepaya memerlukan cukup air tetapi tidak tahan tergenangair. Maka pengairan dan pembuangan air harus diatur dengan seksama. Penanaman di daerah dengan curah hujan tinggi dan bertanah liat harus dibuatkan parit-parit. Pada musim kemarau, tanaman pepaya harus sering disirami. 6. Panen Panen perdana pepaya dapat dilakukan pada umur 9 sampai 11 bulansetelah pindah tanam atau tergantung kultivar (varietas) pepaya. Pepayavarietas bangkok dapat dipanen setelah 8 sampai 10 bulan setelah pindahtanam. Waktu panen ditentukan berdasarkan ciri-ciri penampakan visual,seperti warna buah menunjukkan bagian buah berwarna kekuningkuningan, getah berwarna bening, tankai buah mulai menguning atau terdapatgaris kuning pada ujung buah dan buah telah mencapai ukuran maksimal(Rukmana, 1996).Menurut Aksi Agraris Kanisius (1975), panen pepaya dapat dilakukandengan berbagai macam cara, pada umumnya panen/pemetikan dilakukandengan menggunakan songgo atau alat berupa bambu dengan ujung berbentuk setengah kerucut dan berguna untuk menjaga agar buah papaya tidak jatuh saat dipetik. Panen dilakukan setiap 10 hari sekali setelah panenperdana. Tiap pohon dapat menghasilkan 30 sampai 150 buah dan akan terusmenerus berbuah setelah panen pertama. Pohon pepaya sebaiknya dibongkardan diganti dengan pohon baru sesudah 4 tahun. 7. Pascapanen Penanganan pascapanen bertujuan menjaga kualitas dan kuantitasproduksi, hal tersebut tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Beberapa kegiatan pascapanen, antara lain sortasi, pengemasan, pengankutan, dan penyimpanan. Sortasi adalah pemilihan dan pengelompokan buah untuk menyeragamkan ukuran dan mutu. Pengemasan bertujuan untuk memudahkanpengangkutan dan mencegah kerusakan. Pengemasan pepaya menggunakan kertas pembungkus sebagai pelapis, lalu dimasukkan dalam dus karton ataukeranjang anyaman bambu. Proses selanjutnya adalah pengangkutan atau pendistribusian ke ke beberapa tempat tujuan. Sebagian buah yang tidak langsung dipasarkan, akan disimpan di tempat penyimpanan sementara. Penympanan paling baik adalah dalam ruangan dingin dengan suhu 5 sampai10 o C, sehingga dapat tahan selama 2 sampai 3 minggu (Rukmana, 1996).

C. Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok pengusaha dalam mempertahankan kelangsungan usahanya baik dalam pengembangan usahamaupun peningkatan laba. Pemasaran
8

didefinisikan sebagai suatu sistemkeseluruhan dari kegiatan bisnis, bertujuan untuk merencanakan, menentukanharga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa serta memuaskankebutuhan konsumen (Stanton, 1986). Produksi dan pemasaran mempunyai keterkaitan erat. Peningkatan produksi tidak akan berarti, jika tidak ada dukungan sistem pemasaran dan mampu menyerap hasil produksi tersebut pada tingkat harga layak. Pemasaran merupakan proses penyampaian komoditas dari produsen ke konsumen melalui saluran pemasaran tertentu dan penyesuaian aktivitas dengan barang tersebut (Winardi,1989). Pemasaran produk pertanian lebih kompleks dari produk konsumsi lainnya, karena dipengaruhi sifat khas produk pertanian, seperti musiman, mudahrusak, volume melimpah, penuh risiko dan lokasi produsen tersebar.Pemasaran produk pertanian secara umum masih belum efisien, terutamadalam pemerataan pembagian keuntungan. Pemasaran dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurahmurahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan secara merata kepada setiap pihak di kegiatan produksi dan pemasaran. Permasalahan dalam pemasaran hasil pertanian di Indonesia, antara lain (Soekartawi, 1995): 1. Tidak tersedianya hasil pertanian dalam jumlah dan kualitas cukup 2. Fluktuasi harga mencolok 3. Pemasaran tidak efisien 4. Sarana dan prasarana buruk 5. Lokasi produsen dan konsumen tersebar 6. Kurang informasi pasar 7. Pasar sulit diperkirakan 8. Faktor-faktor eksternal lainnya. Pemasaran produk hortikultura pada umumnya menghadapi berbagaimasalah. Masalah dalam sistem pemasaran hortikultura adalah lemahnya posisi tawar petani terhadap pedagang, sehingga penentuan harga kurang menguntungkan bagi petani. Salah satu bukti lemahnya posisi tawar petani adalah perubahanharga di tingkat konsumen tidak dapat segera diteruskan kepada petani produsen.Transmisi harga kurang berjalan baik dapat menyebabkan rata-rata perubahan hargadi tingkat produsen lebih rendah dari rata-rata perubahan harga di tingkatpengecer. Hal tersebut akibat dari struktur pasar persaingan tidak sempurna dan banyaknya lembaga dalam saluran pemasaran. Banyaknya lembaga pemasarandalam saluran pemasaran akan membentuk mata rantai distribusi semakin panjang (Handewi dalam Endah, 2006).

