You are on page 1of 26

Islam di Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Ada usul agar artikel atau bagian dari halaman Penyebaran agama islam di nusantara digabungkan ke halaman atau bagian ini. (diskusikan) Ada usul agar artikel atau bagian dari halaman Islam di Nusantara digabungkan ke halaman atau bagian ini. (diskusikan) Ada usul agar artikel atau bagian dari halaman Peninggalan kerajaan bercorak islam digabungkan ke halaman atau bagian ini. (diskusikan)
Artikel ini merupakan bagian dari seri

Islam menurut negara

Afrika[tampilkan] Asia[tampilkan] Eropa[tampilkan] Amerika[tampilkan] Oseania[tampilkan]


Kotak ini: lihat bicara sunting

Islam di Indonesia merupakan mayoritas terbesar ummat Muslim di dunia. Ada sekitar 85,2% atau 199.959.285 jiwa dari total 234.693.997 jiwa penduduk. Walau Islam menjadi mayoritas, namun Indonesia bukanlah negara yang berasaskan Islam.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sejarah masuknya Islam o 1.1 Penyebaran Islam (1200 - 1600) o 1.2 Masa kolonial 2 Demografi 3 Arsitektur o 3.1 Masjid 4 Pendidikan 5 Organisasi 6 Politik 7 Catatan dan referensi 8 Pranala luar

[sunting] Sejarah masuknya Islam

[sunting] Penyebaran Islam (1200 - 1600)


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penyebaran Islam di Indonesia (1200 - 1600) Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai saat ini. Fokus diskusi mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar pada tiga tema utama, yakni tempat asal kedatangannya, para pembawanya, dan waktu kedatangannya.[1] Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat India melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M.[1]. Melalui Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17, jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah mencapai Semenanjung Onin di Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Kalau Ahli Sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai abad 13 adalah tidak benar, HAMKA berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatera (Barus) [2]. Pada saat nanti wilayah Barus ini akan masuk ke wilayah kerajaan Srivijaya. Pada tahun 674M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin Affan, memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Sima ptra ratu [[Sima dari Kalingga masuk Islam [3]. Pada tahun 718M raja Srivijaya Sri Indravarman setelah kerusuhan Kanton juga masuk Islam pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (Dinasti Umayyah). Sanggahan Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui Pedagang Gujarat Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui pedagang Gujarat adalah tidaklah benar, apabila benar maka tentunya Islam yang akan berkembang kebanyakan di Indonesia adalah aliran Syiah karena Gujarat pada masa itu beraliran Syiah, akan tetapi kenyataan Islam di Indonesia didominasi Mazhab Safi'i. Sanggahan lain adalah bukti telah munculnya Islam di masa awal dengan bukti Tarikh Nisan Fatimah binti Maimun (1082M) di Gresik.

[sunting] Masa kolonial


Pada abad ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda datang ke Nusantara untuk berdagang, namun pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah daerah ini. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya, VOC, sejak itu hampir seluruh wilayah Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat itu antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara

belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong. Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para ulama saat itu. Ketika penjajahan datang, para ulama mengubah pesantren menjadi markas perjuangan, para santri (peserta didik pesantren) menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah, sedangkan ulamanya menjadi panglima perang. Potensi-potensi tumbuh dan berkembang di abad ke-13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan Islam yang syair-syairnya berisi seruan perjuangan. Para ulama menggelorakan jihad melawan penjajah Belanda. Belanda mengalami kewalahan yang akhirnya menggunakan strategi-strategi:

Politik devide et impera, yang pada kenyataannya memecah-belah atau mengadu domba antara kekuatan ulama dengan adat, contohnya perang Padri di Sumatera Barat dan perang Diponegoro di Jawa. Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar, seorang Guru Besar ke-Indonesiaan di Universitas Hindia Belanda, yang juga seorang orientalis yang pernah mempelajari Islam di Mekkah. Dia berpendapat agar pemerintahan Belanda membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah mahdhoh (khusus) dan dilarang berbicara atau sampai melakukan politik praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh pemerintahan Belanda dan salah satunya adalah pembatasan terhadap kaum muslimin yang akan melakukan ibadah Haji, karena pada saat itulah terjadi pematangan pejuangan terhadap penjajahan.[4]

Di akhir abad ke-19, muncul ideologi pembaruan Islam yang diserukan oleh Jamal-al-Din Afghani dan Muhammad Abduh. Ulama-ulama Minangkabau yang belajar di Kairo, Mesir banyak berperan dalam menyebarkan ide-ide tersebut, di antara mereka ialah Muhammad Djamil Djambek dan Abdul Karim Amrullah. Pembaruan Islam yang tumbuh begitu pesat didukung dengan berdirinya sekolah-sekolah pembaruan seperti Adabiah (1909), Diniyah Putri (1911), dan Sumatera Thawalib (1915). Pada tahun 1906, Tahir bin Jalaluddin menerbitkan koran pembaruan al-Iman di Singapura dan lima tahun kemudian, di Padang terbit koran dwi-mingguan al-Munir.[5]

[sunting] Demografi
Sebagian besar ummat Islam di Indonesia berada di wilayah Indonesia bagian Barat, seperti di pulau Sumatera, Jawa, Madura dan Kalimantan. Sedangkan untuk wilayah Timur, penduduk Muslim banyak yang menetap di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku Utara dan enklave tertentu di Indonesia Timur seperti Kabupaten Alor, Fakfak, Haruku, Banda, Tual dan lain-lain. Pengadaan transmigrasi dari Jawa dan Madura yang secara besar-besaran dilakukan oleh pemerintahan Suharto selama tiga dekade ke wilayah Timur Indonesia telah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk Muslim disana. Untuk pertamakalinya, pada tahun 1990an ummat Kristen menjadi minoritas di Maluku. Kebijakan transmigrasi ini, yang telah melebarkan kesenjangan sosial dan ekonomi, mengakibatkan sejumlah konflik di Maluku, Sulawesi Tengah, dan sebagian wilayah Papua.

