You are on page 1of 6

MENGURUS JENAZAH

-disampaikan pada acara Training Pengurus SKI; Sabtu, 15 Oktober 2011Jenazah wajib diurus; dimandikan, dikafani, dishalatkan, kemudian dikebumikan. A. Memandikan Jenazah 1. Hukum Jumhur ulama berpendapat bahwa memandikan mayit hukumnya fardlu kifayah. 2. Jenazah siapa yang dimandikan ? Wajib hukumnya memandikan mayit muslim yang tidak gugur di medan perang di tangan orang-orang kafir. Orang yang mati syahid di medan perang di tangan orang-orang kafir tidak perlu dimandikan, walaupun ia dalam keadaan hadats besar. Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda : "Janganlah kalian memandikan mereka karena setiap luka atau tetes darah akan semerbak dengan bau yang wangi pada hari kiamat. Orang muslim tidak wajib memandikan mayit kafir, tidak wajib pula mengkafani dan memakamkannya. 3. Siapa yang memandikan ? Orang yang memandikan jenazah dianjurkan kerabat yang paling dekat dengannya bila ia mengetahui hukum-hukum dan tata cara mandi jenazah. Jika tidak ada, maka dilakukan oleh orang yang terpercaya, wara, beragama dan bersikap lemah lembut terhadap mayit. Bila ia mendapati kebaikan pada diri si mayit, ia mengumumkannya. Tetapi, jika ia mendapati cela dari si mayit, ia menyembunyikannya. Suami boleh memandikan istrinya, begitu pula sebaliknya. Ibnu mundzir berkata : Semua ahlul ilmi telah berijmak bahwa seorang wanita diperbolehkan untuk memandikan anak yang masih kecil 4. Tata cara a. Meletakkan mayit di tempat yang tinggi, melepaskan pakaiannya, dan di atasnya diletakkan sesuatu yang dapat menutupi auratnya. Dianjurkan memandikan di tempat tertutup. b. Hendaknya ia menekan perut si mayit secara lembut untuk mengeluarkan kotoran yang barangkali bisa keluar sembari menyiramkan air yang banyak agar kotoran yang keluar tidak terlihat dan hilang bersama air tadi. Ia membelitkan kain ke tangannya untuk mengusap dan membersihkan najis yang ada di tubuh mayit. c. Kemudian mewudlukan mayit sebagaimana wudlu ketika hendak salat salat, tanpa berkumur-kumur atau memasukkan air ke dalam hidung. Tetapi hendaknya ia membasuh kedua telapak tangannya, kemudian mengambil sepotong kain yang dibasahi dengan air lalu mengusapkannya ke gigi dan hidungnya dengan lembut agar keduanya bersih. Kemudian membasuh wajahnya dan menyempurnakan wudlunya semimbari mendahulukan bagian kanan.

Bagian Pembinaan SKI FK UNS 2011

d. Membasuhnya secara ganjil; tiga, lima, atau lebih dengan air dan sabun atau daun bidara, yang terakhir dengan kapur barus. Orang yang memandikan hendaknya juga membasuh jenggot mayit, menidurkan ke sisi yang kiri agar ia bisa mendahulukan bagian kanan dan sbaliknya. Intinya air telah merata ke seluruh tubuh. e. Dianjurkan memintal rambut mayit wanita menjadi tiga pintalan dan mengarahkan ke belakang. f. Mengeringkan mayit dengan pakaian yang bersih agar kain kafannya tidak basah, lalu mengoleskan minyak wangi pada kepala, jenggot dan anggota sujud. Tambahan : Orang yang memandikan mayit, dianjurkan untuk mandi, sebagaimana sabda Nabi :Barang siapa memandikan mayit, hendaknya ia mandi. Dan barang siapa memikul mayit, hendaknya ia berwudlu (HR Abu Daud dan Tirmidzi, hasan) Tidak diperbolehkan mengoleskan minyak wangi pada orang yang mati dalam keadaan ihram Ju mhur ulama menganggap makruh memotong kuku-kuku mayit, mencabut bulu kumis, ketiak atau rambut kemaluan. Para ulama sepakat bila keluar sesuatu dari perut si mayit setelah mandi dan sebelum dikafani maka wajib mencuci tubuh yang terkena najis tersebut (tidak usah mengulang wudlu atau mandi). Ini pendapat ulama Hanafiyah, Syafiiyyah, dan Imam Malik. 5. Kapan jenazah ditayammumkan ? a. Ketika laki-laki mati di tengah-tengah wanita asing. Tidak ada seorang wanitapun yang menjadi mahrom baginya. Atau sebaliknya. b. Bila ada kendala untuk memandikannya seperti tidak ada air secara hakiki, atau secara hukum seperti organ tubuh yang dikhawatirkan putus jika dimandikan dengan air, atau lecet jika disiram dengan air lantaran terbakar, sakit, atau sejenisnya. B. Mengkafani Jenazah 1. Anjuran : a. b. c. d. Hendaknya kain kafan itu bagus, bersih, dan menutup seluruh tubuh Hendaknya kain kafan itu berwarna putih Hendaknya kain kafan itu di beri wewangian Untuk laki-laki, hendaknya kain kafan itu sebanyak tiga lapis sedangkan bagi wanita sebanyak lima lapis.