Proses distribusi pada proses pemasaran dilakukan oleh lembaga-lembagapemasaran. Lembaga pemasaran adalah badan-badan penyelenggara kegiatan atau fungsi pemasaran dan didalamnya terdapat pergerakan barang dari produsen sampai konsumen. Badan-badan tersebut menggerakkan barang melalui transaksi jual beli. Lembaga pemasaran dapat berbentuk perorangan, perserikatan atau perseroan.Jenis-jenis lembaga pemasaran antara lain pedagang pengumpul, pedagang besar,eksportir, impotir, dan pedangang pengecer (Winardi, 1989). Lembaga-lembaga pemasaran dalam melaksanakan kegiatannya membentuk saluran atau pola pemasaran. Jenis saluran pemasaran dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti daya serap pasar, selera konsumendan sifat buah. Saluran pemasaran buah-buahan di Indonesia terdiri dari lima jenis. Kelima jenis saluran pemasaran tersebut, antara lain (Winardi, 1989):
1. Saluran I : Petani Konsumen 2. Saluran II : Petani Pedagang Pengecer Konsumen 3. Saluran III : Petani Pedagang Besar Pedagang pengecer Konsumen 4. Saluran IV : Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer Konsumen 5. Saluran V : Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pedagang Pengecer

Konsumen Pedagang pengumpul adalah perantara yang aktif membeli dan mengumpulkan barang dari produsen di daerah produksi dan menjualnya kepadaperantara berikutnya. Pedagang pengumpul jarang menjual langsung kepadakonsumen akhir. Pedagang pengumpul dapat menjual kepada hotel, restoran, danpabrik pengolahan hasil pertanian. Pedagang besar adalah perantara yangmemperdagangkan barang dalam jumlah besar dan aktif di pasar-pasar pusat.Pedagang besar memperoleh barang dari pedagang pengumpul lokal atau petani.Barang tersebut selanjutnya dijual dalam jumlah lebih kecil kepada pedagangpengecer. Eksportir dan importir berkaitan dengan pembelian dan penjualan barangantar negara. Pedagang pengecer adalah perantara yang menjual barang kepadakonsumen akhir di pasar eceran (Hanafiah dan Saefuddin, 1986). Adanya lembaga-lembaga pemasaran dalam kegiatan pemasaran menimbulkan marjin pemasaran. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga daripetani dengan harga untuk konsumen. Harga di tingkat konsumen merupakanharga di tingkat petani, ditambah dengan seluruh biaya pemasaran dan keuntunganlembaga pemasaran.

Metode perhitungan marjin pemasaran dapat ditempuhdengan dua cara, antara lain (Roziah, 2005):
10

1. Menghitung selisih harga jual di tingkat produsen dengan harga beli di tingkat konsumen

akhir 2. Mengitung total biaya pemasaran dan keuntungan seluruh lembaga pemasaran.Menurut Azzaino (1981), secara sistematis marjin pemasaran dapatdirumuskan sebagai berikut: MP = Pr - Pf Keterangan: MP : Marjin pemasaran Pr : Harga di tingkat pedagang pengecer (retailer) Pf : Harga di tingkat petani (farmer) Nilai marjin pemasaran berbeda-beda, tergantung panjang saluranpemasaran, jumlah lembaga pemasaran, biaya dan keuntungan seluruh lembagapemasaran. Marjin pemasaran tinggi dan share harga bagi petani rendahdisebabkan banyaknya lembaga pemasaran (Suma, 2004). Semakin banyak lembaga pemasaran, maka semakin panjang saluran pemasarannya. Panjangnya saluran pemasaran suatu produk tergantung pada beberapa faktor, antara lain (Hanafiah dan Saefuddin, 1986) :
1. Jarak antara produsen dan konsemen semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen,

