You are on page 1of 170

REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN K P L BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL EA A NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA E A S K P L BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, EA A Menimbang
: a.

b.

c.

]
Mengingat
:1

bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 2 dan Pasal 44 Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal; bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, bahwa dalarn rangka melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (1) Perahxrsn Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang P e n a m M d l oa, bahwa be-kan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalarn huruf a, huruf b, clan huruf c perlu d i t e t a p h Perahwan Kepala Badan Krnrclinasi' penmaman Modal tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman ModaI;

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, 1 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4893); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tarnbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3 6 12), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 466 1); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4 2 79) ;
4.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tenfang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nornor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44 37) sebagairnana .

..

5 .

6.

7.

8.

9 .

10.

1. 2

13.

.
14.

1. 5 16.

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756); Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866); Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahm 1997 tentang Kernitraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 371 ) 8; Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59,. Tarnbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penywunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, TarnL e Negara Republik Indonesia Nomor 4585); Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fwilitas Pajak Pen,ghasilan untuk Penanaman modal di Bida,ng-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu (e LNegara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor I, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4675), sebagaimam telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia T&un 2007 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4892); Peraturan Pemerintaiz Nornor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4 737); Perahran Pemerintah Nomor 45 T a b 2008 tentang Pedofnan Pernberian Insentif dan Pernberian Kemudahan Penanaman modal di Daerah (Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 68,Tarnbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4861; ) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47,~ambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987); Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang; Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 2000 tentang Kantos Perwakilan Perusahaan Asing; 17.Peraturan ...

17. Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal; 18. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007; 19. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal; 20. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal; 2 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.011/2009 tentang Pembebasan Bea Masuk atas Impor Mesin serta Barang dan Bahan untuk Pembangunan atau, Pengembangan Industri Dalam Rangka Penanaman Modal; 22. Peraturan Kepala Badan Koodmsi Penanaman Modal Nomor 11 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan dan Pelaporan Pelayanan Terpadu Sahr Pintu di Bidang Penanaman modal;

Menefapkan :.PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN PENANAMAN

MODAL.

BAB I Iumml'uANUMUM

Dalam Peraturan ini yang dimalcsud dengan : I. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam mocial, baik oleh penanam modal &lam negeri maupun penanam modal asing, untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. oa 2. Penanaman m d l asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalarn negeri. 3 Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal . untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang diikukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. 4. Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing.

5. Pelayanan

...

Pelayanan Terpadu Satu Pintu, yang selanjutnya dishgkat PTSP, adalah kegiatan penyelenggaraan suatu Perizinan dan Nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang merniliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya dirnulai dari tahap perrnohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat. Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan Penanaman modal yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah yang merniliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Nonperizinan adalah segala bentuk kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal, sesuai dengan ketentuan peratwan perundang-undangan. Perusahaan penanaman modal adalah badan usaha yang melakukan penanarnan modal baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum ' Perluasan penanaman modal adalah penambahan kapasitas produksi melebihi irapasitas produksi y q telah diizinkan. Perrnohonan Pendaftaran Penanaman Modal adalah permohonan yang disampaikan oleh penanam modal untuk mendapatkan persetujuan awal Pemerintah atas rencana penanaman modalnya. Pendaftaran Penanaman M d l yang selanjutnya disebut Pendaftaran, oa, adalah bentuk persetyiuan awal Pemerintah sebagqi dasar memulai rencana penanaman modal. Permohonan Pendaftamn Perluasan Penanaman Modal add& permohonan yang disam* oleh penanam modal untulr mendapatkan persehrjuan awal dari Pemerintah atas rencana perluasan penanaman modal. Pendaftaran perluasan Penamman M d l adalah bentuk persetujuan oa awal Pemerintah sebagai dasar memulai m a a perluasan cn penanamanmodal. Permohonan Ii Prinsip Penanaman Modal adalah perrnohonan yang zn c l i s a m m oleh perusahaan untuk mendapahn i i dari zn Pemerintah da.lam memulai kegititanpenanaman modal. I i Prinsip Penanaman M d l yang selanjutnya &but Izin F'rinsip, zn oa, adalah ii untuk memulai kegiatan penanarnan modal di bidang zn usaha yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya rnemerlukan faditas fiska1. Perrnohonan Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal adalah permohonan y n disampaikan oleh permahaan untuk mendapatkan ag izin dari Pemerintah dalarn memulai rencana perluasan penanarnan modal. kin Prinsip Perluasan Penanaman Modal ,yang selanjutnya disebut kin Prinsip Perluasan, adalah izin untuk memulai rencana perluasan penanaman modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya rnemerlukan fasilitas fiskal. zn Permohonan Ii Prinsip Perubahan Penanaman Modal adalah pennohonan yang disampaikan oleh perusahaan u n u mendapatkan izin Pemerintah dalam melakukan perubahan atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam kin Prinsip/ Izin Prinsip Perluasan. 18. Izin...

18. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal, yang selanjutnya disebut Izin Prinsip Perubahan adalah izin untwk melakukan perubahan atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam Izin Prinsip/ Izin Prinsip Perluasan sebelurnnya. 19. Permohonan Izin Kantor Perwakilan Perusahaan Asing (KPPA) adalah permohonan yang disampaikan oleh perusahaan asing untuk mendapatkan izin Pemerintah guna mendirikan kantor perwakilan perusahaan di Indonesia

20. Izin Kantor Perwakilan Perusahaan Asing (KPPA) adalah izin mendirikan kantor perwakilan perusahaan asing yang berkedudukan di Indonesia. 21. Permohonan Izin Usaha adalah permohonan yang disampaikan oleh perusahaan pada saat perusahaan telah siap melaksanakan kegiatan produksi/operasi komersial baik produksi barang maupun jasa sebagai pelaksanaan atas Pendaftaran/Izin Prinsip/Persetujuan penanaman modal yang dirniliki penmhaan, kecuali ditentukan lain oleh p e r a m perundang-undangan sektoral. 2 . lzin Usaha adalah i i yang wajib dirniliki perwahaan untuk 2 zn melaksanakan kegiatan produksi/operasi komersial baik pmduksi barang maupun jasa sebagai pelaksanaan atas Pendaftaran/Izin Prinsip/Persetujuan penanaman modalnya, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan sektoral. 23. Permohonan I i Usaha Perluasan adalah adalah permohonan yang zn clisampaikan oleh perwsahaan pada saat ~ I W I ~ U & telah siap melaksanakan kegiatan pmdwksi/operasi komersial atas penambahan kapasitas prodwksi melebihi kapasitas produksi yang telah diizinkan, sebagai pelakwwm atas Izin Prinsip Perluasan/Persetujuan Perluasan pan% dimiliki perusahaan, kecslali ditmtuhn lain oleh peraturan pemdang-undangan selrtoral. 24. Ii Usaha Perluasan adalah ii yang wjib dimiliki oleh perusahaan zn zn untuk m e l a b m h n kegiatan produksi/operasi komemial atas penambahan kapasitas produksi melebihi kapasitas produksi yang tehh diizhhn, sebagai pelaksanaan atas Izin Prinsip ' PerludPersetujuan Perluasan, k e c u ditentukan lain oleh peraturan perundsng-sektoral. 25. Permohorian kinUsaha Penggabungan Perusahaan Penanaman M& (merger) IlAIlrah permohonan yang diajukan oleh perusahaan yang c m a y untuk melaksanakan opn$ meneruskan kegiatan usaha (s-K& kegiatan produksi/operasi komersial setelah tetjadinya merger. 26. Ii Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger) zn adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan yang meneruskan kegiatan usaha (szzmi* mrnpqu) setelah tetjadinya merger, untuk melaksanakan kegiatan produksi/operasi komersial perusahaan merger. 27. Permohonan Izin Usaha Perubahan adalah permohonan yang disarnpaikan perusahaan untuk mendapatkan izin Pemerintah dalam melakukan perubahan atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam kin Usaha/ Izin Usaha Perluasan.
28.

Izin...

29. Izin Usaha Perubahan adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk melakukan perubahan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Izin Usaha/ Izin Usaha Perluasan sebelumnya sebagai akibat dari perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan penanaman modal.
30. Permohonan fasilitas penanaman modal adalah pennohonan yang disampaikan oleh perusahaan yang memerlukan fasilitas dalam pelaksanaan penanaman modalnya.

3 1. Persetujuan pemberian fasilitas penanaman modal adalah persetujuan Kepala B P atas nama Menteri Keuangan tentang pemberian fasilitas KM bea masuk atas impor mesin, barang dan bahan. 32. Permohonan fasilitas pajak penghasilan adalah pennohonan yang disampaikan oleh perusaham untuk dapat memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah. 33. Penerbitan usulan/kkomendasi atas pemberian fasilitas pajak KM penghasilan adalah usulan/rekomendasi Kepala B P atas pemberian fasilitas pajak penghasilan yang ditujukan kepada Menteri Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak.

34. Permohonan Angka Pengenal Imprtir Produsen (API-P) adalah pennohonan yang disampaikan oleh perusaham sebelurn melakukan pengimporan mesin/peralatan dan barang dan bahan. 35. Angka Pengenal Irnportir Produsen (API-P) adalah angka pengenal ymg & p e w sebagai ii 'wtuk memsswkkan (impor) zn &/peralatan dan barang clan bahan untuk d i p e r p d a n sendiri dafam proses produksi perusahaan penanaman modal yang

bersangkutan.
36. Permohonan Rencana P e Tenaga Kerja Asing 0, Rekomendasi Visa Untuk Bekerja (TA.01) dan Izin Mempekejalran Tenaga Kerja Asing (IMTA) adalah permohonan yang disampaikan oleh penrsahaan untuk penggunaan tenaga kerja asing &lam p e penanaman my, *a 37. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPIXA) adalah pengesahan ctncana jurnlah, jabatan clan lama penggmaan tenaga kerja asing y w diperlukan sebagai dasar untuk persetujuan pemasukan tenaga a M a asing dan penerbitan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing
MA).

38. Rekomendasi Visa Untuk Bekerja (l'A.01) adalah rekomendasi yang diperlukan guna mempemleh visa untuk maksud kerja bagi tenaga kerja warga negara asing. 39. kin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) adalah izin bagi permsahaan untuk mempekerjakan tenaga kerja warga negara asing dalarn jurnlah, jabatan dan periode tertentu. 49. Laporan Kegiatan Penanaman modal, yang selanjutnya disingkat dengan LKPM, adalah laporan berkala mengenai perkembangan kegiafan perusahaan dan kendala yang dihadapi penanam modal.
41. Laporan Hasil Pemeriksaan Proyek, yang selanjutnya disingkat LHP

adalah laporan hasil pemeriksaan lapangan terhadap pelaksanaan kegiatan penanaman modal dalam rangka pemberian fasilitas penanaman modal, pengenaan clan pembatalan sanksi, serta keperluan pengendalian pelaksanaan lainnya. 43. Perangkat..

42. Perangkat Daerah Provinsi bidang penanarnan modal, yang selanjutnya disingkat PDPPM, adalah unsur pembantu kepala daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi, dengan bentuk sesuai dengan kebutuhan masing-masing pemerintah provinsi, yang menyelenggarakan fungsi utama koordinasi di bidang Penanaman modal di pemerintah provinsi. 43. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota bidang Penanaman modal, yang selanjutnya dislngkat PDKPM, adalah unsur pembantu kepala daerah rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam kabupaten/kota, dengan bentuk sesuai dengan kebutuhan masingmasing pemerintah kabupaten/kota, yang menyelenggarakan fungsi utarna koodinasi di bidang penanarnan modal di pemerintah kabupaten/ kota. 44. Pendelegasian wewenang adalah penyerahan tugas, hak, kewajiban, dan perta-awaban perizinan dan nonperizinan, termasuk penandatanganannya atas nama pemberi wewenang, oleh a. Menteri TeknidKepala LPND kepada Kepala BKPM sebagaimana diatur dalam Pasal26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman M W , b. Gubernur kepada kepala PDPPW c. Bupati/Walikota kepada kepala PDKPM, yang ditetapkan dengan uraianyang jelas. 45. Pelimpahan wewenang adalah penyerahan tugas, hak, kewajiban, dan perhggm@mban Perizinan dan Nonperizinan, termasuk penanda-ya atas nama penerima wewenang, oleh a menteri teknis/kepala LPND kepada Kepala BIWM sebagaimana diatur dalam Pasal26 a p t (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, atau b. Kepda BKPM kepada gubernur sebagaimana diatur dalarn Pasal 30 ayat (8) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang PenanamanModal, yang ditetapkan dengan uraian yang'jelas. 46. Penugasan adalah penyerahan tugas, hak, wewenang, kewajiban, clan perhgpngjawaban, termasuk penandatanganannya atas nama penerima wewenang, dari Kepala: BKPM kepada pemerintah kabupatedkota unhrk melaksanabn urusan pemerintahan di bidang penanamsn modal yang menjadi kewenangan Pemerintah b e w k a n hak substitmi sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ayat (8) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang ditetapkan dengan uraian yang jelas. 47- Penghubung adalah pejabat pada kementerian/LPND, pemerintah pmvinsi, atau pemerintah kabupaten/kota yang ditunjuk untuk membantu penyelesaian perizinan clan nonperizinan, memberi informasi, fasilitasi, dan kemudahan di bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan menteri teknis/kepala LPND, gubernur atau bupati/walikota dengan uraian tugas, hak, wewenang, kewajiban, dan pertanggqjawaban yang jelas. 48. Pemerintah pusat, yang seianJutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 50. Pemerintah.. .

49. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 50. Badan Koordinasi Penanaman Modal, yang selanjutnya disebut BKPM, adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bertanggung jawab di bidang penanaman modal, yang dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. 51. Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi secara Elektronik, yang selanjutnya disingkat SPIPISE, adalah Sistem Elektronik pelayanan Perizinan clan Nonperizinan yang terintegrasi antara BKPM dengan KementeriadLembaga Pemerintah Non Departemen yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperkinan, PDPPM dan PDKPM.