[sunting] Arsitektur
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Arsitektur Islam di Indonesia Islam sangat banyak berpengaruh terhadap arsitektur bangunan di Indonesia. Rumah Betawi salah satunya, adalah bentuk arsitektur bangunan yang banyak dipengaruhi oleh corak Islam. Pada salah satu forum tanya jawab di situs Era Muslim[6], disebutkan bahwa Rumah Betawi yang memiliki teras lebar, dan ada bale-bale untuk tempat berkumpul, adalah salah satu ciri arsitektur peradaban Islam di Indonesia.

[sunting] Masjid

Masjid Raya Medan al Ma'shun, adalah salah satu ciri bangunan berarsitektur Islam yang ada di Indonesia Masjid adalah tempat ibadah Muslim yang dapat dijumpai diberbagai tempat di Indonesia. Menurut data Lembaga Ta'mir Masjid Indonesia, saat ini terdapat 125 ribu[7] masjid yang dikelola oleh lembaga tersebut, sedangkan jumlah secara keseluruhan berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004, jumlah masjid di Indonesia sebanyak 643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 yang sebanyak 392.044 buah. Diperkirakan, jumlah masjid dan mushala di Indonesia saat ini antara 600-800 ribu buah.[8]

[sunting] Pendidikan

Pelajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Gambar diambil akhir Januari 2006.

Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia dengan ciri yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendididikan paling tua di Indonesia.[9] Selain itu, dalam pendidikan Islam di Indonesia juga dikenal adanya Madrasah Ibtidaiyah (dasar), Madrasah Tsanawiyah (lanjutan), dan Madrasah Aliyah (menengah). Untuk tingkat universitas Islam di Indonesia juga kian maju seiring dengan perkembangan zaman, hal ini dapat dilihat dari terus beragamnya universitas Islam. Hampir disetiap provinsi di Indonesia dapat dijumpai Institut Agama Islam Negeri serta beberapa universitas Islam lainnya.

[sunting] Organisasi
Terdapat beberapa organisasi Islam di Indonesia, di antaranya adalah Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Jamiat Khair, sebuah organisasi Islam tempat para ulama dan aktivis bergabung, tempat bermulanya Ahmad Soorkati mengawali karier dakwahnya di Indonesia. Ia diundang secara khusus oleh gerakan ini untuk menjadi pengajar pada berbagai badan pendidikan yang dirintisnya pada tahun 1912. Ia datang dari Sudan, membawa dan mengusung pola pikir rasional dalam berbagai kuliahnya. NU merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan anggota sekitar 35 juta. NU seringkali dikategorikan sebagai Islam traditional, salah satunya karena sistem pendidikan pesantrennya. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar kedua, dengan anggotanya yang sekitar 30 juta. Muhammadiyah memiliki ribuan sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan tinggi serta ratusan rumah sakit di seluruh Indonesia. Selain ketiga organisasi diatas, di Indonesia juga dikenal adanya Front Pembela Islam, Majelis Mujahidin Indonesia, dan Hizbut Tahrir Indonesia.

[sunting] Politik
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Politik Islam di Indonesia Dengan mayoritas berpenduduk Muslim, politik di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh dan peranan ummat Islam. Walau demikian, Indonesia bukanlah negara yang berasaskan Islam, namun ada beberapa daerah yang diberikan keistimewaan untuk menerapkan syariat Islam, seperti Aceh. Seiring dengan reformasi 1998, di Indonesia jumlah partai politik Islam kian bertambah. Bila sebelumnya hanya ada satu partai politik Islam, yakni Partai Persatuan Pembangunan-akibat adanya kebijakan pemerintah yang membatasi jumlah partai politik, pada pemilu 2004 terdapat enam partai politik yang berasaskan Islam, yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Bintang Reformasi, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Bulan Bintang.

TEORI KEDATANGAN ISLAM DI NUSANTARA


02:19 Bimbingan dan Konseling UIN SUSKA Riau No comments

TEORI KEDATANGAN ISLAM

Oleh : Nurazmani Ada banyak pendapat para ahli mengenai teori-teori tentang masuk dan berkerkembangnya islam dinusantara, dan ada tiga masalah pokok yang sering dibicarakan oleh para ahli yaitu: asal kedatangan islam, waktu datang islam, dan siapa yang membawanya. Mengenai datangnya islam kedunia melayu ataupun ke asia tenggara ada tiga tiori:

1. Islam Datang Langsung Dari Arab. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Sir John Crawford, menurutnya islam langsung dari Arab alasannya adalah karena kaum muslimin alam melayu berpegang kepada mazhab SyafiI yang lahir dari semenanjung Arab tepatnya di Hadramaut meskipun demikian ia menyarankan bahwa interaksi penduduk nusantara dangan kaum muslimin yang berasal dari pantai timur India juga merupakan fator penting dalam penyebaran islam di Nusantara. Sementara itu Keyzer beranggapan islam datang dari Mesir, karena Mesir merupakan negeri yang bermazhabkan SyafiI yang paling tua. Teori semacam ini juga pernah dikemukakan oleh Hamka dalam Seminar Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia tahun 1962. menurutnya islam langsung datang dari Arab, bukan melalui India, bukan pula pada abad ke 11 malainkan pada abad pertama Hijrah/ VII Msehi. Teori ini didukung oleh Naguib Al-Attas, ia menjelaskan bahwa bukti yang paling penting dikaji ketika membahas kedatangan islam ke Nusantara adalah karakteristik internal islam di Dunia Melayu- Indonesia itu sendiri. Ia mengajukan teori tentang islamisasi Nusantara yang terlihat dalam lperubahan konsep-konsep dan istilah kunci dalam literature Melayu-Indonesia abad ke10-11/16-17. yang menyebutkan peran-peran bangsa Arab dalam proses islamisasi Nusantara, tidak yang lainnya. Dalam hikayat raja-raja pasai diceritakan seorang Syekh Ismail datang dari mekkah ke pasai dan mengislamkan merah silu, penguasa setempat kemudian bergelar sultan Malik al-Shalih. Dalam silsilah raja-raja dari kesultanan sulu di Filifina juga meriwayatkan bahwa islam disebarkan diwilayah ini pada paruh kedua abad ke 18/14 oleh seorang arab bernama Syarif Awliya Karim al-Makhdum yang datang melalui melaka pada 782//1380. Setelah itu datang pula seorang Arab yang bernama Aminullah al-Makhdum yang bergelar Sayid Al-Niqab bersama muslim dari Cina.