2. Kain kafan yang digunakan Jenazah hendaknya dikafani dengan kain yang boleh digunakan oleh orang hidup. Jenazah laki-laki tidak boleh dikafani dengan kain sutera. Sedangkan jenazah wanita makruh dikafani dengan sutera bila ada kain yang lain (ada ulama yang membolehkan, namun sebagian besar memakruhkan) 3. Ukuran kain kafan

Bagian Pembinaan SKI FK UNS 2011

Minimal menutupi seluruh badan. Diceritakan dari Khubab, Sesungguhnya Hamzah tidak mendapati kain kafan baginya melainkan kain selimut yang sempit. Jika digunakan untuk menutupi kepalanya, maka kedua telapak kakinya kelihatan, dan jika digunakan untuk menutupi telapak kakinya, maka kepalanya kelihatan. Maka kain tersebut dijulurkan pada kepalanya dan telapak kakinya ditutup dengan tumbuhan yang wangi. (HR Ibnu Ahmad dengan sanad jayyid) 4. Tata cara mengkafani : a. Oleskan minyak pada tiga lapis kain kafan b. Bentangkan sebagian kain kafan di atas sebagian yang lain. Ambil lapisan yang paling bagus dan luas dan bentangkan pada bagian paling atas agar kain kafan yang tampak di mata orang-orang adalah yang paling bagus. c. Oleskan minyak wangi di antara beberapa lapisan d. Letakkan jenazah pada lapisan-lapisan tersebut dengan keadaan telentang e. Tutupkan kain paling atas yang ada disebelah kanan mayit pada bagian kirinya. Tutupkan kain yang di sebelah kiri ke bagian kanannya. Laikukan seperti itu pula pada kain kedua dan ketiga. Jadikan kain yang paling bagus di bagian kepala. Lalu, ikat bagian tengah setiap kain tersebut. Ikatan itu harus dibuka kembali saat jenazah dimasukkan ke dalam kubur. f. Bila kain kafan sedikit dan mayitnya banyak, maka boleh mengkafani sekelompok orang dalam satu kain kafan. Mayit yang paling banyak menghafal Al Quran dihadapkan ke arah kiblat sebagaimana yang dilakukan Nabi terhadap para syuhada Uhud. C. Menshalati Jenazah 1. Hukum Fardlu kifayah 2. Tempat shalat Boleh di masjid, lebih afdhol di luar masjid dan dilarang dilakukan di kuburan. 3. Yang paling berhak menjadi Imam shalat Madzhab Hambali dan Maliki berpendapat bahwa orang yang paling utama menjadi imam salat jenazah adalah orang yang mendapatkan wasiat, pemimpin, bapak (dan jalur ke atasnya), anak (dan jalur ke bawah), dan kerabat paling dekat berdasarkan ijmak shahabat dalam masalah ini. 4. Jenazah siapa yang dishalati ? jenazah muslim wajib disholati jenazah pelaku dosa besar yang mati karena hukuman syari/hudud (seperti : rajam) juga disholati. Jenazah anak kecil tidak wajib disholati jenazah kafir tidak disholati, begitu pula jenazah orang yang mati bunuh diri.

Bagian Pembinaan SKI FK UNS 2011

5. Rukun shalat jenazah a. Niat b. Berdiri jika mampu c. Empat kali takbir d. Membaca Al Fatihah dan Shalawat Nabi dengan suara pelan e. Berdoa f. Salam 6. Tata cara Sesudah menyempurnakan seluruh syarat shalat, hendaklah orang yang mengerjakan shalat jenazah berdiri dan berniat menshalatkan jenazah yang di depannya, lalu mengangkat kedua tanggannya untuk berakbiratul ihrom. Kemudian meletakkan tanhgan kanan di atas tangan kiri dan mulai membaca Al Fatihah. Kemudian bertakbir lagi dan membaca sholawat atas Nabi. Lalu bertakbir ketiga dan mendoakan jenazah. Kemudian bertakbir keempat dan berdoa lagi. Kemudian salam. Doa Untuk Jenazah Para ulama bersepakat disunnahkannya berdoa bagi si mayit setelah takbir ketiga didalam shalat jenazah, dan diantara doa-doa tersebutsebagaimana terdapat didalam kitab al Adzkar Imam Nawawi , diantaranya : 1. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Rasulullah berdoa :

" "
2. Diriwayatkan oleh Abu Daud, at Tirmidzi dan al Baihaqi bahwa Rasulullah berdoa dengan mengatakan :

"

."
Sedangkan setelah takbir keempat maka tidaklah ada kewajiban untuk berdoa menurut

Imam Syafii didalam kitab al Buwaithidengan lafazh :

Atau dengan doa :