B B I1 A MAKSUD DAN TUJUAN

(1) Makwd Pedoman Tata Cara Penanaman Modal adalah sebagai

panduan bagi para penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu di bidang Penanaman Modal, para penanam modal, serta masyarakat dalam memahami pmedur pengajuan clan proses penyelesaian permohonan perizinan dan nonperizinan penanaman modal. (2) Twjuan pedoman ~ a Cara p e n a k Modal b a. temqjudnya kesamaan dan k e s e r a m atas @T U dan proses penyelesaian permohonan penanaman m d l oa, b. memberilran gambarm urnurn dan kepastian waktu penyelesaian permohonan perizinan dan nonperizinan penanaman modal,

BAB m

KEWENANGAN PENYELENGGARAAN.PELAYANAN PENANAMAN MODAL

Bagian Pertarna Penyelenggaraan EI'SP di Bidang Penanaman M d l oa oleh Pemerintah

(1) Penyelenggaraan PI'SP di bidang penanarnan modal oleh Pemerintah dilaksanakan oleh BKPM atas dasar pelimpahan/pendelegasian wewenang dari menteri teknis/kepala LPND yang memiliki kewenangan atas urusan Pemerintah di bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan Pemerintah. (2) Urusan pemerintahan di bidang penanarnan modal yang menjadi kewenangan Pemerintah yang diselenggarakan di PTSP BKPM sebagairnana dimaksud pada ayat (I) terdiri atas a. penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya

lintas pvinsi;

urusan pemerintahan di bidang penanarnan modal yang meliputi 1. penanarnan modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak terbarukan dengan tingkat risiko kerusakan lingkwgan yang tinggi; 2. penanaman modal pada bidang industri yang merupakan prioritas tinggi pada skala nasional; 3. penanaman modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan penghubung antar wilayah atau ruang lingkupnya lintas provinsi; 4. penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan dan keamanan nasional; 5. penanaman modal asing clan penanam modal yang menggunakan modal asing, yang berasal dari pemerintah negara lain, yang didasarkan perjanjian yang dibuat oleh Pemerintah dan pemerintah negara lain; dan 6. bidang penanarnan modal lain yang menjadi urusan Pemerintah menurut undang-undang. (3) Penanaman modal asing dan penanam modal yang menggunakan modal as, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b a n g h 5 meliputi a. penanaman modal asing yang dilakukan oleh pemerintah negara
b.

lain, b penanaman modal asing yang dilakhn oleh warga negara asing . atau badan usaha c. penanam modal yang m e n g g m h n modal asing yang berasal dari pemerintah negara l i , an yang didasarh pada perjanjian yang dibuat oleh Pemerintah dan pemerintah negam l i . an (4) Bidang-biusaha penanaman modal sebagaimana dimaksud pada 6 ayat (2) huruf b a , = 1, angka 2, aq&a 3 & 4, dan n$ ,
sesuai dengan yang ditetapkan oleh Menteri Teknis/Kepala LPND yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang merupakan . urusan Pemerintah di bidang penanaman modal.
dengan menteri/pimpinan instansi takait (5) Kepala BKPM berkoo-i menginventarisasi perjan,jian yang dibuat oleh Pemerintah dan pemerintah negara lain di bidang penanaman modal sebagaimana dirnaksud pada ayat (2) humf b a & 5. n

(1) Jenis-jenis perizinan dan nonperizinan yang diperlukan untuk penyelenggaraan PrSP atas urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan Pemerintah, ditetapkan oleh menteri teknis/kepala LPND yang merniliki kewenangan perizinan dan nonperizinan.

(2) Tata cara perizinan dan nonperizinan unhtk setiap jenis perizinan dan nonperizinan sebagairnana dirnakswd pa& ayat (I) meliputi: a. persyaratan teknis dan nonteknis; b. tahapan ...

b. c.

tahapan mempemleh perizinan dan nonperizinan; dan mekanisme pengawasan dan sarkii.

Bagian Kedua Penyelenggaraan PTSP di Bidang Penanaman modal oleh Pemerintah Provinsi

(I) Penyelenggaraan PTSP d~ bidang penanaman modal oleh pemerintah provinsi dilaksanakan oleh PDPPM.

(2) Untuk penyelenggaraan lTSP sebagaimana dirnaksud pada ayat (I), gubernur memberkin pendelegasian wewenang pemberian perizinan dan nonperizinan atas urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan pemerintah pmvinsi kepada kepala F'DPPM.

Kewenangan Pemerintah di bidang penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dapat dilimpahkan sebagian atau seluruhnya kepada gubernur bedasarkan asas dekonsentrasi dengan kualifikasi PI'SP.

Bagian Ke@ Penyelenggaraan PrSPdi bidang Penanaman M d l oa oleh Pemerintah Kabupaten/Kpta

(I) Penyelenggaraan m P di bidang penanaman modal oleh pemerintah kabupaten/kota dilaksanslranFDKPM. (2) Untuk penyelenggaraan FTSP di bidang penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (I), bupati/walikota rnernberikan pendelegasian w w n n pemberian perizinan dan nonperkhm atas eeag urusan pemerintahan di bidang penansman modal yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota kepada kepala PDKPM.

Kewenangan Pemerintah di bidang penanarnan modal sebagian atau seluruhnya &pat ditugas bantuankan kepada bupati/walikota berdasarkan asas tugas pembantuan dengan kualifikasiPTSP. Bagian Keempat Penyelenggaraan PI'SP di Bidang Penanaman Modal di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

Penyelenggaraan PTSP di bidang penanarnan modal bagi perusahaan penanaman modal yang berlokasi di kawasan perdagangan bebas clan pelabuhan bebas dilabedasarkan peraturan perundangundangan di bidang kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas .

BAB IV
PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENANAMAN MODAL

Bagian Kesatu Bidang Usaha dan Bentuk Badan Usaha

(I) Semua bidang usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali

bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan yang penetapannya diatur dengan peraturan perundang-undangan. (2) Penanam modal yang akan melakwkan kegiatan penanaman modal harus memperhatikan peraturan perundang-undangan yang menyatakan biclang usaha atau jenis usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan.
'

(1) Penanaman modal asing harus dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hubwn Indonesia clan berkeddi dalam wilayah Negam Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh UndangUndang.
(2) Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalarn bentuk badan

usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, seswai dengan ketentuan peraturan perundangm *

Penanam modal wajib melaksanalran ketentuan-ketentuan clan syaratsyarat yang berlaku untuk kegittan perumman modal yang dikeluarkan oleh instansi teknis yang memiliki keweperizinan dan mnperizinan.

B@ a Kedua Ruang Lingkup Pelayanan Penanaman modal

(I) Jenis pelayanan penanaman modal adalah : a. pelayanan perizinan; b. pelayanan n o n p e m n ; (2) Jenis Perizinan penamman modal, antara l i : an a. Fendahran Penanaman Modal.; b. Izin Prinsip Penanaman Modal; c. I i Prinsip Perluasan Penanaman Modal; zn d. izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal.; zn e. Izin Usaha, Ii Usaha Perluasan, Izin Usaha Penggabungan Perusahatin Permyman Mudal (meaer) clan Izin Usaha Perubahaq f. Izin ...

f. g. h. i.
j.

Izin Lokasi; Persetujuan ~ernanfktan hang; Izin Mendirikan Bangunan (IMB); Izin Gangguan (UUG/HO);
Surat Izin Pengambilan Air Bawah Tanah; Tanda Daftar Perusahaan (TDP); hak atas tanah;

k. 1. m. izin-izin lainnya dalam rangka pelaksanaan penanaman modal. (3) Jenis-jenispelayanan nonperizinan dan kemudahan lainnya, antara lain : a. fasilitas bea rnasuk atas irnpor mesh, b. fasilitas bea masuk atas irnpor barang dan bahan; c. usulan untuk mendapafkan fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) badan; d. Angka Pengenal Importir Produsen (API-P); e. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RFI'KA); f. Rekomendasi Visa Untuk Bekerja (TA. 0 1); zn g. I i Memperkerjakan Tenaga kerja Asing OMTA); h. insentif daerah, i. kyanan informasi dan layanan pengaduan.

(1) Ruang u p pedoman tatawa permohonan perizinan clan nonpe& penamman modal yang diatur dalam Peraturan ini mencakup perizinan sebagaimma tersebut dalam Pasal 13 ayat (2) huruf a, humf b, huruf c, huruf d, huruf e serta nonperizinan sebagaimana tersebut pada ayat (3) huruf a, huruf b, huruf c, humf d,hunrfe,humf f,danhurufg. (2) P ' Tata Cara Permohonan Perizinan clan Nonperizinan permmnm modal sebagdimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, huruf j, humf k, humf 1, huruf m dan ayat (3) humf h mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi teknidkepala LPND terkait, gubernur dan bupati/walikota. Bagian Ketiga Mekanisme Pelayanan Penanaman modal

(I) Penanam modal dapat mengajukan permohonan perizinan dan nonperizinan penanaman modal sebagaimana dirnaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dan ayat (3) secara manual atau melalui SPIPISE, kepada P E P BKPM, PTSP PDPPM, atau FTSP PDKPM sesuai kewenangannya.

(2) Atas perizinan penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) permohonan perizinan penanaman modal sebagairnana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, huruf j, huruf k, huruf 1, dan huruf m, diajukan kepada masing-masing PTSPPDPPM atau PTSP PDKPM sesuai lokasi proyeknya. (3) Penanam modal dapat mengajukan permohonan secara paralel untuk berbagai perizinan dan nonperizinan yang tidak berkaitan, dengan hanya menyampaikan satu berkas persyaratan perrnohonan melalui SPIPISE. (4) Penanam modal yang menyampaikan permohonan melalui SPIPISE sebagairnana dimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan formulir permohonan, kesepakatan para pemegang saharn yang telah dicatat (waannerking) oleh notaris, swat-swat pernyataan dan swat k w a asli pada saat a. penanam modal mengirimkan permohonan melalui SPIPISE, atau b. penanam modal mengambil perizinan dan nonperizinan yang telah diterbitkan oleh PBP. (5) Pedoman pengajuan perrnohonan periiinan dan nonperizinan secara elektronik s e b a g a h m dirnaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala BKPM.
PaWPf 1 Pendaftam, Izin Prinsip, dan Izin Usaha

(1) Penanam m d l asing yang akan melakukan penanaman modal di oa

(2)

33)

(4)

(5)

(6)

I d n s a mengajukan permohonan Pendaftaran ke PI'SP B P , noei KM sebelum atau sesudah berstatws badan hukum pmeman terbatas. Pendaftaran yaag diajukan sebelum berstatus badan hukum persemn terbatas, wjib dithdakkqjuti dengan pembuatan akta pendirian perseroan terbatas. Penclafkwm yang t d k ditindalchnjuti sebagairnana dimaksud vada ia ayat (2) paling lambat dalarn jangka wakhr 6 (enarn) bulan sejak tanggal diterbitlcannyaPendaftam, dinyatakan batal demi hukum. Apabila sebelum jangka waktu 6 (enam) bulan sebagaimana dirnaksud pada a p t (3) terdapat perubahan ketentuan yang terkait dengan bidang usaha, maka Pendaftaran yang telah diterbitkan dinyatakan batal demi hukurn apabila bertentangan dengan ketentwan baru. Pendaftaran yang diajukan setelah akta pendirian perseman terbatas atau setelah perusahaan berstatus badan hukum perseroan terbatas, berlaku sampai dengan perusahaan memiliki Izin Prinsip atau perusahaan siap beroperasi/produksi komersial. Perusahatin penanaman modal dalam negeri dapat mengajilkan Pendaftaran di PrSP BKPM, PTSP PDPPM, atau PTSP PDKPM sesuai kewenangannya, apabila diperlukan dalam pengurusan perizinan pelaksanaan penanaman modalnya.

Pasal ...

(1) Perwhaan penanaman modal asing yang telah berstatus badan hukum perseroan terbatas yang bidang usahanya dapat mernperoleh fasilitas fiskal clan dalam pelaksanaan penanaman modalnya mernbutuhkan fasilitas fiskal, wajib memiliki Izin Prinsip Penanaman Modal. (2) Perusahaan penanaman modal asing sebagairnana dimaksud pada ayat (1) yang belum melakukan Pendaftaran, dapat langsung mengajukan permohonan Izin Prinsip.
(3) Perusahaan penanarnan modal asing yang bidang usahanya tidak rnemperoleh fasilitas fiskal dan/atau dalam pelaksanaan penanaman modalnya tidak membutuhkan fasilitas fiskal, tidak diwajibkan merniliki Izin Prinsip.
(4) Permohonan Izin Prinsip sebagaimana dirnaksud pada ayat (I) dan

ayat (2)diajukan kepada PTSP BKPM.

(1) Fasilitas fiskal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 7 ayat (I) antara lain

a. b. c.

fasilitas bea masuk atas irnpor mesin; fasilitas bea mas& atas impor barang dan bahan;

usulan untuk mendapatkan fasilitas Pajak Penghasilan (PPh)


7 -

(2) Perusahaan penanaman modal a& sebagaimana dimaksud dalam s Pasall7 ayat (I) dan (3) &pat mempemleh fasilitas nonfiskal.
.

Fasilitas nonfiskal sebagaimam dimaksud pada ayat (2) antara l i an a. Angka Pengenal Irnportir Produsen CAPI-P); b. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RFTKA); c. Rekomendasi Visa Untuk Bekerja VA. 01; ) d. Izin Mempekerjakan Tenaga kegs As@ UMTA).

(I) Perusahaan penanarnan modal dalam negeri yang bidang usahanya dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal, wajib memiliki Izin Prinsip. (2) Perusahaan penanaman modal dalarn negeri yang bidang usahanya tidak memperoleh fasilitas fiskal dan/atau dalam pelaksanaan penanaman modalnya tidak memerlukan fasilitas fiskal, tidak diwajibkan memiliki Izin Prinsip.
(3) Permohonan Izin Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (I), diajukan ke PTSP BKPM, FTSP PDPPM, atau PTSP PDKPM sesuai dengan kewenangannya.
(4) Perusahaan penanaman modal dalam negeri sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dalam pengurusan perizinan pelaksanaan penanaman rnodalnya wajib memiliki

akta dan pengesahan pendirian perusahaan atau Kartu Tanda Penduduk (KTP)bagi perusahaan perorangan, dan b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). (5) Perusahaan penanaman modal dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat melakukan Pendaftaran apabila diperlukan dalam pengurusan perizinan pelaksanaan penanaman modalnya.

a.

Perusahaan penanaman modal yang dalam pelaksanaan penanaman modalnya telah siap melakukan kegiatan/berproduksi komersial, wajib mengajwkan permohonan Izin Usaha ke PrSP BKPM, E T P PDPPM, atau TS PrSP PDKPM sesuai kewenangannya. Paragraf 2 Pengembangan usaha

(1) Perusahaan penanaman modal &pat melakukan pengembangan usaha di bidang-bidang usaha seswai ketentuan pemturan perundangm * . (2) Pewusaha ~ b edhakswd pada ayat (I) dapat usaha merupakan perluasan usaha atau penambahan (3) Penrsahaan yang kegiatan usaha awalnya memiliki Izin Prinsip dapat melakukan perluasan usaha d e w kewajiban memililri Izin Prinsip PeIhsan (4) Perusahaan yang kegiatan usaha awalnya tidak memiliki Izin Prinsip dapat melsfnrkan perluasan & a y dengan mengajukan Pendaffsrsn Perluasan, apabila diperlukan, (5) Perasahaan yang kegiatan usaha awalnya merniliki ataw tidak rnerniliki Ii Prinsip dapat melakukan penarnbahan bidang usaha atau jenis zn produksi a. di bidang usaha yang dapat memperoleh faditas fiskal, dengan wjb memiliki Izin Prinsip atas tambahan bidang usahaljenis ai prmtuksinya; b. di bidang usaha yang tidak memperoleh fasilitas fiskal, dapat mengajukan Pendaftaran atas tambahan bidang usaha/jenis produksinya, apabila diperlukan..

i
I
I

Pasal22
(1) Perusahaan penanaman modal yang akan melakukan perluasan usaha di bidang yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan berada di lokasi yang sama dengan usaha sebelumnya, terlebih dahulu wajib memiliki Izin Usaha atas kegiatan usaha sebelumnya. (2) Dalam ha1 perusahaan penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (I) melakukan perluasan di lokasi yang berbeda densan usaha sebelumnya, permohonan perluasan dapat diajukan tanpa dipersyaratkan merniliki I i Usaha terlebih dahdu atas kegiatan zn wsaha sebelumnya.

