You are on page 1of 20

Praktik Implementasi Ekonomi Islam Era Umar bin Khattab

Iman Abdulah 1 Abstract

The phenomena of Islamic economics discourse has been developed since 19 age significantly. Various activities implementation are like banking, insurance, social and education institution support to prove it. Moslem scholars, academician and practitioner always contact intensively to build body of knowledge and made reference model economic system was born Islamic perspective and civilization. Based on Ihe literature study, Islamic economics discourse has been started since Nabi Muhammad SAW (peace be upon him) lead first in Medina State. Then caliphate are like Abu Bakar, Umar bin Khattab as moslem scholars Khulafaur Rusyidin called to be continued lead Islamic Government in Medina State. Umar Caliph is one research object to arrange reference model Islamic economic run away. This research is focus on economic behavior like production, consumption and distribution in modeling system as the first. The contribution of this study are simple model first of related norm and economic behavior when Umar done it. It was designed causal loop with system thinking approach. Then this models can be developed more integrated and sophisticated involve complex variables. Variables are conducts socioeconomic dynamic model of Islamic society on it. Keywords : body of knowledge, reference model, Umar bin Khattab, System thinking, causal loop, integrated and sophisticated

Lembaga Pengembangan Ekonomi Syariah, Yayasan Pembina Masjid Salman ITB, 2008.

1.

Wacana Pemikiran Fenomena perkembangan konsep ekonomi Islam yang dipermaklumkan sebagai alternatif sistem ekonomi yang ada mengalami perkembangan yang signifikan. Ada 4 (empat) tahapan perkembangan dalam wacana pemikiran ekonomi Islam (Ahmad, Khursid 2004). Tahapan pertama, menuntaskan persoalan suku bunga (interest rate) dan pengajuan alternatif penggantinya. Masa ini dimulai kira-kira pada pertengahan dekade 1930-an hingga awal dekade 1960-an. Tahapan kedua, pengembangan pemikiran sistem moneter Islam dimulai pada akhir dasawarsa 1960-an oleh para ekonom muslim yang pada umumnya belajar dari perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat dan Eropa. Mereka melakukan analisis ekonomi terhadap larangan suku bunga dan mengajukan altematif institusi perbankan yang tidak berbasis suku bunga (interest rate). Tahapan ketiga, pengembangan perbankan dan lembagalembaga keuangan non-bunga baik dalam sektor swasta maupun dalam sektor pemerintah. Misalnya pendirian Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975 di Jeddah, Saudi Arabia yang merupakan konferensi pertama negara-negara Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, Dubai Islamic Bank dan kemudian bank-bank Islam yang bermunculan di mayoritas negara-negara islam termasuk di Indonesia pada awal tahun 90-an. Tahapan keempat, pengembangan pendekatan yang lebih integrated dan sophisticated untuk membangun keseluruhan teori dan praktek ekonomi Islam. Dalam literatur sejarah peradaban Islam, salah satu kurun waktu yang dapat diambil sebagai sumber bahan kajian model ekonomi Islam adalah masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab sebagai representasi masa kejayaan Islam dalam segala bidang termasuk dalam ekonomi. Ekspansi wilayah yang meliputi Jazirah Arab, Romawi dan Persia dalarn masa pemerintahannya yang berlangsung selama 10 tahun (634-644 M) menuntut Umar bin Khattab untuk menata sendi-sendi perekonomian

negara secara teratur. Dalam hierarki kajian keislaman, masa kenabian dan Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khattab..-) merupakan rujukan dan bukti kebenaran bagi prinsip-prinsip Islam dalam realita kehidupan, sumber keilmuan serta kajian aplikasi ekonomi Islam pada masanya. Nabi Muhammad SAW menyampaikan: "ikutilah dua orang setelahku yaitu Abu Bakar dan Umar kemudian Sesungguhnya Allah SWT menjadikan kebenaran pada lisan Umar dan hatinya". Pertanyaan yang harus segera dijawab adalah Bagaimana bentuk struktur perilaku Ekonomi Islam pada zaman Umar tersebut sehingga dapat menjadi reference model dalam membangun teori dan praktik yang integrated dan sophisticated? 2. Metode Kajian Untuk memfokuskan kajian, penulis merujuk kepada pendapat M.A. Mannan yang mengatakan bahwa terdapat paling sedikit 7 (tujuh) langkah untuk merumuskan perkembangan konsep ekonomi Islam. Semua langkahlangkah ini akan saling berkaitan dan dapat memberikan kemudahan pemahaman mengenai gambaran kegiatan perekonomian di era pemerintahan Islam Khalifah Umar bin Khattab. 1. Mengidentifikasi 3 fungsi ekonomi dasar: produksi, distribusi dan konsumsi. 2. Menerapkan asas-asas pada pandangan dunia Islam. 3. Merumuskan konsep operasi dengan pilihan variabel-variabel yang sesuai norma Islam, 4. Menguraikan jenis barang dan jasa yang telah sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat. 5. Merumuskan implementasi kebijakan. 6. Mengevaluasi langkah-langkah tersebut dengan pertimbangan normatif dan positif. 7. Memberikan umpan balik dari konsep yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, kajian makalah ini menggunakan pendekatan analisis kesisteman. Konsep sistem dalam ekonomi dapat merujuk beberapa pendapat dan sumber referensi. Misalnya, Bornstein (1974:4) menyebutkan;

