You are on page 1of 13

Eceng Gondok (Euchoria crassipes) Klasifikasi enceng gondok dari kingdom sampai spesies adalah sebagai berikut.

Kingdom Divisi Sub divisi Suku Jenis

: Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae : Pontederiaceae : Eichornia crassipes Marga : Eichhornia

(http://uchi11sm-bluspy.blogspot.com/2008/01/eceng-gondok-tumbuhanpengganggu-yang.html) Tanaman eceng gondok merupakan tanaman air yang mempunyai beberapa keunggulan dalam kegiatan fotosintesis, penyediaan oksigen, dan penyerapan sinar matahari. Bagian dinding permukaan akar, batang, dan daun memiliki lapisan yang sangat peka sehingga pada kedalaman yang ekstrem sampai 8 meter dibawah permukaan air masih mampu menyerap sinar matahari serta zatzat yang terlarut dibawah permukaan air. Akar, batang dan daunya juga memiliki kantung-kantung udara sehingga mampu mengapung di air. Tangkai eceng gondok menggembung, di dalam gembungannya tersebut terdapat udara yang berfungsi membantu pengapungan tanaman pada permukaan air. Udara yang terdapat di dalam rongga udara ini diperoleh dari hasil fotosintesis. Menurut Pandey ( 1980 ) Rongga udara selain sebagai alat pengapungan juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan oksigen dari proses fotosintesis. Oksigen ini digunakan untuk respirasi tumbuhan di malam hari dengan menghasilkan karbondioksida yang akan terlepas ke dalam air.

Seperti kebanyakan tanaman darat eceng gondok merupakan salah satu tumbuhan yang mempunyai stomata yang berfungsi untuk tempat keluar masuknya gas-gas ke dalam tumbuhan yang dilakukan secara difusi yang terdapat pada bagian daun. Stomata pada tanaman ini biasa ditemukan pada bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara terutama pada bagian daun, batang, dan rizom, yang tersusun sejajar. Selain itu, dapat terlihat pula daun enceng gondok yang dominasi berwarna hijau baik permukaan maupun dasar daun. Hal tersebut merupakan indikasi adanya klorofil atau zat hijau daun sehingga enceng gondok mampu melakukan fotosintesis yang membutuhkan CO2 dan H2O dan dengan bantuan sinar matahari akan menghasilkan glukosa dan oksigen dan senyawa-senyawa organik lain. Berikut adalah beberapa bentuk-bentuk penyesuaian struktur dan fungsi tubuh eceng gondok: a. Akar Bagian ini ditumbuhi dengan bulu-bulu akar yang berserabut berfungsi untuk pegangan atau jangkar tanaman. Peranan akar eceng gondok lebih pada kemampuannya dalam menyerap zat-zat yang diperlukan di dalam air. Pada ujung akar terdapat kantung akar yang man di bawah sinar matahari akan berwarna merah, susunan akarnya dapat mengumpulakan lumpur atau partikel-partikel zat yang terlarut dalam air. b. Daun Tergolong makrofita yang terleak di atas permukaan air yang di dalamnya terdapat rongga udara sebagai alat pengapung tanaman. Klorofil terdapat pada sel eepidermis. Permukaan atas daun dipenuhi mulut daun dan bulu daun. Rongga udara selain untuk penampungan juga sebagai penyimpan O2 saat fotosintesis. c. Tangkai Tangkai eceng gondok berbentuk bulat menggelembung yang di dalamnya penuh dengan rongga udara yang berperan untuk mengapungkan tanaman di permukaan air.

http://lidhakireii.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikum-biologidasar_1551.html

Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sebanyak 85-90 % dari bobot segar sel-sel dan jaringan tanaman tinggi adalah air (Maynard dan Orcott, 1987). Fungsi air bagi tanaman yaitu: (1) sebagai senyawa itama pembentuk protoplasma, (2) sebagai senyawa pelarut bagi masuknya mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan sebagai pelarut mineralnutrisi yang akan diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel yang lainnya, (3) sebagai media terjadinya reaksi-reaksi metabolik, (4) sebagai reaktan pada sejumlah siklus asam trikarboksilat, (5) sebagai penghasil hidrogen pada proses fotosintesis, (6) menjaga turdigitas sel dan berperan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran sel, (7) mengatur mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata, membuka dan menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu, (8) berperan dalam perpanjangan sel, (9) sebagai bahan metabolisme dan produk akhir respirasi, serta (10) digunakan dalam proses respirasi (Noggle dan Frizt, 1983). Tanaman juga mengalami dehidrasi atau cekaman air tidak hanya karena kondisi kekeringan dan salinitas tinggi, tetapi juga karena suhu rendah (frost). Tanaman menanggapi dan beradaptasi terhadap cekaman air untuk mempertahankan diri dari cekaman lingkungan tersebut. Cekaman air sering menyebabkan hambatan pertumbuhan, produksi, dan bahkan menyebabkan kematian. Agar tetap dapat hidup dalam kondisi kekurangan air, maka tanaman harus memiliki sistem pertahanan terhadap cekaman lingkungan tersebut (Widyasari et al., 2004). Cekaman kekeringan dapat mempengaruhi berbagai mekanisme seluler, biokimia, dan fisiologi tanaman. Pada tingkat seluler kekeringan mengakibatkan kehilangan air protoplasmik sehingga konsentrasi ion meningkat, menghamabar fungsi-fungsi metabolik, dan meningkatkan kemungkinan terjadinya interaksi antar molekul yang dapat menyebabkan denaturasi protein dan fusi membran. Pengaruh negatif cekaman kekeringan terhadap tanaman ditentukan oleh tingkat cekaman dan fase pertumbuhan tanaman saat mengalami cekaman. Pengaruh negatif cekaman kekeringan terhadap tanaman ditentukan oleh tingkat cekaman dan fase pertumbuhan tanaman saat mengalami cekaman (Anonim, 2008). Mekanisme toleransi pada tanaman sebagai respon adanya cekaman kekeringan meliputi, (1) kemampuan tanaman tetap tumbuh pada kondisi kekurangan air yaitu dengan menurunkan luas daun dan memperpendek siklus tumbuh, (2) kemampuan akar untuk menyerap air di lapisan tanah paling dalam, (3) kemampuan untuk melindungi meristem akar dari kekeringan dengan meningkatkan akumulasi senyawa tertentu seperti glisin, betain, gula alkohol, atau prolin untuk osmotic adjustment, dan (4) mengoptimalkan peranan stomata untuk mencegah hilangnya air melalui daun. Dengan adanya osmotic adjustment tersebut memungkinkan pertumbuhan tetap berlangsung dan stomata tetap terbuka (Lestari, 2006). Berdasarkan ketersediaan air di lingkungan, tanaman dibagi menjadi 3, yaitu

