You are on page 1of 6

PERINGATAN HARI ANAK INTERNASIONAL : SUDAHKAH MEREKA MENDAPATKAN YANG TERBAIK ?

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsatentang Hak-Hak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan Sementara itu, keluarga, merupakan kelompok dasar masyarakat dan llingkungan alamiah bagi pertumbuhan dan kesejahteraan semua anggotanya dan terutama anak-anak, harus diberikan perlindungan dan bantuan yang diperlukan sedemikian rupa sehingga dapat dengan sepenuhnya memikul tanggung jawabnya di dalam masyarakat, Mengaku bahwa anak, untuk perkembangan kepribadiannya sepenuhnya yang penuh dan serasi, harus tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarganya dalam suasana kebahagiaan, cinta dan pengertian, Jika menilik pengertian tentang anak yang diacu dalam paragraph diatas, tentunya dapat dimengerti bahwa anak merupakan suatu organisme yang begitu berharga dan patut untuk mendapat perhatian dan perlindungan yang besar. Namun dengan begitu pentingnya keberadaan mereka, sudahkah anak mendapatkan tempat yang terbaik, khususnya di Indonesia sebagai bangsa yang besar dengan tingkat natalitas yang tinggi dan memiliki penduduk usia muda yang tergolong besar. Sebuah surat kabar nasional (Selasa, 31/05/2011) mencatat bahwa sekitar 3,5 juta anak di Indonesia terpaksa bekerja dalam situasi buruk hingga tahun 2010. Jawa Barat termasuk salah satu daerah dengan jumlah anak yang terpaksa bekerja dalam kondisi buruk yang terbanyak mengingat masih banyaknya industri kecil rumahan serta kantong kemiskinan yang ada di wilayah ini1. Hal ini diutarakan sendiri oleh Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Arist Merdeka Sirait seusai kegiatan penyerahaan anak-anak terpaksa bekerja untuk
1

Harian Pikiran Rakyat, selasa 31 Mei 2011

kembali ke dunia pendidikan dari Kemenakertrans RI kepada Pemerintah Kota Bogor di Pontren An-Nuroniah Jl. Pesantren Kedung Halang, Bogor Utara, Kota Bogor,. Menurut Arist, jumlah ini diperkirakan akan meningkat antara 20 hingga 38 persen pada tahun ini karena situasi ekonomi yang belum pasti. "Kita lihat nanti sejauh mana angka drop out setelah kelulusan ini. Anak yang drop out tidak punya pilihan lain selain terpaksa bekerja. Dengan kondisi seperti ini diperkirakan jumlahnya akan naik hingga 3,8 juta pada tahun ini," kata Arist. Sebagian besar anak bekerja di sektor tambang, industri kecil, pembantu rumah tangga, hingga pada sektor prostitusi. "Meski, mereka bukan pelaku prostitusi, mereka melihat secara langsung proses tersebut dan bekerja membantu di sektor tersebut," lanjut Arist. Bahkan, dari jumlah 3,5 juta anak tersebut sekitar 1,1 juta anak bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Pendidikan yang mahal serta desakan ekonomi, lanjut Arist disinyalir menjadi penyebab utama anak terpaksa bekerja dalam situasi yang buruk. Selain terpaksa bekerja dalam kondisi buruk, anak-anak juga tidak luput dari aksi kekerasan yang malah dilakukan oleh orang terdekatnya. Data dari KPAI, menunjukkan jumlah tindak kekerasan kepada anak meningkat dari tahun 2009 hingga 2010. "Tahun 2009 ada 1998 kasus, tapi jumlahnya naik menjadi 2339 kasus pada tahun 2010. Hingga April 2011 ini saja sudah ada 439 laporan yang masuk ke KPAI, Belum lagi kasus lain yang belum dilaporkan ke KPAI.2 Dengan demikian, diperkirakan ada 100 kasus dalam sebulannya. Ironisnya, sekitar 68 persen kasus kekerasan berupa kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang terdekatnya. Sehingga melihat kasus ini, tidak ada tempat yang aman bagi anak-anak, bahkan di rumah sekalipun. Berdasarkan data yang didapat dari Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia melalui Center for Tourism Research & Development Universitas Gadjah Mada, mengenai berita tentang child abuse yang terjadi dari tahun 19922002 di 7 kota besar yaitu, Medan, Palembang, Jakarta, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang dan Kupang, ditemukan bahwa ada 3969 kasus, dengan rincian sexual abuse 65.8%, physical abuse 19.6%, emotional abuse 6.3%, dan child neglect 8.3%. Berdasarkan kategori usia korban:
2