"An economic system, in turn, involves the interaction of organization participation of engaged, according to rules and orders, in the production , distribution and use of goods and services. It may be viewed as the set of arrangements by which the community determines (1) what shall be produced ("the bill of goods "), (2) how it shall be produced, including (a) the institution and instrument to be used and (b) the pattern of resource allocation; and (3) how the resulting personal income and clims to goods and services shall be distributed (and) redistributed among household. Atau, Bowden(1981:13) menyebutkan dalam uraian yang lebih singkat; "The term 'economic system' is used to refer to the kind of arrangement which exists in a society for solving the 'economic problem' - for working out the answers to the three basic economic question: what to produce, what input and production techniques to use, and how to distribute. (share) the output among the people ". Pendapat serupa dinyatakan oleh Lipsey, Courant and Ragan (1999:9-10), yaitu bahwa; "an economic system is a distinctive method of providing answers to basic economic questions.. All such systems are complex. Demfkian pula McConnels and Brue (2002:33) menyatakan bahwa sistem ekonomi itu merupakan : "a particular set of institutional arrangements and a coordinating mechanism. "

3.

Sistematika Penulisan Penyusunan makalah ini dimulai dengan menuliskan secara umum

mengenai wacana tahapan pemikiran ekonomi Islam menurut Khursid Ahmad untuk memberikan gambaran fenomena perkembangan kajian dan praktik ekonomi Islam di awal abad ke-19 yang dilanjutkan dengan membatasi ruang lingkup kajian pada kurun waktu pemerintahan Islam yaitu masa pemerintahan Umar bin Khattab, agar kajian ini dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan pemikiran ekonomi Islam dalam bentuk reference model dengan mengkaji literatur dan metode kajian yang penulis rujuk dari pemikiran M.A Mannan dan analisis kesisteman. 4. Fase Pemikiran Berbagai praktik dan kebijakan ekonomi yang berlangsung pada masa Nabi

dan Khulafaur Rasyidin merupakan contoh empirik yang dijadikan pijakan bagi Moslem scholars dalam mclahirkan teori-teori ekonominya, yaitu pemenuhan kebutuhan, keadilan, efisiensi, pertumbuhan dan kebebasan yang merupakan objek utama dalam menginspirasikan pemikiran ekonomi Islam sejak masa awal. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis merujuk pendapat Siddiqi yang menguraikan sejarah pemikiran ekonomi Islam dalam tiga fase : 1. Fase pertama, merupakan fase abad awal sampai dengan abad ke-5

Hijriyah atau abad ke-1 Masehi yang dikenal sebagai fase dasar-dasar ekonomi Islam yang dirintis oleh para fuqaha diikuti oleh. Fokus fiqih adalah apa yang diturunkan oleh syariah dalam konteks ekonomi dengan mengacu kepada Alquran dan hadist nabi. Mereka mengeksplorasi maslahah (utility) dan mafsadah (disutility) yang terkait dengan aktivitas ekonomi. 2. Fase kedua, Fase ini dimulai pada abad ke-ll sampai abad ke-1 5 Masehi.

Moslem pada fase ini mampu menyusun suatu konsep tentang bagaimana umat kegiatan ekonomi yang berlandaskan Alquran dan Nabi. 3. Fase ketiga Fase ketiga ini dimulai pada tahun 1446 hingga 1932 M merupakan fase tertutupnya pintu ijtihad (independent judgement) yang mengakibatkan fase ini dikenal sebagai fase stagnasi.

5.

