You are on page 1of 181

1

BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab 1 ini memuat uraian pendahuluan yang diawali dengan latar belakang masalah yang menjadi dasar pertimbangan sehingga penelitian ini dianggap penting untuk dilakukan. Pada Bab 1 ini juga dikemukakan perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori yang mendasari uraian teori selanjutnya, asumsi dan pertanyaan penelitian serta sistematika penulisan tesis. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut. A. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender. Pemerataan dan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki keterampilan hidup (life skills) sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila. Sementara itu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Bila dikaji tentang sumber daya manusia sebagai tenaga pendidik, tujuan rencana strategis pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat Indonesia serta memiliki keterampilan hidup (life

skills) sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah diri dan lingkungannya. Saat ini dari hasil data-data/fakta-fakta yang ada di lapangan masih banyak berbagai persoalan yang melilit di negeri ini, diantaranya: kuantitas jumlah tenaga pendidik yang masih kurang, mobilisasi tenaga pendidik yang tidak merata, kualitas tenaga pendidik yang perlu ditingkatkan, kualifikasi akademik tenaga pendidik masih rendah. Beberapa kebijakan pemerintah dalam strategi peningkatan mutu sumber daya manusia adalah pengembangan sistem pendidikan yang terencana untuk menghasilkan tenaga pembangunan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Secara kuantitatif pembelajaran harus menghasilkan tenaga yang cukup banyak sesuai dengan kebutuhan pembangunan dewasa ini. Sedangkan secara kualitatif harus dapat menghasilkan tenaga pembangunan yang trampil sesuai dengan bidangnya dan memiliki jiwa pancasila, untuk mencapai tujuan tersebut maka pemerintah memerlukan suatu strategi pembelajaran yang terencana dan terprogram. Pemerintah melalui Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah telah menetapkan 3 (tiga) rencana strategis dalam jangka menengah yaitu: (1) Peningkatan akses dan pemerataan dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas), (2) Peningkatan mutu, efesiensi, relevansi dan peningkatan daya saing, dan (3) Peningkatan manajemen, akuntabilitas dan pencitraan publik, yang dijabarkan melalui Peraturan Pemerintah dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 ayat (2) yang berbunyi: Standar Nasional Pembelajaran (SNP) digunakan sebagai acuan pengembangan, yang diiantaranya 1) Kurikulum, 2) Tenaga Pendidik, 3) Sarana dan Prasarana dan 4) Pengelolaan Pembiayaan. Rencana strategis pemerintah untuk pengembangkan kurikulum merupakan bagian dari standar nasional pendidikan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan

pendidikan nasional serta kesesuaian

dengan kekhasan kondisi dan potensi

daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Ditinjau dari tuntutan Permen Diknas mengenai pembelajaran IPA Terpadu tenaga pendidik harus memahami tujuan pembelajaran tersebut. Permasalahanpermasalahan atau fakta-fakta yang yang ada lapangan sesuai dengan model Pembelajaran IPA - Depdiknas, (2006 : 1-2). Mengatakan bahwa tenaga pendidik IPA, 1) pembelajaran lebih bersifat teacher centered; 2) guru hanya menyampaikan pembelajaran IPA sebagai produk; 3) peserta didik menghapal informasi faktual; 4) tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya; 5) cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri; 6) cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektip dan psikomotor; 7) belum menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan Teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar; 8) tidak banyak peserta didik yang menyukai bidang kajian IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik atau mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi; 9) masih adanya tenaga pendidik IPA yang berpola fikir statis dan tidak mengembangkan model-model strategi pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran; 10) masih adanya pendidik dalam model gaya strategi pembelajarannya terbatas tidak disesuaikan dengan tingkatannya sesuai psikologis perkembangan anak; 11) masih adanya tenaga pendidik memiliki alasan karena keterbatasan waktu, sarana prasarana, lingkungan belajar dan jumlah peserta didik perkelas terlalu banyak dan 12) tenaga pendidik yang berlatar belakang disiplin ilmu yang berbeda. Untuk menyikapi permasalahan fakta-fakta yang ada, maka diperlukan adanya suatu strategi kemampuan guru dalam pembelajaran IPA, karena Strategi Pembelajaran merupakan rancangan dasar bagi seorang guru (tenaga pendidik) tentang cara ia membawakan pengajarannya di kelas secara bertanggung jawab dan kegiatan rencana untuk mencapai tujuan. Strategi-strategi pembelajaran perlu diperhatikan oleh tenaga pendidik dalam proses pembelajaran yang diantaranya

adalah; Pertama Strategi sumber daya manusia (SDM), kedua Strategi Kurikulum, ketiga Strategi Sarana dan prasarana. Pembelajaran yang diperoleh melalui sekolah diharapkan mampu menciptakan SDM berkualitas, karena sekolah adalah tempat memanusiakan manusia. Dengan kata lain, sekolah merupakan tempat mentrasfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan yang tujuannya menghasilkan manusia yang cerdas, berkualitas, trampil, berbudi luhur, serta menjunjung tinggi ajaran agama. Isjoni, (2007 : 2 -3), menyatakan: Sumber Daya Manusia yang berkualitas adalah mandiri, berwatak kerja keras, tekun belajar, menghargai waktu, pantang menyerah, serta selalu proaktif dalam mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Diharapkan dengan sumber daya manusia yang berkualitas mampu membuat suatu negara menjadi besar, kuat dan bermartabat yang pada akhirnya teciptalah kemakmuran, kesejahteraan dan kemajuan di segala bidang. Tapi sebaliknya pembelajaran tidak berkualitas karena menerapkan pola yang salah, akan menghasilkan sumber daya manusia rendah, sehingga sering menjadi mudah di dikte oleh negara lain. Berdasarkan hal tersebut, tenaga pendidik pada dasarnya merupakan salah satu komponen sumber daya manusia (SDM) yang potensial dibidang pembangunan, sebagai komponen dibidang pembelajaran bahwa seorang pendidik harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. guru seorang penyandang profesi dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti menjadi intergral dalam kehidupannya. Mulyasa, (2008:12-13), berpendapat: Profesionalisme guru merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi untuk meningkatkan mutu pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) peningkatan profesionalisme guru merupakan upaya untuk membantu guru yang belum memiliki kualifikasi profesional menjadi profesional; (2) peningkatan kemampuan profesionalisme guru bukan sekedar diarahkan kepada pembinaan yang lebih bersifat aspek-aspek administratif akan tetapi harus lebih kepada peningkatan kemampuan keprofesionalannya dan komitmen sebagi seorang pendidik; (3) peningkatan kemampuan profesionalisme guru, perlu dilakukan sertifikasi dan diuji kompetensi secara berkala agar kinerjanya terus meningkat dan tetap memenuhi syarat professional.