maka semakin panjangsaluran pemasaran suatu produk 2. Cepat tidaknya kerusakan produk Produk mudah rusak harus segera diterima konsumen. Kondisi tersebutlebih menghendaki saluran pemasaran relatif pendek dan cepat.
3. Skala produksi pada beberapa produksi berukuran kecil, jumlah produk akan

semakinsedikit. Kondisi tersebut akan tidak menguntungkan jika produsenmenjualnya ke pasar konsumen. Adanya pedagang perantara sangat diharapkan untuk membantu proses distribusi barang.
4. Posisi keuangan pengusaha produsen dengan posisi keuangan kuat cenderung untuk

memperpendek saluran pemasaran, sedangkan pedagang dengan posisi keuangan lebih kuat,dapat melakukan lebih banyak peranan dibandingkan pedagang dengan modalrendah. Pedagang dengan modal kuat dapat berperan sebagai pedagangpengumpul dan pedagang perantara lainnya. Struktur pasar secara teoritik dibagi dua, yaitu pasar persaingan sempurna dan tidak sempurna. Pasar persaingan sempurna mempunyai ciri jumlah penjual dan pembeli banyak, komoditas homogen, penjual dan pembeli tidak dapat mempengaruhi harga dan bebas keluar masuk pasar (freedom of entry and exit).Pasar persaingan tidak sempurna memiliki karakteristik
11

sebaliknya. Pasar persaingan tidak sempurna meliputi pasar oligopoli, monopoli, oligopsoni dan monopsoni.

D. Profit Marjin Profit marjin adalah persentase perbandingan laba bersih dan nilai penjualan dari suatu usaha. Profit marjin dimaksudkan untuk mengetahui rentabilitas suatu usaha. Semakin tinggi profit marjin sebuah usaha maka semakintinggi pula rentabilitasnya (Riyanto, 1993). Besarnya profit marjin dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Winardi, 1989): Laba bersih PM = Nilai penjualan Rentabilitas suatu usaha adalah perbandingan antara perolehan laba danpenggunaan sejumlah modal untuk menghasilkan laba tersebut selama periodetertentu. Hal tersebut menunjukkan bahwa, usaha produksi maupun distribusidengan profit marjin tinggi memiliki kemampuan baik dalam mengelola sejumlahsumberdaya guna menghasilkan keuntungan maksimal dan mampu menekanbiaya. Pengusaha atau pedagang menganggap sistem pemasaran efisien, bilapenjualan produk mampu memberikan keuntungan tinggi. Sebaliknya, konsumenmenganggap sistem pemasaran efisien, bila produk mudah diperoleh denga hargamurah (Hanafiah dan Saefudin, 1986). x 100%

E. Efisiensi Pemasaran Efisiensi adalah ketepatan cara dalam menjalankan sesuatu dan tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya serta kedayagunaan atau ketepatgunaan. Efisiensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan menjalankantugas dengan baik dan cepat dengan tidak membuang-buang waktu tenaga danbiaya. Konsep efisiensi pemasaran secara sederhana dapat melalui pendekatanrasio output-input. Pendekatan rasio output-input terdiri dari dua sudut pandang,yaitu konsep efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga (Sudiyono, 2001).Kegiatan pemasaran bertujuan untuk menyampaikan barang dan jasa dariprodusen ke konsumen. Kegiatan pemasaran melibatkan beberapa pelaku pasardengan peran dan fungsi masing-masing dalam proses penyampaian barang dan jasa tersebut. Pedagang perantara berperan sebagai pelaksana fungsi pemasarandan penghubung antara produsen dan konsumen. Menurut Azzaino (1981), fungsi pemasaran dibedakan menjadi tiga, yaitu:

12

1. Fungsi pertukaran (exchange function), meliputi penjualan dan pembelian. Fungsi

pertukaran menciptakan hak milik.


2. Fungsi fisik (physical function), meliputi pengangkutan, bongkar muat dan penyimpanan.

Fungsi fisik menciptakan kegunaan tempat dan waktu.


3. Fungsi pelancar

(facilitating function), meliputi kegiatan standarisasi, grading, pembiayaan, kredit, informasi pasar dan harga.

