You are on page 1of 12

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KELAINAN OTOT MATA STRABISMUS

A. Pengertian Strabismus (juling) adalah : kerja otot-otot bola mata yang tidak terkoordinasi sehingga sumbu visual kedua mata tidak bertemupada titik objek Beberapa ahli menyatakan bahwa juling adalah apabila kelopak mata mengalami perubahan bentuk, sehingga untuk mengurangi efek kelainan refraksi supaya bisa melihat lebih jelas terjdi efek pinhole. Batasan yang benar mengenai juling adalah jika salah satu matanya tidak mengarah ke objek. B. Etiologi 1. Kelainan refraksi a. Hipermetropi Penyebab utama mata juling pada anak kecil adalah hipermetripia yang biasanya berawal ketika anak mulai suka melihat gambar atau benda kecil. b. Miopia Strabismus yang disebabkan oleh myopia lebih jarang terjadi 2. Paralisis salah satu mata a Kelumpuhan musculus rektus medialis : menyebabkan strabisimus divergen gangguan gerak kearah nasal. Keadaan ini bertambah bila mata digerakkan kearah nasal. b. Kelumpuhan musculus rektus superior Terdapat keterbatasan gerak keatas (Hipertropia, diplopia campuran, diplopia vertical dan crossed diplopia ) kelainan ini bertambah pada gerakan mata keatas. c. Kelumpuhan musculus rektus inferior Terdapat keterbatasan gerak mata kebawah, hipertropia, diplopia campuran, yang bertambah hebat bila mata digerakkan kebawah. d. Kelumpuhan musculus obligus superior. Terdapat keterbatasan gerak kearah bawah terutama kearah nasal inferior e. Kelumpuhan musculus obligus inferior Terdapat keterbatasan gerak kearah atas terutama kearah nasal, strabisnus vertical, diplopia campuran . kelainan ini bertambah bila mata digerakkan kearah temporal atas. 2. Visus yang buruk pada salah satu mata. Visus yang buruk pada salah satu mata biasanya akan normal pada mata lainnya sehingga kedua mata gagal bekerjasama dan akibatnya timbul deviasi gerakan bola mata. Faktor predisposisi Trauma didaerah kepala Diabetes miletus juvenile fulminan Meningitis Tumor otak Inveksi virus

C. TANDA DAN GEJALA 1. tanda dan gejala utama strabisimus yaitu mata mempunyai kecendrungan untuk berdeviasi kesalah satu arah dimana arah tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan jenis strabisimusnya. Contoh : Horizontal Esideviasi : bila salah satu mata berfiksasi pada objek sedangkan mata yang lain berdeviasi ke nasal Eksodeviasi : Deviasi mata ke temporal Vertical Hiperdeviasi : bila salah satu mata berdeviasi ke superior Hipodeviasi : bila salah satu mata berdeviasi ke inferior Torsi Insiklo deviasi : salah satu mata memutari sumbu sagital ke nasal Excydo deviasi : salah satu mata memutari sumbu sagital ke temporal 2. Noncomitant strabismus / strabismus paralitik Tanda tanda Gerak mata terbatas pada daerah dimana otot yang lumpuh bekerja Deviasi, kalau mata digerkkan kearah lapangan dimana otot lumpuh bekerja, mata yang sehat akan menjurus kearah ini dengan baik, sedangkan mata yang sakit tertinggal Diplopia Okular torticallis Proyeksi yang salah Vertigo, mual-mual D. Klasifikasi 1. Berdasarkan Status Fusi a. Heteroforia Adalah: Keadana dimana mata mempunyai kecendrungan untuk berdeviasi ke salah satu arah, yang dapat diatasi dengan penglihatan binokuler tunggal Deviasix Laten , hanya dapat dilihat bila mata sebelah nya ditutup. b. Heterotropia Adalah: Kelainan deviasi dimana tidak mungkin untuk melakukan penglihatan Binokuler Tunggal. Fiksasi terjadi dengan satu mata dan tidak berubah dengan dua mata pada waktu yang sama. Hetertropia dapat disebabkan oleh kelainan: 1. Hederiter 2. Anatomik, kelainan otot mata luar, kelainan rongga orbita 3. Kelainan refraksi 4. Kelainan pernafasan, sensori motorik, keadaan yang menggagalkan fusi 5. Kombinasi dan faktor-faktor di atas 2. Berdasarkan arah deviasi a. Horizontal Esodeviasi Exodeviasi b. Vertikal Hiperdeviasi