Sekilas Pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab Wilayah Arab Saudi memiliki pusat pemerintahan di Madinah dari sejak

Nabi Muhammad, Khalifah Abu Bakar Ash-Siddiq, Khalifah Umar bin Khattab sampai masa khalilah Ustman bin Affan. Sejak masa khalifah Ali bin Abi Thalib pusat pemerintahan dipindahkan ke Kufah di Irak sekarang, kemudian berturut turut menjadi bagian wilayah Daulah Ummayyah, Abbasiyyah dan Usmaniyah Turki. Selama pemerintahan Umar sebagai khalifah kedua (634-644 M), kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat sampai ke Mesopotamia dan sebagian Persia, Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia. Di zaman Umar gclombang ekspansi perluasan daerah pertama terjadi dari Ibu kota

Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi dilanjutkan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn Abi Waqqash. Iskandaria, Ibu kola Mesir, di kuasai tahun 641 M. Dcngan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. A j r a sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh lahun 637 M. Dari sana dilanjutkan ke Ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai, Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir. Dalam hal ini Umar bertindak sebagai kepala negara. Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk wilayah yang baru. Ia kemudian memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan dengan pembenahan sistem administrasi dan ketatanegaraan Islam unluk pembangunan. Di sinilah indikator peran Umar sebagai kepala pemerintahan untuk menata administrasi ketatanegaraanr 6. Dasar-Dasar Ekonomi Umar bin Khattab Umar bin Khattab melanjutkan dan mengembangkan dasar-dasar konsep pembangunan ekonomi yang diletakkan oleh Nabi SAW dan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a secara lebih ekspansif dan operasional. Hal ini didasarkan pada banyaknya penelitian dari hadist-hadist yang menceritakan kehidupan perekonomian pada masanya yang salah satunya disusun oleh Jaribah (2006) dalam disertasinya yang berjudul 'Fiqh Ekonomi Umar bin Khattab'. Di bawah ini penulis menyarikan kegiatan dasar-dasar ekonomi (produksi, konsumsi, dan disfribusi) masyarakat pada masa Khalifah Umar bin Khattab Produksi Terminologi produksi di dalam fikih Umar adalah istifaku! moid (memperbaiki harta), kasab (berusaha), itnarwh (memakmurkan) dan ihtiraf (bekerja). Penggunaan terminologi ini dalam ekonomi Islam merupakan

langkah dasar bagi moslem scholars untuk memaparkan dan mendorong urgensi kajian ekonomi Islam sesuai dengan karakteristik dan nilai-nilainya. Sehingga makna semua aktifitas produksi barang dan jasa adalah memperbaiki apa yang dimiliki dan dimanfaatkan oleh pemilik dan masyarakat seperti lahan/tanah, ketrampilan/keahlian, berdagang dan bekerja sebagai pegawai pemerintah. Nilai akhir dari akna produksi merupakan salah satlu bentuk kesungguhan bekerja (jihad fi sabillillah). Karakteristik nilai makna produksi /manfaat dalam ekonomi Islam adalah : 1. dibenarkan syariah; 2. tidak mengandung unsur bahaya bagi orang lain; dan 3. mencakup manfaat dunia dan akhirat secara seimbang (jasmani dan ruhani), Urgensi Produksi &Tujuan Nilai Islam yang ditekankan oleh Umar dalam produksi adalah jihad fi sabilillah, yaitu lebih baik nilainya dibandingkan dengan menghabiskan waktu untuk ibadah sunnah dan menganjurkan manusia dalam mencukupi kebutuhannya. Umar menghimbau masyarakat untuk memperbaiki ekonomi mendapatkan penghasilan. Umar mengatakan bahwa memenuhi kebutuhan hidup minimum untuk keluarga dan masyarakat mendapat pahala yang lebih baik daripada mengkhususkan beribadah terus-menerus di dalam masjid tanpa melakukan produktifitas. Tujuan kegiatan produksi adalah : (1) merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin; (2) merealisasikan kecukupan individu dan keluarga; (3) tidak mengandalkan. orang lain; (4) melindungi harta dan mengembangkannya; (5) mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi dan mempersiapkannya untuk pemanfaatan yang seluas-luasnya; (6) pembebasan dari belenggu taklid ekonomi; dan (7) taqarrub kepada Allah Ta'ala.

Kaidah-kaidah produksi Dalam ekonomi Islam, seorang produsen harus memiliki komitmen dengan kaidah-kaidah Islam untuk mengatur kegiatan ekonorninya. Dimana tujuan