(3) Atas rencana perluasan sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) dan (2) permohonan Izin Prinsip Perluasannya diajukan ke PTSP BKPM, PTSPPDPPM, atau PTSP PDKPM sesuai kewenangannya.

Paragraf 3 Pengalihan Kepemilikan Saham Asing

(1) Perusahaan penanarnan modal dalam negeri yang tidak merniliki Izin Prinsip dan belum memiliki Iziy Usaha atau belurn memiliki Izin Prinsip, akan melakukan perubahan penyertaan dalam modal perseroan karena rnasuknya modal asing yang mengakibatkan seluruh/sebagian modal perseroan menjadi modal asing, wajib melakukan Pendaftaran penanaman modalnya sebagai akibat dari perubahan yang terjadi ke PTSP BKPM. (2) Perusaham penanaman modal d m negeri yang telah memiliki Izin Prinsip atau Ii Usaha, akan melakukan perubahan penyertaan dalam zn modal p e r s e m karena ~dsuknya modal asing yang mengakibatkan seluruh/sebagian modal p e r s e w menjadi modal asing, wajib mengajukan permohonan Izin F'rinsip atau Ii Usaha atas penanarnan zn modalnya sebagai akibat dari perubahan yang terjadi ke FTSP BKPM.
(3) Untuk penuhaan penanaman modal dalarn negeri sebagaimana

dimaksud pada ayat ( ) y n bidang &ya Z, a g

merupdw kewenangan pemerintah pvinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota, sebelum mengajukan permohonan lzin Prinsip atau lzin Usaha ke FEP BKPM dipersyarahn melampirkan Surat Pengantar dari FI'SP PDPPM atau PrSP PDKPM tentang rencana d y a modal asing sebagaimana t e m t w n dalam Lam* VIIA.
(4) Dalam ha1 Surat Pengantar dari PrSP PDFTM atau PI'SP PDKPM be1u.m diterlitkandalam jangka wakhr selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari keqja, perusahaan dapat melampirkan tanda terima pengajuan

permohoqan dimakad (5) Atas permohonan Pendaftaran sebagaimana dbaksud pada ayat (1) PI'SP BKPM menerbitkan a. Pendsftaran apabila bidang usaha dan persentase kepemilikan saham wing memenuhi ketentuan peraturan perundangu*; nn b. Surat Penolakan Pendaftaran, apabila b i i usaha dan persentase kepemilikan saham asing tidak memenuhi ketentuan perundangundangan sebagaimanat e m t u m dalam Lampiran VIIB.

(1) Perusahaan penanaman modal asing yang memiliki Pendaftaran dan akan melakukan perubahan penyertaan dalam modal perseman karena keluarnya s e l d modal asing yang mengakibatkan seluruh modal perseroan menjadi modal &lam negeri, wajib melakukan Pendaftaran penanaman modalnya sebagai akibat dari perubahan yang terjadi ke ETSP BKPM, PTSP PDPF'M, atau PI'SP PDKPM sesuai kewenangannya.

(2) Perusahaan ...

(2) Penrsahaan penanarnan modal asing yang memiliki Izin Prinsip atau I i Usaha, dan akan melakukan perubahan penyertaan dalam modal zn perseroan karena keluarnya seluruh modal asing yang mengakibatkan seluruh modal perseroan menjadi modal dalam negeri, wajib mengajukan permohonan Izin Prinsip atau Izin Usaha penanaman modalnya sebagai akibat dari perubahan yang terjadi ke PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau PTSP PDKPM sesuai kewenangannya.
(3) Untuk perusahaan penanarnan modal asing sebagairnana dimaksud pada ayat (I) dan (2), dengan bidang usaha yang merupakan

kewenangan pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota, sebelum melakukan Pendaftaran rnaupun pengajuan permohonan I i Prinsip atau Izin Usaha ke PTSP PDPPM, PTSP zn P K M dipersyaratkan melampirkan Surat Pengantar dari PTSP BKPM DP tentang rencana keluarnya seluruh modal asing. Paragraf 4 Penggabwngan Perusahaan Penanaman Modal (merger)

Perusahaan yang akan melakukan penggabungan (merger) hams mematuhi ketentuan peratwan perundang-undangan yang terkait dengan larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dan UndangUndmg p e r s e m terbatas.

(I) e P perwsahaan clapat dilakukan baik antar penxsahaan penanaman modal asing atau antar perushaan penanaman modal dalam negeri, maupun antara p e penanaman modal asing dengin perusshaan penanam~ln modal dalam negeri. (2) Perwsahaan penanaman modal yang akan melakukan penggabungan (merger) -jib merniliki Ii U a a zn s h . (3) Dalam ha1 perusahaan yang melakukan penggabungan tidak merniliki kesiatan USflha Yang madl d d m tahap ,e p p e yang meneruskan -tan (u w s M cwmpanj$ wajib merniliki Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman M d l (merger) oa sebelum memulai kegiatan pruduksi/operasi komersial. (4) Dalam ha1 perusahaan yang melakuacan penggabungan merniliki lebih dari 1 (satu) kegiatan usaha dan salah satu kegiatan wsahanya masih dalarn tahap pembangunan, rnaka. zn . a atas kegiatan yang telah merniliki I i Usaha, perusahaan yang meneruskan kegiatan (sdving company) h a m mengajukan Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman ~ o d a(merger); l b. atas kegiatan yang masih dalam tahap pembangunan, apabila kegiatan dimaksud berada pada: 1. perusahaan yang meneruskan kegiatan (s-W& company), maka dalam melaksanakan kegiatannya cukup menggunakan Izin Prinsip/Izin Prinsip Perluasan yang telah dimiliki oleh perusahaan yang meneruskan kegiatan (smvivkg mmpanfi;

2. perusahaan ...

2. perusahaan yang menggabung ( m e e k company), maka

untuk melaksanakan kegiatannya perusahaan yang meneruskan kegiatan (s-ving company) hams mengajukan permohonan Izin Prinsip/Izin Prinsip Perluasan. c. untuk kegiatan yang masih dalam tahap pembangunan namun tidak memerlukan fasilitas fiskal, perusahaan yang meneruskan company) clapat melakukan Pendaftaran atau kegiatan (s-whg langsung mengajukan permohonan Izin Usaha/Izin Usaha Perluisan apabila telah siap produksi/operasi komersial. Paragraf 5 Fasilitas Fiskal/Nonfiskal Dan Insentif Daerah

(I) Permohonan fasilitas fiskal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18ayat ( 1 ) bagi penanarnan modal diajukan kepada PI'SP BKPM. (2) Permohonan baru fasilitas nonfiskal sebagaimana climahud dalam Pasal 18 ayat (3)bagi penanaman modal diajukan kepada ETSP BKPM. (3) Permohonan perubahan/perpanjangan fasilitas nonfiska.1kepada: a. PrSPBKPM
I. PerubahanRPII(A;

2. Perpanjangan M A bagi tenaga keqja asing yang lokasi

kerjanya lebih dari 1 (satu)provinsi,

c.

1. Perpaqjangm RPIXA; 2. Perpanjangan W A bagi tenaga kexja asing yang l o h i kerjanya lebih dari 1 (satu)kabupaten/kota. PI'SPPDKPM Perpanjangan IMTA bagi tenaga kerja asing yang lokasi kedanya di 1 (satu)kabupaten/kota.

( I ) Penanaman modal yang memerlukan insentif daerah dan/ataw kemudahan penanarnan modal di daerah, permohonamya diajukan kepada PrSP PDPPM atau PrSP PDKPM sesuai kewemngannya.
(2) Ketentuan mengenai pernberian insentif dadatau kemudahan daerah

dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang pemberian insentif dan pemberian kemudahan penanaman modal di daerah.

Paragraf...

Paragraf 6 Perizinan clan Nonperizinan Departemen/Instansi Terkait di Pusat

(I) Perusahaan penanaman modal yang memerlukan perizinan dan nonperizinan yang rnasih menjadi kewenangan departemen/instansi teknis di Pusat, permohonannya dapat diajukan melalui Pl'SP BKPM. (2) Penyelesaian permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difasilitasi oleh penghubung departemen/instansi teknis yang ditempatkan di PrSP BKPM.

Bagian Keempat Penerbitan Perizinan dan Nonperizinan Pasal 30


(.I) Penerbitan perizinan dan nonperizinan yang dipemleh berdasarkan

pendelegasian wewenang sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3)ditandatangani oleh Kepala BKPM atau pejabat yang dikxnjuk atas nama menteri/luzp.la LPND. (2) Penerbitan perizinan dan n n oyang dipekleh b e b r k a n pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal3 ayat (2) dan ayat (3) ditandatangani oleh Kepala B P atau pqjabat yang KM ditunjuk.

Penerbitan perizinan dan nonperkinan yang dipemleh b e m k a n pendelegasian wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat ( ) 2, dan pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ditanda* oleh kepala PDPPM atau pejabat yang ditunjuk atas narna
a- *

Penerbitan perizinan dan nonperizinan yang dipemleh berdasarkan pendelegasian wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat ( 1 2, dan penugasan sebagaimana dimahd dalarn Pasal8 ditandatangani oleh kepala PDKPM atau pejabat yang dittqjuk atas nama bupati/walikota.

B BV A PELAYANAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL Bagian Kesatu Pendaftaran Penanaman m d l oa

(1) Permohonan Pendaftaran disampaikan ke FTSP BKPM, ESP PDPPM, atau PTSP PDKPM sesuai kewenangannya. (2) Permohonan Pendaftaran dapat diajukan oleh: a. pemerintah negara lain dan/atau warga negara asing dan/atau badan usaha asing; b. pemerintah negara lain dan/atau warga negara asing dan/atau badan usaha asing bersarna dengan warga negara Indonesia dan/atau badan hukurn Indonesia; c. perseorangan warga negara Indonesia dan/atau badan usaha Indonesia lainnya. (3) Permohonan Pendaftaran sebagairnana dirnaksud pada ayat (I), dengan menggunakan formulir Pendaftaran, sebagaimana tercantum dalarn Lampiran I, dalam bentuk hardcopy atau softcopy berdasarkan investor m d d e BKPM, dengan dilengkapi persyaratan bukti diri pemohon: a. surat dari instansi pemerintah negara yang bersangkutan atau surat yang dikeluarkan oleh kedutaan besadkantor perwakilan negara yang bersangkutan di Indonesia untuk pemohon adalah pemerintah negara lain, eaa b x k m n paspor yang masih berlaku untuk pemohon adalah . ,*e -p c. daman Anggaran Dasar W c I e ofAmciktiod dalarn Bahasa inggris atau terjemahannya d a b Bahasa Indonesia dari penterjernah tersumpah untuk pemohon adalah untuk badan dasing, d Awnan KIT yang masih berlaku untuk pemohon adalah perseorangan W n & , e. mkaman Akta Pendirian perusahaan dan penrbahannya beserta pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM untuk pemohon adalah badan usaha Indonesia; f. mkahan NPWP baik untuk pemohon adalah perseomngan Indonesia maupun badan usaha Indonesia, g. permohonan Pendaftaran ditandatangani di atas meterai cwkup oleh seluruh pemohon (bila penxsahaan belum berbadan hukum) atau oleh direksi perusahaan (bila perusahsudah berbadan hukum); h. Surat Kuasa asli bermeterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak dilakukan secara langsung oleh pemohon/direksi perusahaan, ketentuan tentang swat kwasa sebagairnana dimaksud pada butir i. h diatur dalam Pasal63 Peraturan ini. (4) Pendaftaran diterbitkan dalam 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. (5) Bentuk Pendaftaran tercantum dalam Lampiran 11.

Bagian Kedua Izin Prinsip Penanaman Modal

(1) Permohonan Izin Prinsip bagi perusahaan penanaman modal asing yang bidang usahanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal3 ayat (2) dan ayat (3) disampaikan ke PTSP BKPM dengan menggunakan formulir Izin Prinsip, sebagaimana tercantum dalam Lampiran 111 dalam bentuk hadcopy atau sotrcopy berdasarkan investor module

BKPM. (2) Permohonan Izin Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi persyaratan sebagai berikut : a. bukti diri pemohon 1. Pendaftaran bagi badan usaha yang telah melakukan pendaftaran; 2. rekaman Akta Pendirian perusahaan dan perubahannya; 3. rekaman Pengesahan Anggaran Dasar Perusahaan dari b dan HAM; Menteri H e Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 4. r-

1 .

uraian pr<xses produki yang menwtumkan jenis bahan baku dan dilengkapi d e w diagram alir ( f f o w c ~ ;

~komendasi dari instansi pemerintah terkait, bib dipem* d Permohonan Izin Prinsip clisaznoleh direhi perasaham keFTsPBKPM; e. permohonan yang tidak secara langsung disampaikan oleh direksi p e b ke PISP BKPM harus dilampiri surat kuasa asli; f. ketentuan tentang surat kuasa sebagaimana dirnaksud pada butir e diatur dalam Pasal63 Peraturan ini. (3) AW permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (I), diterbitkan Izin F'rinsip dengan tembusan kepada a Menteri Dalarn Negeri, b. Menteri Keuangan; c. Menteri Hukurn clan Hak Asasi Manusia u.p. Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umurn; d. Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang bersangkutan; e. Menteri Negara Lingkungan Hidup [bagi permahaan yang diwajibkan AMDAL atau Upaya Pengelolaan Lingkungan W) /Upaya Pemantauan Imgkungan (Urn)]; f. Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil clan Menengah @a@bidang usaha yang diwajibkan bermitra);

c.

g. h.

Gubernur Bank Indonesisl,

Kepala Badan Pertanahan Nasional (bagi penanaman modal yang akan memiliki lahan); i. Duta Besar Republik Indonesia di negara asal penanam modal asing; j. Direktur Jenderal Pajak; k Direktur Jenderal Bea dan Cukai; . 1. Direktur Jenderal Teknis yang bersangkutan; m. gubernur yang bersangkutan; n. bupati/walikota yang bersangkutan; 0. kepala PDPPM; p. kepala PDKPM. (4) Izin Prinsip diterbitkan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan dengan lengkap dan benar. (5) Bentuk Izin Prinsip sebagaimana dirnaksud pada a p t (4) tercantum dalam Lampiran N.