Hipodeviasi c. Torsi Insiklo Deviasi Exyclo deviasi 3. Berdasarkan variasi sudut deviasi pada gerakan bola mata a. Strabismus non paralitik Besarnya sudut deviasi sama besar pada setiap gerakan bola mata. Sudut deviasinya adalah sama tidak tergantung pada arah pandangan (direction of gaze). Deviasi ini terjadi akibat penglihatanya yang buruk. Semua penglihatan yang buruk bisa berakibat terjadinya deviasi. Ex retinoblastoma. Dibedakan atas 2, strabisimus non paralitik non akomodatif. Deviasinya sama kesemua arah dan tidak dipengaruhi oleh akomodasi karena penyebabnya tidak ada hubunganya dengan kelainan refraksi/kelumpuhan otot. Disebabkan oleh Insersi yang salah oleh otot-otot yang bekerja horizontal Gangguan keseimbangan gerak bola mata Kekurangan daya fusi b. Strabismus paralitik Sudut deviasi tidak sama pada semua arah disebabkan hilangnya satu atau lebih otot mata. Juling juga bisa disebabkan oleh palsi saraf keenam yang disebabkan oleh tumor yang berakibat meningkatnya tekanan intrakranial. Pada kasus ini juling adalah aparalitik dan sudut deviasinya berubah-ubah tergantung pada arah pandangan. Pada penderit miestenia gravis gejala pertamanya dalah juling diplopia. 4. Berdasarkan usia terjadinya Kongenital terjadi pada usia < Acquired terjadi pada usia .6 bulan > 6 bulan E. Patofisiologi Kelainan refraksi Visus yang buruk Paralisis salah Pada salah satu mata satu otot mata Hipermetropia Miopi Gangguan/keterbatasan Gerak otot mata kearah tertentu Penyesuaian mata Tidak konstan Mata gagal bekerja sama Jalur visual abnormal Deviasi gerakan bola mata Akomodasi berlebihan Strabismus paralitik

Konvergensi berlebih (overkonvergence) Strabismus non paralitik

Kelainan kosmetik * Gerak mata terbatas Menurunya visus * Diplopia Murung * Proyeksi mata yang salah * Vertigo, mual Mk. Gangguan harga diri Mk. Gangguan sensori perseptual Penglihatan F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Ini dilakukan untuk mengukur derajat strabismus. Diantara nya: 1. Tes Hisch Berg Caranya : Penderita disuruh untuk melihat cahaya pada jarak 12 inci (30cm). perhatikan reflek cahaya terhadap pupil. Kalau letak nya di pinggir pupil, maka deviasinya 15 derajat, tapi kalau letaknya diantara pinggir pupil dan limbus maka deviasinya 30 derajat dan jika letak nya di limbus, maka derajat deviasinya 45 derajat.(catt : 1 derajat= 2 prisma diopter) 2. Tes Krimsky Carabya: Penderita melihat kesumber cahaya yang jarak nya ditentukan. Perhatikan reflek cahaya pada mata yang berdeviasi. Kekuata prisma yang terbesar diletakkan di depan mata yang brdeviasi, sampai reflek cahaya yang terletak disentral kornea 3. Tes Maddox Cross Maddox Cross terdiri dari satu palang dengan tangan dari silang nya 1 m. pada jarak 1 m dari Maddox cross, kedua mata penderita, musle light yang terletak ditengah-tengah Maddox cross dan ujung Maddox cross membentuk segitiga sama kaki dengan sudut dasarnya 45o Suruh penderita melihat muscle light, kalau tidak ada strabismus, reflek cahaya terletak di tengah-tengah pupil, namu bila strabismus, letaknya eksentrik 4. Tes Pemeriksaan Rotasi Monokuler Caranya: Diperiksa dengan salah satu mata ditutup, sedangkn mata yang lain mengikuti cahaya atau objek yang diarahkan kesemua arah. Kelemahan deduksi dapat diketahui yang disebabkan oleh kelemahan otot atau kelainan anatomis dari otot. 5. Uncover Test Caranya:

Pasien diminta melihat objek fiksasi. Mata kanan ditutup dan mata kiri tidak. Lalu dibuka, segera perhatikan, bila bola mata bergerak, heterophoria diam,orhoporia, exophoria bergerak nasal.