Kegiatan pemasaran dikatakan efisien, apabila dapat memberikan balas jasa seimbang kepada semua pihak, yaitu petani, pedagang perantara dankonsumen serta mampu menyampaikan komoditas hasil pertanian dari petani kekonsumen dengan biaya murah. Peranan lembaga pemasaran adalah menentukanbentuk saluran pemasaran. Distribusi komoditas pertanian harus cepat sampai ke tangan konsumen dan mempunyai nilai ekonomis tinggi sehingga menghendakisaluran pemasaran relatif sederhana (Mubyarto, 1985). Pedagang perantara sebagai pelaksana fungsi pemasaran akan membentuk suatu pola saluran pemasaran. Panjang pendeknya saluran pemasaran akanmenentukan tingkat efisiensi pemasaran suatu komoditas. Efisiensi sistempemasaran dapat dilihat dari segi efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional menekankan pada kemampuan meminimalisasikan biaya-biaya dalam kegiatan pemasaran (Oppen dan Raju dalamArifudin, 1997). Indikator untuk mengetahui efisiensi operasional adalah dengan menghitung dan membandingkan marjin pemasaran dan farmers share di setiap pola pemasaran. Marjin merupakan perbedaan harga di tingkat konsumen denganharga di tingkat petani, sedangkan farmers share adalah persentase bagian harga untuk petani. Pola pemasaran paling efisien memiliki marjin terkecil dan farmers share terbesar diantara pola pemasaran lainnya (Roziah, 2005). Efisiensi harga menekankan pada keterkaitan perubahan harga di tingkat petani dan lembaga pemasaran, terutama dalam mengalokasikan komoditas dari produsen ke konsumen. Perubahan harga terjadi karena adanya perubahan tempat, waktu maupun bentuk komoditas. Efisiensi harga dapat diketahui dengan indikator koefisien korelasi harga dan elastisitas transmisi harga. Analisis korelasiharga dan elastisitas transmisi harga menunjukkan keterkaitan harga antara duapasar, yaitu pasar produsen dan pasar konsumen, serta menunjukkan kecenderungan struktur pasar bersaing sempurna atau tidak sempurna. Analisis korelasi dan transmisi dalam penelitian Roziah (2005), menggunakan data perkembangan harga bulanan di tingkat petani maupun ditingkat konsumen. Hasil penelitian didapat nilai korelasi 0,98 dan elastisitas transmisi sebesar 0,95, artinya walaupun perubahan harga di tingkat konsumen berpengaruh nyata terhadap perubahan harga di tingkat petani, namun perubahanharga di tingkat petani mempunyai persentase lebih kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa efisiensi pemasaran belum tercapai dan struktur pasar persaingan tidak sempurna. Penjelasan secara umum untuk sistem pemasaran dikatakan efisien, apabila marjin pemasaran rendah dan koefisien korelasi hargatinggi
13

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


14

Penelitian dilakukan di Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara September sampai November 2011.

B. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer dari hasil wawancara langsung dengan petani pepaya dan pedagang perantara. Data lain penelitian berupa data sekunder, yaitu data dari instansi terkait, internet dan berbagai pustaka.

C. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel pada petani dilakukan dengan cara Stratified Random Sampling atau pengambilan sampel acak terstratifikasi. Proses stratifikasi dilakukan karena luas kepemilikan lahan dan jumlah populasi tanaman heterogen. Adapun farktor pendukung lain dalam penggunaan metode Stratified Random Sampling adalah mengumpul data terlebih dahulu dari semua populasi petani, contohnya : 100 petani, dengan luas lahan misalnya yang pertama 0.5 hektar dst hingga mencapai 100 anggota populasi yang diinginkan, perhitungannya luas lahan tertinggi dikurangi dengan luas lahan paling kecil di bagi dengan 3 strata yang diinginkan, dan yang kurang dari 1 hektar adalah strata 1 dan strata 2 yaitu 1 hektar ditambah dengan 0,5. Metode pengambilan sampel pada pedagang dilakukan dengan cara Snow Ball Sampling karena bergulir dari yang paling kecil sampai yang paling besar. Contohnya : dari petani ke pedagang pengecer berlanjut sampai ke konsumen.