pengaturan ini adalah dalam rangka keserasian antara kegiatan ekonomi dan berbagai kegiatan yang lain dalam kehidupan untuk merealisaikan tujuan umum syariah, mewujudkan bentuk-bentuk kemaslahatan dan mengurangi bentuk-bentuk kerusakan. Kaidah-kaidah di era Umar adalah Akidah, ilmu dan Amal. 1. akidah (keyakinan) Akidah mendorong keyakinan produsen bahwa aktifitasnya dalam perekonomian merupakan bagian dari peranannya dalam kehidupan yang jika dilaksanakan dengan ikhlas dan cermat akan menjadi ibadah baginya. Juga keyakinan bahwa hasil usaha, keuntungan dan rezeki yang diperoleh semata-mata karena pertolongan Allah dan takdir-Nya, Allah berfirman : 'Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendakiNya dari hamba-hambaNya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.S Al Ankabut; 62). Umar menyampaikan surat kepada gubermumya Abu Musa : "Bersikaplah qanaah dengan rezeki kamu karena sesungguhnya Allah melebihkan sebagian hamba-hambaNya atas sebagian yang lain dalam rezeki sebagai ujian bagi masing-masing. Dia menguji orang yang diberiNya keluasan rezeki, bagamana dia kebenaran yang ditetapkan Allah. " 2. ilmu Umar melarang keras melakukan aktifitas perekonomian jika tidak memiliki ilmu hukum syariah dengan mengatakan - "tidak boleh berjualan di pasar kami melainkan orang yang benar-benar memahami agama". Firman Allah SWT : " Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang tidak sempurna akalnya dalam mengelola harta yang Allah jadikan sebagai pokok kehidupan " (Q-S. An Nisa ; 4) 3. amal Umar sangat menekankan atas kehalalan sumber produksi dan menghimbau masyarakat agar menjauhi aktifitas yang haram dan syubhat. Umar mengatakan sesungguhnya berdagang tidak halal melainkan dalam sesuatu bersyukur kepada-Nya. Mensyukuri rezeki kepada Allah adalah dengan menggunakannya untuk

yang halal dimakannya dan diminumnya. Pernyataan ini menjelaskan adanya hubungan yang erat antara produksi dan konsumsi. Seorang produsen muslim haram memproduksi sesuatu yang haram dikonsumsi walaupun produk tersebut dipersiapkan untuk kalangan non muslim. Haram hukumnya dalam mengkonsumsi akan sama hukumnya untuk aktifitas produksi, Irjn^ak^i dan distribusi. Dengan demikiain, aktifitas produksi dalam ekonomi Islam bekerja dalam membersihkan dunia dari hal-hal yang membahayakan. Adapun prinsip-prinsip dalam produksi adalah prinsip akhlak, kualitas dan memperhatikan skala prioritas produksi. 1) akhlak Umar rnengingatkan akhlak seorang produsen agar tidak melakukan kebohongan, kecurangan, menjual atau penjualan orang lain, menimbun dan merugikan orang lain. Indikator lain mengenai perilaku buruk seorang produsen adalah memahalkan harga, mengeksploilasi dan menunda dalam melaksanakan hak sehingga Allah menghapuskan keberkahan dari hartanya, dan ia pun pailit dan terlilit utang. 2) kualitas Kualitas produksi tidak hanya berkaitan dengan tujuan materi semata, namun sebagai tuntunan Islam dalam seluruh bidang kehidupan. Sebab prinsip dasamya bahwa seorang muslim selalu berupaya menekankan kualitas semua pekerjaannya dan memperbaiki seluruh produknya sebagai bentuk aplikasi firman Allah : "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Allah menguji kamu siapa diantaramu yang lebih baik amalnya". (Q.S. Al Mulk :2) 3) skala prioritas produksi Beragamnya tujuan produksi haruslah sesuai dengan tujuan syariah dengan memperhatikan prioritas terhadap produksi barang-barang kebutuhan primer sebelum kebutuhan sekunder dan tertier tanpa mengabaikan keuntungan usaha dan jumlah biaya produksi.

Kejujuran dan komitmen produsen dalam kaidah dan menjalankan prinsip-prinsip produksi akan berdampak positif sebagai berikut. (1) penggunaan sumber - sumber ekonomi dan realisasi manfaat yang hakiki bagi individu dan masyarakat, memotivasi keadilan kajian data ilmiah distribusi untuk dan pengembangan cara-cara produksi untuk terjaminnya kualitas produk. (2) membantu dalam merealisasikan memadukan kemaslahatan individu dan masyarakat (3) jaminan legalitas bentuk produksi, cara-cara produksi dan sumber permodalannya. (4) (5) perlindungan lingkungan dan mencegah dampak-dampak kegiatan ekonomi yang membahayakan. prioritas produksi yang teratur dengan cara yang dapat merealisasikan tujuan-lujuan umum syariah sesuai yang dibenarkan dalam syariah, (6) keuntungan yang diperoleh sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.

Unsur-Unsur Produksi Unsur produksi era Umar terdiri atas empat unsur yaitu pekerja, manajemen, sumberdaya bumi (tanah) dan modal. 1. Pekerja. Yang digunakan dari seorang pekerja adalah tenaga fisik dan pemikiran. Pekerja memiliki hak produksi yang didapatkan secara mandiri atau sebagian atau seluruh unsur produksi yang lain. Pembagian pekerja ke dalam spesialisasi mendorong proses profesionalitas kerja yang berkaitan dengan kemajuan produksi dan dapat memperluas pasar. 2. Manajemen. Unsur manajemen tecermin dalam jasa pengaturan yang dilakukan manajer untuk meningkatkan laju produksi. Di antara contoh jasa tersebut adalah penentuan bentuk usaha yang sesuai dengan peraturan local di lokasi setempat, penentuan bentuk produk dan sifat-sifatnya, penyewaan alat-alat produksi dan pemaduannya, pengawasan dan penilaian hasil-hasilnya oleh manajer yang menetapkan kebijakan terkait dengan kegiatan produksi dan manajemen resiko. 3. Sumberdaya bumi.