II DO : Menurunya ketajaman penglihatan (visus) Adanya diplopia Adanya deviasi pada mata DS : Anak sering mual dan pusing Klien mengeluh penglihatannya ganda DO : Adanya deviasi pada mata Klien tampak sering murung DS : Ibu klien mengatakan anaknya kurang bergaul dengan teman-temanya. Klein merasa rendah diri Gangguan Penerimaan Sensori/status Organ indra

Kelainan fisik (mata) Gangguan sensori Perseptual Penglihatan ( diplopia )

Gangguan harga diri

B. Rencana Kepertawatan no Diagnose keperawatan perencanaan

tujuan intervensi rasional 1

2 Gg sensori perceptual penglihatan(diplopia)b/d gg penerimaan sensori/status organ indra. Gg harga diri b/d fisik (mata) Gg sensori perceptual penglihatan dapat teratasi dengan criteria hasil: - Meningkat nya ketajaman penglihatan - Diplopia tidak ada lagi - mual dan vertigo tidak ada lagi. Gg hargadiri teratasi dengan criteria hasil: - klien tidak murung lagi - klien tidak merasa rendah diri lagi dengan teman- temannya - tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu/dua mata terlihat - beritahu penyebab terjadinya diplopia. - tentukan jenis strabismus tersebut - kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat. - Anjurkan orangtua untuk selalu memberikan dukungan terhadap tindakan pasien yang positif - anjurkan orang tua untuk memotivasi anak nya untuk berbgabung dengan teman sebaya. - lakukan pendekatan pada klien - kolaborasi dengan psikolog - Menentukan pilihan intervensi yang bervariasi karena kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif - adanya diplopia menyebabkan mual dan vertigo. - untuk menentukan jenis pengobatan yang tepat - untuk memperbaiki visus dan kelainan refraksi

- meningkatkan rasa percaya diri pat,bahwa ia mampu seperti temannya yang lain - mengurangi rasa kurang percaya diri klien terhadap diri nya sehingga klien mau bergaul dengan teman-temannya - mempermudah dalam memberikan dukungan - membantu klien mendapatkan kesembuhan optimal

Askep Endoftalmitis
BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain, sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain. kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan. (Brunner dan Suddarth, 2001) Inflamasi ,inefksi dan peradangan dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung lebih dari setengah kelainan mata. kelainan-kelainan yang umum terjadi pada mata oarng dewasa meliputi sebagai berikut : 1. Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtira, kornea, koroid badan ciriary dan iris 2. Katarak, kekeruhan lensa 3. Glaukoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (IOP) 4. Retina robek/lepas 5. Endoftalmitis, peradangan lapisan mata Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya penyakit biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup. padahal bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina. untuk itu kali ini penulis memusatkan pada pencegahan dan penata laksanaan radang yaitu pada endoftalmitis (Barbara C.Long, 1996) B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Untuk menambah wawasan pembaca tentang penyakit endoftalmitis 2. Tujuan Khusus 1.Mengetahui definisi endoftalmitis 2. Mengetahui etiologi dari endoftalmitis 3. Mengerti tentang tanda dan gejala endoftalmitis 4. Mengetahui klasifikasi endoftalmitis 5. Mengetahui patofisiologi endoftalmitis 6. Mengetahui cara pencegahan dan penatalaksanaan endoftalmiti 7. Mengetahui komplikasi dari endoftalmitis