(I) Permohonan Izin Prinsip untuk perusahaan penanaman modal dalarn negeri diajukan oleh a. perseorangan waqy negara Indon*, b Persem Terbatas (pr) M a t a u perushum nasional yang . seluruh sahamnya dimiliki oleh waqp negara Indon&, ckxmmd& Venn~~7bc.p atau Firma @a), atau Usaha (0, c. ;p e

Yayasan yang didirikan oleh warga negara I n d o n d p e n a d a a n nasional yang seluruh sahamnya dimiliki oleh waqp negara I n d o n e , atau f. Badan Usaha MiliL Negara (BUivlN), atau Badan Usaha Mil& Daerah (BUMD). (2) Permohonan Izin Prinsip sebagairnana dirnaksud pada ayat (1) disampaikan oleh pemohon ke PrSP BKPM, FTSP PDPPM atau FTSP PDKPM semai kewenangannya dengan m e q p n a h n formulir Izin Prinsip, sebagaimam tercantum dalarn Lampiran Lil dalam bentuk hardwpy atau s o b p y bedasarkan invesforrnadz.de BKPM. e.
(3) Permohonan Izin Prinsip sebagairnana climaksud pada ayat (1) dilengkapi persyaratan sebagai berikut : a. bukti diri pemohon 1. pendaftaran bagi badan usaha yang telah melakukan pendaftaran; 2. &man Akta Pendirian perusahaan dan perubahannya untuk I ,CV, F atau rekarnan ArIgg~an T a Dasar bagi Badan

Usaha K p m; oe i
3 rekaman... .

b.

c. d.

e.

rekaman pengesahan Anggaran Dasar P e w h a a n dari Menteri Hukurn dan HAM atau pengesahan Anggaran Dasar Badan Usaha Koperasi oleh instansi yang berwenang; 4. rekaman KTP untuk perseorangan; 5. rekaman NPWP. keterangan rencana kegiatan, berupa 1. uraian proses produksi yang mencanhunkan jenis bahan baku dan dilengkapi dengan diagram alir (flowchaa; 2. uraian kegiatan usaha sektor jasa. rekomendasi dari instansi pemerintah terkait apabila dipersyaratkan; permohonan yang tidak secara langsung disampaikan oleh pemohon ke PTSP sebagairnana dirnaksud dalam ayat (1) harm dilampiri swat kuasa asli; ketentuan tentang swat kuasa sebagaimana dimaksud pada butir d diatur dalam P a d 63 Peraturan ini.
3.

(4) Atas permohonan sebagairnana dirnaksud pada ayat (I), diterbitkan

Izin Prinsip dengan tembusan kepada a Menteri Dalam Negeri,


Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia u.p. Direktur Jenderal AdmuustrasiHukumUmum; d Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang b e e - , e. Menteri Negara Lhgkugm Hidup [bagi penidwan yang diwajibkan AMDAL atau Upaya Pengelolaan I.h&mgm CUP;W/Upaya Pentantauan Ihgkmgm (WLII; f. Menkri Negara Koperasi dan Pengwsaha Kecil dan Menengah (bad bidang usaha yang diwajibkanberrnitra); g. Gubernur Bank Indon&, k Kepala Badan Pertanahan Nasional (bagi penanaman modal yang akan memiliki lahan); i. DirekturJenderal Pajalr; j. DirekturJenderal Bea dan Cukai, k DirekturJenderal Teknis yang bersangkutan; 1 gubernur yang bersangkutan; . m. bupati/walikota yang bersangkutan; n. kepala BKPM (khusus bagi Izin Prinsip Penanaman Modal yang dikeluarkan oleh PTSP PDPPM dan PTSP PDKPM); o. Kepala PDPPM (khwus bagi Izin Prinsip Penanaman modal yang dikeluarkan oleh PTSP B U M dan PTSP PDKPM); dan/atau p. Kepla PDKPM (khusws bagi Izin Prinsip Penanaman modal yang dikeluarkan oleh PI'SP BKPM dan PTSP PDPPM).

c .

..

(5) Izin..

(5) Izin Prinsip diterbitkan selarnbat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan dengan lengkap dan benar. (6) Bentuk Izin Prinsip sebagairnana dirnaksud pada ayat (5) tercantum dalam Lampiran IV. Bagian Ketiga Izin Prinsip Perluasan Penanaman modal

(1) Permohonan Izin Prinsip Perluasan, diajukan dengan menggunakan formulir kin Prinsip Perluasan sebagaimana tercantum dalarn Lampiran V, dalam bentuk hdcopy atau sofkopy berdasarkan investor m d l BKPM, dengan dilengkapi persyaratan oue a. rekarnan Izin Usaha, bila diperlukan; b. rekaman Akta Pendirian dan perubahakya, dilengkapi dengan pengesahan dari Departemen H u h dan HAM; c. keterangan rencana kegiatan, berupa 1. Uraian proses produksi yang mencantumkan jenis bahan baku dan dilengkapi dengan diagram alir (flbwc . ; 2. Uraian kegiatan wsaha sektor jasa. d rekaman Izin Prinsip M a t a u perubahannya. e. &lam ha1 terjadi perubahan penyertaan dalam modal p e r s e m yang mengakibathn terjadinya perubahan persentase saham antara asing dan Indonesia dalam modal p e r s e m atau terjadi p e * nama chn negara a d pempe harus menyampailcan : 1. kesepakatan penrbahan kompisi saham antara as@ dan Indonesia dalam p e r s e m yang d i w dalam bentuk rekaman Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RWS)/Keputusan Sirkular yang ditandatangani oleh seluruh pemegang saharn dan telah dicatat ( w w m e r w oleh Notaris atm rekaman Pernyataan Keputusan Rapat/Berita Acara Rapat dalarn bentuk Akta Notaris, yang memenuhi ketentuan pasal21 dan Bab Vi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang P e r s e m Terbatas, ' dilengkapi dengan bukti diri pemegang saham barn; 2. kronologis penyertaan dalam modal 'perseman sejak pendirian permban sampai dengan permohonan terakhir. f. Laporan Kegiatan Penanaman modal (LKPM); g. Permohonan Izin Prinsip Perluasan : 1. disampaiksn oleh direksi perusahaan ke PI'SP BKPM, PTSPPDPPM, atau ETSP PDKPM sesuai kewenangannya; 2. permohonan yang tidak secara langsung disampaikan oleh direksi perusahaan ke PTSP BKPM, PrSP PDPPM, atau PfSPPDKPM h m dilampiri surat kuasa; 3. ketentuan tentang s m t kuasa sebagaimana dimaksud pada anp;ka 2 diatur dalam Pasal63.
(2)Atas...

Atas permohonan sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) diterbitkan kin Prinsip Perluasan dengan tembusan kepada pejabat Instansi seba-na dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3) bagi penanaman modal asing dan Pasal 35 ayat (4) bagi penanaman modal dalam negeri. kin Prinsip Perluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan dengan lengkap dan benar. Bentuk Izin F'rinsip Perluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran VI. Bagian Keempat Izin Prinsip Perubahan Penanaman modal

Penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri dapat m e * a. ketentuan bidang usaha termasuk jenis dan kapasitas p d u k s i , dan/atau; b. penyertaan modal d a m p e r s e w c. jangka wabctu penyelesaian proyek yang kmanhunclalaru Izin Prinsip atau Izin Prinsip Perluasan.
Atas pembahm sebagaimana dimaksud pada a p t (1) perusahaan

harusmemilikiIzinPrinsipPerubahan. Permohonan Izin Prinsip Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat Q diajukan B;e PrSP BKPM, FTSP PDPPM,atau PrSP PDKPM seswai Bewenangmnya.

Perubahan penyertaan dalam modal perseman yang wajib memiliki Izin Prinsip Perubahan meliputi perubahan persentase kepemilikan sham asing serta perubahan nama dan negara asal pemilik modal asing. Pads pentsahaan terbuka ("Iblcl: a. wajib merniliki Izin Prinsip Perubahan apabila perubahan terjadi pada saham pendiri/pengendali yang dimiliki sekurang-kurangnya 2 (dua) tahm clan dilakukan di pasar modal dalam negeri; b. ti& diwajibkan memiliki Izin Prinsip Perubahan apabila perubahan terjadi atas saham yang berada dalarn kelompok saham masyarakat.

Jangka waktu penyelesaian proyek ditetapkan paling lama 5 (lima) tahun sejak tanggal diterbitkannya Izin Prinsip Penanaman Modal.
(2) Apabila.

..

(2) Apabila diperlukan, jangka waktu penyelesaian proyek sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) dapat diberikan perpanjangan tambahan waktu penyelesaian proyek.

(I) Perusahaan penanaman modal yang telah memiliki Izin Prinsip dan telah maupun yang belurn merealisasikan fasilitas fiskal/nonfiskal atau telah memiliki Izin Usaha, dapat mengubah lokasi proyek penanaman modalnya. (2) Atas perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (I), perusahaan . mengajukan permohonan Izin Prinsip Perubahan ke PTSP di lokasi yang baru dengan melampirkan surat rekomendasi pindah lokasi dari PrSP penerbit Izin Prinsip penanaman modalnya. (3) Perwahaqn yang bidang usahanya merupakan kewenangan Pemerintah clan akan melakukan perubhhan lokasi proyek penanaman modalnya, melaporkan perubahan lokasi proyek tersebut ke PI'SP BKPM.

(1) Perubahan atas ketentuan yang tercantum dalam Pendaftaran atau Izin Prinsip selain yang dimaksud dalarn Pasal 37 a p t (I), perusahaan harus melaporkan perubahan tersebut ke PI'SP yang menerbitkan Pendaftaran/ I i Prinsip dengan menggmahn zn formulir sebagaimana tercanhun dalam Lampiran VIIIA. (2) Be-kan laporan ten* perubahan sebagahana dhakwd pada a p t (I), PI'SP penerbit izin prinsip penamman modal atau pendaffaran penanaman modal menerbitkan surat telah mencatat perubahan tersebut, sebagaimana tercanhun dalam Lampiran VIIIB.

(I) Permohonan Ii Prinsip Perubahan Penanaman modal sebagaimana zn dimaksud dalam Pasal 37 ayat (I), dengan menggunakan formulir Izin F'rinsip Perubahan sebagaimana tercanhun dalam Lampiran IX, dalam bentdc h m b p y atau sofzcopy berdasahn investor module BKPM clan dilengkapi persyaratan: mkaman Ii Prinsip Penanaman M d l yang dirnohonkan zn oa a. penrb-ya; b. rekaman Akta Pendirian dan perubahannya, dilengkapi dengan pengesahan dari Departemen Hukwm dan HAM, c. untuk perubahan bidang wsaha (jenis/kapasitas produksi) dilengkapi dengan: 1. keterangan rencana kegiatan, berupa uraian proses produksi yang mencanhunkan jenis bahan baku dan dilengkapi dengan diagram alir (flowcharfh 2. rekomendasi dari instansi pemerintah terkait, bila dipersyaratkan. d. untuk perubahan penyertaan dalarn modal p e r s e m (persentase kepemilhn saharn asing) dilengkapi dengan: 1. kesepakatan...

1.

kesepakatan para pemegang saham tentang perubahan persentase saham antara asing dan Indonesia dalam perseroan yang dituangkan dalam bentuk rekaman Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)/Keputusan Sirkular yang ditandatangani oleh seluruh pemegang saham dan telah dicatat (wmmerkik@ oleh Notaris atau rekaman Pernyataan Keputusan Rapat/Berita Acara Rapat dalam bentuk Akta Notaris, yang memenuhi ketentuan pasal 21 dan Bab VI UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan dilengkapi dengan bwkti diri pemegang saham

b ,
hnologis penyertaan dalam modal perseroan sejak pendirian perusahaan sampai dengan permohonan terakhir; 3. lchusus untuk perusahaan terbuka Wk), permohonan dilengkapi dengan persyaratan sesuai ketentuan perundangan di pasar modal. untuk perubahan jangka waktu penyelesaian proyek dilengkapi denganaJ=npe*, Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) periode terakhiq Permohonan Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal 1. r l i s a m m oleh direksi penasaham ke PEP BKPM, PI'SPPDPPM, atau PrSP PDKPM sesuai kewenangannya; 2. permohonan yang tidak secara h p m g disampaikan oleh dire& penrsahaan ke VlSP BKPM, PI'SP PDPPM, atau PI5P PDWMharus dilampiri swat kuasa, 3. kekntuan tentang surat kuasa sebagaimana dimakswd pada
2.

e.
f.

g.

angErs 2 diaturdalam -63. Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan Ii Prinsip F b d d m n Penanaman M d l dengan ternbusan kepada zn oa pejabat Instsnsi sebagaimana dimalrsud dalam - 3 4 ayat (3) bagi penanaman m d l asing dan Pasal35 ayat (4) bagi p e n a n a m m d l oa oa
dalam negeri, 3iin Prinsip Pembhan Penanaman Modal diterbitkan selarnbatlambatnya 5 (lima) hari keqja sejak diterimanya permohonan yang Iengkap clan benar. Bentuk Izin F'rinsip Perubahan Penanaman Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalarn Lampiran X.
Bagian Kelima Izin Kantor Perwakilan Perusahaan Asing

Kegiatan Kantor P e r w m Perusahaan Asing (KPPA) di luar sektor keuangan wajib memperoleh izin dari PTSP BKPM. Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada PrSP B P &wan menggunakan formulir Model KWA KM sebagaimana Lampiran XI. kin KPPA diterbitkan dalarn bentuk Izin yang ditandatangani oleh &pala BWM atau pejabat yang ditunjuk, dengan tembusan kepada: a. Menteri.. .

a. Menteri Keuangan; b. Menteri Perdagangan; c. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; d. Kepala Perwakilan RI di Negara asal perusahaan asing; e. Gubernur/Bupati/ Walikota. (4) Surat Izin sebagairnana dirnaksud pada ayat (3) diterbitkan selambatlambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap clan benar. (5) Bentuk Izin KPPA . sebagaimana dirnaksud .pa& ayat (4) tercantum dalam Lampiran XI. Bagian Keenam Izin usaha

(1) Permahaan penanaman modal yang telah merniliki Pendaftaran /Izin Prinsip/Surat Persetujuan Penanaman Modal harm memperoleh I i zn Usaha untuk dapat memulai pelalcwmn kegiatan operasi/produksi komersial, kecwali ditentukan lain oleh peraturan penmdangllndaqp selctoral.

(2) Perusahaan penanaman modal yang telah memiliki I i Prinsip zn Perlussan/Surat Persetujuan Perluasan Penanaman Modal, harus memperoleh Izin Usaha Perluasan untuk &pat memulai pelaksanaan kegiatan operasi/prddai komersial a h p y e k perluasannya, kecuali ditentukan lain oleh peraturan permclang-undangan sektoral. (3) Perwahaan penanaman modal dalam negeri yang tidak memerlulcan fmilitas clan tidak memitiki Pendaftaran Penamman Modal diwajibkan mengajukan permohonan Izin Usaha pada saat m e l a h h n pmduksi komersial. (4) Perusahaan penanaman modal yang masing-masing telah memiliki Izin Usaha dan kemudian melakukan penggabungan perusahaan . (merger) lmgsung mewjukan permohonan Izin Usaha Penggabuqp Perusahaan Penamman M d l (merger). oa
(5) Pentsahaan penanaman modal yang telah memiliki bin Usaha dapat melakukan perubahan atas ketentuan yang tercantum dalam Izin Usahanyti, meliputi perubahan lokasi proyek, jenis produksi/diversSikasi produksi tanpa menambah .mesin/peralatan dalam lingkup Klasifiii Baku Lapangan Usaha yang sarna, penyertaan dalam modal perseroan, perpanjangan Izin Usaha dengan mengajukan permohonan Izin Usaha Perubahan.