10

Mencakup segala hal yang terdapat diatas atau dalam perut bumi yang diciptakan Allah SWT untuk manusia agar dikelola untuk menjadi su.mberdaya ekonomi yang dipergunakan dalam memproduksi barang dan jasa agar dapat memenuhi segala kebutuhan. Firman Allah SWT :Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan di bumi semuanya, sebagai rahmat dari padaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir. (Q.S. Al Jatsiyah : 13). Contoh sumber tersebut adalah : tanah, air, ikan, hutan, hewan, barang-barang tambang, matahari, udara dan lain-lain. 4. Modal Modal barang adalah modal material yang berfungsi menambah kapasitas produksi. Modal uang adalah sejumlah uang yang dipergunakan dalam pembiayaan proses produksi. Namun masyarakat pada masa Umar lebih banyak mengandalkan pekerjaan tangannya dalam melakukan produksi. Perangkat produksi ketika itu masih terbatas dan sederhana. Modal barang dalam produksi dilakukan melalui : (1) Musyarakah, yaitu menyerahkan modal barang untuk andil dalam proses produksi dan berhak mendapat prosentase dari hasil kegiatan tersebut; dan (2) Ijarah, yaitu dengan menyewakan hal-hal yang dapat dimanfaatkan. Sedangkan modal uang dapat menjadi saham dalam produksi dengan skema: (1) Musyarakah, yaitu bila pemilik modal menyerahkan uangnya kepada orang yang akan mengelolanya dalam kegiatan produksi dan mendapatkan prosentase dari hasil produksi;dan (2) Qordhul hasan, yaitu bila pemilik modal meminjamkan uangnya kepada orang yang menggunakannya dalam kegiatan produksi tanpa pengembalian yang dilebihkan. Bidang-Bidang Produksi Ekonomi Islam mengakui produktifitas seluruh kegiatan perekonomian yang legal baik produk barang maupun jasa. Bidang tersebut adalah :.

11

1) bidang pertanian Mencakup aktivitas perekonomian yang bertujuan menambah dan mendapatkan kekayaan dengan cara produksi nabati dan hewani. Mengaktifkan dan mengembangkan lahan pertanian, industri tanaman, petemakan dan perikanan. Upaya yang dilakukan Umar adalah dengan membagikan lahan kepada masyarakat, menyediakan lapangan pekerjaan untuk mendukung sektor pertanian seperti pengerukan sungai, pembuatan irigasi, pembangunan jembatan, serta menghidupkan lahan mati. 2) bidang jasa pelayanan Yang digalakkan oleh Umar adalah perdagangan dengan pengajaran mengenai cara berdagang yang baik, pemasaran, promosi dan iklan. Umar memberikan motivasi pedagang untuk meneruskan kegiatan ekonomi yang mendatangkan keuntungan. "Barangsiapa yang diberikan rezeki dalam suatu pekerjaan, hendaklah dia menekuninya. 3) bidang industri Masyarakat saat Umar memerintah ada yang sudah menjadi ahli tukang besi, ahli ukir dan tukang kayu. Juga membuat gilingan tepung yang digerakkan dengan tenaga udara.

Konsumsi Urgensi dan Tujuan Konsumsi Urgensi konsumsi menurut Umar adalah : 1) memenuhi tingkat konsumsi yang layak bagi setiap individu dan keluarga agar dapat memerangi masalah kemiskinan dan memenuhi kebutuhan dasar. 2) Seorang muslim bertanggung jawab dalam memenuhi tingkat konsumsi yang layak bagi keluarganya. 3) Menegakan hukum dengan adil. 4) Tidak memperkenankan konsumsi yang berlebihan Umar mengadakan pengawasan langsung kepada masyarakat agar tidak terjadi penyelengan dalam konsumsi. Konsumsi bertujuan untuk merealisasikan kehendak Allah SWT dalam penciptaan manusia yaitu pengabdian sepenuhnya