2. Islam Datang Dari India Pendapat ini pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel, ia menyimpulkan bahwa orangorang Arab yang bermazhab Syafiidari Gujarat dan Malabar di India yang membawa islam ke asia tenggara. Argumentasi yang dikemukakan bahwa melalui perdagangan amat memungkinkan terselenggaranya hubungan antara kedua wilayah ini, ditambah lagi dengan umumnya istilah Persia yang dibawa dari India dan digunakan oleh masyrakat pelabuhan Nusantara. Teori ini dikembangakan lebih lanjut oleh Snouk hurgronje yang melihat pula para pedagang kota pelabuhan Dakka di India selatan sebagai pembawa-pembawa islam pertama kewilayah Nusantara, pada abad 12 dan baru disusul oleh para pedagang Arab. Moquetto, seorang sarjana dari belanda menyebutkan tempat asal islam pertama di Nusantara adalah dari Gujarat pendapat ini dia simpulkan setelah ia mengamati bentuk nisan yang ada di Pasai yang mirip dengan batu nisan yang ada di Cambay, Gujarat. Berdasarkan batu nisan tersebut iaberkesimpulan bahwa batu nisan ini dihasilkan bukan hanya untuk pasar local, tetapi juga untuk diekspor kekawasan lain termasuk Sumatera dan Jawa. Selanjutnya dengan mengimpor batu nisan tersebut terjadilah proses islamisasi. Argumentasi Moquetto di atas ditentang oleh Fatimi yang menyatakan keliru mengaitkan seluruh batu nisan dipasai maupun batu nisan yang ada dimakam Malik AlShaleh mirip dengan yang ada di Gujarat. Menurut penelitiannya, batu nisan itu justru gaya dan bentuknya lebih mirip dengan yang ada di Bengal (Bengali) inilah alasannya islam yang ada di Indonesia berasal dari Bengal. Dia mengemukakan kebanyakan orang yang terkemuka ada di Pasai adalah orang Bengali atau keturunannya. Drewes yang mendukung teori snouck membantah teori Fatimi ini, terutama karena karena penafsiran atas prasasti yang ada dinilai perkiraan liar belaka lagi pula mazhab yang dominant di Bengali adalah mazhab hanafi, bukan mazhab Syafii seperti yang disemenajung dan Nusantara umumnya. Teori-teori tentang Gujarat dan Bengali sebagai tempat asal islam di Nusantara mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu. Pendapat ini dikatakan oleh Marrison, katanya meskipun batu-batu nisan yang ditemukan ditempat-tempat tertentu diwilayah Nusantara

baleh jadi berasal dari dari Gujarat ataupun Bengali seperti yang dikemukakan oleh para ahli. Lantas tidak berarti islam harus berasal dari wilayah itu. Menurut Marrison pada masa islamisasi samudra pasai yang raja pertamanya wafat 698/1297 Gujarat masih merupakan kerajaan hindu.da baru setahun kemudian Bombay, Gujarat ditaklukkan oleh kaum muslim. Atas dasar inilah Marrison mengemukakan bahwa islam yang ada dinusantara bukan berasal dari Gujarat, melainkan dibawa penyebar muslim dari pantai Coromandel pada akhir abad ke-13.

3. Islam Datang Dari Cina Teori ini dikemukakakan oleh Immanuel Gadinho de Erade seorang scientist Spanyol yang menulis pada tahun 1613 M. Katanya sesungguhnya akidah Muhammad telah diterima di Pattani dan Sam di pantai Timur kemudian di terima dan dikembangkan oleh permaisyuri (paramesywara) pada tahun 1411 M. Teori ini didukung oleh Ibrahim Tien Ying walauppun ia tidak mengatakan bahwa Cina bukanlah satu-satunya tempat asal masuknya islam ke Nusantara.namun berdasarkan catatan Ma Huan (seorang juru tulis jendral Sam Po Bo),dari sumber Cina bahwa pada abad 15 M, dimasa Dinasti Ming, muncul seorang panglima yang beragama islam bernama Admiral Muhammad Cheng Ho yang bergelar San Pao Kung dan San Po Bo. Panglima ini telah berlayar delapan kali ke laut selatan dan barat, terkadang ia singgah ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Dalam pelayarannya ikut serta pula raja Paramesywara dan akhirnya masuk islam yang bergekar Sultan Iskandar Syah, adapun daerah yang pernah disinggahi adalah Campa, Malaka, Majapahit, India, hormuz sampai Mogadisu. Dari ketiga teori tersebut yang paling kuat adalah teori yang pertama yang menyatakan islam dinusantara berasal dari Arab terutama dengan mengajukan beberapa bukti hubungan dunia Melayu dengan timur tengah. Walaupun teori-teori yang lain tidak dapat diabaikan pada akhirnya semua teori di atas jelaslah belum final,sehingga meskkipun telah banyak sejarawan yang menulis tentang masalah ini, tetapi masih banyak lagi peluang bagi munculnya penafsiran-penafsiran baru. Dari beberapa argumen kebanyakan sarjana barat menganut paham bahwa islam datang kenusantara berasal dari India dan berkembang pada abad 13 melalui pantai timur Aceh. Tapi menurut seminar yang diadakan dimendan pada tahun 1963 menyimpulkan bahwa islam berangsur-angsur datang keindonesia sejak abad-abad pertama hijrah atau sejak

