You are on page 1of 17

ARTIKEL HASIL PENELITIAN

Oleh: Ardhi Prabowo, NIM. 4101504011

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam pandangan siswa sekolah dasar secara umum, mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang susah untuk dimengerti. Indikasi yang paling mudah ditemukan adalah hasil belajar siswa yang cenderung kurang memuaskan. Terutama pada perolehan nilai yang rata-rata berada di bawah mata pelajaran lain. Hal tersebut dirasakan oleh guru, orang tua dan bahkan oleh siswa itu sendiri. Rendahnya hasil belajar siswa lebih terlihat khususnya pada pokok bahasan yang bersifat abstrak sehingga memerlukan visualisasi, yaitu pada pokok bahasan geometri. Selain itu rendahnya hasil belajar siswa sekolah dapat ditemukan pula pada pokok bahasan pengukuran luas, keliling dan berat serta pengukuran waktu. Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar siswa, yang paling utama adalah rendahnya minat siswa untuk mengikuti pelajaran dengan baik dan bersungguh-sungguh. Faktor yang lain adalah kurangnya motivasi siswa dalam belajar, sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar siswa, serta kurang menariknya guru dalam melakukan tugas mengajar. Selain itu lingkungan serta sarana dan prasara pendukung juga ikut berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa. Penelitian Hidayah/Sugiman (1998 : 32) dan Sugiarto/Hidayah (1999 : 4) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa sekolah dapat dilakukan dengan beberapa hal. Dalam kesimpulan penelitiannya

dikemukakan bahwa pendayagunaan alat peraga sebagai alat bantu ajar dalam pembelajaran matematika membuat pembelajaran lebih bermakna dan siswa aktif. Harapannya, dengan bantuan alat peraga ini, rendahnya hasil belajar siswa dapat diatasi secara perlahan dan siswa dapat menjadi aktif. Berbagai cara sudah diusahakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Antara lain, pemberian pelatihan mengajar untuk para guru dan pemberian hadiah bagi siswa berprestasi. Tujuannya agar siswa dan guru sama-sama tertarik dan berperan dalam proses pembelajaran dalam kelas. Bahkan pemerintah pun sudah berusaha dengan cara memberi subsidi dana pendidikan untuk peningkatan sarana dan prasarana sekolah. Akan tetapi hasil yang diperoleh belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Demikianlah kondisi yang dapat ditemukan di beberapa sekolah dasar di Kota Semarang. Dalam pengamatan penulis di SD Petompon 5, 6, 7 Semarang, permasalahan seperti penjelasan di atas memang masih terjadi. Sarana dan prasarana di sekolah tersebut layak jika digunakan untuk kegiatan belajarmengajar, namun tetap terdapat kekurangan jika digunakan untuk kegiatan praktik siswa. Di sekolah tersebut tidak terdapat laboratorium atau alat peraga yang layak untuk pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Kepentingan akan alat peraga disebabkan karena cara berpikir siswa sekolah dasar yang masih bersifat konkret. Dengan alat peraga siswa dapat langsung berhadapan dengan masalah yang nyata, lalu dengan menggunakan kemampuan dan ketrampilannya, siswa mengolah informasi dan menemukan pemecahannya. Dengan demikian transfer belajar telah dilaksanakan (Nur/Wikandari, 1999 : 32). Rumusan penyelesaian yang sesuai dengan kondisi di atas adalah bagaimana caranya agar siswa dan guru bersama-sama tertarik dan berperan dalam proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika. Siswa menjadi tertarik mengikuti pelajaran dan guru tertarik untuk terus mengajar dan senantiasa berusaha meningkatkan kualitas mengajarnya. Untuk itulah kemudian dicari sebuah media pembelajaran yang dapat menjangkau siswa dan gurunya.