BAB II KONSEP MEDIS A. Pengertian endoftalmitis - Endoftalmitis adalah peradangan pada seluruh lapisan mata bagian dalam, cairan dalam bola mata (humor vitreus) dan bagian putih mata (sklera). - Merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intra okuler disertai dengan terbentuknya abses didalam badan kaca. Penyebab Sepsis, selulitis orbita, trauma tembus, ulkus. B. Etiologi Penyebab terjadinya endoftalmitis antara lain: 1. Tindakan pembedahan. 2. Luka yang menembus mata. 3. Bakteri. Penyebab paling banyak adalah Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan spesies Streptococcus 4. Jamur. Penyebab paling banyak adalah Aspergilus, fitomikosis dan aktinomises. C. Tanda dan Gejala Peradangan yang disebabkan bakteri akan memberikan gambaran klinik rasa sakit yang sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh. Selain itu akan terjadi penurunan tajam penglihatan dan fotofobia (takut cahaya). Endoftalmitis akibat pembedahan biasa terjadi setelah 24 jam dan penglihatan akan semakin memburuk dengan berlalunya waktu. Bila sudah memburuk, akan terbentuk hipopion, yaitu kantung berisi cairan putih, di depan iris. Gejalanya seringkali berat, yaitu berupa: - nyeri mata - kemerahan pada sklera - fotofobia (peka terhadap cahaya) - gangguan penglihatan. Tanda seringkali muncul: Kelopak merah, bengkak, dan sukar dibuka, kornea keruh, bilik mata keruh. D. Kalsifikasi Terdapat 2 tipe endoftalmitis, endogen dan eksogen 1. Endoftalmitis endogen diakibatkan penyebaran bakteri dari tempat lain di tubuh kita melalui aliran darah 2. Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen sangat jarang, hanya 2-15% dari seluruh endoftalmitis. E. Patofisologi Endoftalmitis atau abses korpus vitreus adalah peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif dalam bola mata, dan akan mengakibatkan abses di badan kaca. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen akibat penyebaran bakteri, jamur atau parasit dari fokus infeksi dalam tubuh.

Peradangan oleh bakteri memberikan gambaran berupa rasa sakit yang sangat, kelopak mata merah dan bengkak, bilik mata depan keruh, kadang disertai hipopion. Di dalam badan kaca dapat ditemukan massa putih abu-abu hippion ringan dan bentuk abses satelit di dalam badan kaca.

F. Penatalaksanaan Pengobatan endoftalmitis tergantung penyebabnya. Segera setelah diagnosis endoftalmitis ditegakkan, pengobatan dapat diberikan karena keterlambatan beberapa jam saja dapat membedakan hasil yang diinginkan. Bila disebabkan oleh bakteri, dan hal ini sudah dikonfirmasikan pemeriksaan laboratorium, antibiotik dapat dipakai. Antibiotik ini dapat berbentuk tetes mata, per oral (diminum) atau lewat intra vena. Suntikan antibiotik dapat langsung dilakukan ke dalam mata. Bila penyebabnya adalah jamur, dapat diberikan antijamur seperti Amphotericin B yang langsung disuntikan ke dalam mata ataupun Fluconazol yang pemberiannya per oral (diminum). Jika infeksi sudah semakin berat, dokter spesialis mata dapat melakukan tindakan bedah yang disebut Vitrectomy untuk mengangkat cairan dan nanah dari dalam mata. G. Pencegahan Jika pernah mengalami operasi katarak, pencegahan resiko terjadinya infeksi dengan cara mengikuti instruksi dokter tentang perawatan mata setelah operasi dan juga kontrol yang teratur ke dokter mata untuk mengetahui perkembangan perbaikan mata setelah operasi. Untuk mencegah endoftalmitis yang disebabkan karena trauma mata, gunakan pelindung mata di tempat kerja dan saat berolahraga berat. Kacamata pelindung atau helm dapat melindungi dari terjadinya trauma pada mata di tempat kerja. H. Komplikasi Kebutaan