Apabila kita kaji pendapat ahli di atas bahwa seseorang yang menyandang profesi guru harus memiliki kemampuan intelektual spesialisasi bidang studi (subject matter), diperlukan adanya upaya untuk membantu guru untuk meningkatkan kualifikasi melalui pembinann secara berkala untuk mencapai keprofesionalannya. Sehubungan dengan itu sewajarnyalah pemerintah terus berupaya mencari alternatif untuk meningkatkan kualitas dan kinerja profesi guru sehingga menggulirkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen. Undang-undang tersebut menuntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru menjadi profesional. Disatu pihak, pekerjaan sebagai guru akan memperoleh penghargaan yang lebih tinggi, tetapi di pihak lain pengakuan tersebut mengharuskan guru memenuhi sejumlah persyaratan agar mencapai standar minimal seorang profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional dan berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Dapat dikatakan bahwa pada setiap diri seorang pendidik (guru) bukan hanya sebagai agen pembelajaran, tetapi guru yang profesional dituntut bertanggung jawab untuk membawa para peserta didik pada suatu kedewasaan berpikir atau tarap kematangan tertentu. Isjoni, Saatnya Pembelajaran Kita Bangkit, (2007-50), berpendapat : Seorang pendidik tidak semata-mata sebagai Pengajar yang tranfers of knowledge, tetapi juga sebagai Pendidik yang transfers of values dan sekaligus sebagai Pelatih yang transfers of skill, dan Pembimbing yang transfers of guide, memberikan pengarahan dan menuntun peserta didik dalam proses pembelajarannnya. Seorang pendidik adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Peserta didik (siswa) adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pembelajaran tertentu. Sukmadinata, (2005:52), berpendapat:

Siswa sebagai peserta didik di dalam proses pembelajaran adalah individu, yang memiliki dua karakteristik utama, pertama setiap individu memiliki keunikan sendiri-sendiri; kedua dia selalu berada dalam proses perkembangan yang bersifat dinamis. Bersifat unik, tiap individu memiliki sejumlah potensi, kecakapan, kekuatan, motivasi, minat, kebiasaan, persepsi, serta karakteristik fisik dan psikis yang berbeda-beda; Sedangkan Bersifat dinamis, setiap individu berada dalam proses perkembanganperkembangan mulai tahap aspek fisik-motorik (lebih menonjol), aspek intelektual, aspek sosial dan aspek moral. Ditinjau dari kedua pendapat di atas, antara pendidik dan peserta didik adanya interaksi untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu, tanpa mengabaikan tahap perkembangan peserta didik, karena pada diri peserta didik dalam proses perkembangannya ada yang bersifat unik dan bersifat dinamis. Untuk mewujudkan sekolah yang bermutu dan berkualitas sebagai lembaga pendidikan diperlukan strategi pengembangan kurikulum tingkat satuan pembelajaran (KTSP) yang merupakan paradigma baru, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar disekolah. Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa tahapan diantaranya: desain kurikulum (kurikulum Dokumen), implementasi kurikulum (kurikulum perbuatan), pengendalian kurikulum (evaluasi dan perbaikan). Selain strategi sumber daya manusia dan strategi kurikulum, juga tak kalah pentingnya pula mengenai startegi sarana prasarana. Standar nasional pendidikan (SNP), dalam Bab 2 Pasal 2 tentang lingkup, fungsi dan tujuan pendidikan nasional berbunyi : Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pembelajaran, buku dan sumber belajar lainya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan bekelanjutan. Setiap satuan pembelajaran wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan ruang kelas, ruang pimpinan satuan penidikan, ruang pendidik, tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olah raga, bemain, tempat beribadah, berkreasi dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk

menujang proses pembelaran yang teratur dan berkelanjutan. Sisdiknas (2008 : 105). Setelah memiliki ketiga komponen strategi di atas diharapkan peningkatan tujuan pendidikan dalam satuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, dengan didukung oleh sumber daya yang dipergunakan dalam penyelenggaraannya meliputi tenaga kepembelajaran, masyarakat, dana, sarana dan prasarana. Sumber daya pendidikan di bidang pendanaan dalam UUD-RI, Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional : Pasal 46 berbunyi: (1) pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat; (2) pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam pasal 31 ayat 4 Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (3) ketentuan mengenai tanggung pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam 1 dan ayat 2 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah Pasal 47 berbunyi: sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan berkelanjutan; (2) pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (3) ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaiman dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Sumber daya pendidikan dalam bidang pendanaan memiliki dampak strategis terhadap penyelenggaraan pendidikan yang perlu pemikiran seluruh komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan, hal ini untuk kelancaran segala sektor keterlaksanaan penyelengaraan pendidikan di tiap-tiap satuan pendidikan. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal (jalur yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi), non formal (jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang) dan in formal (jalur pendidikan keluarga dan lingkungan) pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa pengelolaan pendidikan dalam konsep dan makna pendidikan seorang tenaga pendidik dapat mengondisikan lingkungan belajar yang nyaman, yang dapat memberikan motivasi belajar, bukan hanya

dilingkungan sekolah melainkan di luar lingkungan sekolah. Dalam suatu proses pendidikan berlangsung bahwa lingkungan pendidikan merupakan pendukung berlangsungnya proses tersebut. Sukmadinata, (2005:52), berpendapat: Bahwa proses pendidikan berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan yang mencakup lingkungan fisik, sosial, intelektual dan nilai-nilai. Lingkungan Fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan dukungan dan kadang-kadang juga hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan; Lingkungan Sosial merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, antar pendidik dan peserta didik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi pendidikan; Lingkungan Intelektual merupakan kondisi dan iklim sekitar yang mendorong dan menunjang pengembangan kemampuan berpikir; Lingkungan Nilai yang merupakan tata kehidupan nilai, baik nilai kemasyarakatan, ekonomi, sosial, politik, estetika, etika maupun nilai keagamaan yang hidup dan dianut dalam suatu daerah atau kelompok. Pada pendidikan pembelajaran faktor lingkungan fisik, sosial, intelektual dan nilai-nilai sangat berpengaruh sekali terhadap proses kegiatan di satuan pendidikan, maka tenaga pendidik yang profesional memerlukan strategi-strategi untuk mengantisifasi faktor lingkungan tersebut. Seorang tenaga pendidik harus memiliki langkah-langkah strategi dan langkah-langkah untuk peningkatan pendidikan bagi peserta didik. Adapun yang akan penulis ungkapkan dalam tesis ini khususnya mengenai pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA Terpadu) ditingkat SMP Negeri yang berlokasi di Kabupaten Bandung. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA Terpadu) merupakan pengintegrasian antara dua atau lebih bidang kajian IPA (Fisika, Kimia Biologi) secara tematik dalam satu pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu dapat dilakukan oleh guru tunggal atau team teaching. Adapun tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, 2) Meningkatkan minat dan motivasi, 3) Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus, 4) Konsep Pembelajaran Terpadu dalam IPA.

Untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran perlu adanya langkahlangkah strategi pembelajaran aktif yang diataranya ada tiga belas langkahlangkah Isjoni, (2007:113-126), berpendapat sebagai berikut : 1) Critical Incident (pengalaman penting), 2) Prediction Guide (tebak pelajaran), 3) Group Resume (Resume Kelompok) atau melakukan team building (kerjasama kelompok, 4) Assesment Search (menilai kelas), 5) Questions Student Have (pertanyaan dan siswa), 6) Active Knowledge Sharing (saling tukar pengetahuan), 7) Listening Teams (tim pendengar), 8) Synergetic Teaching (pengajaran sinergis), 9) Active Debate (debat aktif), 10) Card Sort (sostir kartu), 11) Jigsaw Learning (belajar model jigsaw), 12) Student Team Achivement Division (STAD) startegi ini merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan 13) Everyone is A Teacher Here (setiap orang adalah guru). Strategi dalam proses peningkatan pembelajaran IPA Terpadu di tingkat wilayah SMP Kabupaten Bandung, tentu saja kesemua langkah-langkah strategi di atas tidak mungkin tercapai apabila tidak didukung sumber daya manusia yang berkualitas dan bermutu dalam proses pembelajarannya, relevan dengan tujuan pembelajaran IPA Terpadu. Tenaga pendidik di dalam proses pembelajarannya harus dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam proses pembelajarannya yang bertujuan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Sardiman, (2004 : 92-95), berpendapat bahwa ada beberapa langkah untuk peningkatan motivasi dalam proses pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Memberi Angka (Values) seorang pendidik adalah bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan seperti kognitif, ketrampilan (psikomotor) dan afeksinya; 2) Memberi Hadiah (Reward); 3) Persaingan/ Kompetisi; 4) Ego-Involvement sebagai motivasi menumbuhkan kesadaran mempertaruhkan harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan harga diri, dengan usaha yang keras dalam belajarnya mempertahankan harga dirinya; 5) Memeberi Ulangan; 6) Mengetahui; 7) Pujian; 8) Hukuman (funishment) sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi; 9) Hasrat untuk Belajar suatu motivasi mengekplorasi potensi; 10) Minat seperti membangkitkan adanya suatu kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau, memberi kesempatan untuk mendaptkan hasil

10

yang baik dan menggunakan berbagai macam bentuk mengajar; 11) Tujuan yang diakaui timbul gairah untuk terus belajar. Dalam proses pembelajaran IPA Terpadu tenaga pendidik selain memiliki langkah-langkah strategi juga harus membangkitkan motivasi peserta didik sesuai pendapat Sardiman di atas, untuk mencapai pembelajaran yang bermutu dan berkualitas. Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan yang bermutu, sesuai harapan tujuan pendidikan nasional pada Tahun 2007, pendidikan yang bermutu memiliki kaitan ke depan (forward linkage) dan kaitan kebelakang (backward linkage). Forward Linkage berupa bahwa pembelajaran yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita bahwa bangsa yang maju, modern, makmur dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan praktek pembelajaran yang bermutu. Backward Linkage berupa bahwa pembelajaran yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yaitu guru yang profesional, sejahtera dan bermartabat. Fasli Jalal, Sertifikasi Guru. (Media Internet hhttp.www.crayonpedia.id.com, (29-05-2007) Karakteristik Bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang apa, mengapa, dan bagaimana tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 oleh Galileo Galilei dan Francis

11

Bacon yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau inquiry skills yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada

situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain. Oleh karena itu di dalam pembelajaran IPA Terpadu di sekolah sebaiknya seoarang guru harus mampu menghasilkan bagi peserta didik yang dapat berpikir tingkat tinggi, seperti: (1) memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran, pemanfaatan bioteknologi, memahami zat adiktif dan non adiktif, (2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis), (3) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan

12

perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah. Pada proses penelitian ini, secara seksama penulis melakukan berbagai langkah kegiatan dan berdasarkan hasil studi pendahuluan di beberapa SMP Negeri yang ada di Bandung, terutama pada sekolah yang menjadi objek langsung, yaitu: SMP Negeri 1, SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 3 Rancaekek Kabupaten Bandung, ditemukan hal-hal sebagai berikut: 1. 2. pendidikan; 3. praktikum; 4. 5. sarana prasarana laboratorium yang kurang lengkap; adanya anggapan dari siswa bahwa mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang sulit dan menakutkan, sehingga hasilnya belum memuaskan; 6. rendahnya motivasi dan kinerja pada sebagian besar guru dalam tugas pokok dan fungsinya, dan hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan buku dan sarana lainnya dalam mendukung upaya peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya meningkatkan hasil belajar siswa. B. Perumusan dan Pembatasan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah digambarkan di atas, fokus penelitian ini dibatasi pada strategi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu di SMP. Apabila kekuatan internal pembelajaran IPA dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik bagi lingkungan masyarakat sekitar, keterbukaan manajemen organisasi, untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan katagorik agar dapat masih ada guru IPA yang kurang memberikan pelatihan masih ada guru yang kurang menggunakan berbagai strategi pembelajaran; masih ada guru IPA yang tidak sesuai dengan latar belakang