abad ke 7dan 8 M langsung dari Arab .Rumusan diatas merupakan koreksi terhadap versi barat yang mengatakan bahwa islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke13, melalui India dan Persia. Diantara muballig islam periode pertama itu terdapat orang-orang dari Malabar, Gujarat, dan Persia adalah suatu hal yang biasa tetapi seperti yang dikatakan buya Hamka, sebenarnya intinya adalah saudagar-saudagar Arab, sekalipun mereka dari Gujarat, Malabar, atau Persia tetapi asalnya arab jugakan. Pandapat diatas didukung oleh keberadaan Nusantara dalam lalu lintas perdagangan Cina Timur Tengah sejak abad awal Masehi. Aktivitas perdagangan Cina sudah dimulai sekitar abad ke 4M. Menurut catatan Cina pada abad ke7 sudah terdapat komunitas muslim di Katon (Cina) dan khalifah Usman pernah mengirimkan utusan kepada Kaiser Goa Zhong Dari Dinasti Tang. Dalam seminar sejarah masuk islam dan berkembangnya islam di aceh, husein azmi menyebutkan beberapa kerajaan islam yang telah berkembang sebelum munculnya samudra pasai pada abad 12M diantaranya adalah kerajaan Ta Shi dan Perlak. Berdasarka catatan melayu dan peninggalan yag masih tersisa dikerajaaan perlak tersebut terbagai dua Negara bagian, yaitu benua dan bendahara. Memang pada abad ke 8 sampai 12 selat malaka dikuasai oleh Sriwijaya dan terjadi kontak senjata antara perlak islam dan sriwijaya, namun demikian bukan berarti dakwah islam dinusantara terhenti , sebab pada abad ke5 M Sriwijaya merupakan tempat berlindungnya pelarian muslim yang memberontak terhadap Kaisar Hi Tung. Bahkan menurut catatan Cina sejak paruh kedua abad ke 10 sampai 12 duta-duta Sriwijaya untuk Cina adalah orang-orang islam mereka adalah: Hubungan timur tengah (Arab) dengan dunia melayu atau asia tenggara tidak terlepas dari menyebutkan jasa hubungan timur tengah-cina sebelumnya. Dinasti cina menceritakan istana Tang dikunjungi duta pertama dari negeri Tashih (istila Cina menyebut Arab). Empat tahun kemudian Tang menerima duta kedua yang disebut sumber Cina sebagai Tan-mi-moni (Amir Al-Mukminin) yang datang pada masa Khalifah ketiga, Ustman bin Affan. Kunjungan ini berlanjut selama sekitar 90 tahun, dan tak kurang dari 17 duta muslim datang dari Cina, dan 18 duta yang dikirim dinasti Abassiyah pada priode pertama. Kunjungan yang begitu intensif tiu mendorong berkembangnya koloni Ta Shih di Kanfu (kanton) yang terbentuk pada paruh kesua abad ke-7 M. menjelang abad ke-8 muslim Arab dan Persia di Kanton menjadi begitu banyak dan mampu melakukan pemberontakan terhadap

penguasa Cina. Tidak diketahui secara pasti alasan pemberontakan tersebut, tetapi tak lama kemudian Kantondibuka kembali bagi kaum muslimin dan diangkat penguasa Cina untuk menegakkan kamanan dan ketertiban di antara saudara-saudara seagamanya, dan sekaligus mengadministrasikan berlakunya hukum islam. Seorang pendeta Cina yang bernama Kan Shin (Kien Cheng) melaporkan eksistensi komunitas Po-see (muslim Persia) yang cukup besar di Pulau Hainan. Selain itu terdapat pula pemukiman besar muslim dikota yang Chou yang cukup makmur ketika penguasa local itu memberontak pasukan pusat Cina dikirim untuk menumpasnya, sehingga beberapa ribu pedagang Arab-Persia ikut terbunuh sementara harta benda mereka dirampas. Seorang pengembara Cina menginfomasikan bahwa pertama kali kontak antara timur tengah dengan asia tenggara ketika ia menumpang kapal Arab atau Persia dari Kanton berlabuh dipelabuhan muara sungai Bhoga (sekarang sungai musi). Disinilah mulai menanjak pamor Kerajaan sriwijaya dan hampir menguasai suluruh sumatera, semenanjung malay, dan jawa sampai lima abad kemudian. Disamping sebagai pusat perdagangan Sriwijaya juga merupakan pusat ilmu pengetauan Budha dinusantara menjelang mereka melanjutkan studi keilmuan dan keagamaan Budha di India. Sriwijaya kian hari banyak dikunjungi oleh musllim dari Arab dan Persia, Yuan Tchao mengatakan setelah kerusuhan di kanton banyak muslim Arab dan Persia menuju palembang untuk berlindung. Dan akibat interaksi dengan orang Arab dan Persia mengisyaratkan batas-batas tertentu penduduk setempat, sriwijaya telah mengenal sebagai ajaran-ajaran islam. Bahkan Al-Ramhurmuzi dalam Ajaib Al-Hind mengisyratkan tentang sejumlah muslim pribumi di kalangan penduduk Sriwijaya sendiri. Riwayat ini dibenarkan Chau Ju-Kua, yang menyatakan sejumlah besar penduduk San-Fo-Chi memiliki nama awal pu berasal dari kata Busingkatan Abu (Bapak) yang banyak terdapat dalam nama pribadi orang-orang muslim. Penguasa Sriwijaya pernah mengirim utusan bernama Pu-Ho-li (atau Abu Ali atau Fadhl atau Abu Husayn) ke istana Tang, ia diperkenalkan sebagai kepala orang asing di Sriwijaya dank arena itu sangat memungkinkan ia adalah seorang muslim asal timr tengah, bukan muslim pribumi sriwijaya. Azra mengutip Nakahara dan sumber-sumber Cina, menyusun daftar duta-duta muslimyang dikirim oleh kerajaan sriwijaya ke istana Cina. Mereka datang paruh abad ke-10 dan penggalan pertama abad ke-12 mereka adalah: 1. Li A-Mu (Li(Ali)Muhammad) 962