Dalam hal ini media pembelajaran yang dibutuhkan juga harus sudah familier di masyarakat, khususnya dikalangan siswa dan guru. Visual Compact Disc (VCD) adalah sebuah alat yang sudah familier di masyarakat umum. Sebagian besar masyarakat bahkan sudah memiliki playernya. Sebagai sebuah media, VCD sudah memenuhi persyaratan untuk dijadikan media pembelajaran. Dengan media VCD, siswa akan merasa nyaman ketika memperoleh mata pelajaran matematika. Setelah itu tentunya siswa akan menjadi tertarik sehingga secara perlahan perasaan takut terhadap mata pelajaran matematika akan luntur dan akhirnya hilang. Selain itu dengan media VCD siswa diharapkan akan menjadi lebih mudah mengerti mata pelajaran matematika. Menurut Piaget (Tim MKPBM, 2001) siswa sekolah dasar masih pada tahap operasi konkret. Mereka masih memerlukan visualisasi untuk mengerti sebuah konsep dalam matematika. Dengan VCD inilah maka siswa diharapkan akan menjadi lebih memahami mata pelajaran matematika secara mandiri. Berdasarkan penjelasan diatas, maka diperlukan sebuah penelitian yang menyelidiki mengenai tingkat keberhasilan siswa sekolah dasar dalam memahami materi dengan menggunakan media VCD. B. RUMUSAN MASALAH Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah :
1.

Bagaimana bentuk pelajaran pengukuran luas, keliling dan berat, serta

pengukuran waktu yang dikembangkan dengan komputer, dalam bentuk Visual Compact Disc (VCD) ? 2. Apakah hasil belajar siswa pada pelajaran matematika dengan memanfaatkan VCD dalam tugas terstruktur lebih baik dibanding tugas terstruktur menggunakan LKS buatan peneliti dan tugas terstruktur menggunakan buku paket? C. LANDASAN TEORI 1. BELAJAR

Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Winkel dalam Darsono (Darsono, 2000 : 4) menyatakan belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Belajar akan mengubah perilaku mental siswa yang belajar (Dimyati/Mudjiono, 2002 : 5). Perubahan itu bisa terjadi dengan sengaja bisa juga tidak sengaja, bisa lebih baik juga bisa lebih buruk. Agar belajar dapat berkualitas dengan baik, perubahan itu harus dilahirkan oleh pengalaman dan oleh interaksi antara orang dengan lingkungannya. Prestasi belajar adalah hasil belajar seseorang yang dicapai dengan kemampuan maksimal yang akhirnya mangalami perubahan tingkah laku secara tetap baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Usaha-usaha yang perlu dilakukan oleh guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas serta kelebihankelebihan yang ada baik di lingkungan sekolah antara lain : Meningkatkan ketrampilan guru atau siswa dalam menggunakan Meningkatkan ketrampilan guru dalam menggunakan metode yang Memanfaatan alat atau bahan yang tersedia dan mudah didapat Selain itu, untuk menghadapi dan menyikapi kurikulum yang berbasis kompetensi diperlukan kemampuan yang kompeten baik dari siswa maupun guru dalam menghadapi dunia global. 2. MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA alat bantu ajar. tepat. sebagai sumber belajar.

Salah satu usaha untuk memberikan variasi dalam hal pembelajaran matematika adalah dengan menggunakan media pembelajaran matematika. Ada perbedaan mendasar dari istilah alat peraga matematika dengan media pembelajaran secara umum. Media pembelajaran adalah sarana dan prasarana yang dapat berupa software atau hardware yang digunakan untuk membantu proses belajar-mengajar. Hardware yang dimaksud antara lain : OHP, radio, tape, recorder, TV, slide, proyektor, dan film. Sedangkan software yang dimaksud adalah informasi atau cerita yang terdapat dalam film dan bahan pelajaran yang terdapat dalam slide. Terdapat beberapa pendapat mengenai media dalam arti umum : a. Menurut Santoso S. Hamidjojo, media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar idea, sehingga gagasannya sampai pada penerima. b. Menurut Blake dan Horalsen, media adalah saluran komunikasi atau perantara yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan sesuatu pesan, dimana perantara ini merupakan jalan atau alat untuk lalu lintas suatu pesan antara komunikator dengan komunikan. Sedangkan alat peraga matematika didefinisikan sebagai suatu alat yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah dituangkan dalam Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) mata pelajaran matematika dan bertujuan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar (Darhim, 1994 : 5). Secara sederhana perbedaan antara alat peraga dengan media dapat dijelaskan dengan contoh singkat berikut : OHP dapat digunakan sebagai media untuk menjelaskan sebuah materi, namun OHP dapat juga sebagai alat peraga bangun ruang balok. Pada waktu digunakan menjelaskan materi, OHP disebut media pembelajaran, namun ketika siswa diberi contoh tentang salah satu bentuk balok, maka OHP disebut alat peraga. Alat peraga memiliki beberapa nilai praktis diantaranya :