xerofit yang beradaptasi pada habitat kering, mesofit yang memerlukan air dalam jumlah banyak dan atmosfer yang lembap, dan hidrofit yang bergantung pada lingkunan yang sangat lembap atau tumbuh sebagian atau seluruhnya dalam air (Hidayat, 1995). Tumbuhan xerofit beradaptasi terhadap kekurangan air dengan menutup stomata, menggunakan lapisan kutikula yang tebal, memperkecil bidang penguapan dan menyimpan air (Levitt, 1980). Ciri-ciri tumbuhan xerofit antara lain, (1) menggugurkan daunnya pada musim panas, (2) melipat atau mengubah posisi daun untuk mengurangi pancaran cahaya, (3) mempunyai daun berduri sebagai pertahanan diri, (4) mempunyai batang dan kulit tebal, berlilin, serta berbulu tebal untuk mengurangi laju transpirasi, dan (5) akarnya mampu menjalar mendekati permukaan tanah (Anonim, 2007). Contoh tanaman xerofit yaitu kaktus (Opunctia sp) memiliki keistimewaan yang menyebabkan dapat bertahan hidup di lingkungan dan suasana kering. Tanaman ini memiliki batang dan daun yang tebal. Bagian-bagian ini dilapisi oleh tebal kutikula dan lilin di lapisan permukaan yang berfungsi mencegah kehilangan air pada proses transpirasi (Kimball, 1965). Mesofit adalah tanaman yang lazimnya terdapat di daerah yang lebih basah dan tidak memperlihatkan morfologi yang ekstrim, tetapi tanaman ini dimungkinkan mengalami panjangnya waktu stress air selama kekeringan. Tanaman mesofit menggunakan stomata untuk mengkonvensi keadaan stress yang ringan sampai yang berat (Anonim, 2006). Hidrofit merupakan tanaman yang hidup pada lingkungan basah atau tergenang. Contoh tanaman hidrofit adalah Anacharies lilies, memiliki akar utama yang kecil dan tidak memiliki bulu-bulu akar (Kimball, 1965). III. METODOLOGI Praktikum Dasar-dasar Ekologi acara 4 yang berjudul Adaptasi Tanaman pada Faktor Air ini dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada hari Senin tanggal 28 Maret 2011. Alat-alat yang digunakan adalah pisau atau silet, mikroskop, kaca preparat, dan pensil. Kemudian bahan yang digunakan yaitu tanaman mesofit, dalam praktikum yang digunakan tanaman jagung (Zea mays), tanaman kedua yaitu jenis tanaman xerofit sampel yang digunakan berupa tanaman kaktus (Opunctia Sp.), dan jenis tanaman yang ketiga yaitu tanaman hidrofit, sampel yang digunakan yaitu eceng gondok (Eichornia crassipes), serta gabus. Cara kerja yang dilakukan yaitu pertama-tama tanaman mesofit, hidrofit, dan xerofit diamati secara morfologis, bagian tanaman digambar dan diberi keterangan yang sesuai dengan bagiannya. Kemudian satu tanaman dari masing-masing kelompok dibuat sayatan penampang melintang dan membujur daunnya untuk diamati secara anatomis. Pengamatan morfologis meliputi: habitus tanaman; benttuk batang dan cabang-cabangnya; bentuk daun, tankai daun, permukaan daun, dan ketebalan daun; dan struktur akar. Pengamatan anatomis meliputi: penampang melintang daun (ketebalan kutikula, letak stomata, banyak/sedikitnya

jaringan pengangkutan, ada tidaknya tempat penimbunan air, aerenkim, dan sebagainya), penampang membujur daun meliputi: bentuk sel epidermis, banyak sedikitnya stomata, dan sebagainya. Setelah diamati, kemudian skema/gambar tanaman dibuat baik secara morfologis maupun anatomis, dilengkapi dengan keterangan bagian-bagiannya. IV. HASIL PENGAMATAN A. PENGAMATAN MORFOLOGI 1. Kaktus ( Opunctia sp ) Keterangan gambar : 1. Batang 2. Daun 3. Akar Deskripsi : Kaktus memiliki habitus, herbaseus, tegak, daun berbentuk seperti duri, batang menjadi seperti daun pipih atau persegi, hijau berdaging percabangan aksiler tak terbatas, akar serabut, tersebar luas ditanah lapisan atas. Tanaman xerofit mempunyai bentuk modifikasi daun yang berupa duri yang digunakan untuk mengatur penguapan pada kondisi kering. Tanaman xerofit juga memiliki batang yang panjang dan bentuk yang sesuai untuk daerah kering Tumbuhan sekulen, batang tebal, berusuk dan berdaging dengan jaringan penympan air. Batang bersegi, daun-daun telah tereduksi menjadi duri-duri. Sendi daun dengan duri temple dan rambut vili. Akarnya serabut yang dapat mencapai kedalaman dua sampai tiga kaki (Tjitrosoepomo, 2002). 2. Jagung ( Zea Mays ) Keterangan gambar : 1. Helaian daun 2. Upih daun 3. Batang 4. Akar adventif 5. Akar serabut Deskripsi : Jagung termasuk tanaman mesofit yaitu tanaman yang beradaptasi pada kondisi air yang cukup, tidak terlalu banyak air, dan tidak terlalu sedikit air(kapasitas lapang). Habitus jagung tegak, daunnya berbentuk pita, tangkai daunnya kecil atau hampir tidak ada, bentuk batangnya bulat atau hampir bulat, tidak ada percabangan, dan sistem perakarannya serabut. Tanaman ini menggunakan stomata sebagai alat untuk mengkonversi air dan menghindari keadaan stress yang sedang sampai stress yang berat. Jagung mempunyai sel kipas, inilah yang