2. Wakil Duta Li Ho-mu (Li(Ali)Muhammad) 3. Duta Pu To-han (Abu Adam) 4. Duta Li Fu-hul (Abu Hayyah) 5. Utusan Dagang Pu-ya-to-lo (Abu Abd Allah) 6. Duta Chin-hua-cha (Hakim Khawajat) 7. Pemilik Kapal Pu-ya-to-li (Abu Abd Allah) 8. Duta Pu-po-lan (Abu Bahram) 9. Wakil Duta Pu-mo-shi (Abu Musa) 10. Duta Pu-ya-to-lo-hsieh (Abu Abd Allah) 11. Duta Ssu-ma-chieh (Ismail) 988

971 975 980 983 985 1.008 1.017 1.028 1.155

12. Duta Pu-chin (Abu Sinah) Pu-hsia-erh (Abu Aghani) Pu-ya-to-li (Abu Abd Allah) Hubungan erat antara timur tengah dengan Sriwijaya dibuktikan pula melalui dua pucuk surat raja Sriwijaya kepada Khalifah di timur tengah. Sementara itu Chau Ju-Kua melaporkan suatu kerajaan di Borneo barat mengirim pula seorang duta bernama Pu A-li ke istina Cina yang kala itu du kuasai dinasti Sung.Pu A-li adalah seorang pedagang yang sebenarnya bernama Abu Ali. Sejarah dinasti Sung, melaporkan ada tiga duta yang dikirim Borneo Barat. Duta ini ini sebenarnya adalah seorang arab yang kapalnya berlabuh du muara sungai kerajaan Borneo Barat, dan kemudian diminta penguasa setempat sebagai duta keistana Cina, raja Borneo itu bernama Hiang-ta, dengan nama itu diperkirakan ia belum meragama islam.
http://bk-uinsuska.blogspot.com/2011/04/teori-kedatangan-islam-dinusantara.html http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia

Bagaimana keadaan sosial budaya masyarakat Indonesia pada masa kedatangan Islam?

2 tahun lalu Lapor Penyalahgunaan

Ka Wi

Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Suara Terbanyak


kondisi sosial budaya nya...

materi referensi:
merunut sejarah nya indonesia kala itu belum ada, nusantara masih kedaerahan yang berbatas beberapa kerajaan dan yang paling populer adalah majapahit sebagai pusat peradaban, dimasa itu kerajaan besar ini dalam kondisi carut marut setelah dilanda krisis politik karena perang yang berpengaruh disisi ekonominya, kita miripkan saja persis kayak suasana indonesia kini. buktinya tidak lama kemudian majapahit di bangun kembali dengan karakter baru yaitu demak meskipun wilayah dan masyarakat nya tetap sama saja dengan majapahit, tapi semangat dan nuansanya yang beda. maukan indonesia di refresh seperti sejarah majapahit ?

Masuknya Islam
Keadaan Masyarakat Pada Masa Kedatangan Islam 1. Keadaan Sosial-Budaya Terdapat banyak kerajaan-kerajaan yang bercorak Indonesia-Hindu - Sumatera : Kerajaan Sriwijaya & Kerajaan Malayu - Jawa : Kerajaan Majapahit & Kerajaan Sunda - Kalimantan : Kerajaan Nagara, Kerajaan Daha, & Kerajaan Kutai Terdapat banyak kerajaan yang tidak mendapat pengaruh Hindu - Sulawesi : Kerajaan Gowa, Kerajaan Wajo, & Kerajaan Bone. - Kerajaan yang pemerintahannya dipimpin oleh kepala suku. - Penduduk local Indonesia yang menyembah patung 2. Penyebaran Agama Islam di Indonesia Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.

Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara. Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, Mari kita lihat uraian berikut ini. 1. Teori Gujarat Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah: a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia. b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia Cambay Timur Tengah Eropa. c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat. Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam. Demikianlah penjelasan tentang teori Gujarat. 2. Teori Makkah Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah: a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina. b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafii, dimana pengaruh mazhab Syafii terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.

c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri. 3. Teori Persia Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti: a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro. b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al Hallaj c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tandatanda bunyi Harakat. d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik. e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu. Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat. Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan damai melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan Pekojan.

Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang. Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Pondok pesantren adalah tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba ilmu agama Islam. Setelah tammat dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya masingmasing. Di samping penyebaran Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di atas, Islam juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia. Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari: 1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur. 2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya. 3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban). 4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu. 5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik) 6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Jafar Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus. 7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak. 8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.

9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon) Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah. 3. Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsabangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia. Untuk lebih memahami wujud budaya yang sudah mengalami proses akulturasi dapat. Anda simak dalam uraian materi berikut ini. 1. Seni Bangunan Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid dan ataupun makam. Dengan ciri sebagai berikut: a. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka. b. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia. c. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam 2. Seni Rupa

Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian. Ukiran ataupun hiasan selain ditemukan di masjid juga ditemukan pada gapuragapura atau pada pintu dan tiang. 3. Aksara dan Seni Sastra Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tandatanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran. Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia. Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/ aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu. Bentuk seni sastra yang berkembang adalah: a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu). b. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon. c. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya. d. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk. Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa. . 4. Sistem Pemerintahan

Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam. 5. Sistem Kalender Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Apakah sebelumnya Anda pernah mengetahui/mengenal hari-hari pasaran? Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam). Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada kalender saka juga dipergunakan. Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
http://londo43ver.blogspot.com/2010/11/masuknya-islam.html

f. Kerajaan Banten Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif Hidayatullah memiliki 2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan Pangeran Sabakingkin. Pangeran Pasareaan berkuasa di Cirebon. Pada tahun 1522, Pangeran Saba Kingkin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Hasanuddin diangkat menjadi Raja Banten. Setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten kemudian melepaskan diri dari Demak. Berdirilah Kerajaan Banten dengan rajanya Sultan Hasanudin (1522- 1570). Pada masa pemerintahannya, pengaruh Banten sampai ke Lampung. Artinya, Bantenlah yang menguasai jalur perdagangan di Selat Sunda. Para pedagang dari Cina, Persia, Gujarat, Turki banyak yang mendatangi bandar-bandar di Banten. Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan selain karena letaknya sangat strategis, Banten juga didukung oleh