D. Variabel dan Skala Pengukuran Variabel dan satuan ukuran dalam penelitian adalah:
1. Biaya pemasaran, adalah biaya lembaga pemasaran dalam menyampaikan barang dari

produsen sampai konsumen akhir. Biaya pemasaran meliputibiaya transportasi, biaya tenaga kerja, biaya pengemasan, biaya penyusutan,dan biaya retribusi, dinyatakan dalam rupiah (Rp). 2. Marjin pemasaran, adalah selisih harga pepaya di tingkat petani dengan hargadi tingkat pedagang, dinyatakan dalam rupiah (Rp).
3. Profit marjin, adalah perbandingan laba bersih masing-masing pedagangdengan nilai

penjualan bersih, dinyatakan dalam persen (%).

15

E. Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini, di analisis secara deskriptif dengan pendekatan pendekatan yang dilakukan dalam analisis data sebagai berikut ; 1. Analisis marjin pemasaran Analisis marjin pemasaran digunakan untuk mengetahui besarnya selisih harga di tingkat konsumen akhir dengan harga di tingkat produsen danpenyebarannya di masingmasing pedagang pada jalur distribusinya. Besar kecilnya marjin pemasaran akan mempengaruhi tinggi rendahnya harga komoditas tersebut. 2. Analisis profit marjin Analisis profit marjin digunakan untuk mengetahui berapa besar persentase laba bersih dari keseluruhan penjualan masing-masing pedagang disetiap saluran dan mengukur rentabilitas usaha tersebut. 3. Analisis Efisiensi Pemasaran Analisis efisiensi operasionalAnalisis efisiensi saluran pemasaran secara operasionalmenggunakan dua metode, yaitu analisis efisiensi teknis dan ekonomis.Efisiensi teknis menunjukkan ketepatan cara dalam menjalankan sesuatubersifat teknis dengan memanfaatkan waktu, tenaga kerja, biaya,kedayagunaan dan ketepatgunaan, sedangkan efisiensi ekonomismenunjukkan ketepatan cara dalam menjalankan sesuatu yang berkenaandengan pemakaian barang secara hati-hati dan pengaturan waktu secarahemat. Kedua konsep tersebut dinotasikan dalam indeks atau nilaipembanding. Semakin kecil indeks efisiensi teknis dan ekonomis makasemakin efisien suatu saluran pemasaran. Indeks efisiensi teknis (T) danekonomis (E) dirumuskan sebagai berikut (Calkin dan Humeiwang dalam Wahyuningsih, 2005) : Indeks efisiensi teknis (T) Vij/wij Tij = Dij Ideks efisiensi Keterangan: T : biaya pemasaran per berat akhir penjualan barang per unit jarak
16

Eij: jumlah keuntungan lembaga per variabel biaya pemasaran V: biaya pemasaran W: berat akhir penjualan d: total jarak tempuh komoditas i: jenis komoditas j: jenis saluran pemasaran k: jumlah pedagang untuk komoditas

DAFTAR PUSTAKA ___2007. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga, dan Marjin Pemasaran Sayuran dan Buah (On-line). http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART5-4c.pdf , diakses 27 November 2008 Azzaino, Z. 1981. Pengantar Tataniaga Pertanian.Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakulatas Pertanian, oleh IPB. Bogor. Irawan, B. 2003. Membangun Agribisnis Hortikultura Terintegrasi dengan Basis Kawasan Pasar. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol 21 (1). Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor Kusnaman, D., Soemartono G.H., Herminanto, Soesanto L. 2008. Standar Operasional Produksi Budidaya Tanaman Pepaya Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi, dan Sosial, Yogyakarta. Riyanto, B. 1993. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan BadanPenerbit Gadjah Mada. Yogyakarta. Rukmana, R. 1996. Pepaya, Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta. Saefudin dan Hanafiah. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan. UI Press. Jakarta.
17

Soekartawi. 1995. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori Dan Aplikasi. Rajawali Press Jakarta. Aksi Agraris Kanisius. 1975. Budidaya Tanaman Pepaya.Kanisius. Yogyakarta. Kohls, R. L. and J. N. Uhl. 1979. Marketing of Agricultural Products Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang. Sugiarto, D., Siagian, L.T., Sunaryanto, D.S., Oetomo. 2003. Teknik Sampling Stanton, W.J. 1986. Prinsip Dasar Manajemen. Winardi, 1989. Aspek-aspek Bauran Pemasaran. Mandar Maju. Bandung. http://www.google.co.id

18

You might also like