membedakannya dengan 2 jenis tanaman tadi. Tanaman jagung mempunyai habitus tegak, daun berbentuk pita dimana permukaan daun bagian atas berbulu sedang permukaan bawah halus, tangkai daun kecil atau hampir tidak ada, bentuk batang bulat tidak bercabang dan struktur akarnya serabut. Hidup di tempat yang cukup air, daun berbentuk pita, batang tidak bercabang. Tipe batang: batang berumput yaitu batang yang tidak keras, mempunyai ruasruas yang nyata dan sering kali berongga. Batang tidak bercabang. Daun berupih atau berpelepah. Daun terdiri atas upih dan helaian. Helaian daun berbentuk pita. Daun-daun bertulang sejajar atau lurus. Mempunyai satu tulang daun ditengah yang besar membujur. Sedangkan tulang-tulang yang lain jelas lebih kecil dan nampaknya semua mempunyai arah sejajar dengan ibu tulang daun tadi. Oleh karena itu disebut tulang sejajar. Berakar serabut dengan cabang yang banyak (Hidayat, 1995). 3. Enceng Gondok ( Eichornia crassipes ) Keterangan gambar : 1. Helaian daun (lamina) 2. Tangkai daun (petiole) 3. Akar dengan kantung akar Deskripsi : Eceng gondok punya habitus batang yang tereduksi, bentuk daun bulat atau hampir bulat, tebal, permukaan kedua sisi daun halus, tangkai daun membengkak dan membentuk jaringan spon yang menjadi organ pengapung tumbuhan, percabangan dengan stolon, perakaran dengan serabut dan berbulu untuk menangkap unsur hara yang larut dalam air. Herba mengapung, kadang berakar dalam tanah, menghasilkan tunas merayap yang keluar dari ketiak daun, di mana tumbuh lagi tumbuhan baru. Batang simpodial mempunyai rongga udara, berakar serabut dan mengapung. Daun mempunyai helaian yang sering kali lebar dengan bentuk bulat telur. Tulang daun melengkung rapat dan pada pangkal mempunyai upih, tersusun berseling atau dalam rozet (Tjitrosoepomo, 2002). B. PENGAMATAN ANATOMIS 1. Penampang melintang Daun a. Kaktus ( Opunctia sp ) Keterangan gambar : 1. Kutikula tebal 2. Stomata tersembunyi 3. Epidermis 4. Jaringan palisade