beberapa faktor di antaranya jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) sehingga para pedagang muslim berpindah jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Faktor lainnya, Banten merupakan penghasil lada dan beras, komoditi yang laku di pasaran dunia. Sultan Hasanudin kemudian digantikan putranya, Pangeran Yusuf (1570-1580). Pada masa pemerintahannya, Banten berhasil merebut Pajajaran dan Pakuan. Pangeran Yusuf kemudian digantikan oleh Maulana Muhammad. Raja yang bergelar Kanjeng Ratu Banten ini baru berusia sembilan tahun ketika diangkat menjadi raja. Oleh sebab itu, dalam menjalankan roda pemerintahan, Maulana Muhammad dibantu oleh Mangkubumi. Dalam tahun 1595, dia memimpin ekspedisi menyerang Palembang. Dalam pertempuran itu, Maulana Muhammad gugur. Maulana Muhammad kemudian digantikan oleh putranya Abulmufakhir yang baru berusia lima bulan. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Abulmufakhir dibantu oleh Jayanegara. Abulmufakhir kemudian digantikan oleh Abumaali Ahmad Rahmatullah. Abumaali Ahmad Rahmatullah kemudian digantikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692). Sultan Ageng Tirtayasa menjadikan Banten sebagai sebuah kerajaan yang maju dengan pesat. Untuk membantunya, Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1671 mengangkat purtanya, Sultan Abdulkahar, sebagi raja pembantu. Namun, sultan yang bergelar Sultan Haji berhubungan dengan Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa yang tidak menyukai hal itu berusaha mengambil alih kontrol pemerintahan, tetapi tidak berhasil karena Sultan Haji didukung Belanda. Akhirnya, pecahlah perang saudara. Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap dan dipenjarakan. Dengan demikian, lambat laun Banten mengalami kemunduran karena tersisih oleh Batavia yang berada di bawah kekuasaan Belanda.
http://blog.unnes.ac.id/khabi/2010/11/22/kerajaan-islam-di-indonesia/

d. Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang dengan Peninggalannya Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Patah ini pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15. Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan. Dengan bantuan para ulama Walisongo, Demak berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara. Sebagai kerajaan, Demak diperintah silih berganti oleh raja-raja. Demak didirikan oleh Raden Patah (1500-1518) yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah. Raden Patah sebenarnya adalah Pangeran Jimbun, putra raja Majapahit. Pada masa pemerintahannya, Demak berkembang pesat. Daerah kekuasaannya meliputi daerah Demak sendiri, Semarang, Tegal, Jepara dan sekitarnya, dan cukup berpengaruh di Palembang dan Jambi di Sumatera, serta beberapa wilayah di Kalimantan. Karena memiliki bandar-bandar penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik, Raden Patah memperkuat armada lautnya sehingga Demak berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Demak mencoba menyerang Portugis yang pada saat itu menguasai Malaka. Demak membantu Malaka karena kepentingan Demak turut terganggu dengan hadirnya Portugis di Malaka. Namun, serangan itu gagal.

Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521). Walau ia tidak memerintah lama, tetapi namanya cukup terkenal sebagai panglima perang yang berani. Ia berusaha membendung pengaruh Portugis jangan sampai meluas ke Jawa. Karena mati muda, Adipati Unus kemudian digantikan oleh adiknya, Sultan Trenggono (1521-1546). Di bawah pemerintahannya, Demak mengalami masa kejayaan. Trenggono berhasil membawa Demak memperluas wilayah kekuasaannya. Pada tahun 1522, pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah menyerang Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Baru pada tahun 1527, Sunda Kelapa berhasil direbut. Dalam penyerangan ke Pasuruan pada tahun 1546, Sultan Trenggono gugur. Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen, saudara Sultan Trenggono yang seharusnya menjadi raja dan Sunan Prawoto, putra sulung Sultan Trenggono. Sunan Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya Penangsang, anak Pengeran Sekar Sedolepen. Namun, Arya Penangsang pun kemudian dibunuh oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang menjadi Adipati di Pajang. Joko Tingkir (1549-1587) yang kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang. Kerajaannya kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Pajang.

Kerajaan Islam di Indonesia


by Khabi Bur Rohman on Nov.22, 2010, under Uncategorized Ada banyak kerajaan bercorak Islam yang terdapat mulai dari Sumatra sampai Maluku. a. Kerajaan Perlak Perlak adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak adalah sebuah kerajaan dengan masa pemerintahan cukup panjang. Kerajaan yang berdiri pada tahun 840 ini berakhir pada tahun 1292 karena bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai. Sejak berdiri sampai bergabungnya Perlak dengan Samudrar Pasai, terdapat 19 orang raja yang memerintah. Raja yang pertama ialah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225 249 H / 840 964 M). Sultan bernama asli Saiyid Abdul Aziz pada tanggal 1 Muhharam 225 H dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Perlak. Setelah pengangkatan ini, Bandar Perlak diubah menjadi Bandar Khalifah. Kerajaan ini mengalami masa jaya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662 H/1225-1263 M). Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah Islamiah. Sultan mengawinkan dua putrinya: Putri Ganggang Sari (Putri Raihani) dengan Sultan Malikul Saleh dari Samudra Pasai serta Putri Ratna Kumala dengan Raja Tumasik (Singapura sekarang). Perkawinan ini dengan parameswara Iskandar Syah yang kemudian bergelar Sultan Muhammad Syah.

Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat kemudian digantikan oleh Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692 H/1263-1292 M). Inilah sultan terakhir Perlak. Setelah beliau wafat, Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai dengan raja Muhammad Malikul Dhahir yang adalah Putra Sultan Malikul Saleh dengan Putri Ganggang Sari. Perlak merupakan kerajaan yang sudah maju. Hal ini terlihat dari adanya mata uang sendiri. Mata uang Perlak yang ditemukan terbuat dari emas (dirham), dari perak (kupang), dan dari tembaga atau kuningan. b. Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al-saleh dan sekaligus sebagai raja pertama pada abad ke-13. Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhok Semawe sekarang (pantai timur Aceh). Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut. (1) Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim yang kuat di Selat Malaka. (2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai. (3) Sultan Malik al Tahir II (1326 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini sangat teguh memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman singgah dan berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan Samudra Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul kemudian. Catatan lain mengenai kerajaan ini dapat diketahui dari tulisan Ibnu Battuta, seorang pengelana dari Maroko. Menurut Battuta, pada tahun 1345, Samudera Pasai merupakan kerajaan dagang yang makmur. Banyak pedagang dari Jawa, Cina, dan India yang datang ke sana. Hal ini mengingat letak Samudera Pasai yang strategis di Selat Malaka. Mata uangnya uang emas yang disebur deureuham (dirham). Di bidang agama, Samudera Pasai menjadi pusat studi Islam. Kerajaan ini menyiarkan Islam sampai ke Minangkabau, Jambi, Malaka, Jawa, bahkan ke Thailand. Dari Kerajaan Samudra Pasai inilah kader-kader Islam dipersiapkan untuk mengembangkan Islam ke berbagai daerah. Salah satunya ialah Fatahillah. Ia adalah putra Pasai yang kemudian menjadi panglima di Demak kemudian menjadi penguasa di Banten. c. Kerajaan Aceh

Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka. Para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh. Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku. Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada masa pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di samping itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut Adat Mahkota Alam. Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh. Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (1636- 1641). Dia kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku, serta antara golongan aliran syiah dan sunnah sal jamaah. Akhirnya, Belanda berhasil menguasai Aceh pada tahun 1904. Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam. Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama Islam. Pada sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari Singkil. Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke Jawa. Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya. Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang kaya akan sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah. d. Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang dengan Peninggalannya Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Patah ini pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15. Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan. Dengan bantuan para ulama Walisongo, Demak berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara. Sebagai kerajaan, Demak diperintah silih berganti oleh raja-raja. Demak didirikan oleh Raden Patah (1500-1518) yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah. Raden Patah sebenarnya

adalah Pangeran Jimbun, putra raja Majapahit. Pada masa pemerintahannya, Demak berkembang pesat. Daerah kekuasaannya meliputi daerah Demak sendiri, Semarang, Tegal, Jepara dan sekitarnya, dan cukup berpengaruh di Palembang dan Jambi di Sumatera, serta beberapa wilayah di Kalimantan. Karena memiliki bandar-bandar penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik, Raden Patah memperkuat armada lautnya sehingga Demak berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Demak mencoba menyerang Portugis yang pada saat itu menguasai Malaka. Demak membantu Malaka karena kepentingan Demak turut terganggu dengan hadirnya Portugis di Malaka. Namun, serangan itu gagal. Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521). Walau ia tidak memerintah lama, tetapi namanya cukup terkenal sebagai panglima perang yang berani. Ia berusaha membendung pengaruh Portugis jangan sampai meluas ke Jawa. Karena mati muda, Adipati Unus kemudian digantikan oleh adiknya, Sultan Trenggono (1521-1546). Di bawah pemerintahannya, Demak mengalami masa kejayaan. Trenggono berhasil membawa Demak memperluas wilayah kekuasaannya. Pada tahun 1522, pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah menyerang Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Baru pada tahun 1527, Sunda Kelapa berhasil direbut. Dalam penyerangan ke Pasuruan pada tahun 1546, Sultan Trenggono gugur. Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen, saudara Sultan Trenggono yang seharusnya menjadi raja dan Sunan Prawoto, putra sulung Sultan Trenggono. Sunan Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya Penangsang, anak Pengeran Sekar Sedolepen. Namun, Arya Penangsang pun kemudian dibunuh oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang menjadi Adipati di Pajang. Joko Tingkir (1549-1587) yang kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang. Kerajaannya kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Pajang. Sultan Hadiwijaya kemudian membalas jasa para pembantunya yang telah berjasa dalam pertempuran melawan Arya Penangsang. Mereka adalah Ki Ageng Pemanahan menerima hadiah berupa tanah di daerah Mataram (Alas Mentaok), Ki Penjawi dihadiahi wilayah di daerah Pati, dan keduanya sekaligus diangkat sebagai bupati di daerahnya masing-masing. Bupati Surabaya yang banyak berjasa menundukkan daerah-daerah di Jawa Timur diangkat sebagai wakil raja dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya, dan Panarukan. Ketika Sultan Hadiwijaya meninggal, beliau digantikan oleh putranya Sultan Benowo. Pada masa pemerintahannya, Arya Pangiri, anak dari Sultan Prawoto melakukan pemberontakan. Namun, pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh Pangeran Benowo dengan bantuan Sutawijaya, anak angkat Sultan Hadiwijaya. Tahta Kerajaan Pajang kemudian diserahkan Pangeran Benowo kepada Sutawijaya. Sutawijaya kemudian memindahkan pusat Kerajaan Pajang ke Mataram. Di bidang keagamaan, Raden Patah dan dibantu para wali, Demak tampil sebagai pusat penyebaran Islam. Raden Patah kemudian membangun sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Demak.