13

memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi. Peluang dan ancaman eksternal dapat menjadi faktor pendukung pembelajaran IPA, apabila keduanya dianggap sebagai tantangan untuk maju, sebaliknya akan menjadi faktor penghambat apabila disikapi sebagai masalah. Dengan demikian, maka strategi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA terpadu di SMP Kabupaten Bandung, meningkat dan berkualitas yang pada akhirnya menuntut seorang manajer untuk melakukan intervensi strategis baik itu dilihat dari sumber daya manusianya itu sendiri yang berkualitas, pengelolaan kurikulumnya dan tersedianya sarana prasarana yang memadai serta pendanaan pembelajaran untuk meningkatakan pembelajaran IPA yang memberikan peluang bagi kemampuan guru untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampun guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran IPA memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang disampaikan. Bertolak dari uraian di atas, maka penulis ingin mengkaji lebih jauh dengan melakukan penelitian tentang strategi pembelajaran IPA Terpadu untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung yang selanjutnya penulis juga mencoba menggambarkan alur strategi pemikiran yang perlu diperhatikan pada proses strategi pembelajaran IPA terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa seperti pada bagan berikut ini:
Kebijakan Pemerintah: 1. UU Sisdiknas 2. Kurikulum 3. UU Otonomi Daerah Faktor Pendukung dan Penghambat: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sarana Prasarana Dana / Biaya Lingkungan Administrasi Guru Kelengkapan KBM Perpustakaan Kelengkapan sarana belajar. 8. Pelaksanaan dan hasil Evaluasi

Proses Pembelajaran 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengawasan

Hasil yang ingin dicapai: Kognitif Afektif Psikomotor

14

Unit-unit yang terlibat 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kepala Sekolah Guru Tata Usaha Pengawas Dinas terkait Laboran dll.

Gambar 1.1. Ruang lingkup manajemen Strategi Pembelajaran IPA Terpadu 1. Perumusan Masalah Melalui studi awal pada kegiatan penelitian ini, baik berdasar pada studi referensi maupun berdasar pada fakta di lapangan, didapatkan masalah sebagai berikut masih ada guru yang kurang menggunakan berbagai strategi pembelajaran, masih ada guru IPA yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, masih ada guru IPA yang kurang memberikan pelatihan praktikum, sarana prasarana laboratorium yang masih kurang lengkap, adanya anggapan dari siswa bahwa mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang sulit dan menakutkan, sehingga hasilnya belum memuaskan, rendahnya motivasi dan kinerja pada sebagian besar guru dalam tugas pokok dan fungsinya, dan hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan buku dan sarana lainnya dalam mendukung upaya peningkatan kualitas pendidikan. Dari berbagai permasalahan tersebut, dapat dirumuskan masalah, bahwa: Peningkatan mutu proses pendidikan IPA di SMP Negri 1, 2 dan 3 Rancaekek Kabupaten Bandung, akan dapat meningkatkan efektivitas dan efesiensi jika mampu menghindari berbagai permasalahan tersebut, permasalahan umum dalam penelitian ini dirumuskan sebagai maka berikut

Bagaimanakah strategi pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung ?. 2. Pembatasan Masalah Berdasarkan temuan tersebut maka perlu ada langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengatur strategi proses pembelajaran, sehingga dapat tampil dengan berbagai alternatif yang kreatif, efektif dan efisien; 2) Pencocokan kompetensi

15

pembelajaran

dengan kebutuhan lingkungan; 3) Mengembangkan kompetensi

baru yang inovatif untuk memenuhi tuntutan masa depan. Dengan demikian maka permasalahan yang akan dibahas pada kegiatan penelitian akan semakin mengerucut dengan memfokuskan permasalahan pada batasan-batasan sebagai berikut: a. Kemampuan guru dalam merencanakan isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. b. Kemampuan guru dalam melaksanakan penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. c. Kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil proses penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. d. e. Strategi yang dilakukan pada pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung. Faktor-faktor penghambat dan pendorong peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung. C. 1. a. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai Strategi pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung. Selain itu, penelitian bertujuan untuk mendiagnosis kesiapan guru-guru IPA Terpadu dalam mengimplementasikan kurikulum tingkat satuan pembelajaran (KTSP), dan tantangan dan implikasinya terhadap peningkatan kualitas pembelajaran. Selain dari itu juga memberikan informasi bahwa salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri atas

16

beberapa mata pelajaran adalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan peserta didik mendapat pengalaman belajar yang dapat menghubungkaitkan konsep-konsep dari berbagai sub mata-pelajaran. Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA dengan berbagai mata pelajaran (Carin, 1997;236). Lintas sub-mata pelajaran dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu seperti biologi, fisika, kimia, geologi, dan astronomi. Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan mata pelajaran lain di luar bidang kajian IPA dan hal ini lebih sesuai untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat lebih tinggi semakin luas dan mendalam, maka pada jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, akan lebih baik bila keterpaduan dibatasi pada mata pelajaran yang termasuk bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang timbulnya kesulitan dalam pendidikan dan penilaian, mengingat semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin dalam dan luas pula pemahaman konsep yang harus diserap oleh peserta didik. b. Tujuan Khusus Sedangkan secara khusus maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan: 1) Kemampuan guru dalam merencanakan isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. 2) Kemampuan guru dalam melaksanakan penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung. 3) Kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil proses penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. 4) Strategi yang dilakukan pada pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung.

17

5) Faktor-faktor penghambat dan pendorong peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung. 2. Manfaat Penelitian Secara teoritis manfaat penelitian ini untuk mengembangkan konsep dan teori Strategi Peningkatan Kemampuan Guru dalam Pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung, dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Secara praktis penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi positif kepada semua pembaca khususnya yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan, terlebih kepada para praktisi pendidikan (Kepala Sekolah, Guru, Pengawas Pendidikan, dinas terkait dan yang lainnya), sehingga yang berkepentingan akan mendapatkan manfaat tentang: a. Kemampuan guru dalam merencanakan isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. b. Kemampuan guru dalam melaksanakan penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. c. Kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil proses penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. d. Strategi yang dilakukan pada pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung. e. Faktor-faktor penghambat dan pendorong peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung. Yang pada akhirnya penelitian ini akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan konsep-konsep baru tentang Strategi Pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil dari penelitian inipun dapat digunakan sebagai rekomendasi pada instansi terkait mengenai Strategi

18

Pembelajaran IPA Terpadu dalam meningkatkan hasil belajar siswa, dan bahkan juga diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Dengan demikian, dari hasil penelitian ini diharapkan agar SMP Negeri di Kabupaten Bandung dapat meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran, khususnya kualitas belajar mengajar dalam pembelajaran IPA Terpadu secara efektif dan efesien

D.