5. Hipodermis 6. Jaringan penyimpan air Deskripsi : Pada penampang melintang daun kaktus, daun dilapisi oleh kutikula yang sangat tebal, daun berdinding tebal, adanya lapisan lilin, menutup stomata penuh pada siang hari serta tersembunyi. Keadaan yang lain yaitu ruang sel yang dimiliki relatif kecil, akar yang sangat panjang. Sedangkan ciri yang khusus yaitu adanya jaringan penyimpan air yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air secara efisien. Semua itu dilakukan sebagai bentuk adaptasi tanaman yang hidup pada kondisi air yang ekstrem yaitu kekeringan agar dapat bertahan hidupdan tetap eksis dan tidak punah. Tanaman kaktus juga terdapat epidermis, jaringan palisade, hipodermis, dan jaringan penyimpan air. Ukuran sel kecil dan tebal. Kutikula tebal dan impermeable. Sistem jaringan pembuluh dan stomata bertambah rapat, jaringan tiang bertambah sedangkan jaringan spon berkurang. Stomata terletak didasar cekungan yang letaknya di permukaan daun (Hidayat, 1995). b. Jagung ( Zea Mays ) Keterangan gambar : 1. Sel kipas 2. Trikoma 3. Kutikula 4. Epidermis atas 5. Mesofil 6. Berkas Pengangkut yang belum terdeferensiasi 7. Epidermis bawah 8. Stoma Deskripsi : Struktur daun jagung dengan mesofil yang tidak terdeferensiasi (Eames dan Daniels, 1947). Tanaman ini menggunakan stomata sebagai alat untuk mengkonversi air dan menghindari keadaan stress yang sedang sampai stress yang berat. Jagung mempunyai sel kipas, inilah yang membedakannya dengan 2 jenis tanaman tadi. Tidak ada pembagian sel tiang dan spon. Lapisan dibawah epidermis letaknya teratur (Hidayat, 1995). c. Enceng Gondok ( Eichornia crassipes ) Keterangan gambar : 1. Kutikula 2. Epidermis atas 3. Rongga stoma 4. Jaringan palisade 5. Sklerenkim

6. Rongga udara 7. Stoma 8. Berkas pengangkut 9. Epidermis bawah Deskripsi : Eceng gondok kutikulanya tipis, mempunyai epidermis seperti yang dimiliki tanaman lain namun fungsinya untuk jalan keluar gas untuk memperoleh unsur unsur atau zat zat tertentu yang terlarut dalam air. Selain itu juga terdapat rongga stoma, jaringan palisade, sklerenkim, ruang udara, stoma, berkas pengangkut, dan epidermis bawah. Terdapat rongga udara yang dipisahkan oleh sekat tipis yang terdiri dari satu sampai dua lapisan sel berkloroplas. Jumlah jaringan pengangkut sedikit terutama jaringan xylem. Kutikulanya tipis seperti juga dinding selnya (Hidayat, 1995). 2. Penampang membujur Daun a. Kaktus ( Opunctia sp ) Keterangan gambar : 1. Jaringan penyimpan air 2. Epidermis 3. Jaringan pengangkut 4. Stomata Deskripsi: Pada penampang membujur kaktus terdapat klorofil sebagai pembentuk zat hijau daun serta terdapat ruang antar sel yang berfungsi sebagai celah transport materi yang akan diproses untuk kebutuhan tanaman kaktus tersebut. Jumlah stomata banyak dan terletak di permukaan atas. Sel epidermis dilindungi oleh lilin untuk mencegah kehilangan air (Hidayat, 1995). b. Jagung ( Zea Mays ) Keterangan gambar : 1. Epidermis daun 2. Sel epidermis dengan dinding sel yang berkelok-kelok 3. Stomata tipe graminae Deskripsi : Penampang membujur pada daun memilki epidermis yang terdapat dinding sel yang berkelok-kelok serta terdapat stoma yang bertipe Graminae, sel penutup berbentuk halter membuka dan menutup sejajar stoma. Bentuk dan sebaran stoma pada irisan membujur daun jagung bagian atas (stoma lebih banyak terdapat pada permukaan daun). Stomata banyak terdapat pada permukaan bawah daun. Bagian utama terdiri dari

