You are on page 1of 5

1

LOW BACK PAIN DAN ISCHIALGIA DENGAN RIWAYAT AKTIFITAS BERAT


Dibuat oleh: Inda Fathiya,Modifikasi terakhir pada Sat 22 of Jan, 2011 [03:47 UTC]

LOW BACK PAIN DAN ISCHIALGIA DENGAN RIWAYAT AKTIFITAS BERAT


Abstrak

Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah diagnosis tapi hanya gejala akibat dari penyebab yang sangat beragam. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence rata-rata 30%. Diagnosis harus didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik yang cermat, serta pemeriksaan penunjang apabila diperlukan. Telah dilakukan pemeriksan terhadap pasien laki-laki berumur 46 tahun dengan keluhan sakit pinggang bagian kanan sampai dengan kaki terutama bagian paha. Bahu kanan terasa sakit sampai dengan lengan kanan bagian atas. Punggung jika membungkuk terasa sakit. Pasien mendapat terapi di poliklinik saraf berupa terapi medikamentosa dengan analgesik dan terapi tambahan berupa senam LBP.

Kata kunci : Low Back Pain, Therapy, Low Back Pain Excercise

Kasus Seorang perempuan berumur 46 tahun datang ke poliklinik saraf RS Jogja dengan keluhan utama sakit pinggang bagian kanan yang menjalar sampai dengan kaki terutama bagian kaki kanan. Nyeri timbul setelah pasien mengangkat beban berat (ember berisi air). Nyeri dirasakan hilang timbul (kumat-kumatan) terasa seperti ditusuk2 dan pegal pada bagian pinggang serta kesemutan pada bagian tungkai dan kaki kanan. Nyri dirasakan memberat jika pasien berjalan dan

mengangkat beban berat dan berkurang jika pasien berbaring. Riwayat pengobatan di dokter umum, tetapi keluhan tidak membaik. Pada pemeriksaan didapatkan keadaan pasien baik, kesadaran komposmentis. GCS E4 V5 M6. Tanda vital tekanan darah 130/70 mmHg, suhu 36,8oC, nadi 76 x/menit, pernafasan 20x/menit. Pemeriksaan reflek cahaya +/+, pupil diameter 2 mm isokor, reflek kornea +/-. Pemeriksan laseque (+) 450, patrick, kontra patrick, dan Lhermite semua positif. Tidak didapatkan kaku kuduk dan tanda meningeal lain (brudzinski 1 dan 2, kernig). Pada pemeriksaan nervus cranialis semua normal. Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini. Diagnosis Low Back Pain dengan ischialgia dextra Diskusi Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor. LBP dapat disebabkan oleh trauma, infeksi, neoplasma, degenerasi, kongenital. LBP berdasarkan asal nyerinya dapat dibedakan menjadi: Diskogenik Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus yang merusak sarafsaraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali pada daerah torakal. Nukleus terdiri dari megamolekul proteoglikan yang dapat menyerap air sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai dekade ke tiga, gel dari nukleus pulposus hanya mengandung 90% air, dan akan menyusut terus sampai dekade ke empat menjadi kira-kira 65%. Nutrisi dari anulus fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada trauma yang berulang menyebabkan robekan serat-serat anulus baik secara melingkar maupun radial. Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yang menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari anulus lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf.3 Non-diskogenik Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada serabut sensorik saraf perifer, yang membentuk n. iskiadikus dan bisa disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi n. iskiadikus dalam perjalanannya dari pleksus lumbosakralis,

daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n. iskiadikus (neuritis n. iskiadikus).4 Penderita didiagnosis sebagai HNP Lumbal 4-5 dengan manifestasi iskialgia bilateral didasarkan atas anamnesis: adanya nyeri pada punggung bawah yang timbul tak tergantung dengan waktu siang atau malam, memberat terutama bila berjalan, batuk ataupun mengejan. Disertai nyeri radikuler sepanjang nervus iskiadikus sinistra sejak 2 bulan sebelum MRS dan bertambah pada sisi kanan juga, telah disertai dengan defisit neurologis berupa adanya tanda rangsangan meningeal (laseque, kernig), monoparesis tungkai bawah kiri tipe lower motor neuron, dan gangguan sensorik saddle hipestesi, hipestesi pada dermatom L5-S1 kiri. Dari pemeriksaan xfoto lumbosakral terdapat penyempitan ruang intervertebralis L4-5, MRI didapatkan penonjolan diskus intervertebralis L4-5 dengan penekanan radiks kanan-kiri. Dengan EMG didapatkan iritasi radiks L3-4 kiri dan kompresi radiks L5-S1-S2 kiri. Pertambahan nyeri radikuler pada tungkai kanan setelah dilakukan MRI kemungkinan akibat posisi dorsifleksi (supinasi) pada lumbal dalam waktu relatif cukup lama dimana dengan posisi ini membuat foramen intervertebral menyempit dan menjepit radiks. Pada pasien ini ditemukan gejala yang menetap lebih dari satu tahun dan diawali oleh kejadian mengakat barang yang berat dan salah posisi tumpu. Dari hal tersebut kemungkinan terjadi herniasi nukleus pulposus atau terjadi sprain otot. Pada pemeriksaan menggunakan tes laseque, patrick, kontra patrick hasil menunjukkan negatif namun saat punggung dibungkukkan pasien merasa kesakitan sehingga diagnosis pasti belum dapat dipastikan, dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen spinal dan atau MRI supaya dapat diketahui kelainan anatominya. Namun pasien merasa keberatan atas dasar pertimbangan biaya. Sehinga terapi didasrkan pada diagnosa kerja Low Back pain dan Myalgia. Pada pasien ini diberikan terapi Na-Diklofenak 50 mg 2 kali sehari sesuai dengan pedoman tata laksana LBP. Pemberian obat ini disertai obat anti gastritis karena efeknya yang mengiritasi dinding lambung, obat yang diberikan adalah Loperamid 30 mg 2 kali sehari. Terapi nonfarmakologi dilakukan dengan fisioterapi dan senam Low Back Pain yang dilakukan setiap hari selama satu bulan Kesimpulan Tanda dan gejala yang didapatkan pada pasien kali ini sesuai dengan diagnosis Low Back Pain disertai ischialgia. Onsetnya kronis serta dapat dibedakan dengan penyebab lain karena riwayat penyakit dahulu yang jelas mengenai aktifitas angkat berat dan salah posisi tumpu. Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat. Terapi yang diberikan pada keadaan kronis meliputi pemberian Anelgesik opiat maupun non opiat dengan terapi non farmakologis berupa fisioterapi dan senam LBP.

DEFINISI MUSCULOSKELETAL DISORDER (MSDs)

Posted on December 23, 2010 by deNy'united Tahun 1984, OSHA (Occupational Safety and Health Administration) Amerika Serikat menyatakan bahwa, prinsip-prinsip ergonomi sangat penting untuk mencegah terjadinya Cummulative Trauma Disoders (CTDs). Nama lain CTDs adalah overuse syndrome, Musculo Skeletal Disorders (MSDs) atau Repetitive Strain Injuries (RSIs), Work-related Upper Extremity Disorders (UEDs). CTDs bukanlah diagnosis klinis melainkan rasa nyeri karena kumpulan cedera pada sistim muskuloskeletal extre-mitas atas akibat gerakan kerja biomekanika berulangulang melampaui kapasitas. Pemerintah AS mendefinisikan CTDs sebagai rasa nyeri pada sistim muskulo skeletal extremitas atas yang diyakini berhubungan dengan kegiatan kerja. Cedera dapat mengenai otot, tendon, ligamen, saraf, pembuluh darah di leher, bahu, lengan, siku, pergelangan dan jari tangan. Cedera berupa radang dan rasa nyeri, sehingga mengurangi kemampuan gerak disertai kelainan khas bagian extremitas atas tersebut. NIOSH (The National Institute for Occupational Safety and Health) di tahun 1990, memperkirakan 15% 20% pekerja Amerika berisiko menderita CTDs. The National Safety Council (NSC) melaporkan, kurang lebih 960.000 kasus CTDs di kalangan pekerja Amerika tahun 1992. Di tahun 2000 pemerintah AS memperkirakan akan terjadi cedera akibat kerja pada 50% pekerja setiap tahun dengan menghabiskan 50 sen dolar setiap GNPnya untuk perawatan cedera tersebut. Catatan Bureau of Labor Statistics (BLS) 1992, menunjukkan bahkan dari seluruh kasus CTDs yang dilaporkan, separuhnya di diagnosis sebagai Sindrom Carpal Tunnel (SCT). OSHA Office of Ergonomic Support menghitung jumlah uang kompensasi yang dibayar perusahaan kepada pekerja. Muskuloskeletal disorder adalah gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkan keluhan pada sendi, ligamen dan tendon.