12

kepadaNya scsuai dengan firman-Nya : " Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku". (Adz dzariat : Sfi). Anjuran Umar tentang konsumsi mendorong kepada kebaikan, menjauhkan pemborosan dan lebih menguatkan dalam beribadah kepada Allah SWT. Konsumsi menurut Umar sebagai sarana penolong dalam beribadah kepada Allah SWT. Sesungguhnya mengkonsumsi sesuatu dengan niat untuk menambah stamina dalam ketaatan pengabdian kepada Allah adalah yang menjadikan aktivitas konsumsi dinilai sebagai ibadah dan berpahala. Perilaku konsumsi ini merniliki dampak positif dalam kehidupan bermasyarakat seperti tidak melampaui batas, mencegah ketamakan, tidak boros dan kikir, menjadikannya ingat kepada Allah dengan mensyukuri nikmat-nikmatNya, tidak melakukan pekerjaan - pekerjaan yang haram dan tidak mengkonsumsi sesuatu yang diharamkan oleh Islam, akan mementingkan orang lain dan terpelihara dari sikap egois, memberikan infak kepada kerabat dekat fakir miskin, orang-orang yang membutuhkan, dan lain lain.

Kaidah - Kaidah Kaidah-kaidah dalam konsumsi bertujuan untuk mengatur konsumsi agar mencapai kemanfaatan konsumsi seoptimal mungkin dan mencegah penyelewengan dari jalan kebenaran dan dampak mudharatnya baik bagi konsumen, diri sendiri maupun orang lain. Kaidah ini saling melengkapi dan terkait satu sama lain untuk menggambarkan kepada seorang konsumen bagaimana cara yang baik dan benar dalam kegiatan kunsumsi. Kaidah konsumsi ini terdiri dari: akidah, ilmiah dan amaliah. 1) akidah Secara akidah, bahwa konsumsi sebagai sarana yang dipergunakan untuk beribadah kepada Allah SWT, 2) ilmiah Seorang konsumen harus mengetahui hukum-hukum syariah yang berkaitan dengan apa yang akan dikonsumsinya.

13

3) amaliah dalam konsumsi harus memperhatikan jenis, bentuk dan legalitas kepemilikan barang atau jasa yang akan dikonsumsi. Umar menganjurkan akhlak dalam berkonsumsi yaitu kesederhanaan, kesesuaian antara konsumsi dan pendapatan, menyisihkan sebagian pendapatan untuk ditabung dan investasi, memperhatikan prioritas konsumsi (primer, sekunder dan tersier) juga dalam hal hubungan kekerabatan. Nabi memberikan pengarahan agar akhlak ini mulai dari diri sendiri. Umar menganjurkan masyarakat untuk tidak mengikuti pola konsumtif yang buruk seperti perilaku hedonis dan konsumtif. Anjuran dan pengajaran ini diberlakukan mulai dari anak-anak hingga para gubernumya. Sebagai kepala negara Umar mengatakan bahwa negara menentukan jumlah konsumsi yang cukup setiap bulan bagi semua masyarakat. Selain itu Umar memberlakukan punishment bagi rakyat dan pejabatnya yang melanggar kaidah-kaidah konsumsi berupa hukuman moral dan hukuman badan. Distribusi Makna dan tujuan Makna distribusi dalam ekonomi Islam mencakup pengaturan kepemilikan unsur-unsur produksi untuk pribadi , masyarakat dan negara serta pengaturan sumber-sumber kekayaan. Beberapa tujuan distribusi adalah digunakan untuk tujuan dakwah, pendidikan, sosial dan ekonomi. Distribusi dalam ekonomi Islam memiliki tujuan seperti berikut ini : (1) pengembangan harta dan pembersihan Menurut Umar keberadaan kepemilikan dana yang dimiliki oleh individu terdapat hak untuk orang lain solidaritas sosial dari infak yang akan mendorong investasi sehingga harta tersebut tidak akan habis karena zakat. (2) memberdayakan sumber daya manusia Sistem distribusi dalam Islam dapat menghilangkan faktor-faktor yang menghambat seseorang dalam berekonomi seperti utang dan pengangguran. (3) turut andil dalam merealisasikan kesejahteraan ekonomi Tingkat kesejahteraan ekonomi akan berkaitan dengan tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi terkait dengan cara pendistribusian di antara individu masyarakat.

14

(4) Optimasi penggunaan terhadap sumber ekonomi langkah ini dapat ditempuh dengan cara memberikan harta orang kaya untuk kemaslahatan orang-orang yang miskin, membagikan sumber produksi umum kepada orang yang mampu mengeksplorasinya dengan tujuan agar sumber tersebut tidak terlantar dan memotivasi individu untuk melakukan kegiatan distribusi sesuai asas kemaslahatan dalam syariah.