sel ramping dan memanjang. Sel penutup stomata berasosiasi dengan sel disampingnya (Hidayat, 1995). c. Enceng Gondok ( Eichornia crassipes ) Keterangan gambar : 1. Sel epidermis daun 2. Stomata Deskripsi : Pada penampang membujur daun epidermis daun eceng gondok, Stomata yang dimiliki oleh tumbuhan ini berbeda dengan yang dipunyai jagung yaitu dalam distribusinya, stomata eceng gondok tercecer sedangkan pada jagung (Zea mays) teratur berjajar. Selain eceng gondok (Eichornia crassipes) yang terapung, ada tumbuhan hidrofit lain yaitu yang tenggelam misalnya ganggang (Algae), dan yang melayang misalnya Hidrilla sp. Daun eceng gondok terdapat banyak stomata dan terletak dipermukaan daun bagian atas (Hidayat, 1995). V. PEMBAHASAN Pada praktikum acara 4 ini mengenai adaptasi tanaman terhadap air. Semua makhluk hidup tidak terkecuali air sangat membutuhkan air dalam aktivitasnya. Tanaman memiliki adaptasi yang berbeda-beda, ada yang bisa hidup di daerah dengan ketersediaan air yang berlebih, kurang maupun sedang. Air merupakan penyusun utama dari jaringan tanaman yang merupakan media untuk metabolisme sel dan media untuk transportasi antar sel maupun organ tanaman. Banyaknya air yang tersedia dipengaruhi oleh beberapa hal tergantung dari keadaan porositas tanah, banyak intensitas cahaya matahari, keadaan iklim, dan sebagainya. Tanaman mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi pada lingkungan yang memiliki ketersediaan air yang berbeda sehingga tanaman memiliki ciri atau karakteristik yang membedakan antara tanaman yang satu dengan yang lainnya. Jumlah air yang tersedia tergantung dari keadaan porositas tanah, banyak intensitas cahaya matahari, keadaan iklim, dan sebagainya. Dengan berbagai kondisi kadar air yang tidak sama di permukaan bumi baik tumbuhan , hewan, maupun manusia harus menyesuaikann diri terhadap keadaan tersebut agar dapat exsis atau bertahan hidup. Kemampuan makhluk hidup dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya atau beradaptasi tiap jenis makluk hidup berbeda, meski tidak menutup kemungkinan ada yang sama. Tanaman yang beradaptasi pada lingkungan yang banyak air tentu saja memiliki ciri atau karakteristik yang membedakannya dengan tanaman yang berdaptasi pada lingkungan sedikit atau kekurangan air. Ciri dan karakteristik yang dimiliki tanaman yang berbeda dalam beradaptasi pada lingkungan air yang berbeda dapat menjadi petunjuk dan mempermudah bagaimana membedakan adaptasinya tanaman banyak air (Hidrofit), dendan tanaman sedikit air (Xerofit) dengan tanaman yang menghendaki atau lebih suka

pada keadaan air yang cukup sebagai bentuk adaptasinya (mesofit). Hal ini dapat diamati langsung dari bentuk morfologis dan lebih mendetail lagi pada bagian anatomis atau fisiologisnya sehingga, dapat dimengerti bahwa tumbuhan beradaptasi dengan lingkungan dapat dengan melakukan perubahan bentuk pada tanaman (morfologi atau struktur) yang dapat dilihat secara visual maupun melalui perubahan anatomi dalam tubuh serta cara kerja fisiologisnya. 1. ENCENG GONDOK (Eichornia crassipes). Enceng gondok merupakan tanaman yang masuk kedalam tanaman Hidrofit. Tanaman Hidrofit adalah tanaman yang bisa beradaptasi dengan kondisi air yang berlebihan. Secara morfologi, tanaman enceng gondok memiliki batang yang berongga dan mempunyai kantong akar pada ujung akarnya. Daun enceng gondok tipis dan lebar, hal tiu bermanfaat untuk mempercepat penguapan. Daun yang lebar juga berguna untuk menjaga keseimbangan antara masuknya air dengan besarnya pengeluaran air melalui evapotranspirasi. Tanaman ini memiliki akar yang pendek karena akar tersebut dengan mudah mencari air untuk tumbuh. Enceng gondok memiliki kutikula yang tipis yang berfungsi untuk menahan banyaknya air yang masuk ke dalam sel. Kemudian kantong akar bisa mencegah banyaknya air yang masuk agar tidak berlebihan dan mencegah pembusukkan akar karena selalu berada dalam air. Secara anatomis pada penampang melintang eceng gondok terdapat berjas pengangkut dan rongga udara (aerenkim) yang berfungsi sebagai tempat penyimpan udara sehingga membantu unuk mengapung. Rongga ini aktivitasnya adalah mengisi O2 dan diubah menjadi CO2 pada saat respirasi. Rongga ini sangat penting bagi tanaman yang hidup di air karena kadar oksigen yang banyak dalam air dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan akar mengalami penyusutan. Sedangkan pada penampang membujur, eceng gondok memiliki stomata yang jumlahnya banyak dan terdapat di permukaan daun bagian atas. Stomatanya terletak di bagian permukaan atas daun. Ini bertujuan agar terjadi penguapan secara intensif supaya kelebihan air pada tubuh tanaman dapat dikurangi. Stomata yang dimiliki oleh tumbuhan ini berbeda dengan yang dipunyai jagung yaitu dalam distribusinya, stomata eceng gondok tercecer dan menyebar sedangkan pada jagung teratur berjajar. Hal ini menunjukkan proses evapotranspirasi cukup besar. Selain enceng gondok (Eichornia crassipes) yang terapung, ada tumbuhan hidrofit lain yaitu yang tenggelam misalnya ganggang (Algae), dan yang melayang misalnya Hidrilla sp. 2. JAGUNG (Zea mays) Jagung merupakan salah satu tanaman yang termasuk tanaman mesofit, dimana tanaman mesofit dapat beradaptasi dalam kondisi air yang cukup yang sering disebut kapasitas lapang. Kapasitas lapang bisa diartikan air tersebut tidak banyak tapi juga tidak sedikit. Secara morfologisnya, habitus jagung tersebut tegak. Memiliki daun yang panjang, tipis dan tidak terlalu lebar. Ini berfungsi agar penguapan tersebut bisa optimum. Namun ada pula yang berdaun pita, permukaan atasnya berbulu (memiliki trikoma). Bulu-bulu atau trikomata padda permukaan