Harian Pikiran Rakyat, selasa 31 Mei 2011

1. Kasus sexual abuse: persentase tertinggi usia 6-12 tahun (33%) dan terendah usia 0-5 tahun (7,7%). 2. Kasus physical abuse: persentase tertinggi usia 0-5 tahun (32.3%) dan terendah usia 13-15 tahun (16.2%). 3. Kasus emotional abuse: persentase tertinggi usia 6-12 tahun (28.8%) dan terendah usia 16-18 tahun (0.9%). 4. Kasus child neglect: persentase teringgi usia 0-5 tahun (74.7%) dan terendah usia 1618 tahun (6.0%). Berdasarkan tempat terjadinya kekerasan : 1. Kasus sexual abuse: rumah (48.7%), sekolah (4.6%), tempat umum (6.1%), tempat kerja (3.0%), dan tempat lainnya-di antaranya motel, hotel dll (37.6%). 2. Kasus physical abuse: rumah (25.5%), sekolah (10.0%), tempat umum (22.0%), tempat kerja (5.8%), dan tempat lainnya (36.6%). 3. Kasus emotional abuse: rumah (30.1%), sekolah (13.0%), tempat umum (16.1%), tempat kerja (2.1%), dan tempat lainnya (38.9%). 4. Kasus child neglect: rumah (18.8%), sekolah (1.9%), tempat umum (33.8%), tempat kerja (1.9%), dan tempat lainnya (43.5%).3 Lain lagi dengan persoalan yang satu ini, diperkirakan setiap tahun ada 4.100 kasus baru kanker pada anak di Indonesia. Kondisi lingkungan yang buruk serta konsumsi makanan kurang sehat diindikasikan menjadi salah satu penyebab mengapa muncul begitu banyaknya kasus kanker pada anak-anaka di Indonesia. Kebanyakan kasus kanker pada anak adalah leukimia (kanker darah) dan retinoblastoma (kanker mata). Dan pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam stadium lanjut4. Menurut Data YOAI, meski lebih sedikit dibandingkan dengan kejadian kanker pada orang dewasa, kejadian kanker pada anak saat ini cenderung meningkat dibandingkan dengan dua dasawarsa lalu. Di Indonesia sedikitnya ada 150.000 anak terkena kanker dari berbagai jenis. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun penderita kanker di dunia
3

Jurnal Pendidikan Penabur - No.03 / Th.III / Desember 2004, Tindakan Kekerasan pada Anak dalam Keluarga, Hal 130-131 4 Diakses dari http://health.kompas.com/read/2011/02/14/09281631/Tiap.Tahun..4.100.Anak.Terjangkit.Kanker, Sabtu, 04 Juni 2011, Pk. 16.00 WIB

bertambah 6,25 juta orang. Empat persennya (250.000 penderita) adalah anak-anak. Sekitar 10 persen kematian pada anak disebabkan kanker. Melihat fakta yang ada di lapangan, dapat disimpulkan bahwa hingga saat ini kondisi anak yang ada di Indonesia, masih berada dalam keadaan yang begitu mengkhawatirkan, tingkat sex abuse (kekerasan pada anak) yang begitu tinggi, membuktikan bahwa pola pengasuhan anak belumlah tepat dan sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan anak-anak di jaman yang serba modern. Lalu bagaimanakan dengan peran Pemerintah, sudahkan dengan adanya persoalanpersoalan ini pemerintah mampu memberikan solusi yang terbaik, mengingat permasalaan anak merupakan masalah yang massive dan perlu mendapat perhatian hingga ke tingkat nasional. Pihak Pemerintah, melalui Menteri Sosial Salim Segaf Aljufri didampingi Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial, Toto Utomo Budi Santoso, Dirjen Rehabilitasi Sosial, Makmur Sunusi serta beberapa pejabat eselon I dan II dalam Rapat Kerja Nasional Program Kesejahteeraan Sosial Anak (6/4/2011) di Hotel Sheraton Media, Jakarta, mengatakan bahwa Permasalahan anak yang terjadi di Indonesia semakin beragam, ini bisa dicermati dengan semakin meningkatnya pelanggaran-pelanggaran hak anak di Indonesia dari tahun ke tahun. Mulai dari kekerasan terhadap anak, eksploitasi, diskriminasi, perdagangan anak sampai pada perlakuan salah lainnya. Anak jalanan kalau tidak diatasi akan timbul masalah sosial yang akan lebih besar. Untuk itu peran Pemerintah, Pemda maupun LSM peduli anak agar bersama sama saling membantu untuk mengurangi agar anak tidak kembali ke jalan, seperti memberikan kesempatan dalam mengembangkan kreativitasnya5. Pemerintah meluncurkan Program Kesejahteraan Sosial Anak sebagai wujud Kerjasama Lintas Sektoral dalam Mengatasi Permasalahan Anak yang bertujuan untuk mewujudkan pemenuhan hak dasar anak dan perlindungan terhadap anak dari ketelantaran, eksploitasi, dan diskriminasi sehingga tumbuh kembang, kelangsungan hidup dan partisipasi anak dapat terwujud. Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) diprioritaskan kepada anak-anak yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial seperti kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku, korban bencana, dan/atau korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
5