Politik Distribusi Politik distribusi dalam ekonomi Islam mencakup manajemen kepemilikan, pendistribusian pemasukan dan pengembalian distribusi pemasukan. (1) manajemen kepemilikan Manajemen kepemilikan mencakup 2 hal. pertama, berkaitan dengan sistem penentuan jumlah yang mungkin dimiliki dari sumber-sumber bumi. Kedua. berkaitan dengan penentuan kaidah-kaidah dalam menggunakan kepemilikan pribadi. Umar Tidak memperbolehkan kepemilikan lahan yang luas dari tanah mati agar tidak terjadi kerancuan dalam manajemen distribusi, membagi luas kapling tanah dengan jumlah manusia dan kebutuhan mereka. Sehingga tujuan distribusi dalam memanfaatkan sumberdaya alam sebagai berikut : i) memenuhi unsur keadilan dalam memanfaatkan tanah mati yaitu dengan cara mendahulukan orang-orang yang membutuhkan agar terjadi keseimbangan dalam pembagian pemasukan dan kekayaan dalam masyarakat; dan ii) penguasaan sumber daya air oleh negara. Air menjadi milik bersama, jangan ada privatisasi. Karena Nabi bersabda : " orang-orang muslim itu bersekutu dalam tiga hal yaitu air, rumput dan api (2) distribusi Pembagian berdasarkan tugas dan tanggungjawab dalam pendistribusian pemasukan antara unsur-unsur produksi dengan adil dimulai dengan

15

pengaturan kegiatan ekonomi, menegakan hubungan antara unsur-unsur produksi dengan adil yaitu bekerja, modal dan tanah. 1) distribusi hasil kerja (gaji), Ancaman keras bagi orang yang melanggar hak-hak orang lain dan tidak menepati upah. Hal mi didukung hadist "berikanlah upah pekerja sebelum dia kering keringatnya. " sesungguhnya Nabi SAW melarang mempekerjakan seseorang sehingga menjelaskan tentang upahnya. memberikan upah sesuai dengan tingkat keahlian individu serta tugas dan tanggungjawabnya. Apakah sebagai pegawai pemerintah, manajer dan swasta. Apabila distribusi didasarkan kepada kekuatan penawaran dan permintaan, nilai-nilai yang harus diperhatikan adalah : 1) Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia seperti jujur, amanah, menepati janji, pemurah dan persaudaraan; 2) Menghindari akhlak yang buruk seperti bohong, khianat, makar, egois, pengurangan takaran atau timbangan dan curang; dan 3) Menjauhi muamalah yang dilarang seperti riba, menimbun dan spekulasi. 2) distribusi modal Pertama, Modal uang harus didistribusikan dengan adil dan proporsional yang berserikat dalam bentuk mudharabah yaitu antara pemodal (shahibul maal) dan pekerjanya (mudharib). Penentuan bagian masing-masing pihak tunduk kepada proses tawar-menawar di antara kedua belah pihak yang dipengaruhi oleh faktor-faktor penawaran dan permintaan bagian masing-masing pekerja dan pemodal. Kedua modal barang. Pemilik modal barang dapat mengeksplorasinya dalam produksi dengan salah satu cara berikut: a) mengeksplorasi sendiri; b) Ijarah, yaitu dengan cara menyewakan kepada orang lain dengan imbalan jumlah tertentu yang disepakati oleh kedua

16

belah pihak; c) Musyarakah, yaitu dengan bersekutunya pemilik modal dengan pihak lain dalam kegiatan produksi dengan persentasi keuntungan yang didapatkan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. 3) distribusi hasil bumi Distribusi hasil bumi dapat dilakukan dengan skema berikut : a) Muzara'ah, yaitu dengan cara memberikan tanah kepada orang yang akan menanaminya dengan pembagian hasil yang proporsional; b) Ijarah, yakni memberikan tanah kepada orang yang menanaminya dengan sejumlah imbalan yang telah ditentukan (3) sistem pembagian definisi pemberian adalah harta tertentu yang diberikan oleh pemimpin kepada orang-orang yang berhak menerimanya dalam waktu tertentu. Adapun yang rnenjadi sumber pemberian bagi masyarakat pada zaman Umar adalah zakat (At-Taubah : 60), ghanimah (Al-Anfal : 41) dan fai (Al-Hasyr : 7-10). Zakat adalah harta yang telah mencapai batas minimal yang wajib dikeluarkan selarna satu tahun. Ghanimah adalah harta yang didapatkan dari peperangan. Sedangkan fai adalah harta yang didapatkan tanpa peperangan. Golongan yang mendapat pembagian zakat adalah 8 kelornpok yang disebutkan dalam Al Quran (At-Taubah : 60), sedangkan ghanimah pembagiannya dalam surat AlAnfal : 41 . (4) jaminan sosial Kemiskinan merupakan problematika terbesar dalam kehidupan karena dampaknya terhadap banyak keburukan. Sebab kemiskinan membahayakan terhadap akidah, akhlak dan ketentraman masyarakat. Juga dapat menimbulkan bencana kehidupan seperti kelaparan, puncak kebodohan, lemahnya kemampuan mengeksplorasi sumber-sumber materi dan insani, menurunnya tingkat sarana produksi, menurunnya pemasukan, perawatan kesehatan dan pendidikan, kesalehan sosial. Cara yang diajukan Islam dalam menanggulangi kemiskinan adalah himbauan bekerja, sederhana dalam

17

pembelanjaan dan pembentukan sisi jaminan social. Kebijakan politik Umar dalam distribusi difokuskan pada penanggulangan kemiskinan dan meringankan dampaknya serta memenuhi kebutuhan dasar individu.