atas daun berfungsi untuk mengurangi terjadinya transpirasi agar tidak berlebihan sehingga tanaman tersebut tidak kekurangan air pada saat udara panas. Bentuk batangnya kecil, tidak berongga, beruas-ruas, bulat atau hampir bulat, tidak ada percabangan. Batang yang kecil berfungsi agar pengangkutan air tidak berlebihan dalam tubuh tanaman. Untuk sistem perakarannya serabut, mempunyai akar adventif, dan tidak terlalu panjang karena ketersediaan air yang mencukupi. Secara anatomis, pada penampang melintang daun jagung sel epidermis tanaman ini termodifikasi menjadi sel kipas yang berfungsi untuk mengurangi transpirasi. Pada saat tekanan turgor pada sel kipas tinggi maka daun akan membuka, sebaliknya bila tekanan turgor rendah maka daun akan menggulung. Pada permukaan atasnya terdapat trikoma dan kutikula. Mesofit pada jagung tidak terdiferensiasi. Stomatanya ada pada bagian permukaan bawah daun agar transpirasi tidak terjadi berlebihan. Ada juga jaringan palisade yang berfungsi untuk melakukan fotosintesis. Berkas pengangkut belum terdiferensiasi. Pada penampang membujur daun jagung ditemukan sel epidermis yang berbentuk persegi panjang dengan dinding sel yang berkelok-kelok dan stomata yang bertipe graminae dan terdapat sel penutup berbentuk halter yang membuka dan menutup sejajar poros stomata. Tanaman ini menggunakan stomata sebagai alat untuk mengkonversi air dan menghindari keadaan stress yang sedang sampai stress yang berat. Tanaman mesofit memiliki ciri yang agak berbeda dengan tanaman hidrofit maupun tanaman xerofit. Jagung mempunyai sel kipas, inilah yang membedakannya dengan 2 jenis tanaman tadi. Selain itu, terdapat trikoma. Stomata yang dimiliki tersusun secara teratur. Sedangkan bagian lain yang juga dimiliki oleh hidrofit dan xerofit yaitu adanya jaringan pengangkut, kutikula yang berlapis tipis, meski distribusi dan kuantitas berbeda atau bahkan fungsinya kurang berperan karena digantikan bagian yang lain. 3. KAKTUS (Opunctia sp). Kaktus termasuk kedalam tanaman yang hidup pada kondisi kering yang disebut tanaman xerofit. Tanaman xerofit, berdasar proses awal terbentuk terbagi menjadi 2 jenis yaitu tanaman yang resisten (asli tanaman xerofit) dan tanaman yang beradaptasi pada lingkungan kering tapi tidak asli tanaman xerofit melainkan mencoba bertahan pada lingkungan kering, contohnya padi lahan kering. Selain itu berdasarkan responnya terhadap kondisi kering, tanaman xerofit terbagi menjadi 3 jenis yaitu tanaman yang menghindar (escape), tanaman yang tahan, dan tanaman yang toleran. Tanaman yang menghindar biasanya berumur pendek dan membentuk biji serta buah. Sedangkan tanaman yang tahan potensial osmotiknya rendah dan mengeluarkan senyawa prolin untuk menyesuaikan potensial osmotiknya. Senyawa prolin merupakan komponen asam amino terbesar dalam jaringan (30% dari total nitrogen terlarut). Peranan senyawa prolin adalah sebagai penampung nitrogen dari berbagai senyawa nitrogen yang berasal dari kerusakan protein. Selain itu, berfungsi sebagai senyawa pelindung untuk mengurangi pengaruh kerusakan cekaman air di dalam sel. Kandungan senyawa prolin pada daun yang mengalami cekaman kekeringan sebesar 10-100 kali lipat lebih besar daripada daun yang berkecukupan air. Begitu tanaman terlepas dari