a. Alat peraga dapat mengatasi perbedaan pengalaman siswa b. Alat peraga dapat membangkitkan semangat belajar yang baru dan membangkitkan motivasi serta merangsang kegiatan siswa dalam belajar c. Alat peraga dapat mempengaruhi abstraksi d. Alat peraga dapat memperkenalkan, memperbaiki, meningkatkan, dan memperjelas pengertian konsep dan fakta Darhim menjelaskan bahwa alat peraga menjembatani berpikir abstrak. Artinya alat peraga membantu siswa sekolah dasar untuk menemukan bentuk abstrak dari permasalahan konkretnya. Permasalahan di atas dapat diumpamakan sebagai garam dalam makanan. Garam bukanlah tujuan utama dalam kegiatan makan. Akan tetapi tanpa garam, makanan yang kita makan terasa kurang sedap dan kurang menyelerakan. Jika siswa diumpamakan sebagai orang yang memakan makanan, maka ketrampilan juru masak dalam mengolah pun tetap penting. Jadi peran guru tetap yang utama. Dari uraian di atas dapat dituliskan tiga komponen pokok agar pemakaian alat peraga dapat dirasakan oleh siswa, yaitu : (1) kesanggupan guru menyajikan, (2) minat belajar siswa, dan (3) sifat bahan yang akan diajarkan. Dalam penelitian ini media pembelajaran yang digunakan difokuskan pada media audio visual. Media audio visual sudah memiliki strata yang cukup tinggi di dalam piramida Dale, yaitu menempati kedudukan dalam tingkatan MENGAMATI. Namun, hal ini belumlah cukup untuk dapat menerima kemampuan dan mengerti hal-hal yang bersifat verbal dan abstrak (Darhim, 1994 : 11) 3. METODE PEMBERIAN TUGAS Menurut Tabrani Rusyan (Rusyan, 1992 : 71), langkah-langkah yang harus ditempuh apabila akan menggunakan metode pemberian tugas adalah sebagai berikut: a. Guru memberi tugas kepada siswa.

b. Siswa mempelajari atau mengerjakan tugas c. Siswa mempertanggungjawabkan atau melaporkan hasil usahanya dalam mengerjakan tugas d. Guru dengan siswa menilai hasil yang telah dicapai e. Siswa dengan guru mengecek kebenaran atau kesalahan tertentu (dari sumber asli) atau mengulangi pelajaran Menurut Tabrani Rusyan (Rusyan, 1992 : 74) ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas kepada siswa antara lain: a. Tugas harus jelas b. Cara mengerjakan tugas harus jelas c. Sumber yang digunakan siswa dalam mengerjakan tugas harus dikemukakan d. Bentuk pertanggungjawaban atau laporan dibuat dan cara mempertanggungjawabkan e. Hasil pekerjaan harus diperiksa atau dinilai serta dikoreksi (apabila ada yang salah) Kelebihan metode pemberian tugas anrata lain siswa mengalami dan mendalami sendiri pengetahuan yang didapatkannya, sehingga pengetahuan itu akan tinggal lama dalam jiwanya. Apalagi dalam melaksanakan tugas ditunjang dengan minat dan perhatian siswa serta kejelasan tujuan mereka bekerja. Dalam hal ini siswa juga mengembangkan daya berfikirnya sendiri, daya inisiatif, daya kreatif, tanggung jawab dan melatih kemandirian. Namun ini juga tidak terlepas dari kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan seperti siswa hanya meniru pekerjaan temannya, bila pengawasan dan pemantauan guru kurang. Dalam penelitian ini tugas yang dimaksud adalah tugas terstruktur, yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang baru saja diajarkan. Dalam pengertian yang lain disebutkan bahwa tugas terstruktur adalah cara mengajar yang diberikan oleh guru dengan jalan memberikan

tugas

khusus

untuk

mengerjakan

sesuatu

di

luar

pelajaran.