Kerangka Teori Untuk lebih memperjelas arah permasalahan yang diteliti dan adanya

kesamaan persepsi dalam memahami istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian, di bawah ini penulis jelaskan kerangka teori yang akan menjadi pijakan pada penelitian dan secara gamblang akan dibahas pada bab berikutnya. Pada bagian ini penulis kemukakan konsep-konsep yang berkaitan dengan strategi pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA yang diawali dengan konsep pembelajaran IPA Terpadu, strategi pembelajaran IPA Terpadu, konsep kualitas pembelajaran IPA, 1. Strategi Strategi merupakan suatu proses dalam memecahkan persoalan secara sistematis melalui langkah-langkah analisis sebagai cara untuk mencapai tujuan dengan daya dan sarana yang dapat dihimpun. Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan tenaga pendidik dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Menurut Bahri, (2007:5-8 ), ada empat strategi dasar dalam melaksanakan strategi belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut: dan diakhiri dengan kajian penelitian yang relevan. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut :

19

Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajarmengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehungga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegitan belajar-mengajarnya yang selnjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem intruksional yang berdangkutan secara keseluruhan. . maka dalam penelitian ini, strategi yang dimaksud

Dengan demikian,

adalah suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran IPA Terpadu sehingga hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung meningkat. Strategi-strategi yang digunakan dalam penelitian akan lebih ditekankan pada: a) strategi sumber daya manusia (SDM), b) strategi kurikulum dan c) strategi sarana prasarana, d) pendanaan pembelajaran. 2. Pembelajaran IPA Terpadu Pembelajaran adalah merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatau lingkungan belajar. Di dalam proses pembelajarannya ada lima tahapan yang harus dicapai oleh peserta didik diantaranya : peranan pendidik harus mampu mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik meliputi kemampuan dasarnya-motivasinya latar belakang akademis dan latar belakang sosial ekonominya, untuk memberikan dorongan dalam belajar yang tertujuan pada pencapaian tujuan belajar, sebagai aspek pendidik jika berlangsung di sekolah saja, siswa memperoleh hasil belajar dari suatu interaksi tindak belajar, untuk meningkatkan kemampuan mentalnya dan tindak mengajar yaitu mebelajarkan peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu dapat dilakukan oleh guru tunggal atau team teaching. Adapun tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai

20

berikut: 1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, 2) Meningkatkan minat dan motivasi, 3) Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus, 4) Konsep Pembelajaran Terpadu Dalam IPA. Perlu kita ketahui bahwa dalam pembelajaran IPA Terpadu ada empat unsur utama yaitu : 1) sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended; 2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; 3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; 4) aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran Terpadu juga akan terhambat. 3. Konsep kualitas pendidikan Philip. (Fakry, 1992:27), menjelaskan konsep mutu pendidikan sebagai berikut : Konsep mutu pembelajaran tidak hanya diukur dari learning achievement seperti yang dikaitkan dengan kurikulum dan standarnya saja, tetapi mutu harus dilihat darai relevansi antara yang diajarkan dengan apa yang dipelajari, dan sejauh mana apa yang diajakan dengan apa yang dipelajariitu sesuai dengan learning neeeds saat ini dan untuk masa yang akan datang. Lebih jauh Coombs yang dikutip Fakry, (1992:28), mengungkapkan bahwa masalah mutu pendidikan harus dikaitkan dengan keseluruhan dimensi mutu secara sistematik yang berubah dari masa kemasa, sesuai dengan goals dan kondisi yang berkembang. E. 1. Asumsi dan Pertanyaan Penelitian Asumsi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

21

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD/MI dan SMP/MTs, meliputi mata pelajaran fisika, bumi antariksa, biologi, dan kimia yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu anak untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya. Paradigma dalam penelitian ini dipahami sebagai kerangka berpikir konseptual yang digunakan untuk menghadapi objek penelitian yang merupakan kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian, sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan and Blinken, (1992:23), bahwa paradigm is aloose collection of logically health together assumtion, concepts or propotition the orient thinking or research. Lain halnya istilah paradigma bahwa kunci dalam wacana perkembangan ilmu paradigma, yang menurut Priatna, (2004:7-8), menyatakan terbagi dalam tiga bagian besar yaitu: (1) Paradigma metafisik (metaphysical paradigm), yang berfunsi menunjukan sesuatu yang ada dan yang tidak ada, dan merujuk pada komunitas ilmuwan yang memusatkan perhatian pada upaya untuk menemukan sesuatu yang ada : (2) Paradigma Sosiologi (Sociological paradigm), yang mennjukan pada keanekaragaman gejala yang tercakup dalam pengertian kebiasaan nyata, keputusan hukum yang diterima, serta hsil nyata dari perkembangan dan penemuan ilmu yang diterima umum :

22

dan (3) paradigma binaan (Contruct paradigm), konsep yang lebih sempit dibandingkan kedua paradigma lainya. Sanusi, (1999 :11 ), menyoroti tentang paradigma ada dua uraian keilmuaan paradigma. Pertama yang lebih menyoroti garis-garis perkembangan sejarah ilmu, khususnya sejarah teori-teori keilmuan. Kedua mengenai sejumlah faktor dan dimensi yang mendukung lahirnya ilmu dan validitasnya. Keduanya tidak membicarakan substansi dari ilmunya itu sendiri, yang artinya bahwa paradigma yang dimaksud munculnya yang melahirkan (bentuk, model, dan pola) bagaimana cara pandang kita berpikir tentang sesuatu. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka asumsi dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai kerangka pemikiran yang didasarkan pada fokus masalah untuk mengarahkan penelitian. Kemampuan menggunakan strategi dalam pembelajaran IPA Terpadu merupakan aspek yang sangat menentukan untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA Terpadu secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu, strategi pembelajaran IPA Terpadu mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Dalam perencanaan pembelajaran IPA Terpadu harus selalu dikaitkan dengan pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi pembelajaran IPA Terpadu yang akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hal di atas, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa sangat berkaitan dengan latar belakang pendidikan guru IPA, proses kegiatan belajar mengajar, kurikulum, keaktipan siswa, fasilitas yang memadai, dan sumber belajar yang mencukupi. Selain itu, implementasi aspek-aspek inovatif seperti pemilihan dan penggunaan strategik dan metode pembelajaran dan system evaluasi merupakan faktor-faktor yang mempengeruhi upaya peningkatan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA maka fungsi laboratorium sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar perlu dikelola dengan baik agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

23

2.