Diakses dari http://www.pksa-kemensos.com/2011/04/10/rapat-kerja-nasional-programkesejahteraan-sosial-anak-tahun-2011/, pada tanggal 4 Juni 2011 Pk. 16.10 WIB

Secara Nasional PKSA terbagi dalam enam cluster terdiri dari Cluster , pertama PKSAAnak Balita sebanyak 6275 anak balita terlantar dengan anggaran 9,4 miliar melibatkan 53 TPA/TBS dan 54 Pekerja Sosial. Cluster kedua adalah PKS-Anak Terlantar dengan anggaran 153 miliar yang melibatkan 5.800 PSAA dan 90 Pekerja Sosial. Ketiga PKS-Anak Jalanan yang ditujukan bagi 4900 anak dengan anggaran 7,2 miliar yang melibatkan 36 rumah singgah dan 83 pekerja social . Cluster keempat adalah PKS Anak Berhadap Dengan Hukum yang ditujukan bagi 480 anak dengan anggaran sebesar 720 juta yang melibatkan 5 KPRS-ABH dan 37 Pekerja Sosial.. Cluster terakhir adalah PKS-Anak yang membutuhkan Perlindungan Khusus yang ditujukan bagi 1150 anak dengan anggaran 172 miliar yang meilbatkan 8 RPSA dan 10 LPA serta 35 pekerja social. Dengan adanya program ini jumlah anak coverate yang dapat dijangkau dalam PKSA selama tahun 2010 mencapai 160.485 anak dengan nilai bantuan sebesar 287, 1 miliar dan didampingi oleh 319 Satuan Bahkti Peksos. Berdasarkan Inpres Nomor 3 Tahun 2010, Program Kesejahteraan Sosial Anak mengalami peningkatan untuk Tahun 2011 Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak terus melakukan penjangkauan bagi kesejahteraan anak yang kurang mampu sebanyak 142.530 Anak Terlantar akan mendapatkan bantuan Program Kesejateraan Anak, 1750 Anak dengan Kecacatan, 930 Anak Berhadapan dengan Hukum, Bantuan bagi anak yang membutuhkan Perlindungan khusus sebanyak 120 anak, Anak Jalanan 4200, Bantuan bagi Balita Terlantar sebanyak 6925 anak6. Namun inisiatif dan solusi dari pemerintah, juga dirasa tidaklah cukup. Permasalahan yang menyangkut anak, juga tentunya harus mendapat respon aktif hingga ke kelompok masyarakat yang lebih kecil (sederhana). Beberapa alternative solusipun ditawarkan seperti (1) peraturan perundang-undangan yang telah memberikan perlindungan hukum terhadap anak dari tindak kekerasan dalam penerapannya harus dilaksanakan secara efektif dan efisien; (2) Faktor ekonomi masyarakat harus diperbaiki dan kesehatan mental / jiwa serta pengetahuan orang tua mengenai hak anak- anak harus digalakkan; (3) Upaya perlindungan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, penegak hukum dan masyarakat harus dilaksanakan secara aktif disertai dengan kerjasama yang saling mendukung antara satu pihak dengan pihak yang lain.
6

Diakses dari http://www.pksa-kemensos.com/2011/04/10/rapat-kerja-nasional-programkesejahteraan-sosial-anak-tahun-2011/, pada tanggal 4 Juni 2011 Pk. 16.10 WIB

Sebagaimana diatur Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindngan Anak juga ditegaskan bahwa pertanggungjawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus demi terlindunginya hakhak anak. Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Tindakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai Pancasila, serta berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan negara. Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 (delapan belas) tahun. Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif, undang-undang ini meletakkan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas sebagai berikut : a. nondiskriminasi; b. kepentingan yang terbaik bagi anak; c. hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan d. penghargaan terhadap pendapat anak. Dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, perlu peran masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa, atau lembaga pendidikan7 Peringatan Hari Anak Internasional yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, bisa menjadi tolak ukur dalam rangkaian evaluasi, apakah sampai saat ini anak telah mendapatkan yang terbaik dalam proses tumbuh kembang mereka. Anak harus mendapatkan perlindungan yang optimal dan kehidupan yang jauh lebih banyak, btanpa membedakan latar belakang keluarga atau factor-faktor social lainnya. Sehingga ke depannya, anak dapat tumbuh lebih sempurna dan kelak mereka bisa menjadi tumpuan bangsa terutama dalam mewujudakan dunia yang aman, damai dan sejahtera.

Penjelasan UU No. 2003 tahun 2002 mengenai Perlindungan Anak

You might also like