(6) izin Usaha berlaku sepanjang perusahaan masih melakukan kegiatan usaha, kecuali ditentukan lain oleh peraturan penmdang-undangan sektoral.

(1) Permohonan Izin Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (I), ayat (21, ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) diajwkan kepada PTSP

yang menerbitkan Pendaftaran/Izin Prinsip/Izin Prinsip Perluasan/Izin Usaha. (2) Atas Swat Persetujuan atau Swat Persetujuan Perluasan Penanaman modal yang diterbitkan oleh BKPM sebelum berlakunya Peraturan ini, maka Permohonan Izin Usahanya, diajukan kepada PTSP BKPM, PTSPPDPPM, atau PTSPPDKPM sesuai kewenangannya.
(3) Permohonan I i Usaha sebagaimana climaksud dalarn Pasal 44 ayat zn (I), a p t (2) dan ayat (3) diajukan dengan menggunakan formulir Ii Usaha sebagairnana tercantum dalam Lampiran XI11 untuk yang zn berlokasi di luar kawasan industri dan Lampiran XIV untuk yang berlokasi di dalam kawasan industri, &lam bentuk hadcopy atau soAcopy bedasarkan investor module BKPM, dengan dilengkapi persyaratan: a Laporan Hasil Pemeriksaan proyek (LHP) untuk permohonan Izin , U a a atau Ii Usaha Perluasan sebagaimana dimaksud dalarn sh zn Pasal 44 ayat (1) dan ayat (2) yang kegiatan usahanya memerlukan fasilitas bea mas& atas impor barang dan bahan; b daman akta pendirian dan pengesahaa serta akta perubahan . dan pengesahm dari Departemen Hukum dan HAM; c. nhman PendaftamdIzin Prinsip/Izin P i s p Perluasan/Smt rni krsetuju8n Penanaman Modal/Izin Usaha dan/atau swt.at Persekxjuan Perluasan Penanaman ModaVIzin Usaha Perluasan
Y % dimililri; a

e.

bugti pengwmdpenggunam tanah atas nama : 1. ,rekaman sertifikat Hak Atas Tanah atm akta jual beli tanah oleh RAT, atau 2. relaman perjanjian sewa-menyewa tanah.
1.

2.

rekaman I i Mendidan Bangunan (IMB), atau zn rekaman akta jual beli/perjanjian sewa menyewa gedmg/

b -

zn 8 rekaman izin Ganggun (WG/HO) atau rekaman Surat I i . Tempat Usaha (SITU) bagi perusahaan yang berlokasi di luar 'Irawasanindustri, h. &man Laporan Kegiatan Penanaman modal (LKPM) periode krakhir, i. rekarnan persetujuan/pengesahan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) ataw rekaman persetujuan/pengesahan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) clan Upaya Pernantauan I,m&mgan (UPL); j. persyaratan lain sebagaimana diatur dalam peraturan instansi teknis terkait dan/atau perahuran daerah setempat; k permohonan ditandatangani 4 atas meterai cukup oleh direksi 7p e

1 .

Surat Kwasa bermeterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak dilakukan secara langsung oleh direksi perusahaan; m. ketentuan tentang surat kuasa sebagaimana dirnaksud pada butir 1 diatur dalam Pasal63 Peraturan ini.

(4) Permohonan lzin Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat

(4) diajukan dengan menggunakan formulir Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (meaer) sebagaimana tercantum dalam Lampiran XV, dalam bentuk hardcopyatau soffcopy berdasarkan investormodule BKPM, dengan dilengkapi persyaratan: a. Rekarnan Akta Pendirian Perusahaan dan perubahannya dengan pengesahan dari Departemen Hukum dan HAM untuk masingmasing perusahaan; b. Kesepakatan seluruh pemegang saham masing-masing perusahaan baik perusahaan yang meneruskan kegiatan ( s z m + ~company> maupun perusahaan yang menggabung (me* cornpan9 tenfang persetujuan penggabungan perusahaan dalam bentuk akta Pernyataan Keputusan Rapat Umurn Pemegang Saham yang memenuhi ketentwan Bab VI UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseman Terbatas; c. Resepakatan selunrh pemegang saham perusahaan yaitu perusahaan yang meneruskan kegiatan (sma* cornpan9 dan perusshaan yang menggabung (me* cornpa& tentang rencana penggabungan perusahaan CMeqger Rhd dalam bentuk akta merger yang telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Man&; d. Relcaman I i Usaha, I i Prinsip/Surat Persetujwan Penanaman zn zn Modal dan pembahamya dari masing-masing perusdwq e. Relcaman Laporan Regiatan Penanaman Modal (LKPM) periode tedchir bagi perusahan yang meneruskan kegiatan usaha
( s m d ewmpqs3;

f. Surat Kwasa bermeterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak dilakukan secara langsung oleh direksi p e r u d w q g. ketentuan tentang surat kuasa sebagaimana dimaksud pada butir 1 . diatur dalarn F'asal63 Peraturan ini.

(5) Permohonan Izin Usaha Perubahan sebagaimana dimaksud cialam F a d 4 4 ayat (5) diajukan dengan menggwnakan Surat Permohanan dengan dilengkapi data pendukung atas perubahan yang diajukan. (6) Perubahan atas ketentuan yang temntum dalam Izin Usaha selain yang dimaksud dalam pasal 44 ayat (5), perusahmn h a m melaporkan perubahan dengan menggunakan Surat Pernberitahuan. krdasarkan laporan perusahaan tersebut, PTSP menerbitkan Surat telah mencatat perubahan. (7) Atas permohonan sebagairnana dimaksud pada ayat (I), ayat (Z), ayat ( 1 clan ayat (5) diterbitkan Izin Usaha atau Izin Usaha Perluasan 3, atau Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger) atau Izin Usaha Perubahan dengan ternbusan kepada pejabat Instansi: a. Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang bersanglcutan;

b.

c. d. e. f.
g.

Kepala BKPM (bad izin usaha yang diterbitkan PI'SP di PDPPM atau PrSP di PDKPM); Direktur Jenderal Teknis yang bersangkutan; Dixktur Jenderal Pajak; Gubernur yang bersangkutan; Kepala PDPPM (bagi izin usaha yang diterbitkan PTSP di BKPM atau PrSP di PDKPM); Kepala PDKPM (bagi izin usaha yang diterbitkan PTSP di BKPM atau PTSP di PDPPM).

(8) Ii Usaha atau Izin Usaha Perluasan atau Izin Usaha Penggabungan zn Perusahaan Penanaman Modal (merger) diterbitkan selambatlambatnya 7 (tqjuh) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap clan benar.
(9) Izin Usaha Penrbahan diterbitkan selambat-larnbatnya 5 (lirna) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar.

(10) Bentulc I i Usaha atau Izin Usaha Perluasan sebagairnana dimaksud zn pada ayat (7) tercantum dalam Lampiran XVIk (11) Bentulc Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger) sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tercantum dalam Lampiran XVI B. (12) Bentuk Izin Usaha Perubahan sebagairnana dimaksud pada ayat (7) kmmtumdalarn Lampiran XVIC.

BAB VI PELAYANAN NONPERIZINAN PENANAMANMODAL


Bagian Kesatu Fasilitas Bea Masuk Atas Impor.Mesin, clanbahan
Paragraf 1 Permohonan Fiia Bea Mas& Atas Impor Mesin mlts

(1) Permohonan fasilitas bea masuk atas irnpor mesin bagi perusahaan perwwnm modal yang telah mendapat I i Prinsip Penanaman zn Modal baik dari PI'SP-BKPM, PI'SP-PDPPM, atau PEP-PDKPM diajukan kepada PrSP-BKPM dengan menggunakan formulir permohonan fasilicas atas impor mesin dan mengisi daftar mesin, sebagaimam tercantum dalam Lampiran XVII, dengan dilengkapi persyaratan: a. daftar mesin dan disket (softcop> daftar mesin (berdasarkan investormodule BKPM); b. Akta Pendirian Perusahaan; c. NPWP yang dirniliki; d. Nomor Induk Kepabeanan (NIK);
e. f.

Angka Pengenal Impor (API/APIT/API-P) ; Nomor Pengukwhan Pengwssha Kena Pajak,

uraian proses produksi yang mencantumkan jenis bahan baku dilengkapi dengan diagram alir (flow chart) khusus industri pengo-, h. kalkulasi kebutuhan kapasitas mesin produksi yang disesuaikan dengan jenis produksi di dalam Izin Prinsip Penanaman Modal; i. denah pabrik dan gambar tata letak mesin/peralatan atau gambar teknis gedwng/bangunan (terrnasuk mtuk hotel/ perkantoran); j. surat rekomendasi dari : 1. D i r e b Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi bagi perusahaan pertambangan dalam bentuk Kontrak Karya (KK)/Perjanjian Karya Perusaham Pertambangan Batubara (PKPZB); 2. D h b Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Burni/Dinas Pertambangan Setempat bagi penmihaan Penunjang Pertambangan dalam bentuk Izin Operasional untuk menempath mesin/peralatan; 3. Kepala Otorita Asahan untuk mesin untuk PT. Indonesia Asahan Al-urn (INALUM). k Data Teknis atau brosur mesin, 1 I i ' Prinsip Penansman Modal7 khusus Penunjang . zn Perlmhngm.diperlulcan Kontrak Keqja dengan Pemilik Kwasa P e 0 disertai Rekaman Kuasa P e r b d m g m (' I) @; m Laporan -tan Penanaman Modal (LKPM) p e r h k terakhiq n permohonan d i t a n d a w di atas meterai cukup oleh direks'i . p e e , Surat Kuasa bermeterai cukup untuk pengwrusan permohonan 0. yang tidalc secara langsungd i b h b n oleh direksi p e w 7 p. ketentuan tentang surat kuasa sebagaimana d h a h d pada butir 1diatur dalam F'asal63 Peraturan ini. (2) Waktu berlakunya pernberian hilitas bea masuk atas impor mesin diirikan selama 2 (dm) tahun sejak diterbitkan dan dapat diperpanjang semai dengan ketentuan. (3) Kepufusan Pemberian fasilitas untuk permohonan sebagaimana dimakad pada ayat (1) diterbitkan oleh PTSP-BKPM dalam bentuk Surat Persetujuan Fasilitas Bea Masuk dengan dilampiri daftar mesin, dengan tembusan kepada a. Menteri Keuangan; b. Direktur Jenderal Bea clan Cukai; c. Direktur Jenderal Pajak; d Direktur Jenderal terkait; e. Kepala PDPPM; f. Kepala PDKPM; g. Kepala Kantor Pelayanan Bea Cukai setempat.
g.

(4) Surat...

(4) Surat Persetujuan sebagairnana dirnaksud pada ayat (3) diterbitkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar (5) Bentuk Surat Persetujuan sebagaimana dirnaksud pada ayat (4) tercantum dalam Lampiran XVIII. Paragraf 2 PerubahanlPenambahan Fasilitas Bea ~ a s u k Impor Mesin atas

(1) Permohonan Perubahan/Penambahan Fasilitas Bea Masuk atas impor

Mesin bagi perusahaan penanaman modal yang telah mendapat Surat Persetujuan Fasilitas Bea Masuk sebagairnana dirnaksud dalam Pasal46 ayat (3), diajukan kepada PTSP BKPM dengan menggunakan form& permohonan perubahan/penambahan atas fasilitas impor mesin dan mengisi daftar mesin sebagaimana tercanhun dalam Lampiran XIX, dilengkapi persyaratan sebagai berikut a. Alasan perubahan atau penambahan Fasilitas Atas impor mesin; b. Daftar Mesin dan Disket ( o tcop9 Daftar Mesin (berdasarkan sf InvesforModule BKPM);

Nomor Pengultuhan Pengusaha Kena Pajak; Nomor Induk Kepabeanan (NIK); Angka Pengenal Impor (API/APIT/API-P); g. Uraian proses produksi yang mencantumlcan jenis bahan baku dilengkapi dengan diagram alir/flow c W khusus industri pew-; k KallarlaJi Kebutuhan Kapasitas Mesin Produksi yang disesuaikan dengan jenis produksi di dalam izin prinsip penanaman modal, i. D a t a T e ~ a t a u ~ m e s i n , Izin Prinsip P e mdal, khusus Penunjang Pertarnbangan j. diperlukan Kontrak Kerja dengan Pernilik Kuasa Pertambangan 0disertai Relaman Kuasa Pertambangan (KP); k. Laporan Kegktan Penanaman Modal (LKF'M) periode t e r a w , 1 Rekaman Surat Persetujuan Keringanan/Pembebasan Bea Masuk . atas impor mesin yang dimiliki, m. Laporan penjelasan reahsi impor mesin dengan menyampailan bukti-bukti berupa semua Pemberitahuan Impor Barang (FIB) yang telah diberikan persetujuan pengeluaran barang oleh DirektoratJenderal Bea dan Cukai; n. Permohonan ditandatangani'di atas meterai cukup oleh direksi permahaan; o. Surat Kuasa berrneterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak secara langsung dilakukan oleh direksi perusahaan; p Ketenhuuz tentang swat kuasa sebagaimana dimaksud pada . butir 1diatur dalarn Pasal63 Peraturan ini.

d. e. f.

(2) Keputusan pemberian fasilitas untuk permohonan perubahan/penambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh IJTSP-BKPM dalam bentuk Surat Persetujuan Perubahan/ Penambahan Fasilitas Bea Masuk Impor Mesin dengan dilampiri daftar mesin, dengan tembusan kepada pejabat sebagairnana dimaksud dalam Pasal46 ayat (3).
(3) Swat Persetujuan sebagairnana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterirnanya perrnohonan yang lengkap clan benar. (4) Bentuk Swat Persetujuan sebagaimana dirnaksud pada ayat (3), tercantum dalam Lampiran XX.

Paragraf 3 Perpanjangan Waktu Pengimporan Mesin

(I) Permohonan Persetujuan Perpanjarigan Waktu Pengimporan mesin bagi perusahaan penanaman modal yang telah mendapat Surat Persetujuan Fasilitas Bea Masuk, diajukan kepada VrSP BKPM dengan menggunakan formulir permohonan perpanjangan waktu pengimporan mesin, sebagaimma terwntum d a h n Lampiran XXI, dilengkapi persyaratan sebagai berikut: oa L P * e a. Laporan Kegiatan Penanaman m d l ( K W periode,t

b.

Belzaman Surat Persetqjuan Fasilitas Bea Masuk atas impor mesinyangdimiliki;

Rekaman Pernberitahuan Impor Barang (PIB) yang telah diberikan persetujuan pengeluaran barang oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Permohonan ditandatangani di atas meterai cukup oleh direksi e. p e e 7 f. Surat Kuasa bermeterai culcup untuk pengurusan permohonan yang tidak dilakukan secara langsung oleh direksi perusaham; g. ketentuan tentang surat kuasa sebagaimana dirnaksud pada butir f diatur dalam Pasal63 Peraturan ini, (2) Keputusan PerPanjangan Waktu Pengimporan Mesin untuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh VrSP BKPM dalam bentuk Surat Persetujuan dengan tembusan kepada pejabat sebagairnana dimaksud dalam Pasal4 6 ayat (3). (3) Surat Persetujuan sebagaimana dirnaksud pada ayat (2) diterbitkan selambat-lambatnya 4 (empat) hari kerja sejak diterimanya perrnoho~an yang lengkap dan benar. (4) Bentuk Surat Persetujuan sebagaimana dirnaksud pada ayat (31, tercantum dalam Lampiran XXII.
d.