Apa itu Parestesia?


Paresthesia refers to a burning or prickling sensation that is usually felt in the hands, arms, legs, or feet, but can also occur in other parts of the body. Parestesia mengacu pada sensasi terbakar atau tusukan yang biasanya dirasakan di tangan, lengan, kaki, atau kaki, tetapi juga dapat terjadi di bagian lain dari tubuh. The sensation, which happens without warning, is usually painless and described as tingling or numbness, skin crawling, or itching. Sensasi, yang terjadi tanpa peringatan, biasanya tidak menimbulkan nyeri dan digambarkan sebagai kesemutan atau mati rasa, merangkak kulit, atau gatal. Most people have experienced temporary paresthesia -- a feeling of "pins and needles" -- at some time in their lives when they have sat with legs crossed for too long, or fallen asleep with an arm crooked under their head. Kebanyakan orang mengalami paresthesia sementara - perasaan "pin dan jarum" - pada suatu saat dalam kehidupan mereka ketika mereka telah duduk dengan kaki disilangkan terlalu lama, atau jatuh tertidur dengan lengan bengkok di bawah kepala mereka. It happens when sustained pressure is placed on a nerve. Ini terjadi ketika tekanan berkelanjutan ditempatkan pada saraf. The feeling quickly goes away once the pressure is relieved. Perasaan itu cepat hilang begitu tekanan lega.

Chronic paresthesia is often a symptom of an underlying neurological disease or traumatic nerve damage. Paresthesia kronis sering merupakan gejala dari penyakit neurologis yang mendasarinya atau trauma kerusakan saraf. Paresthesia can be caused by disorders affecting the central nervous system, such as stroke and transient ischemic attacks (mini-strokes), multiple sclerosis, transverse myelitis, and encephalitis. Parestesia dapat disebabkan oleh gangguan yang mempengaruhi sistem saraf pusat, seperti serangan iskemik transien stroke dan (mini-stroke), multiple sclerosis, myelitis melintang, dan ensefalitis. A tumor or vascular lesion pressed up against the brain or spinal cord can also cause paresthesia. Sebuah lesi tumor atau pembuluh darah menempel di otak atau sumsum tulang belakang juga dapat menyebabkan paresthesia. Nerve entrapment syndromes, such as carpal tunnel syndrome, can damage peripheral nerves and cause paresthesia accompanied by pain. Sindrom saraf jebakan, seperti carpal tunnel syndrome, dapat merusak saraf perifer dan menyebabkan paresthesia disertai nyeri. Diagnostic evaluation is based on determining the underlying condition causing the paresthetic sensations. Evaluasi diagnostik didasarkan pada penentuan kondisi yang mendasarinya menyebabkan sensasi paresthetic. An individual's medical history, physical examination, and laboratory tests are essential for the diagnosis. Riwayat medis individu, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium sangat penting untuk diagnosis. Physicians may order additional tests depending on the suspected cause of the paresthesia. Dokter mungkin memerintahkan tes-tes tambahan tergantung pada penyebab yang dicurigai dari paresthesia.

You might also like