Bagian Pembinaan SKI FK UNS 2011

kesepakatan para ulama namun dianjurkan untuk berdoasebagaima disebutkan oleh

7. Sunnah dalam shalat jenazah Bila jenazah yang disalatkan laki-laki, posisi imam lurus dengan kepala jenazah, dan bila jenazah perempuan, imam lurus di tengah-tengah jenazah. Berjamaah Berbaris tiga shof Meluruskan shof 8. Menyalati banyak jenazah Jika ada beberapa mayat yang terdiri dari laki-laki atau perempuan saja, mereka dibariskan satu per satu di antara imam dan arah kiblat agar seluruhya berada di depan imam. Mayat yang lebih utama hendaknya ditaruh di dekat imam. Kemudian imam menshalatkan mereka seluruhnya dengan sekali shalat. Jika mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan, diperbolehkan bagi imam untuk menshalatkan laki-laki tersendiri dan mayat perempuan secara tersendiri pula. Namun diperbolehkan juga untuk menshalatkan semuanya secara bersamaan. Mayat-mayat laikilaki dibariskan di dekat imam, dan mayat-mayat wanita dibariskan dekat arah kiblat. Jika mereka terdiri dari mayat laki-laki, wanita dan anak laki-laki, maka mayat anak lakilaki dibariskan setelah brisan mayat laki-laki. 9. Ketinggalan dalam shalat jenazah Siapa saja yang tertinggal takbir dalam shalat jenazah hendaklah mengqadhanya secara berturut-turut. Tetapi jika ia tidak mengqadhanya juga tidak apa-apa. Ibnu Umar, Al Hasan, ayyub as Sakhitani, dan Al Auzai berkata, Orang yang tertinggal takbir dalam shalat jenazah tidak usah mengqadhanya, dan ia mengucapkan salam bersama imam. D. Menguburkan Jenazah 1. Hukum Mengubur jenazah menurut ijmak hukumnya fardlu kifayah. 2. Waktu penguburan Diperbolehkan mengubur jenazah pada malam hari Makruh mengubur jenazah saat matahari terbit, tepat di atas kepala, dan tenggelam. 3. Tempat penguburan Jenazah dikuburkan di dalam lobang yang sekiranya menutupi mayit, mencegah timbulnya bau tak sedap yang mengganggu orang hidup setelah ditutup dengan tanah, dan tidak dapat dijangkau oleh binatang buas. Adapun yang paling sempurna adalah berupa liang lahad, yaitu sebuah lobang di sisi kubur yang menghadap ke kiblat, tempat diletakkannya mayit. Mengubur jenazah di dalam liang lahad hukumnya sunnah menurut ijma ulama. Saad bin Abi Waqqosh mengatakan : Buatkanlah aku liang lahad dan buatkan (tembok pembatas) pada dinding sebagaimana dilakukan terhadap kuburan Rasulullah.

Bagian Pembinaan SKI FK UNS 2011

Hadist ini menunjukkan bahwa liang lahad lebih utama daripada syaq. Syaq adalah liang yang dibuat di tengah-tengah liang kubur.

4. Siapa yang mengurus penguburan jenazah ? Kaum laki-laki, baik jenazahnya laki-laki atau perempuan. Para wali jenazah lebih berhak untuk menguburkannya. Seorang suami lebih boleh mengurus sendiri penguburan jenazah istrinya, dan ia lebih berhak atas itu daripada yang lain. Akan tetapi disyaratkan pada malam tersebut sang suami tidak berhubungan intim dengan istrinya. Rasulullah bersabda :Janganlah orang yang tadi malam berhubungan intim dengan istrinya, masuk ke kubur. (HR Ahmad dan Al Hakim, shohih) 5. Cara mengubur jenazah Disunahkan memasukkan jenazah mulai dari arah bawah (kaki) bila mudah dilakukan. Abdullah Bin Zaid pernah memasukkan mayit ke liang kubur mulai dari kedua kaki dan berkata :Ini termasuk sunnah, bila sulit, dilakukan yang paling memungkinkan. (Shahih Sunan Abi Daud, 2750) 6. Hal-hal yang dianjurkan saat mengubur Menutupi mulut kuburan jenazah wanita dengan kain saat menguburkannya. Adapun jenazah laki-laki, tidak dianjurkan untuk menutupinya Mendoakan mayit setelah diletakkan dalam kuburnya


Meletakkan jenazah di kuburan di atas lambung kanannya dan menghadap ke arah kiblat Melepaskan tali pengikat kain kafan 7. Hal-hal yang dianjurkan setelah mengubur Bagian Pembinaan SKI FK UNS 2011 Menutupi kuburan dengan tutup yang kuat Mengepalkan tanah sebanyak tiga kali setelah selesai menutup liang lahad Meninggikan kuburan sekitar satu jengkal dan memberikan batu atau sejenisnya Memohonank ampun dan mendoakan keteguhan bagi si mayit Wallahu alam Sumber : Al-Faifi, Sulaiman. 2010. Mukhtashor Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq 1. Solo : Aqwam Yusuf, Saad. 2011. Buku Pintar Mengurus Jenazah. Solo : Aqwam

You might also like