Pertanyaan Penelitian Agar mudah dalam melakukan penelitian ini dan dapat dilakukan lebih

mendalam, maka semua variabel diambil untuk diteliti. Maka yang akan dijadikan objek dalam penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup sebagai berikut: a. Kemampuan guru dalam merencanakan isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. b. Kemampuan guru dalam guru dalam melaksanakan penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. c. Kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil proses penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. d. Strategi yang dilakukan pada pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung. e. Faktor-faktor penghambat dan pendorong peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung. Berdasarkan temuan tersebut, maka perlu ada langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pencocokan kompetensi pembelajaran dengan kebutuhan lingkungan; 2) Mengatur strategi proses pembelajaran, sehingga dapat tampil dengan berbagai alternatip yang kreatip, efektif dan efisien; 3) Mengembangkan kompetensi baru yang inovatif untuk memenuhi tuntutan masa depan. Bertolak dari uraian di atas, maka penelitian ini difokuskan pada pertanyaan penelitian sebagai berikut : a. Bagaimana guru merencanakan isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung. b. Bagaimana guru dalam melaksanakan penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung.

24

c. Bagaimana guru dalam mengevaluasi hasil proses penyampaian isi materi, proses kegiatan pembelajaran dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung. d. Strategi apa yang dilakukan pada pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung. e. Apa yang menjadi faktor-faktor penghambat dan pendorong peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung.

F.

Sistimatika Penulisan Isi tesis yang terdiri dari 5 Bab yaitu: bab 1 pendahuluan, bab 2 landasan

teori, bab 3 metode penelitian, bab 4 temuan, interpretasi dan pembahasan, bab 5 simpulan dan rekomendasi. Bab I Pendahuluan yang berisikan tentang rancangan penelitian mulai dari judul, latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, penelitian, dan sistematika penulisan tesis. Bab II Pokok Permasalahan Penelitian terdiri dari: pengertian istilah dan kerangka berpikir penelitian, teori dan konsep penunjang lainnya. Bab III Prosedur Penelitian: Pendekatan dan Metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, data yang diperlukan, sumber dan teknik/instrumen pengumpulan data, tahap-tahap penelitian, teknik pengolahan data, validitas dan reliabilitas penelitian sebagai intrepetasi data dan jadwal penelitian. Bab IV Pembahasan hasil penelitian: Gambaran kondisi umum objek penelitian, deskrifsi temuan dan hasil penelitian dan diakhiri dengan analis hasil penelitian serta pembahasan. asumsi dan pertanyaan

25

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi: Merupakan rangkuman dari seluruh hasil penelitian yang kemudian diteruskan dengan berbagai rekomendasi yang dianggap perlu sebagai tindak lanjut dari kegiatan penilitian. Melalui paparan seperti dikemukakan di atas, maka penulis berharap agar pembaca bisa mendapatkan gambaran dari isi tesis ini, yang selanjutnya pada bab 2 akan disajikan berbagai teori yang relevan dan akan mendukung pada seluruh rangkaian penelitian.

BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN IPA TERPADU DAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
Pada bab 2 ini penulis akan mengemukakan konsep-konsep yang berkaitan dengan strategi pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA yang diawali dengan konsep manajemen pembelajaran IPA Terpadu, strategi pembelajaran IPA Terpadu, konsep kualitas pembelajaran IPA, dan diakhiri dengan kajian penelitian yang relevan. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut: A. Manajemen Pembelajaran IPA Terpadu Menurut Stoner, (1991:8), mengemukakan bahwa: "Management is the process of planning, organizing, leading, and controlling, the efforts of organization member and using or other organizational resources to achieve stated organizational goal. maksud pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan atas usaha-usaha para anggota organisasi serta pemanfaatan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

26

Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan manajemen adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pembelajaran, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan serta peserta didik itu sendiri, beberapa bagian unsur ini mendapatkan sentuhan manajemen. Manajemen pendidikan memiliki berbagai kegiatan yang sangat kompleks dan saling berhubungan yang juga merupakan sekumpulan fungsi untuk penjaminan efisiensi dan efektivitas pelayanan, melalui perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, stimulus dan koordinasi personil, penciptaan iklim organisasi yang kondusif, serta penentuan pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat di masa depan. Manajemen pendidikan merupakan rangkaian kegiatan bersama atau keseluruhan proses pengendalian usaha atas kerjasama sekelompok, orang dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara berencana dan sistematis, yang diselenggarakan pada suatu lingkungan tertentu. Lebih lanjut dikemukakan bahwa penataan mengandung makna mengatur, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber daya yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan. Sumber daya terdiri dari sumber daya manusia (peserta didik, pendidik, dan pemakai jasa pembelajaran), sumber belajar dan kurikulum (segala sesuatu yang disediakan lembaga pembelajaran untuk mencapai tujuan), serta fasilitas (peralatan, barang, dan keuangan yang menunjang kemungkinan terjadinya pembelajaran). Tujuan pembelajaran yang produktif berupa prestasi yang efektif dan suasana atau proses yang efisien, sedangkan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang produktif dapat dilihat dari sudut administrasi psikologis, dan ekonomis. Hal tersebut sejalan dengan ungkapan Razik dan Swanson, (1995), bahwa pembelajaran yang produktif memiliki tiga fungsi yaitu; the administrators productions function, the psychologis production function, and the economists productions.

27

Pendidikan merupakan kegiatan utama sekolah, yang dalam pelaksanaannya sekolah diberi kebebasan memilih strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, guru, serta kondisi nyata sumberdaya yang tersedia dan siap didayagunakan di sekolah. Pemilihan dan pengembangan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran hendaknya berpusat pada karakteristik peserta didik (student centered), agar dapat melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Pembelajaran harus menekankan pada praktek, dengan pendayagunaan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Seiring dengan perkembangan dan dinamisnya zaman, kini materi pendidikan pun terus mendapatkan sentuhan perubahahan dalam rangka untuk lebih mengefektifkan dan mengefisienkan agar mandapatkan hasil yang yang lebih baik. Pada kurikulum tahun 2006, ada beberapa mata pelajaran pada satu rumpun tertentu yang diintegrasikan, dan salahsatunya adalah rumpun mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) yang asalnya terdiri dari Fisika, Biologi, Kimia dan dengan pengetahuan alam lainnya, kini diitegrasikan menjadi satu mata pelajaran, yaiitu Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu (IPA Terpadu). Kontek pembelajaran terpadu menurut Sukmadinata, (2004:197), adalah: Pembelajaran terpadu merupakan suatu pembelajaran dengan fokus pada bahan ajaran. Bahan ajaran disusun secara terpadu dan dirumuskan dalam bentuk tema-tema pembalajaran keterpaduan bahan ajaran berbeda-beda, mulai dari hubungan terbatas, hubungan luas sampai dengan keterpaduan penuh, prosedur penyampaian dan pengalaman belajar dalam suatu tema. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) dikembangkan berdasarkan tujuan dan cakupan muatan dan/ atau kegiatan setiap kelompok mata pelajaran, yakni: Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertujuan: mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik. 1. Mengenal dan menggunakan berbagai informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif

28

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif dengan bimbingan guru/pendidik Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung Menunjukkan kebiasaan memanfaatkan waktu luang hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan

B. Langkah-langkah Manajemen Pembelajaran IPA Terpadu 1. Perencanaan Pembelajaran IPA Terpadu Di dalam Permendiknas No.41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran , standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indicator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Suatu program pembelajaran dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan apabila direncanakan dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran yaitu tentang (a) materi apa yang akan diajarkan; (b) bagaimana cara mengajarkannya; (c) bagaimana cara mengetahui keberhasilan siswa menguasainya. Materi yang akan diajarakan dan cara pembelajarannya diwujudkan dalam silabus, sedangkan cara untuk mengetahui keberlangsungan dan keberhasilan proses pembelajaran diwujudkan dalam bentuk system penilaian. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah apa sebenarnya target yang ingin dicapai dari suatu kegiatan pembelajaran. Penilian menjadi tidak jelas arahnya jika target yang ingin

29

dicapai tidak terumuskan dengan jelas. Berdasarkan hal tersebut, maka perencanaan pembelajaran IPA merupakan dasar untuk melakukan kegiatan belajar dan mengajar IPA dalam mencapai tujuan pembelajaran IPA. Kegiatankegiatan tersebut mengarahkan guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor bertanggung jawab atas perencanaan pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan institusional. Perencanaan pembelajaran IPA memuat materi bidang fisika, kimia dan biologi. Perencanaan pembelajaran IPA dibuat agar dijadikan standar keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan institusional pendidikamn dapat terwujud karena adanya tujuan kurikuler dan instruksional, oleh karena itu tujuan pembelajaran IPA akan sangat bermanfaat untuk kepentingan lembaga, guru dan siswa. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar dan materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian , alokasi waktu, dan sumber belajar. Guru IPA sebagai manajer kelas yang nantinya akan menjadi ujung tombak keberhasilan pembelajaran IPA harus memperhatikan konsep perencanaan pendidikan khususnya perencanaan pendidikan IPA. Dalam penyusunan silabus harus berisiskan sejumlah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa, sehingga kegiatan pembelajaran harus diupayakn dengan tujuan agar siswa siswa dapat menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukmadinata, (1999): Penentuan sekuens bahan ajar hendaknya harus diperhatikan, apakah memuat pola sekuens kausal (mengikuti pola hubungan sebab akibat), sekuens struktural (mengikuti pola sesuai dengan posisi tiap bagian dalam konteks bentuk dan susunan), sekuens logis dan psikologis (mengikuti pola dari mudah ke sukar, dari yang mendasari atau sebagai prasyarat ke yang menjadi kelanjutannya. Dengan memperhatikan sekuens yang ada kemudian dilakukan penyebaran standar kompetensi mata pelajaran pengetahuan alam yang ditetapkan untuk dikuasai. Sebaran yang telah dibuat hendaklah benar-benar mengikuti urutan atau

30

sekuens yang lebih memudahkan siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang ditargetkan. Dalam perencanaan pembelajaran, diharapkan guru dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Strategi pembelajaran dalam arti luas dapat mencakup pendekatan, metode, media dan pengalaman belajar yang harus dialami siswa sehingga kompetensi dasar dapat tercapai. Strategi pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru diantaranya adalah memilih teknik penilaian yang jitu agar guru dapat mengetahui penguasaan kompetensi dasar yang dicapai siswa. Strategi pembelajaran yang dipilih bisa berbentuk kegiatan tatap muka atau non tatap muka. 2. Pengorganisasian pembelajaran IPA Terpadu Pengorganisasian pembelajaran IPA Terpadu adalah kegiatan yang sistematik dalam penyusunan struktur dan pembentukan hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Mengenai struktur organisasi dalam pembelajaran IPA Terpadu tidak akan terlepas dari struktur organisasi sekolah pada umumnya, struktur pembinaan, silabus dan satuan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan melakukan kerja sama antar lembaga agar pengetahuan guru dalam pembelajaran IPA dapat meningkat. Hal ini dilakukan melalui koordinasi kegiatan seperti Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S), Musyawarah Guru Mata Pelajaran IPA (MGMP IPA), dan Sanggar Pemantapan Kerja Guru (SPKG) atau melalui pendidkan dan pelatihan. Dengan koordinasi seperti diatas, tim guru IPA secara intern atau ekster diharapkan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran IPA. Dapat saling berbagi pengalaman dalam memantapkan kegiatan belajar mengajar dan memilih metode dan teknik yang tepat sehingga efektivitas dan efisiensi pembelajaran IPA dapat tercapai. 3. Mengajar. Pelaksanan Pembelajaran IPA Terpadu dalam Proses Belajar

31

Pelaksanaan

proses

pembelajaran

IPA

harus

memenuhi

beberapa

persyaratan: (1) adanya rombongan belajar yang memadai; (2) adanya beban kerja minimal guru; (3) ada buku teks pelajaran ; dan (4) pengelolaan kelas. Pelaksanaan pembelajaran IPA merupakan implementasi dari Rencana Pelaksanaa Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan pembelajaran IPA meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada bagian pendahuluan, guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran sebelumnya, menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, menyampaikan cakupan materi sesuai dengan silabus. Pada pelaksanaan kegiatan inti yang merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam kegiatan inti biasanya digunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dalam kegiatan penutup, guru bersama dengan siswa membuat rangkuman materi yang telah dipelajari, melakukan penilaian atau repleksi, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedial dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Baik buruknya suatu program pembelajaran sangat ditentukan oleh faktor guru. Pernyataan diatas dimaksudkan bahwa guru adalah salah satu komponen pembelajaran utama dalam sistem pendidikan dan sangat mempengaruhi hasilnya. Belajar adalah interaksi antara guru dan siswa. Hubungan antara guru dengan siswa adalah hubungan kewibawaan. Hal ini tidak berarti harus menimbulkan rasa takut pada siswa dan guru bisa semena-mena pada siswa, juga bukan hubungan kekuasaan dimana siswa harus selalu tunduk, akan tetapi hubungan yang menumbuhkan kesadaran pribadi untuk belajar. Sampai saat ini masih ada siswa