cekaman air, senyawa prolin akan segera terdegradasi menjadi glutamat. Kaktus merupakan contoh tanaman yang resisten dan toleran terhadap kondisi kering. Secara morfologis, kaktus beradaptasi dengan mereduksi daun dalam bentuk duri atau jarum serta rambut daun fungsinya untuk mengurangi penguapan air dan untuk pendinginan adaptasi selain itu, daun dilapisi oleh kutikula yang sangat tebal, daun berdinding tebal. Daun juga terdapat lapisan lilin yang menutup stomata penuh pada siang hari serta tersembunyi. Batangnya bertipe herbaseus yang tebal dan berdaging. Tanaman ini berbatang tebal untuk melindungi dari penguapan berlebih karena tempat yang panas dan ketersediaan air sedikit. Tanaman ini memiliki tipe percabangan aksiler tak terbatas dan memiliki lapisan lilin untuk mengurangi penguapan. Tipe akarnya serabut dan memanjang di dalam tanah agar mudah menyerap air dan unsur hara. Sistem perakarannya adalah penetrasi yang dalam sehingga memungkinkan absorpsi lebih efisien Secara anatomis, pada penampang melintang sel epidermis tanaman ini mengalami penebalan kutikula untuk mengurangi kehilangan air yang teradsorpsi. Selain itu, untuk beradaptasi pada daerah yang ketersediaan airnya sedikit, kaktus memerlukan jaringan penyimpan air. Stomatanya tersembunyi untuk memperkecil air yang keluar dari tubuh. Untuk menyimpan air maka di dalam sel tanaman ini terdapat jaringan penyimpan air yang ada di bawah hipodermis. yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air secara efisien Pada kaktus juga dilengkapi jaringan palisade. Ruang antar selnya relatif kecil. Keadaan yang lain yaitu ruang sel yang dimiliki relatif kecil, akar yang sangat panjang. Sedangkan ciri yang khusus yaitu adanya jaringan penyimpan air yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air secara efisien. Semua itu dilakukan sebagai bentuk adaptasi tanaman yang hidup pada kondisi air yang ekstrem yaitu kekeringan agar dapat bertahan hidup dan tetap eksis dan tidak punah.yang mewakili tanaman xerofit. Pada penampang membujur terdapat banyak stomata di jaringan palisade yang berfungsi untuk fotosintesis. Stomatanya menutup penuh pada siang hari. Hal ini dilakukan agar tanaman dapat hidup pada kondisi air yang ekstrem yaitu kekeringan.

Rhoedis color

You might also like