Dalam hal ini tugas terstruktur disebut juga Pekerjaan Rumah atau PR (Alipandie, 1984 : 54). BAB II METODE A. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi Dalam penelitian ini peneliti mengadakan penelitian di Kelurahan Gajahmungkur Kota Semarang. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang. 2. Sampel Sesuai dengan populasi yang dipakai dalam penelitian ini, maka sampel yang digunakan pun siswa Sekolah Dasar Negeri kelas V di Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang. Dan setelah diadakan sampling, terpilihlah SD Negeri Petompon 5, 6, dan 7. Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Petompon 5, 6, dan 7 sebanyak 110 siswa. 3. Teknik Sampling Penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Penggunaan metode ini disebabkan pertimbangan efektifitas dan efisiensi biaya dan waktu serta pertimbangan dari ahli.

B. VARIABEL PENELITIAN Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Variabel tersebut dirinci yaitu, hasil belajar siswa yang diberi tugas terstruktur menggunakan VCD, hasil belajar siswa yang diberi tugas menggunakan LKS

buatan peneliti dan hasil belajar siswa yang diberi tugas menggunakan buku paket.

C. DATA DAN METODE PENGUMPULAN DATA 1. Data Data dalam penelitian ini adalah hasil tes siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Petompon 5, 6 dan 7 Semarang 2. Metode Pengumpulan data Tes dilakukan untuk memperoleh data setelah eksperimen diadakan. Tes ini digunakan sebagai cara memperoleh data kuantitatif yang selanjutnya diolah untuk menguji hipotesis. Pengambilan data tes dilaksanakan melalui dua tahap : D. ANALISIS DATA Untuk mendapatkan asumsi bahwa sampel/data berangkat dari kondisi yang sama digunakan uji homogenitas dari ketiga kelompok, dengan menggunakan uji Barlett. Sampel diberikan perlakuan dengan pemberian VCD, LKS dan tugas dengan buku paket setelah sampel dinyatakan homogen. Prosedur penelitian awal ini adalah sebagai berikut : H0 H1 :
1,2

Tahap Eksperimen Tahap Tes

=
2

1,3

2,3

: paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku, dengan

( n 1).s = ( n 1)
i i

2 , B = ( log S )( ni 1)

Keterangan : s2 : varians dari semua sampel

10

si2 ni

: varians data ke-i : banyaknya data ke-I

kemudian digunakan rumus chi-kuadrat

2 = ln10 B ( ni 1) log si
2
2 (1- )(k-1)

Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika (Sudjana, 1992 : 263) Selanjutnya, data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis dengan Analisis Varians (ANAVA). Sebagai syarat melakukan ANAVA maka perlu diujikan beberapa uji seperti berikut ini : 1.1 Uji Normalitas Sampel Uji normalitas sampel dalam penelitian ini menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov dalam SPSS. Sample dinyatakan normal jika hasil tes dalam SPSS menyatakan bahwa sample berdistribusi normal. Jika uji normalitas sampel dengan tes KS dalam SPSS menyatakan bahwa sampel tidak normal, maka digunakan klaim kenormalan oleh George E.P Box dan Gwilym M. Jenkins. Box dan Jenkins mengemukakan bahwa untuk sampel dengan N sebanyak lebih dari 50 (N 50) maka sampel tersebut berdistribusi normal. (Box/Jenkins, 1970) 1.2 Uji Homogenitas Untuk menentukan rumus yang dipakai dalam uji lanjut, diperlukan uji homogenitas dari ketiga kelompok, dengan menggunakan uji Barlett : H0 :
1,2

1,3

=
2

2,3

H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku, dengan

( n 1).s s = ( n 1) B = ( log S )( n
2 i i i
2

1)

11

(Sudjana,1992:263) kemudian digunakan rumus chi-kuadrat

2 = ln10 B ( ni 1) log si

Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika 2


2 (1- )(k-1)