7. Penutup 1. Kajian ini merupakan studi awal dengan pendekatan analisis mengenai kehidupan ekonomi era Umar bin Khattab, r.a sebagai keberlanjutan risalah Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar Ash Shiddiq yang berdasarkan kepada aqidah dan akhlak. Kajian ekonomi era Umar ini menganalisis beberapa kaidah-kaidah baku dan proses-proses penerapan yang menjadi karakteristik ekonomi Islam; kaidah-kaidah baku yang harus dijalankan dan dilindungi; sedangkan proses-proses penerapannya merupakan masalah ijtihadiyah. Dengan kata lain, bahwa tujuan-tujuan ekonomi memiliki karakteristik dalam kebakuannya, sedangkan pengembangan cara-cara merealisasikannya dapat dilakukan dengan ijtihad sesuai dengan kondisi tempat dan zaman. 2. Pemahaman awal mengenai struktur ekonomi Islam yang terjadi pada masa Umar akan sangat terkait erat dengan pengetahuan, pemahaman dan konsistensi implementasi kaidah pada setiap bentuk perilaku ekonomi baik produksi, konsumsi dan distribusi. Berjalannya roda perekonornian saat itu dilakukan dengan perbaikan yang terus rnenerus melalui pendidikan, pengawasan dan keteladanan. Secara intensif Umar memberikan pelajaran, penerangan dan memberikan sangsi yang tegas dan adil kepada pelakupelaku ekonomi untuk berpegang teguh dengan kaidah akidah, ilmu dan amal. 3. Pemahaman terhadap kaidah ekonomi Islam menjadi sangat penting untuk mengembangkan dan mengevaluasi bentuk-bentuk perilaku ekonomi di Indonesia agar dalam implementasinya dapat berpijak secara utuh dan kokoh.

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Al Quran dan terjemahannya. Departemen Agama RI, 1989. Penerbit CV Toha Putra Semarang. 2. Antonio, Muhammad Syafi'i (2001). Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik.Jakarta: Gema Insani Press. 3. Baltaji, M. 1997. Metodolagi Ijtihad Umar bin Khattab. Jakarta, Pcnerbit Khalifa. 4. Chapra, M.Umer.2000. Islam dan Pembangunan Ekonomi. Cetakan pertama, Jakarta Gema Insani. 5. Chapra, M.Umer.2000 Islam Dan Tantangan Ekonomi. Cetakan pertama, Jakarta, Gema Insani,. 6. ------,2000. Sistem Moneter Islam. Cetakan pertama, Jakarta Gema Insani Press 7. -----, 2001. Masa Depan Ilmu Ekonomi. Sebuah Tinjauan Islam. Cetakan pertama, Jakarta, Tazkia Cendekia. 8. Forrester, Jay W. Principles of Systems. Cambridge. Mass : Wrighl-Allen Press,Inc.1968 9. Jaribah,, Fikih Ekonomi Umar bin Khattab, 2003 Jakarta, Penerbit Khalifa 10. Karim, Adiwarman A (2003). Bank Islam:; Analisa Fiqih dan Keuangan, Jakarta, International Institute of Islamic Thought (IIIT) Indonesia. 11. Karim, Adiwarman A. 2001. Ekonomi Islam Suaiu Kajian Kontemporer, Jakarta, Gema Insani Press. 12. Karim, Adiwarman A, 2004. Sejarah Pemikiran Ekonomi Is!am. Jakarta, Penerbit Raja Grafindo Pcrsada

19

13. Karim, Adiwarman A, 2007. Ekonomi Mikro Is!ami. Jakarta, Penerbit Raja Grafindo Pcrsada 14. Mannan M. Abdul, (1993), Teori dan Praktek Ekonomi Islam PT- Dana Bakti Wakaf, Yogyakarta. 15. Qardhawi, Yusuf 1995. Peran Nilai Dalam Pereknnomian Islam. Cetakan pertama, Jakarta, Robbani Press. 16. Rahman, Afzalur 1995. Doktrin Ekonomi Islam. Jilid I, Yogjakarta, Dana Bhakti Wakaf. 17. Saeed, Khalid 1990. Towards Sustainable Development . Essays on System Analysis of National Policy. Lahore 546000 Pakistan, Progressive Publishers

20

You might also like