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1.Pengkajian a. Pengkajian ketajaman mata b. Pengkajian rasa nyeri c. Kesimetrisan kelopak mata d. Reaksi mata terhadap cahaya/gerakan mata e. Warna mata f. Kemampuan membuka dan menutup mata g. Pengkajian lapang pandang h. Menginspeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk mengetahui adanya pembengkakan 4

inflamasi ( Brunner dan Suddarth, 2001) Analisa Data a. Data fokus 1). Nyeri (ringan sampai berat) 2). Fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau blepharospasme (kejang kelopak mata) 3). Ketajaman pengelihatan 2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri pada mata berhubngan dengan proses peradangan dan inflamasi b. Gangguan penglihatan berhubungan proses peradangan c. Gangguan citra tubuh berhubung dengan hilangnya penglihatan 3. Fokus Intervensi a. Nyeri pada mata berhubngan dengan proses peradangan dan inflamasi Tujuan yang diharapkan Keadaan nyeri pasien berkurang Intervensi 1). Beri kompres basah hangat Rasionalisasi : Mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan, dan membersihkan mata 2). Beri irigasi Rasionalisasi : untuk mengeluarkan sekret, benda asing/kotoran dan zat-zat kimia dari mata (Barbara C .Long, 1996) 5). Beri obat untuk megontrol nyeri sesuai resep Rasionalisasi : pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri (Brunner dan Suddarth, 1996) b. Gangguan penglihatan berhubungan proses peradangan Tujuan yang diharapkan Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu. Intervensi 1). Tentukan ketajaman, catat apakah satu atau kedua mata terlibat Rasionalisasi : kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progesif, bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda tetapi, biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur. 2). Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya Rasionalisasi : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan menurunkan cemas. (Marilynn E. Doenges, 2000) c. Gangguan citra tubuh berhubung dengan hilangnya penglihatan Tujuan yang diharapkan Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilan tentang penilaian diri Intervensi 1). Berikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan orang dekat, sehubungan dengan terlihatnya kehilangan, kehilangan fungsi, dan emosi yang terpendam Rasionalisasi : Dengan kehilangan bagian atau fungsi tubuh bisa menyebabkan individu melakukan penolakan, syok, marah, dan tertekan 2). Dorong individu tersebut dalam merespon terhadap kekurangannya itu tidak dengan penolakan, syok, marah,dan tertekan Rasionalisasi : Supaya pasien dapat menerima kekurangannya dengan lebih ikhlas 3). Sadari pengaruh reaksi-reaksi dari orang lain atas kekurangannya itu dan dorong membagi

perasaan dengan orang lain. Rasionalisasi : Bila reaksi keluarga bagus dapat meningkatkan rasa percaya diri individu dan dapat membagi perasaan kepada orang lain. 4). Ajarkan individu memantau kemajuannya sendiri Rasionalisasi : Mengetahui seberapa jauh kemampuan individu dengan kekurangan yang dimiliki (Lynda Jual Carpenito, 1998)

BAB III A. Kesimpulan Mata merupakan bagian yang sangat peka. mata dapat terjadi infeksi mata/radang mata yang disebabkan oleh virus, bakteri, trauma, penyakit sistemik, ataupun sensitivitas terhadap suatu zat. Seperti halnya endoftalmitis, Endoftalmitis atau abses korpus vitreus adalah peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif dalam bola mata, dan akan mengakibatkan abses di badan kaca. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen akibat penyebaran bakteri, jamur atau parasit dari fokus infeksi dalam tubuh. Peradangan oleh bakteri memberikan gambaran berupa rasa sakit yang sangat, kelopak mata merah dan bengkak, bilik mata depan keruh, kadang disertai hipopion. Di dalam badan kaca dapat ditemukan massa putih abu-abu hippion ringan dan bentuk abses satelit di dalam badan kaca. B. Saran 1. Untuk klien yang terkena penyakit peradangan pada mata, penulis berharap klien segera berobat atau peradangan tersebut segera diobati agar tidak terjadi kerusakan pada mata atau komplikasi-komplikasi yang lain 2. Kita harus menjaga kebersihan mata dan menghindari kosmetik yang berlebihan, karena kosmetik yang berlebihan merupakan faktor pendukung terjadinya peradangan pada mata

Daftar Pustaka

You might also like