(Sudjana, 1992 : 263) Jika H0 diterima maka rumus yang digunakan dalam uji lanjut adalah rumus t. Jika H0 ditolak maka rumus yang digunakan dalam uji lanjut adalah rumus t. 1.3 Pengujian Hipotesis Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus ANAVA sebagai berikut Sumber varians (SV) Rata-rata Antar Kelompok dk 1 k1 Ry = JK
J2 ni

KT R= A= D=
Ry 1
Ay ( k 1)

Ji2 Ay = n i

Ry

A D

Dalam (ni 1) Kelompok Total ni

Dy = Y2 Ry Ay Y
2

Dy ( ni 1)

Dengan : J = J1 + J2 + + Jk. ( Sudjana, 1992 : 305 ). Keterangan : nK k N : jumlah subyek dalam kelompok : banyaknya kelompok : jumlah subyek seluruhnya

12

kemudian dihitung F0 =

A dengan dbF = dbd. D

Uji ini berdasarkan analisis varians dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika F0 Ft,(p), dengan p taraf kepercayaan. Apabila harga F0 signifikan maka pekerjaan dilanjutkan dengan pengujian lanjutan, yaitu uji t. Dengan H0 : 1 = 2 H1 : 1 > 2 Rumus t yang digunakan adalah :
t= x1 x 2 1 1 s + n1 n 2 , dengan dk = (n 1 + n 2 ) 2

S2 =

( n1 1) s12 + ( n 2 1) s 2 2
n1 + n 2 2

(Sudjana, 1992 :239) Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika

t < t ( ( 1 - ) , ( n1 + n 2 ) 2 )

dengan 0,05 taraf kepercayaan.

Jika varians tidak homogen maka rumus t yang digunakan adalah :


t' = x1 x 2 s s s 1 + 2 n1 n2
2 2

Kriteria pengujian adalah H0 ditolak apabila :

t'

( w1t1 ) + ( w 2 t 2 )
w 1 + w2

13

BAB III HASIL PENELITIAN A. UJI NORMALITAS Kenormalan sample ditentukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov dalam SPSS. Dari perhitungan SPSS diperoleh hasil ZKS = 3,384, dan SPSS menyatakan bahwa sampel berdistribusi normal. Dengan berpedoman pada hasil tes KS, maka untuk menunjukkan kenormalan sampel tidak perlu digunakan klaim Box dan Jenkins (Box/Jenkins). Sehingga, kesimpulan yang diambil dari analisis sampel, berlaku pula untuk populasinya. B. UJI HOMOGENITAS Setelah diberi perlakuan, sampel akan dianalisis menggunakan ANAVA. Dan untuk melakukan uji lanjut, maka diperlukan uji homogenitas untuk menentukan rumus yang dipakai. Dari perhitungan uji Bartlett, dihasilkan Dengan mengambil sebesar 0,05, lanjut adalah rumus t. C. UJI HIPOTESIS
2 tabel 2 hitung

adalah sebesar 2,59.

adalah 5.99.