Paragraf...

F'aragraf 4 Pernindahtanganan Barang Modal

Ketentuan mengenai tab cara pemindahtanggan mesin dan/atau barang dan bahan di atur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
.

Bagian Kedua Fasititas Bea Masuk Atas Impor Barang dan Bahan Paragraf 1 Perinohonan Fasilitas Bea Masuk Atas Impor Barang clan Bahan

(1) Permohonan Fasilitas bea masuk atas irnpor Barang dan bahan bagi penxsahaan penanaman modal yang telah mendapat persetujuan fasilitas pembebasan atas impor mesin diajukan ke ETSP-BWM dengan menggunakan form& permohonan persetujuan fasilitas atas impor barang dan bahan, sebagairnana tercantum dalam Lampiran

x2m

(2) P e w yang telah memiliki Izin Usaha, diberikan fasilitas bea masuP: atas pengirnporan barmg dan bahan untuk kebutuhan 2 (dm) lahun produasi dengan waktu pengimponin diirikan sekaligus

selama 2 (dm) tahun dan dapat diperpanjang pengimporan selama I 0 tahun sejak b e m y a Surat Persetujuan Fasilitas Bsntn%danW (3) Rzm&aan yang m e w mesin produ%si dalarn negeri dengan linglcat Krrmponen Dalam Negeri sem-kurangnya 30% (tiga gulwh persen), diberikan fasilitas bea masuk atas pengimporan &mqg dan bahan untuk kebutuhan 4 (emjxtt) tahun d e m waktu pengimporan diberikan sekaligws &lama 4 (empat) tahun terhiimg sejak tang@ keputusan fasilitas benr masuk atas irnpor barang clan baban, dan tida%&pat diperpanjang. (4) Plermohonan persetujuan fasilitas bea' masuk atas impor Barang dan b h n bagi penrsahasn penanaman modal, dilengkapi persyaratan: sf a Daftar barang dan bahan dan Disket ( o fcopy) Daftar Barang . dan bahan (be-kan Investor Modde BKPM); b NPWP yang dim*? . c. Nomor Peqpkuhan Pengusaha Kena Pajak; d Nomor Induk Kepabeanan (NIK); e. Angka Pengenal Impor (API/APIT/API-P); Uraian proses produksi yang mencanturnkan jenis bahan baku dilengkapi dengan diagram alir/flow chart khusus industri

f.

pen go la^, Kalkulasi Penggunaan Barang dan bahan sesuai dengan jenis p d u k s i yang dihasilkan oleh mesin utama;

h.
i.
j.

Denah pabrik dan garnbar tata letak mesh-mesin/peralatan atau garnbar teknis gedung/bangunan; Rekaman pemberitahuan impor barang (PIB) atas impor mesin atau faktur pembelian atas mesin dalam negeri; Surat Rekomendasi dari Kepala Otorita Asahan untuk Bahan Baku/penolong untuk PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM);

Data Teknis atau brosur barang dan bahan; Rekaman Surat Persetujuan Fasilitas Keringanan/Pembebasan Bea Masuk Impor Mesh dan Izin Usaha; m. Laporan Kegiatan Penanaman modal (LKPM) periode terakhiq n. Permohonan ditandatangani di atas meterai cukup oleh direksi pedaan; 0 . Surat Kuasa bermeterai cukup untuk pengumsan permohonan yang tidak dilakukan secara langsung oleh direksi perusahaan, p. ketentuan tentang swat kuasa sebagairnana dirnaksud pa& butir m diatur dalam Pasal63 Peraturan i i n, (5) Keputusan pemberian fmilitas untuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterbitkan oleh PI'SP-BKPM dalam bentuk Surat Persetujuan Pemberian Fasilitas Bea Masuk Impor Barang dan Bahan disertai lampiran Daftar Barang dan bahan, dengan t e m h kepada pqjabat sebagaimana dimaksud psda -46 ayat (3). (6) Surat Pemetujuan sebagahnana dimaksud pada a p t (6) diterbitkan selambolt-lambatnya 7 (tqjuh) hari keqja sejak diterhanya permohonan yang l ep clan benar. (7) Bentulr Surat Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tercantum dalam Lampiran XXIV

k. 1.

Paragraf 2 Perubahan/Penambahan Failitas Bea Masuk Atas Impor Barang dan bahan

(I) Permohonan Persetujuan Perubahan/Penambahan Fasilitas bea Masu% Atas Irnpor Baran. clan bahan bagi perusahaan penanaman d yang telah mendapat Surat Persetujuan Fasilitas, diajukan kepada PrSP-BKPM dengan m e n g g m h n formulir permohonan perubahan/penambahan persetujuan fasilitas atas impor barang clan bahan, sebagairnana tercantum dalam Lampiran XXV, dilengkapi persyaratan sebagai berikut : a Alasan perubahan atau penambahan Fasilitas Bea Masuk Atas Impor Barang dan bahan; b. Rekarnan pemberitahuan impor barang (PIB) unhrk Barang dan bahan yang sudah direalisasi atau faktur pembelian atas mesin dalarn negeri ; c. Rekaman Surat Persetujuan (SP) Fasilitas bea masuk atas impor mesin;

d. Rekaman...

Rekaman Laporan Kegiatan Penanarnan Modal (LKPM) periode terakhir; e. Permohonan ditandatangani di atas meterai cukup oleh direksi pernk? f. Surat Kuasa bermeterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak dilakukan secara langsmg oleh direksi perusahaan; g. Ketentuan tentang surat kuasa sebagaimana dirnaksud pada butir f diatur dalam Pasal63 Peraturan ini; (2) Keputusan Pemberian fasilitas untuk permohonan perubahadpenarnbahan pemberian fasilitas bea masuk atas permohonan sebagaimana clinuksud pada ayat (1) diterbitkan oleh PrSP BKPM dalam bentdc Surat Persetujuan Pembahan/Penambahan Pemberian Fasilitas Bea Masuk Atas Pengimporan Barang dan bahan disertai lampiran Daftar Barang dan bahan, dengan tembusan kepada pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal46 ayat (3).
(3) Surat Persetujuan sebagaimana dirnaksud pada ayat (2) diterbitkan selambat-Iambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya

d.

permohonan yang lengkap dan benar. (4) Bentuk Surat Persetujuan sebagaimana yang climaksud pada ayat (3) t e m t u m dalarn Lampiran XXVI. Perpanjjansan Waktu Pengimporan

Barang chn

(1) P&xmahmyang telah mempemleh fasilitas bea mas& atas impor Bwang clan bahan, apabila be1u.m menyelesaikan impornya dalam waktu 2 (dm) tahun diberikan perpanjangan waktu pengimporan selama 1 (satu) tahun terhitung sejak berakhirnya masa berlaku fasilitas Barang dan Bahan. (2) Permohonan Persetujuan Perpanjangan Waktu Pengimporan barang dan bahan bagi perusaham penanaman m d l yang klah mendapat oa Surat Persetujw Fasilitas Penanaman m d l diajukan kepada PEPoa, , B P dengan menggunakan formulir permohonan perpanjangan KM waktu pengimporan barang clan bahan, sebagaimana tercantum dalarn Lainpiran XXW dilengkapi persyaratan sebagai berikut : e* a Laporan Kegiatan Penanarnan modal (LKPM) peiiode tr, b. mkaman Surat Persetujuan Fasilitas Bea Masuk atas impor bsrrang dan bahan yang dirniliki; c. alasan perpanjangan waktu pengimporan; d. rekarnan Pemberitahuan Impor Barang (Pig) mtuk barang dan bahan atau faktur pembelian atas mesin dalam negeri; permohonan ditandatangani di atas meterai cukup oleh direksi e. perusahaan; f. Surat Kuasa bermeterai cukup untuk pengumsan permohonan y n tidak dilakukan secara 1angsu.q oleh direhi perusahaan; ag

g. ketentuan...

g.

ketentuan tentang surat kuasa sebagaimana dimaksud pada butir f diatur dalam Pasal63 Peraturan ini;

(3) Keputusan Perpanjangan Waktu Pengimporan barang dan bahan untuk permohonan sebagaimana lmaksud pada ayat (2) diterbitkan oleh PTSP BKPM dalam bentuk Surat Persetujuan dengan tembusan kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada Pasal46 ayat (3). (4) Surat Persetujuan sebagaimana dirnaksud pada ayat (3) diterbitkan selambat-larnbatnya 4 (empat) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar.
(5) Bentuk Surat Persetujuan yang dirnaksud pada ayat (4), sebagairnana tercantum dalam Lampiran XXVIII.

Bagian Ketiga Usulan Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) Badan

(1) Pe-rusahaan penanaman modal yang bergerak di bidang-bidang usaha

(2)

(3)

(4)

(5)

tertentu danlatau di daerah-daerah tertentu, dapat diberikan usulan untuk medapatkan fasilitas pajak penghasilan badan. Permohonan wsulsn untuk mendapatkan fasilitas pajak penghasilan badan bagi perusaham penanaman m d l wajib pajak dalam negeri oa, p e r s e w terbatas dan koperasi diajukan kepada PrSP-BKPM dengan menggunakan formulir Permohonan Us Fmilitas Pajak Penghadan 0 Badan, sebagaimana tercanhun dalam Lampiran XXK, d e w dilengkapi persymatan : a rekaznan akta pendirian berilcut pembahamya; b. I e w N P W P , c. relaman Izin Prinsip Penanaman modal tentang kegiatan usaha atau bentuk perizinan sejenis lainnya dari instansi yang berwenmg bedasarkan peraturan perundang-undangan; d. permohonan ditandatangani di atas meterai cukup oleh direksi penxsahaan; e. Surat Kuasa bermeterai cwkup untuk perqpuman permohonan yang tidak dilakukan secara lanpng oleh direksi perusahaan, f. ketentuan tentang Surat Kuasa sebagahana dimaksud pada butir e diatur dalam Pasal63 Peraturan ini. Atas permohonan sebagaimana dirnaksud pada ayat (2), Kepala BKF'M atau pejabat yang dihrnjuk menerbitkan swat usulan untuk mendapatkan fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) Badan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Pajak untuk memperoleh fasilitas perpajakm sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Swat usulan untuk mendapatkan fasilitas pajak penghasilan badan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan selambat-lambatnya 5 (lirna) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. Bentuk surat usulan untuk mendapatkan fasilitas pajak penghasilan badan sebagairnana tercantum dalam Lampiran XXX. Bagian...

Bagian Kelirna Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) Pasal54


(1) Pewhaan penanaman modal yang akan melaksanakan sendiri

pengirnporan mesin/peralatan dan barang dan bahan untuk dipergunakan sendiri dan/atau untuk mendukung proses produksi, h a m merniliki Angka Pengenal Importir Produsen (API-P). (2) Permohonan untuk memperoleh API-P sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) diajukan kepada PrSP BKPM dengan menggunakan forrnulir . API-P dan kartu API-P, sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXXI untuk formulir API-P dan Lampiran XXXIII untuk Kartu MI-P. (3) Permohonan untuk memperoleh API-P sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) aengkapi dengin persyaratan : a. rekaman akta pendirian dan perubahannya yang terkait dengan susunan direksi terakhir serta pengesahan dari Departemen Hukum dan HAM; b. rekamm surat keterangan domisili kantor pusat perusahaan yang masih berlaku dari kantor kelurahan setempat/fotokopi perjanjian sewa /konfrak tempat berzlsaha, c. reluman Pendsftaran/Izin Prinsip Penanaman ModaVSurat Persetujuan yang d i d i Q d reIraman Izin Usaha yang dimiliki;

Pasfoto terakhir cleqpn latar belakang warna merah masingmasing Pengurus atau Direhi Perusahaan yang menandatangani API-P 2 (dua) lembar ulnusln 3x4 h. mluman l i Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang zn masih berlaku bagi penandatangan API-P W q Negara Asing ap 0dan e r Karha Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia (WNi); i. Swat Kuasa (dari direksi) apabila penandaman dokumen h p o r ( h t u API-P)bukan direksi; j. permohonan ditandatangani di atas materai cukup oleh direksi p-; en k Surat Kuasa bemterai cukup untuk pengumsan permohonan . yang tidak dilakukan secara langsung oleh direksi perusahaan; Ketentuan tentang surat kuasa sebagaimana dimaksud pada butir 1. h diatur dalam Pasal6 1 Peraturan ini. (4) Atas permohonan API-P sebagaimana dimaksud pada ayat (Z), diterbitkan Angka Pengenal Importir Produsen yang ditandatangani oleh Kepala BKPM atau pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri Perdagangan, dengan ternbusan kepada : a. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri u.p. Direktur Impor;
g.

b Bank Indonesia... .

b. c. d. e.

Bank Indonesia/ULN, Direktur Teknis Kepabeanan Bea clan Cukai; Kepala PDPPM; Kepala PDKPM.

(5) API-P sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterbitkan selambatlambatnya 4 (empat) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar.
(6) Bentuk API-P sebagairnana dimaksud pada ayat (4), sebagairnana

tercantum dalam Lampiran XXXII;


(7) API-P berlaku sejak ditetapkan clan berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia dan selama perusahaan masih menjalankan kegiatan usahanya;

(8) Perusahaan pemilik API-P wajib melakukan pendaftaran ulang di ITSP BKPM setiap 5 (lirna) tahun sejak tanggal.penerbitan; (9) Pendaftaran ulang sebagairnana dirnaksud pada ayat (8) dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja, setelah rnasa 5 (lirna) tahun.

(I) Untuk setiap penrbahan ketentuan yang telah ditetapkan dalam API-P harus m e n g a j h permohonan perubahan API. (2) Permohonan perubahan API-P sebagaimma dimaksud pada ayat (I) diajukan kepada PISP BWM dengan menggwnakan formulir API-P dan kartu API-P, s e b a e tercanhun dalam Lampiran XXXI dan Lampiran XXW. (3) Permohonanuntuk perubahan API-P dilengkapi dengan persyaratan : a. h g b Pengenal Importir Produsen (API-P) lama asli; b. surat keterangan kehilangan dari kepolisian apabila kartu API-P lama c. rekaman akta pendirian clan perubahamya yang terkait dengm susunan dire& terakhir serta pengesahan dari Departemen Hukum dan HAM; d. rekaman surat keterangan domisili kantor pusat perusahaan y w masih berlaku dari kantor kelurahan setempat/fotokopi perjanjian s w /kontrak tempat berusaha, e e. rekaman Pendahran/Izin Prinsip Penanaman Modal/Surat fersetujuanyang m, f. rekarnan Izin Usaha yang dirniliki, g. rekaman NPWP Pemhaan sesuai dengan domisili; h. rekaman Tanda Daftar Perusahaan (TDP).; i. Pasfoto terakhir dengan Iatar behkang warna merah masingrnasing Pengurus atau Direksi Pemhaan 2 (dua) lembar ukuran 3x4 cm;

e;

j. rekaman...

swat penunjukan tenaga kerja Indonesia sebagai pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan; f. rekaman bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang rnasih berlaku bemarkan UU Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan ; g. rekomendasi dari Direktur Jenderal terkait, khusus bagi jabatan antara lain di Subsektor Migas, Pertambangan Umurn [Kontrak Karya Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKPZB) dan Kuasa Pertambangan (KP)] dan Listrik dan SubsektorJasa Pelayanan M w h. permohonan ditandatangani oleh direksi perusahaan; i. Swat Kuasa bermeterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak dilakukan oleh direksi perusahaan; ketentuan tentang m a t kuasa sebagiimana dirnaksud pada butir j. i diatur dalarn Pasal63 Peraturan ini. (3) Atas permohonan RPI'KA sebagairnana dirnaksud pada ayat (Z), diterbitkan pengesahan RPIXA yang ditandatangani oleh pejabat Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditempatkan di KM PTSP B P dalam bentuk Swat Keputusan Pengesahan RPIXA, dengan t e * kepada :

e.

