You are on page 1of 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. 1.

Konsep Teori Stroke Non Hemoragik Menurut kriteria WHO, stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan

fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak. Termasuk disini perdarahan sub arakhnoid, perdarahan intra serebral dan infark serebral, tidak termasuk disini adalah gangguan peredaran otak sepintas, tumor otak atau stroke sekunder oleh karena trauma (WHO, 1995). Stroke merupakan sindrom klinis akibat gangguan pembuluh darah otak, timbul mendadak dan biasanya mengenai penderita usia 45 80 tahun. Secara umum stroke di bedakan menjadi dua, yaitu: a. Stroke Hemoragik Disebabkan pecahnya pembuluh darah otak, baik intracranial maupun subaraknoid. Pada perdarahan intracranial, pecahnya pembuluh darah dapat terjadi akibat hipertensi tak terkontrol yang mengubah morfologi arteriol otak atau pecahnya pembuluh darah otak karena kelainan congenital pada pembuluh darah otak tersebut. Perdarahan subaraknoid disebabkan

pecahnya

aneurysma

congenital

pembuluh

arteri

otak

di

ruang

subaraknoidal. b. Stroke Non Hemoragik Dapat terjadi karena emboli yang lepas dari sumbernya, biasanya berasal dari jantung atau pembuluh arteri otak baik intracranial maupun ekstrakranial pada pembuluh arteri otak yang berangsur-angsur menyempit dan akhirnya tersumbat. Pada Stroke Non Hemoragik atau stroke Iskemik berkurangnya aliran darah ke otak menyababkan hipoksemia daerah regional otak dan menimbulkan reaksireaksi berantai yang berakhir dengan kematian sel-sel otak dan unsur-unsur pendukungnya. Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti (core) dengan tingkat iskemia terberat dan berlokasi di sentral. Di luar daerah core iskemik sel-sel otrak dan jaringan pendukungnya belum mati akan tetapi sangat berkurang fungsi-fungsimya dan menyebabkan juga defisit neurologik. Ditinjau dari aspek waktu, proses stroke dapat bermanifestasi sebagai: 1) Serangan otak sepintas (Transient Iskemik Attack), berlangsung kurang dari 24jam,dan sembuh sendiri. 2) Serangan otak yang reversibel (Reversible Ichemic Neurological Defisit atau RIND) 3) Serangan stroke iskemik ireversibel Gejala dan tanda-tanda yang ada harus sesuai dengan daerah mana diotak yang terganggu.Ini berarti bahwa manifestasi klinis dari stroke tidak harus dan

tidak hanya hanya hemiparise atau hemiplegi saja,melainkan juga bisa dalam bentuk yang lain,misalnya kebutaan mendadak salah satu mata,afasia,kelumpuhan kedua tungkai dan sebagainya,yang kesemuanya tergantung pada daerah mana diotak yang terganggu. Beberapa faktor resiko telah diketahui meningkatkan kemungkinan pasien mengidap penyakit stroke. Faktor risiko terpenting adalah hipertensi dan diabitus militus.Karena dibites militus mempercepat proses aterosklerosis baik dalam arteri yang besar maupun yang kecil. 2. Hemiparise Kelumpuhan atau kelemahan otot merupakan suatu petunjuk gangguan sistem motor di suatu titik atau beberapa tempat dari rangkaian kendali dari sel motor neuron sampai ke serabut-serabut otot.Kelumpuhan akibat lesi otak area 4 dan 6 atau lintasan proyeksinya,yaitu lesi traktus piramidal bersama dengan serabut-serabut ektrapiramidal yang berdekatan.Hemiparise dapat merupakan penigkatan kemandirian pasien hemiparise pasca Stroke Non Hemoragik di unit stroke RSUP Dr. Kariadi Semarang. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengidentifikasi pengaruh latihan lingkup gerak sendi (ROM) terhadap peningkatan kemandirian pasien hemiparise pasca stroke non hemoragik di unit stroke RSUP Dr. Kariadi Semarang.

2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan latihan lingkup gerak sendi (ROM) pada pasien hemiparise pasca stroke non hemoragik di RSUP Dr. Kariadi Semarang. b. Mendiskripsikan peningkatan kemandirian pasien hemiparise pasca stroke non hemoragik di RSUP Dr. Kariadi Semarang. c. Menganalisa pengaruh latihan lingkup gerak sendi (ROM) terhadap peningkatan kemandirian pasien hemiparise pasca stroke non hemoragik di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

C. Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi rumah sakit Sebagai sumbangsih untuk menambah ilmu dalam bidang keperawatan kesehatan serta mengembangkan penelitian keperawatan kesehatan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada pasien hemiparise pasca stroke di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 2. Bagi Pasien atau masyarakat Edukasi pasien dan keluarga pentingnya latihan lingkup gerak sendi terhadap peningkatan kemandirian pasien hemiparise pasca stroke non hemoragik dalam kaitannya mencapai kemandirian aktifitas kehidupan sehari hari.

