You are on page 1of 5

Surat Gugatan

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai surat gugatan, ada baiknya kita juga megetahui siapa saja yang berhak mengajukan surat gugatan. Pihak yang berhak mengajukan gugatan perdata adalah pihak yang merasa dirugikan. Pihak ini dinamakan penggugat. Penggugat dapat terdiri dari satu orang/ beberapa orang. Apabila gugatan diajukan oleh beberapa orang, maka ini dinamakan sebagai gugatan kelompok / class action/ gugatan perwakilan. Sedangkan pihak yang diduga telah merugikan pihak penggugat dinamakan tergugat. Jumlah tergugat boleh satu, atau bahkan lebih. dan pihak ini dinamakan sebagai tergugat I, jika hanya ada satu namn jika ada sampai 4 maka dinamakan sebagai tergugat IV. Sebelum menyusun surat gugatan, sebaiknya dilakukan observasi atau audit hukum berkenaan dengan kasus tersebut, hal ini juga mencangkup penelitian terhadap dokumen-dokumen yang dapat dimasukan dalam gugatan nantinya. Biasanya dalam pembuatan surat gugatan, kronologis dari kasus tersebut dibuat langsung oleh penggugat, karena pada dasarnya si penggugatlah yang benar-benar mengetahui permasalahan tersebut. Berikut contoh kasus kronologis perkara atau biasa disebut sebagai kasus posisi perkara. Pada 2 Januari 2002, A memberikan pinjaman kepada B sebanyak 200 juta rupiah untuk menambah modal usahanya. Perjanjian pinjam-meminjam dilakukan di hadapan Notaris C, SH dan pinjaman akan dikembalikan dalam jangka waktu tiga tahun, tepatnya 2 Januari 2005. Ternyata, pada waktu pengembalian yang ditentukan, B tidak mengembalikan pinjamannya tersebut kepada A dengan alasan usahanya bangkrut. Usaha untuk menangih utang tersebut dilakukan oleh A, tetapi selalu tidak mendapatkan hasil. Akhirnya, pada 6 April 2005 A melalui kuasa hukumnya D mengajukan gugatan terhadap B di Pengadilan Negeri Kelas I Jakarta. Setelah penggugat membuat kronlogis kasus, maka kuasa hukum akan merumuskan petitum/ menentukan apa yang harus dituntut dalam gugatan. Penentuan petitum didapatkan berdasarkan diskusi yang

dilakukan oleh kuasa hukum dengan penggugat dan mempertimbangkan barang bukti yang menguatkan petitum tersebut. Namun, jika penggugat membuat surat gugatan tanpa didampingi oleh kuasa hukum, maka si penggugat berhak menentukan petitumnya itu sendiri. Suatu gugatan memiliki anatomi, yaitu: 1. Kepala gugatan, meliputi: a. tanggal gugatan b. ditujukan kepada pengadukan mana gugata tersebut, dalam hal ini si penggugat harus mengacu kepada kompetensi absolut (lembaga mana yang berwenang menangani perkara) dan kompetensi relatif ( pengadilan mana yang berwenang menangani perkara). c. Keterangan para pihak/ komparisi d. Dasar diajukan gugatan. 2. Isi gugatan, meliputi: a. latar belakang mengajukan gugatan/ posita, yang disusun secara sistematik b. Tuntutan pengugat / petitum, dalam membuat petitum harus ada hubungannya dengan posita karena jika tidak maka gugatan terancam ditolak dengan alasan petitum yang kabur atau tidak jelas. 3. Penutup gugatan, biasanya berisi tanda tangan penggugat atau kuasa hukum pengugat. Surat gugatan yang diajukan oleh pengugat sendiri atau melalui kuasa hukum, bedanya hanya pada kepada gugatan dan tanda tangan gugatan. Contoh surat gugatan yang dibuat oleh pengugat sendiri. Jakarta, 7 April 2005 Kepada: Yang Terhormat Bapak Ketua Pengadilan Negeri Kelas I Jakarta di Jakarta Dengan hormat, Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