(Ka,

a.
c.

Menteri Tenaga Kerja dan Tmmdgmsi; DiretturJenderal Pembinaan pengawasan KetenagakerJ'aan;

&

W h JenderalPembinaan Penempatan Tenaga Keqja;

(4) Swat Keputusm P e n g e d m RPI'KA diterbitkan selambat-lambatnya 3 (%a) hari kerja sejalc diterimanya permohonan y n lengkap dan ag benar. (5) Bentuk Surat Keputusan Pengesahan RPI'KA sebagaimana dimaksud dalam a p t (4) tercantum dalam Lampiran XXXIV.

(1) Setiap perubahan dan perpanjangan RP'I'KA harus memperoleh peng-m. (2) Perubahan RPIXA sebagaimana dirnaksud dalam ayat (1) meliputi perubahan jabatan, lokasi dan jumlah tenaga kerja asing diajukan kepada PI'SP-BKPM dengan rnenggunakan forrnulir RVIW\ sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXXIII.

(3) Perpanjangan RPTKA sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan kepada PTSP-BKPMapabila lokasi kerjanya lintas provinsi atau PTSPPDPPM apabila lokasi kerjanya ctalam 1 (satu) wilayah provinsi dengan rnenggunakan forrnulir RPTKA sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXXIII.
(4) Permohona.. n.

(4) Permohonan perubahan dan/atau perpanjangan RPlXA dilengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 54 ayat (2) ditambah rekarnan Surat Keputusan Pengesahan RPIXA yang sudah dimiliki. (5) Atas permohonan perubahan RPIXA sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diterbitkan Surat Keputusan Pembahan RPTKA yang ditandatangani oleh pejabat Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditempatkan di PrSP BKPM. (6) Atas permohonan perpanjangan RPIXA sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diterbitkan Surat Keputusan Perpanjangan RPI'KA yang ditandatangani oleh pejabat Departemen Tenaga Ferja clan Tmnmigmi yang ditempatkan di PTSP BKPM apabila lokasi kerja lintas pmvinsi dan ditandatangani oleh Kepala PrSP PDPPM apabila lokasi kerja dalam 1 ( satu) wilayah pmvinsi. (7) Surat Keputusan Perubahan dan/atau Perpanjangan RPI'KA . sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dan ayat (6) diterbitkan dengan ternbusan sebagaimana tersebut pada pasal56 ayat (3). (8) Surat Keputusan Perubahan dan/atau Perpanjangan RPIXA diterbitkan selambat-lambatnya 3 (@) hari kerja ~ j a k diterimanya permohonan yang lengkap clan benar. (9) Bentuk Surat Keputusan Pengesahan RPIXA sebagaimana dimaksud dalam a p t (6) tercantum dalam Lampiran XXXIV. Bagian Kehrjuh Visa Untuk Bekeqja

(I) TRA yang bekerja pada perwsahaan penanaman modal dan KWA yang sudah siap d a m ke Indonesia wajib merniliki Visa Untuk Bekerja yans diterbitkan oleh Kantor Perwakjlan Republik Indonesia di luar
negeri.

(2) Untuk mendapatkan Visa Untuk Bekerja sebagairnana dirnaksud pada

ayat (I), penrsahsan pengguna TKA h a m memiliki rekomendasi untuk memperoleh visa untuk bekerja (Rekomendasi TA.01) dari PrSP-BKPM d e w b e w m a n kepada ketentuan instansi yang berwenang di bidang ketenagakerjaan clan keimigrasian. (3) Permohonan Rekomendasi TA.01 sebagahana dimakswd pada ayat (2) diajukan kepada PI'SP-BKPM menggunakan formulir TA.01 sebagaimana t e m t u m dalam Lampiran XXXV dengan dilengkapi persyamtan : a. rekarnan keputusan pengesahan RPIXA, b. rekaman paspor TKA yang bersangkutan yang masih berlaku; c. daftar riwayat hidup terakhir (asli) yaw ditandatangani oleh yang bersangkutan; d. rekaman ijazah dan/atau sertifikat pendidikan serta bukti pengalaman kerja dalam Bahasa Inggns atau terjemahannya dalarn Bahasa Indonesia oleh penerjernah tersumpah;
e. rekaman...

(4)

(5)
(6)
(7)

(8)-

rekarnan akta atau risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RWS) tentang penunjukan/pengangkatan untuk jabatan direksi dan kornisaris; f. rekarnan swat penunjukan 'I'IC1'pendamping; K g. pas photo berwarna T A yang bersangkutan, ukuran 4x6 cm sebanyak 1 (satu) lembar; h. permohonan ditandatangani oleh direksi permsahaan; i. Surat Kuasa bermeterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak dilakukan oleh direksi perusahaan; ketentuan tentang Surat Kuasa sebagaimana dimaksud pada butir j. i diatur dalam Pasal63 Peraturan ini. Rekomendasi TA.01 sebagaimana dimaksud pada ayat (3)diterbitkan selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. Rekomendasi TA.01 sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berlaku untuk jangka waktu 2 (dm) bulan sejak diterbitkan. Bentuk Rekomendasi TA.01 sebagaimana dimaksud pada ayat (4), tercantum dalam Lampiran XXXVI. Rekomendasi TA.01 sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) selanjutnya disampaikan k* e pehrgas Imigrasi yang ditemPatkan di mp-BKPM. Apabila permohonan V s Untuk Bekerja be-%sn ia Rekomendasi TA.01 disehrjui, petugas fmigrasi yang ditempatkan di PrSP-Bmenerbitlcan Surat Pemberitahuan Persehrjuan Pemberian V s dan ia mengininkannya melalui telex ke Kantor Perwakilan Indonesia di negara asal Tenaga Kerja Asing. e.

Bagian Kedelapan IzinMempekerjakan Tenaga Kerja Asing

(I) Perwsahsan yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib merniliki IzinMempekerjakan Tenaga Kerja Asing 0. (2) Perusahaan Penanaman modal dan KPPA dapat mengajukan permohonan IMTA atas tenaga kerja asing yang telah merniliki Visa Untuk Bekerja. (3) Permohonan W A diajukzm kepada PrSP-BKPM dengan menggunakan formwlir IMTA,' sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXXV7dengan dilengkapi persyamtan: a. reh.man Perjanjian Kerja dengan perusahaan yaw mempekerjakan; b. bukti pernbayaran Dana Kompensasi Penggunaan Tenaga Kerja Asing dari bank yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transrnigrasi; c. rekarnan Polis Asuransi; d. rekaman swat pemberitahuan tentang persetujuan pemberian e. f.

visa; pas photo berwarna ukwran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;


permohonan ditandatangani oleh direksi perusahaan;

Surat Kuasa bermeterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak dilakukan secara langsung oleh direksi perusahaan; h. ketentuan tentang Swat Kuasa sebagaimana dimaksud pada butir g diatur dalam Pasal63 Peraturan ini. (4) Atas permohonan IMTA sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diterbitkan Persetujuan IMTA yang ditandatangani oleh pejabat Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditempatkan di Pl'SP BKPM dalam bentuk Swat Keputusan IMTA, dengan ternbusan kepada: a. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; g.
c.

d. e. f.

Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan; Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja; Direktur Jenderal Imigrasi; Direktur Jenderal Pajak;

(5) Surat Keputman IMTA sebagainana clhahud pada ayat (4) dibxbitkan sehbat-lambatnya 3 (tiga) hari kezja sejak diterimanya

p e r m o a yang lenglcap dan benar. (6) S m t Keputusan IMTA sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berlaku paling lama 1 (satu)tahun dan &pat diperpanjang. (7) Bentuk Surat Iceputwan M A sebagaimana dimalaud pada ayat (4), temntumdalamLampiran XXXM.

(1) Ddwn ha1 penashan penanaman modal

dan KPPA akan memperpanjang IMTA wajib mengajulian permohonan perpanjangan M A dengan menggunakan formulir IMTA, kepada: a. FBP-BKPM untuk TKA y w lokasi kerjanya lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi clan TKA yang bekerja di KPPA; b. PI'SP-PDPPM untuk TKA ymg lokasi kerjanya lintas wilayah Irabupaten/kota dalarn 1 (satu) provinsi., c PISP-PDKPM untuk TKA yang l o h i kerjanya dalam satu . kabupaten/kota; (2) Permohohan sebagairnana dimaksud pada ayat (1) diajukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelurn S IMTA dari TKA yang K b e e t a n berakhir masa berlakunya, dengan menggunakan formulir IMTA sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXXV, dilengkapi persyaratan : a. rekaman Surat Keputusan IMTA sebelumnya yang akan diperpanjang;
*

bukti pembayaran Dana Kompensasi Penggunaan Tenaga Kerja Asing dari Bank yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transrnigrasi; c. rekaman Polis Asuransi; d. program pendidikan dan pelatihan TKI pendamping; K e. rekaman S RWKA yang mash berlaku, f. pas photo berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dm) lembar; g. permohonan ditandatangani oleh direksi perusahaan; h. Surat Kuasa bermeterai cukwp untuk pengurusan permohonan yang tidak dilakukan secara langsung oleh direksi perusahaan; i. ketentuan tentang swat kuasa sebagaimana dirnaksud pada butir h diatur dalam Pasal63 Peraturan ini; (3) Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pejabat Departemen Tenaga Kerja dan Tmndgmi y e ditempatkan di PTSP BWM atau Kepala PTSP PDPPM atau Kepala PI'SP PDKPM menerbitkan Surat Keputusan Perpanjangan . IMTA dengan ternbusan kepada instansi terkait, sebagaimana tersebut dalam pasal59 a p t (4). (4) Surat Kepwtusan Perpanjangan M A diterbitkan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan . benar. (5) 5)ntu.k Surat Keputusm Perpanjangan M A sebagaimana dimaksud pada a p t (3, tercantum dalam Lampiran XXXM. b.

BagianKesembilan
LAYANAN INFORMAS1 DAN LAYANAN PENGADUAN

(1) layanan informasi yang terkait dengan penanaman m d l dilakukm oa deh PrSP B P , PrSP PDPPM atau PrSP PDKPM kepada para KM penanrunmd. (2) byanan informasi sebagaimana climaksud dalam a p t (1) juga diberikan oleh FTSP BKPM kepada penyelenggara PrSP P P M dan DP PrsP PDKPM serta oleh PrSP PDPPM kepada penyelenggara FTSP PDKPM. (3) Ruang hgkup yang disediakan mencakup informasi dan birnbiian, antara lain tentang: a penyelenggaraan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan penanaman modal di PTSP; b. prosedur alur proses/mekanisme pelayanan penerbitan persetujuan Perizinan dan Nonperizinan; c. pengisian forrnulir permohonan Perizinan dan Nonperizinan; d persyaratan, peraturan dan ketentuan yang terkait dengan proses penerbitan persebjuan Perizinan dan Nonperizinan. Paragraf Kedua...

Paragraf Kedua Layanan Pengaduan

(1) PTSP BKPM, RSP PDPPM atau RSP PDKPM menyediakan layanan pengaduan atas penyelenggaraan pelayanan penanaman modal bagi para Penanam Modal. (2) Pengaduan atas penyelenggaraan pelayanan penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan cara langsung disampaikan kepada PTSP BKPM atau PTSP PDPPM atau PTSP PDKPM dan secara tidak langsung melalui SPIPISE.
BAB VII KETEMZTAN LAIN

surat Kuasa Pasal63


1

Penandadan pengwnxsan permohonan penanarnan modal ke ITSP BKPM, PTSP F'DPPM, atau Pl'SP PDKF'M &pat dilakukan sendiri oleh pewhon atau pihak lain yang diberi kuasa oleh pemohon dengan surat kuasa asli bermeterai cukup yang dilengkapi identitas diri yang jelas dari penerima kuasa.

(2) Rderian kuasa s e b a m dimaksud pada ayat (I) dapat disertai dengin halt substitusi

( ) Iknerima kuasa sebagaimana d.im&ud pada ayat (I), d e w 3 persetqjuan terhdis terlebih dahulu dari pemohon dapat memberjkan kuasa tanpa hak subtitusi kpada pihak lain. (4) Bentuk m a t kuasa sebagaimna dimaksud pada ayat (1) dan ayat ( ) Z, temtum dalam Lampiran XXXVIII untuk Bahasa Indonesia dan bpiranX2WXuntukbahasaInggris. (5) Bentuk surat kuasa sebagaimana dirnaksud pada ayat (3), tercanhun dalam Lampiran 2U untuk Bahasa Indonesia dan Lampiran XLI untuk , bahasaInggris. (6) Bentuk persetujuan terhalis sebagaimana dimaksud pada ayat (3), t e m t u m dalam Lampiran XLII untuk bahasa Indonesia dan Lampiran XLFIluntukbahasaInggris.

Surat kuasa yang dibuat di luar negeri diiakukan di hadapan notaris atau dicatat (wsstmerkmg) oleh notaris di negara setempat atau dilegalisasi oleh Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri atau oleh perwakilan negara asal pemohon di Indonesia.

(1) Dalam rangka penyeragaman penomoran atas Perizinan dan

Nonperizinan penanarnan modal yang diterbitkan oleh PTSP BKPM, PTSP PDPPM dan Pl'SP PDWM perlu dilakukan pengatman format penomom.
(2) for a . . mt.