Kebanyakan pasien mengalami perbaikan fungsi neurologis setelah stroke lskemik akut tetapi pemahaman dalam perjalanan waktu dan tingkat perjalanannya masih terbatas. Dari berbagai penelitian didapatkan bahwa perbaikan status fungsional tampak nyata pada 3 bulan pertama dan mencapai tingkat maksimal dalam 6 bulan pasca stroke akut dan hanya sedikit perubahan yang terjadi setelah interval waktu ini. Dikatakan pada penelitian terdahulu bahwa reorganisasi fungsi neurologis terjadi dalam 3 6 bulan pasca stroke dan perubahan diluar waktu itu adalah tidak berarti. 3. a. Range Of Motion (ROM) Pengertian Adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan peregangan otot, dimana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Range Of Motion adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempyurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). b. Tujuan : Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot, mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan, mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi. c. Manfaat : Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan, memperbaiki tonus otot, memperbaiki tolernsi otot

untuk latihan, mencegah terjadinya kekakuan sendi, memperlancar sirkulasi darah. Jenis Range of Motion (ROM) a. ROM pasif Latihan ROM yang dilakukan pasien dengan bantuan perawat di setiap gerakan. Perawat melakukan gerakan persendianklien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50% Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi, pasien dengan tirah baring total. Pada ROM pasif sendi yang digerakan yaitu seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitasyang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri. b. ROM aktif Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal ( klien aktif ). Kekuatan otot 75 %. Pada ROM aktif sendi yang digerakan adalah seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendiri secara aktif. Jenis Gerakan ROM yang dilakukan adalah 1) Fleksi : adalah gerakan melipat sendi dari keadaan lurus. Contohnya : flexi lengan bawah, flexi jari; 2) Ekstensi : adalah gerakan meluruskan sendi dari keadaan terlipat, keadaan lurus ini mengakibatkan ukuran lengan atas tungkai menjadi lebih panjang dibanding dari keadaan terlipat. Duplikasi ( makna atau ganda ) terjadi untuk gerakan sendi kaki antara doro flexi dan plantar flexi, mana yang flexi mana yang extensi atau

10

keduanya flexi. Boleh digunakan istilah dorso flexi, plantar flexi atau flexi kaki = dorso flexi atau extensi kaki = plantar flexi, karena dengan extensi dimaksud disini ukuran seluruh tungkai menjadi lebih panjang; 3) Hiperekstensi; 4) Rotasi : adalah gerak putar pada sumbu panjang seluruh tungkai kearah luar; 5) Supinasi : adalah gerakan putar kearah luar dari lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan kembali menghadap ke depan; 6) Pronasi : adalah gerakan putar kearah dalam dari lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke belakang; 7) Abduksi : adalah gerakan pada bidang frontal untuk membuka sudut terhadap garis tengah. Contohnya : gerakan merentangkan lengan, merentangkan tungkai dan merentangkan jari jari tangan; 8) Aduksi : adalah gerakan pada bidang frental untuk menutup sudut terhadap garis tengah. Gerakan ini merupakan gerakan yang sebaliknya dari gerakan abduksi. 1. Flexi dan Extensi Pergelangan tangan Cara : a. b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan lengan. c. Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang pergelangan tangan pasien. d. e. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin. Catat perubahan yang terjadi.

11

2.

Flexi dan extensi Siku Cara : a. b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak tangan mengarah ke tubuhnya. c. Letakkan tangan diatas siku pasien dan pegang tangannya dengan tangan lainnya. d. e. f. Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya. Catat perubahan yang terjadi.

3.

Pronasi dan Supinasi lengan bawah Cara : a. b. c. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk. Letakan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya. d. e. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya. Kembalikan keposisi semula.

4.

Abduksi dan Adduksi Cara : a. b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. Atur posisi lengan pasien disamping badannya.

12

c.

Letakan satu tangan perawat di atas pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.

d. e. f. 5.

Gerakan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat. Kembalikan ke posisi semula. Catat perubahan yang terjadi.

Flexi dan Extensi Jari Jari Cara : a. b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. Pegang jari jari kaki pasien dengan satu tangan sementara tangan lain memegang kaki. c. d. e. f. Bengkokkan ( tekuk ) jari jari kebawah. Luruskan jari jari kaki ke belakang. Kembalikan ke posisi semula. Catat perubahan yang terjadi.

6.

Flexi dan Extensi pergelangan kaki siku. Cara : a. b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. Letakan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain diatas lutut. c. d. e. f. Putar kaki menjauhi perawat. Putar kaki karah terawat. Kembalikkan keposisi semula. Catat perubahan yang terjadi.

13

D. Kerangka Teori

STROKE NON HEMORAGIK

DEVISIT NEUROLOGI Sensorik - Motorik

KEMANDIRIAN ADL

Psikologi Motivasi Farmakology Fisioterapi ROM Nutrisi

- Makan - Minum - dsb

E. Kerangka Konsep
ROM KEMANDIRIAN ADL

F. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas atau independent: latihan lingkup gerak sendi. 2. Variabel terikat atau dependent: kemandirian pasien hemiparise pasca Stroke Non Hemoragik. E. HIPOTESIS PENELITIAN Ho: Tidak ada pengaruh ROM pada pasien hemiparise pasca stroke non hemoragic.di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Kariadi Semarang. Ha: Ada pengaruh ROM pada pasien hemiparise paska stroke non hemoragic di Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang.

14

You might also like