Dengan hasil perhitungan ini berarti rumus yang dipakai dalam uji

14

Setelah diketahui bahwa ketiga kelompok berdistribuasi normal dan mempunyai varians yang homogen, maka dapat dilakukan uji lanjut dengan menganalisis variansnya (ANAVA). Dengan kondisi sampel, maka dilakukan ANAVA satu arah untuk menguji rata-rata kelompok. Dari perhitungan singkat, diperoleh Fhitung sebesar 19,53. Dengan mengambil sebesar 0,05, Ftabel sebesar 3,07. Jika yang diambil sebesar 0,01, Ftabel adalah sebesar 4,78. Dengan hasil perhitungan tersebut disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil tes kelas dengan tugas terstruktur menggunakan VCD, kelas dengan tugas menggunakan LKS dan kelas dengan tugas menggunakan buku paket, secara mutlak. D. UJI T Dari uji hipotesis telah diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil tes kelas dengan VCD, kelas dengan LKS dan kelas dengan tugas menggunakan buku paket. Untuk mengetahui komparasi dari ketiga kelas tersebut, maka diadakan uji lanjut, yaitu dengan uji t. Komparasi antara hasil tes kelas LKS dan dengan tugas menggunakan buku paket menghasilkan thitung 0,76. Dengan sebesar 0,05, diperoleh ttabel sebesar 1,70. Hal ini berarti bahwa rata-rata hasil belajar siswa setelah diberi tugas terstruktur dengan menggunakan LKS buatan peneliti tidak lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diberi tugas menggunakan buku paket. Komparasi antara hasil tes kelas VCD dan kelas dengan tugas menggunakan buku paket menghasilkan thitung 7,76. Dengan sebesar 0,05, diperoleh ttabel sebesar 1,70. Hal ini berarti bahwa rata-rata hasil belajar siswa setelah diberi tugas terstruktur menggunakan VCD lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diberi tugas menggunakan buku paket. Komparasi antara hasil tes kelas VCD dan kelas LKS menghasilkan thitung 8,69. Dengan sebesar 0,05, diperoleh ttabel sebesar 1,70. Hal ini berarti bahwa rata-rata hasil tes siswa setelah diberi tugas terstruktur menggunakan

15

VCD lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diberi tugas menggunakan LKS buatan peneliti.

BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN Berdasarkan hasil pembuatan film, disimpulkan bahwa media pembelajaran matematika yang ada saat ini dapat diwujudkan dengan menggunakan media VCD yang lebih familier dan lebih mudah digunakan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang memperoleh tugas terstruktur menggunakan VCD memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang memperoleh tugas terstruktur menggunakan media LKS dan siswa yang memperoleh tugas terstruktur menggunakan buku paket. B. SARAN Setelah melaksanakan penelitian, baik itu dari penelitian awal, pelaksanaan penelitian sampai dengan pasca penelitian, penulis merumuskan beberapa saran-saran untuk kesempurnaan penelitian ini atau barangkali bahan-bahan yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut. Saran tersebut adalah : 1. Untuk para guru Sekolah Dasar, pemerhati pendidikan dasar, serta penentu kebijakan pendidikan dasar, bahwa penggunaan media pembelajaran untuk siswa sekolah dasar cukup penting,

16

mengingat manfaat yang diperoleh dengan adanya peraga, terutama pelajaran matematika. Jadi penggunaan media pembelajaran tetap harus dilakukan oleh sekolah dasar di manapun. 2. Untuk tiap-tiap Sekolah Dasar dan Dinas Pendidikan di semua tingkatan, perlu adanya peningkatan ketrampilan berupa pelatihan-pelatihan untuk para guru sekolah dasar, dalam rangka meningkatkan kreativitas guru dalam membuat media pembelajaran mandiri. DAFTAR PUSTAKA

Alipandie. 1984. Buku Pedoman Guru Dedaktik Metodik Pendidikan Umum.. Surabaya : Usaha Nasional. Box, G.E.P. dan Jenkins, G.M.. 1970. Time Series Analysis (Forecasting and Control). California, USA : Holden Day. Darhim. 1994. Work Shop Matematika. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Darsono, M.. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Hidayah, I. dan Sugiman. 1998. Pengembangan Model Pengajaran Matematika SD Bercirikan Pendayagunaan Alat Peraga. (Laporan Penelitian Dosen Muda Tahap I). Semarang : IKIP Semarang. Nur, M. & Wikandari, P.R.. 1999. Pengajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya : Unesa. Rusyan, T. 1992. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Erlangga. Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. Sugiarto dan Hidayah, I.. 1999. Implementasi dan Pengembangan Model Pembelajaran Matematika SD Bercirikan Pendayagunaan Alat Peraga di Kabupaten Semarang. (Penelitian Dosen Muda Tahap II). Semarang : IKIP Semarang. Supardjo. 2003. Pelajaran Matematika Gemar Berhitung 5A. Solo : Tiga Serangkai. Team Oxford. 1995. Oxford Advanced Learners. England : Oxford Univercity Press. Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA.

17 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengambangan Bahasa. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Tim Prestasi. 2003. Matematika Berhitung 5A. Semarang : Aneka Ilmu.

You might also like