Format penomoran sebagairnana dirnaksud pada ayat (I), mencakup penomoran perusahaan serta penomoran produk perizinan dan nonperizinan. Penomoran perusahaan yang selanjutnya disebut dengan Nomor Perusahaan diberikan secara otomatis oleh SPIPISE bagi perusahaan yang sudah berstatus Badan Hwkum. Penomoran produk perizinan dan nonperizinan, mencakup komponen antara lain: a. nomor urut surat; b. kode wilayah PTSP penerbit perizinan dan nonperizinan; c. kode jenis perizinan dan nonperizinan yang diterbitkan; d kode jenis penyertaan modal perusahaan penanaman modal; e. tahun penerbitan perizinan dan nonperizinan. setiap komponen tersebut dipisahkan dengan garis miring. Khusw untuk format penomoran atas Izin Usaha, setelah penulisan kode jenis perizinan dan nonperizinan diikuti dengan pencanturnan sektor usaha atas Izin Usaha yang diterbitkan. Kode wilayah FTSP sebagaimana dirnaksud pada ayat (2) butir b, diatur sebagai berikut : a kode wilayah untuk PI'SP BKPM adalah angka 1 (satu); b kode wilayah untUtr PI'SP F'DPPM d VrSP PDKPM mengm . m kepada ketentuan kode wilayah yang diatur oleh Badan Pusat Stat&& (BPS); c. penulisan kode wilayah untuk PllSP PDKPM,diawali dengan kode wilayah PDPPM dilanjutkan dengan kode wilayah PDKPM Kale jenis perizinan dan nonperizinan sebagahm climaksud pada apt (2) butir c, diatur sebagai berikut : a. kode untuk P n ePenanaman Modal adalah PPM (huruf P M dalarn kapitau; P b. kode untuk I i Prinsip Penanaman Modal adalah : zn 1. Izin Prinsip Penanaman Modal adalah IP/I . ( h d IP dalam kapital garis miring satu mmawi); zn oa 2. Ii Prinsip Perluasan Penanaman M d l adalah IP/II (huruf IP dalarn kapital garis miring dm mrnawi); 3. Izin Prinsip Perubahan Penanarnan Modal adalah IP/III (huruf IP dalam kapital garis miring tiga mmawi). c. kode untuk Izin Usaha Penanarnan Modal adalah : 1. Ii Usaha Penanaman Modal adalh IU/I (huruf IU dalam zn kapital garis miring satw romawi); 2. kin Usaha Perluasan Penanaman Modal adalah IU/II (huruf IU dalam kapital garis miring dua rumawi); 3. Izin Usaha Perubahan Penanarnan Modal adalah IU/III (huruf IU dalam kapital garis miring tiga mmawi).
'

(8) Rode jenis penyertaan modal perusaham penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) butir d adalah :

a. kode untuk penanaman modal yang mengandung modal asing adalah PMA (huruf P A ditulis dalam kapital); M b. kode untuk penanaman modal yang seluruh modalnya adalah modal dalam negeri adalah PMDN (huruf PMDN ditulis dalam kapital). (9) Contoh penulisan format penomoran perizinan dan nonperizinan dicantumkan dalam Lampiran XLIV. (10) Untuk pengatumn nomor urut dan format penomoran atas suratsurat lainnya yang terkait dengan perizinan dan nonperizinan mengacu kepada Peraturan Kepala BKPM Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pedornan Tata Naskah Dinas Badan Koordinasi Penanaman modal.

B B VIII A KEENTUAN PERALIHAN

(1) Semua perizinan dan nonperizinan penanaman modal yang telah diterbihn sebelum berlakunya Peraturan ini dinyatakan tetap berlaku sampai masa b e r b y a perizinan dan nonperizinan

berakhir. (2) Semua permohonan peniinan dan nonperizinan penanaman modal yang telah diterima serb clinyaidm Iengkap clan benar clan masih dalam tahap penyelesaian sampai tanggal 31 Desember 2009, akan diproses seswai dengan Peraturan ini.

(1) Urusan pemerintahan di bidang penanaman m d l yang sudah oa menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan Pasal 11 ayat (3) huruf a dan Pasal 12 n Nomor 27 Tahun 2009 tentang ayat (3) hunrf a Peraturan M Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal d i h k s a h n oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. (2) Dalam ranglca menjaga kesinambuqpn pelayanan penanaman modal, PEP-BKPM dapat mempmses permohonan Perizinan dan Nonperizinan atas urusan Pemerintahan di bidan. penanaman modal yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) PI'SP-BKPM dapat memproses permohonan perizinan dan nonperizinan sebagaimana dirnaksud pada ayat (2) pa@ lama 2 (dm) tahun sejak Peraturan m i d e n Nomor 27 Tahun 2009 ditetapkan.
(4) Proses...

(4) Proses permohonan perizinan dan nonperizinan sebagaimana dirnaksud pada ayat (3), tidak akan dilakukan oleh FTSP BKPM apabila Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota sudah menyatakan siap melakukan pemrosesan permohonan Perizinan dan Nonperizinan melalui surat Gubernur atau Bupati/ Walikota kepada Kepala BKPM, dengan bentuk surat sebagaimana Lampiran XLV.

BAB I X

KETENTUANPENUTUP

(1) Pedornan cara menilai permohonan sarnpai dengan penerbitan Perizinan sebagaimana tersebut dalarn Pasal 13 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e serta Nonperizinan sebagaimana tersebut dalam Pasal 13ayat (3) huruf d, h u d e, hunxf f dan huruf g akan diatur tersendiri Kepala BKPM mengenai Pecloman Telcnis Penilaian Perizinan dan Nonperizinan. (2) kcloman cara menilai permohonan sampai dengan penerbitan Nonperizinan sebagaimana tersebut dalam Pasall3 ayat (3) huruf a, huruf b huruf c akan diatur tersendiri dengan Peraturan Kepah , Badan Koodinasi Penanaman modal mengenai Pedoman Teknis Pelayman Failitas Fislral Penanaman modal.

Dengan berlakunya Peraturan ini : a. Keputwan K @ e Badan Koorcbsi Penanaman modal Nomor 57/SK/2004 tentang Pedornan dan Tata Cara Permohonan Penanaman modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman modal dalarn negeri dan Penanaman modal a s h , sebagaimana telah diubah beberap kali teralchir dengan Peraturan Kepala Baclan Koordinasi Penanarnan modal Nomor 1/P/2008;

b.

Peraturan Kepala Badan Koodmsi Penanarnan modal Nomor 89/W2007 tentang Pedoman dan T t Cara Permohonan Fasilitas aa Pajak Penghasilan Bagi Perusahaan Penanam Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanarnan modal Nomor 2/P/2008, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari 2010. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 Desember 2009


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL KEPALA,

ttd
GlTA WIRJAWAN

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 2 3 Desember 2009 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASf MAMJSIA REPUBLIK INDONESIA,

PATRIALIS AKBAR
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 508

Salinan sesuai dengan aslinya


-undangan,

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BKPM NOMOR : 12 TAHUN 2009 TANGGAL : 23 DESEMBER 2009

Bentuk ~ermbhonan Pendaftaran Penanaman Modal (InveshnenfRegispation Apphtion Fom)


PERMOHONAN PENDAFI'ARAN PENANAMAN MODAL (MPLICA27ON F R ~ S T ~ R E 7TON) I O G

Permohonan PENDAFTARAN PENANAMAN MODAL ini diajukan kepada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (ESP) untuk rencana penanaman modal dalam rangka Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007. 77%IYAGSTMENTREGI5lTAl?ON is herewith submitted to fhe One Doox Integrated Services Ofice for the purpose ofritvestment under the Investment Law No, 25 of 2007,
I. KEI'ERANGAN PEMOHON I. D_ETAIDOFAPPLICRNT

Jika perusahaan belum%erbadan hukum maka pemohon diisi dengan data seluruh d o n pemegang saharn perusahaan yang akan didirikan. If& company bnot yet i n c o r p m then the applicant dafa should h tZed out with ~ dpfi'czi)anPs &L6n of the company wEch b abouffo l~ establi'shed.
Atme of C b r n ~(fentative/fixed)7 : y 2 Nama Pemohon , .............................................. Name o f A p p t h f .............................................. 3. Penyertaan Dalam Modal Perseroan Shanholdq fs) Hanya diisi untuk perusahaan penanaman modal asing For fox&n direct investmentcompanyody
a. Peserta Asing FOE^ ShmhoIder 6)
v

1. Nama Pemrsahaan (kn&M/fefsp) 7

..............................................

.............................................

Alamat dan Negara Asal Address and Country


ofol&il

Rp/US$ *)

% **)

Sub Total

b. Peserta Indonesia Indoneskn Shamholder () s

Alamat Addres

Rp/US$ *)

% **)

c. Total ( a + b )
- /.firiw wsch is not applicable
' -- I m w

100%

&m/the

pemntage is upon

1. Surat dari instansi pemerintah negara yang bersangkutan atau surat yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besar/kantor perwakilan negara yang bersangkutan di Indonesia untuk pemohon adalah Pemerintah Negara Lain;

2.
3.

4.

5.

6.

7.

Letter of recommendation from the related country or letter which is issued by the Embassy/ Repreentative Officeof the related counfry in Indonesia ifthe applicant is me Government of another counfry; Rekaman paspor yang masih berlaku untuk pemohon adalah perseorangan asing; Cbpy of validpassport ifthe applicantis foreign indndua4 Rekaman Anggaran Dasar (Article of Asswiafion) dalam bahasa Inggris atau terjemahannya dalam bahasa Indonesia dari penterjemah tersumpah untuk pemohon adalah badan usaha asing; &py o f M c l e of Assoaation of the company in English or its franslations in Bahasa h m sworn translatorifthe applicantis fore@ company; Rekaman Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku untuk pemohon adalah perseorangan Indonesia; fipy of v . d Identity C r (m) the applicant is Indonesian individual; ad if Rekaman Akta Pendirian Perusahtian clan perubahannya beserta pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk pemohon adalah badan usaha Indonesia; w ofrlrlfileof Estabfihmntof hhe wmpany mdanymettdment 0and appmva.i y hfhe r dhw and Human Rtphts i the applicantis i n mfed under fhe f ~ liew of Republic of Indonesia; Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) baik unhrk pemohon adalah pemmrangan Indonesia maupun badan usaha Indonesia; Cbpy of Tax Reg&zfion Code Number ( P ) for the appfimf, either for N W hdon& indin'dual or wmpany wlu'ch% i w p m s under fhe law of Repubfic o I nrotd f hdonesia; Permohonan ditandatangani di atas materai cukup oleh seluruh pemohon (bila perusahaan belum berbadan hukurn) atau oleh direksi perusahaan (bila perusahaan sudah berbadan hukum) dilengkapi Surat Kuasa bermaterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak dilahkan secara langsmg oleh pemohon/direksi perusahaan. (kefenhranfenbug surfifkuma diafurpadjl Pad 63Pemtmm in$. m appfiationshodd be proprfv and d d y s~jpedwith sufficientstamp duty by all s applicants (if the company is not yet incorporated) or by the company's &Board of Dtkefom (if fhe company is already incopmted) affached with Power of A fforney m'fhsufficientsfamp duty from wlmm signs and/or subm6bfhe appliicafrbn if the by applicant is ~ p n s e n f e d anofher party (prowkions concerning the Power of (arhcle 6 ) 3. Attorney is sfrictlyregulatedinthis reg~zlation
B D N KOORDINASI PENANAMAN MODAL AA KEPALA,
ttd
GITA WIRJAWAN

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB/PENGURUS


1. Nama

Alamat domisili Jabatan No. Identitas No. IMTA Contoh Tanda Tangan
2. Nama Alamat domisili Jabatan No. Identitas No. IMTA Contoh Tanda Tangan
3. Nama

................................................................

................................................................

................................................................ ................................................................ ................................................................ ................................................................

Alamat domisili Jabatan No. Identitas No. Il\/TTA Contoh Tanda Tangan
4. Nama

Alamat domisili Jabatan No. Identitas No. M A Contoh Tanda Tangan

................................................................ :............................................................... ................................................................ ................................................................ ................................................................

................................................................ ................................................................ ................................................................ ................................................................ ................................................................ ................................................................ ................................................................ ................................................................ ................................................................ ................................................................ ................................................................

....................................................-........... ................................................................

I_

Ketentuan : a. Perusahaan pemilik API-P wajib mengajukan pennohonan perubahan API-P kepada Kepala PlSP BKPM dengan tembusan kepada Direktur Irnpor xlambat-larnbatnya 30 (tiga puluh) hari sejak : 1) Pembahadpenambahan mengenai kegiatan usahanya; 2) Perubahan mengenai setiap perubahan bentuk badan usaha, pengurus/direksi penandatangan AFI-P,narna dan alamat perusahaan, NPWP perusahaan dan lokasi proyek. b. API-P dibekukan apabila : 1) Tidak rnelakukan pendaftaran ulang di Pl'SP BKPM setiap 5 (lima) tahm sejak tanggal penerbitan selambat-larnbatnyadalam waktu 30 ha* 2) Tidak melaporkan realisasi irnpor baik dalam ha1 terealisasi atau tidak terealisasi, sekali dalam 3 (tiga) bulan kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan
PTSP BKPM 3) Tidak melaporkan setiap pembahan yang terkait dengan data API-P paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak terjadi perubahan kepada PrSP BKPM
c. API-P yang telah dibekukan sebagaimana dimaksud humf b, bam dapat diaktifkan kembali apabila : 1) Telah melakukan pendaftaran ulang di PTSP BKPM setiap 5 (lima) tahun sejak tan~gal pcncrbitan 2) Telah melaporkan realisasi impor baik dalam ha1 terealisasi atau tidak terealisasi, sekali dalam 3 (tiga) bulan kepada Direktur Jenderal Luar Negeri dan ITSP BKPM 3) Telah melaporkan setiap perubahan yang terkait dengan data API-F paling lama 3 ( (tiga puluh) hari sejak terjadi perubahan kepada PI'SP BKPM

d. API-P

LAMPIRAN XXXIII PERATURAN KEPALA BKPM NOMOR : 12 TAHUN 2009 TANGGAL : 23 DESEMBER 2009

Bentuk Permohonan Pengesahan Rencana Penggmaan Tenaga Kerja Asing


KOP SURAT BKPM Nomor : Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal :Permohonan Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Kepada Yth. Bapak Kepala BKPM di -

.....................

Bersama ini kami mengajukan permohonan pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RETKA) bagi proyek karni yang telah memperoleh Pendaftaran/Izin Prinsip Penanaman Modal No. ..................... tanggal ......................... (proyek baru/perluasan*). Terlampir kami sampaikan daftar isian RPIXA.

..............................................
Nama terang, tanda tangan, jabatiin, cap perusahaan

1. Alasan pengunaan tenaga kerja asing 2. Rekaman Pendaftaran Penanaman Modal/lzin Prinsip Penanaman Modal/Izin Usaha yang dimiliki; 3. Rekaman akta pendirian perusahaan yang telah disahkan oleh Departemen Hukum dan HAM dan perubahannya terkait dengan susunan direksi dan komisaris perusahaan; 4. Domisili perusahaan dari Pemerintah Daerah setempat; 5. Bagan struktur organisasi perusahaan; 6. Jumlah tenaga kerja Indonesia yang ditunjuk sebagai pendamping tenaga kerja asing dan jumlah tenaga kerja Indonesia yang dipekerjakan; 7. Bukti lapor ketenagakerjaan yang telah disahkan oleh Kantor Depnaker setempat (UU No. 7 Tahun 1981); 8. Khusus bagi jabatan di Subsektor Migas, Pertambangan Umum (Kontrak Karya/KIC, Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara/PKPZB dan Kuasa Pertambangan/KP) dan Listrik dan Subsektor Jasa Pelayanan Medik, melampirkan rekomendasi dari Direktur Jenderal yang terkait; 9. Pem~lol~onaiz ditarldatallganl cii atas ~t~aterai cukup ole11dlreksl peruaahaan; 10. Surat Kuasa bermaterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak dilakukan oleh direksi perusahaan.

You might also like