A, SE, pekerja swasta, beralamat di Jl. panjang no 100 Jakarta, hendak menandatangani dan mengajukan surat gugatan ini, selanjutnya akan disebut pengugat. Dengan ini pengugat hendak mengajukan gugatan terhadap: B, SE, yang beralamat di Jl. Hening no 1 Jakarta, selanjutnya disebut tergugat. Kronologis masalah. Isi: Posita....... Petitum...... Primair....... Gugatan diajukan oleh pengugat sendiri. Penutup: Pengugat A, SE Contoh surat gugatan yang diajukan oleh kuasa hukum pengugat: Jakarta, 10 April 2005 Kepada: Bapak Ketua Pengadilan Negeri Kelas I Jakarta Di Jakarta Dengan hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: D, SH.MH, beralamat kantor di Jalan Cemara Jakarta, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 4 April 2005, terlampir, bertindak untuk dan atas nama A, S.E, bertempat tinggal di jalan panjang 100 Jakarta. Dalam hal ini tekah memilih kediaman hukum (domisili) di kantor kuasanya tersebut diatas, hendak menandatangani dan mengajukan surat gugatan ini, selanjutnya akan disebut pengugat. Dengan ini hendak mengajukan gugatan terhadap B, S.E, bertempat tinggal di Jalan Hening Jakarta, slenajutnya akan disebut tergugat. Adapun mengenai duduk persoalannya adalah sebagai berikut: 1. Bahwa, pada tanggal 2 Januari 2002, tergugat telah meminjam uang kepada pengugat sebanyak Rp. 200.0000.000 dengan jangka waktu pengembalian tiga tahun.

2. Bahwa, pinjam-meminjam antara pengugat dan tergugat dibuat perjanjian dihadapan notaris C, S.H. 3. Bahwan, pada tanggal jatuh tempo, pengugat tidak membayar hutannya tersebut dengan alasan usaha tergugat mengalami kebangkrutan. 4. Bahwa, atas kelalaian tergugat tersebut, oleh pengugat telah dilakukan teguran-teguran secara lisan maupun secara tertulis, namun tetap tidak mengindahkannya; 5. Bahwa, atas perbuatan tergugat tersebut yang telah cedera janji tersebut, sudah jelas sekali sangat merugikan bagi pengugat; 6. Bahwa, untuk kerugian mana, wajar pengugat meminta ganti kerugian kepada tergugat sebesar 3 % (tiga persen) untuk setiap bulan, yang dihitung mulai 2 Januari 2002 sampai tergugat melunasi pinjamannya; dan 7. Bahwa pengugat mempunyai sangka yang beralasan terhadap iktikad buruk tergugat untuk mengalihkan, memindahkan atau mengasingkan harta kekayaannya, baik yang berupa barang-barang bergerak maupun yang tidak bergerak, antara lain berupa sebidang tanah berikut bagian rumah yang terletak di Jalan Hening nomor 1 Jakarta. Mohon terlebih dahulu agar pengadilan Negeri kelas I Jakarta berkenan meletakan sita jaminan (conservatoir beslag) terhadap barang-barang milik tergugat tersebut. Maka berdasarkan segala apa yang terurai tersebut pengugat mohon dengan hormat, sudilah kiranya Pengadilan Negeri Kelas I Jakarta berkenan memutuskan, Primair: 1. Menyatakan sah dan berharaga sita jaminan tersebut; 2. Menghukum tergugat untuk membayar hutangnya sebanyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) kepada pengugat dengan seketika dan sekaligus; 3. Menghukum tergugat untuk membayar ganti rugi kepada pengugat sebesar 3 % (tiga persen) untuk setiap bualnnya, yang dihitung mulai sejak jatuh tempo pinjaman kepada pengugat; 4. Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara ini; 5. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan lebihd ahulu (uitvoerbaar bij voorraad) meskipun timbul verzet atau banding. Apabila pengadilan negeri berpendapat lain: Subsidair : Dalam pengadilan yang baik, mohon keadilan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). Hormat Kuasa Pengugat D, S.H

Perlu diingat bahwa dalam mengajukan gugatan perdatam kelengkapan merupakan kunci utama. Kelengkapan dapat berupa: Bukti-bukti yang mendukung gugatan perdata tersebut. Berikut buktibukti yang dianggap sah: 1. Surat a. Akta b. Sukan Akta, berdasarkan pasal 1881 jo 1883 KUH Perdata alat bukti bukan akta adalah: nuku daftarm surat-surat rumah tangga, catatan yang dibutuhkan oleh kreditor, catatan mengenai tanah alam letter C, kikitir / identitas tanah. 2. Saksi; orang yang melihat, mendengar atau merasakan perkara perdata. 3. Persangkaa; persangkaan hakim dan persangkaan menuurt UU. 4. Pengakuan; ungkapan tergugat dan pengugat 5. Sumpah; sumpah sebagai pelengkap alat bukti (sumpah pelengkap) dan sumpah sebagai pemutus karena tidak disertai dengan alat bukti.

You might also like