Dalam bidang perekonomian, Demak merupakan pelabuhan transito (penghubung) yang penting. Sebagai pusat perdagangan Demak memiliki pelabuhan-pelabuhan penting, seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik. Bandar-bandar tersebut menjadi penghubung daerah penghasil rempah-rempah dan pembelinya. Demak juga memiliki penghasilan besar dari hasil pertaniannya yang cukup besar. Akibatnya, perekonomian Demak berkembang degan pesat. e. Kerajaan Mataram dan Peninggalannya Sutawijaya yang mendapat limpahan Kerajaan Pajang dari Sutan Benowo kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke daerah kekuasaan ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, di Mataram. Sutawijaya kemudian menjadi raja Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Pemerintahan Panembahan Senopati (1586-1601) tidak berjalan dengan mulus karena diwarnai oleh pemberontakan-pemberontakan. Kerajaan yang berpusat di Kotagede (sebelah tenggara kota Yogyakarta sekarang) ini selalu terjadi perang untuk menundukkan para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mataram, seperti Bupati Ponorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan bahkan Demak. Namun, semua daerah itu dapat ditundukkan. Daerah yang terakhir dikuasainya ialah Surabaya dengan bantuan Sunan Giri. Setelah Senopati wafat, putranya Mas Jolang (1601-1613) naik tahta dan bergelar Sultan Anyakrawati. Dia berhasil menguasai Kertosono, Kediri, dan Mojoagung. Ia wafat dalam pertempuran di daerah Krapyak sehingga kemudian dikenal dengan Pangeran Sedo Krapyak. Mas Jolang kemudian digantikan oleh Mas Rangsang (1613-1645). Raja Mataram yang bergelar Sultan Agung Senopati ing Alogo Ngabdurracham ini kemudian lebih dikenal dengan nama Sultan Agung. Pada masa pemerintahannya, Mataram mencapai masa keemasan. Pusat pemerintahan dipindahkan ke Plered. Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat. Sultan Agung bercita-cita mempersatukan Jawa. Karena merasa sebagai penerus Kerajaan Demak, Sultan Agung menganggap Banten adalah bagian dari Kerajaan Mataram. Namun, Banten tidak mau tunduk kepada Mataram. Sultan Agung kemudian berniat untuk merebut Banten. Namun, niatnya itu terhambat karena ada VOC yang menguasai Sunda Kelapa. VOC juga tidak menyukai Mataram. Akibatnya, Sultan Agung harus berhadapan dulu dengan VOC. Sultan Agung dua kali berusaha menyerang VOC: tahun 1628 dan 1629. Penyerangan tersebut tidak berhasil, tetapi dapat membendung pengaruh VOC di Jawa. Sultan Agung membagi sistem pemerintahan Kerajaan Mataram seperti berikut. (1) Kutanegara, daerah pusat keraton. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh Patih Lebet (Patih Dalam) yang dibantu Wedana Lebet (Wedana Dalam). (2) Negara Agung, daerah sekitar Kutanegara. Pelaksanaan pemerintahan dipegang Patih Jawi (Patih Luar) yang dibantu Wedana Jawi (Wedana Luar). (3) Mancanegara, daerah di luar Negara Agung. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh para Bupati.

(4) Pesisir, daerah pesisir. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh para Bupati atau syahbandar. Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan digantikan oleh Amangkurat I (1645-1677). Amangkurat I menjalin hubungan dengan Belanda. Pada masa pemerintahannya. Mataram diserang oleh Trunojaya dari Madura, tetapi dapat digagalkan karena dibantu Belanda. Amangkurat I kemudian digantikan oleh Amangkurat II (1677-1703). Pada masa pemerintahannya, wilayah Kerajaan Mataram makin menyempit karena diambil oleh Belanda. Setelah Amangkurat II, raja-raja yang memerintah Mataram sudah tidak lagi berkuasa penuh karena pengaruh Belanda yang sangat kuat. Bahkan pada tahun 1755, Mataram terpecah menjadi dua akibat Perjanjian Giyanti: Ngayogyakarta Hadiningrat (Kesultanan Yogyakarta) yang berpusat di Yogyakarta dengan raja Mangkubumi yang bergelar Hamengku Buwono I dan Kesuhunan Surakarta yang berpusat di Surakarta dengan raja Susuhunan Pakubuwono III. Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan Mataram. Kehidupan sosial ekonomi Mataram cukup maju. Sebagai kerajaan besar, Mataram maju hampir dalam segala bidang, pertanian, agama, budaya. Pada zaman Kerajaan Majapahit, muncul kebudayaan Kejawen, gabungan antara kebudayaan asli Jawa, Hindu, Buddha, dan Islam, misalnya upacara Grebeg, Sekaten. Karya kesusastraan yang terkenal adalah Sastra Gading karya Sultan Agung. Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan.

kata pengantar untuk proposal


KATA PENGANTAR Puji dan sukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Watataalah, karena berkat dan rahmatNya penulis dapat mnyelesaikan proposal penelitian ini yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Desa Mekar Sari Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Program Setudi Ilmu Keperawatan dan memperoleh gelar sarjana di Deli Husada Delitua. Penulis menyedari bahwa penyusunan proposal penelitian ini, masih belum sempurna, oleh karna itu penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran bagi siapa saja yang membaca proposal penelitian ini, tentunya yang bersipat membangun bagi penelitian ini. Dalam penyusunan proposal penelitian ini penulis banyak mendapt masukan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terimah kasih kepada yang terhormat: 1. Ibu Terulin Meliala, AMKeb, SKM, selaku Wakil Ketua Yayasan Deli Husada Delitua. 2. Drs. Johannes Sembiring, Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Deli Husada Delitua. 3. Ns Selamat Ginting, S. Kep, selaku Ka. Prodi Sekolah tinggi Ilmu Keperawatan Deli Husada Delitua. 4. Ns. Savitri Gemini, S. Kep, selaku pembimbing penulis yang telah banyak meluangkan

waktunya untuk membimbing dan memberi pengarahan perbaikan dan kesempurnaan proposal penelitian ini serta memberikan saran dan petunjuk dalam menyelesaikan proposal penelitian ini. 5. Kedua Orang Tua yang saya cintai, Ayahanda Masdar dan ibunda Sugiyem serta kakak dan adik saya yang telah memberi doa dan dukungan baik moril maupun materil selama kuliah hingga penulisan proposal ini. 6. Buat teman-teman setia saya: Khususnya kamar Parbabo yaitu: Sri Juani Marpaung, Heppy Natalia Sidabutar, Lisma Situmorang, Jimmy Manurung, yang ikut memberikan inspirasi dan semagat kepada penulisan proposal penelitian ini. 7. Kepada semua teman-teman PSIK- STEKes Jalur B. buat kebaikan dan kebersamaannya dalam menyelesaikan Proposal ini Khususnya yang sebimbingan dengan penulis yaitu: Rosmega, Lusiana, Elpinawati. Akhir kata, penulis, penulis mengharapkan semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya dan sebagai wahana menambah pengetahuan serta pemikiaran. Semogah allah subhanahu wataaalah selalu tetap memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua Amin.

You might also like