32

yang merasa benci, dan segan bila dihadapkan pada pelajaran IPA, padahal perasaan seperti itu tidak perlu ada jika guru IPA dapat menimbulkan kewibawaan dan dapat menyaampaikan pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan pada siswa. Djoni, (1985:9-10), mengemukakan bahwa: Kewibawaan timbul karena kemampuan guru menampakan kebulatan pribadinya, sikap yang mantap karena kemampuan-kemampuan profesional yang dimilikinya, sehingga relasi kewibawaan itu akan menjadi katalisator subjek didik mencapai kepribadiannya. Berdasarakan hal di atas, menurut hemat penulis peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar ialah berusaha secara terus menerus untuk membantu siswa membangun konsep bagi dirinya sendiri dengan mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan dimasa kini dan masa yang akan datang. 4. Penilaian Dalam Pembelajaran IPA Terpadu Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian hasil pembelajaran IPA hendaklah dilakukan secara konsisten, dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja di laboratorium, pengukuran sikap, penilaian hasul karya berupa tugas, proyek atau produk, portofolio dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan standar penilaian pendidikan dan panduan penilian kelompok mata pelajaran yang biasanya dibicarakan pada acara MGMP. 5. Pengawasan Dalam Pembelajaran IPA Terpadu Pengawasan dalam pembelajaran IPA merupakan suatu aktivitas yang mengusahakan agar kegiatan belajar mengajar itu terlaksanan sesuai dengan perencanaan atau dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan pendidikan berkewajiban untuk menyediakan kondisi yang perlu untuk menyelesaikan tugas kewajiban dengan efektif dan efisien. Ia hendak menjamin keselarasan, kecerdasan dan ekonomi di seluruh usaha pendidikan dan pengajaran. Pengawasan tidak saja untuk mencegah pemborosan atau untuk

33

menghilangkan kebiasaan atau perbuatan yang salah, melainkan juga untuk mengarahkan perbuatan kepada maksud-maksud organisasi. Pengawasan proses pembelajaran IPA memuat pemantauan proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai tahap penilaian.Pemantauan dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara dan dokumentasi. Kegiatan pemantauan ini dapat dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas satuan pendidkian. Selain pemantauan, kegiatan pengawasan yang lain adalah supervisi dan evaluasi. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran IPA diselenggarakan dengan cara

membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses dan mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru.Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Akhir dari kegiatan pengawasan proses pembelajaran adalah pelaporan dan tindak lanjut. Hasil kegiatan pemantauan, supervisi dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan di bidang pendidikan. Dari hasil pelaporan biasanya diteruskan dengan tindak lanjut berupa pemberian penguatan dan penghargaan pada guru yang telah memenuhi standar. Pemberian teguran yang bersifat mendidik bagi guru yang belum memenuhi standar, dan memberikan kesempatan pada guru untuk mengikuti pelatihan atau penataran lebih lanjut. C. Konsep Pembelajaran IPA Terpadu Beberapa konsep yang harus diperhatikan dalam pembelajaran IPA terpadu, sebagai berikut: 1. Pengertian IPA Terpadu.

34

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya. Dalam hal ini Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: (1) sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended; (2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; (3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (3) aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep

35

IPA dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran. Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak. Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam kenyataannya, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai bidang kajian IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai sebagai

36

peserta didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum. Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah. 2. Karakteristik Bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang apa, mengapa, dan bagaimana tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui caracara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen. Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta

37

prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau enquiry skills yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada

situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain. Oeh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian seharihari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (3) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah. 3. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu Tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran

38

Keterpaduan bidang kajian dapat mendorong untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain, untuk memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi, maka pembelajaran akan lebih efesien dan efektif b. Meningkatkan minat dan motivasi Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistimik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya. c. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan. 4. Implikasi Pembelajaran IPA Terpadu Implikasi pembelajaran IPA terpadu meliputi hal-hal berikut: a. Guru Pembelajaran IPA Terpadu merupakan gabungan antara berbagai bidang kajian IPA, yaitu fisika, kimia, dan biologi, maka dalam

39

pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan. Hal ini memberikan implikasi terhadap guru yang mengajar di kelas. Untuk itu, dalam pembelajaran IPA terpadu dapat dilakukan dengan dua cara, yakni: team teaching, dan guru tunggal. Hal tersebut disesuaikan dengan keadaan guru dan kebijakan sekolah masing-masing. 1) Team Teaching Pembelajaran terpadu dalam hal ini diajarkan dengan cara team; satu topik pembelajaran dilakukan oleh lebih dari seorang guru. Setiap guru memiliki tugas masing-masing sesuai dengan keahlian dan kesepakatan. Kelebihan sistem ini antara lain adalah: pencapaian KD pada setiap topik efektif karena dalam tim terdiri atas beberapa yang ahli dalam ilmu-ilmu sosial, pengalaman dan pemahaman peserta didik lebih kaya daripada dilakukan oleh seorang guru karena dalam satu tim dapat mengungkapkan berbagai konsep dan pengalaman, dan peserta didik akan lebih cepat memahami karena diskusi akan berjalan dengan narasumber dari berbagai disiplin ilmu. 2) Guru Tunggal Untuk tercapainya pembelajaran IPA Terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal tersebut, maka dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut. a) Guru-guru yang tercakup ke dalam mata pelajaran IPA diberikan pelatihan bidang-bidang studi di luar bidang keahliannya, seperti guru bidang studi Fisika diberikan pelatihan tentang bidang studi Kimia dan Biologi. b) Koordinasi antar bidang studi yang tercakup dalam mata pelajaran IPA tetap dilakukan, untuk mereviu apakah skenario yang disusun sudah dapat memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan bidang studi di luar yang ia mampu. c) Disusun skenario dengan metode pembelajaran yang inovatif dan memunculkan nalar para peserta didik sehingga guru tidak terjebak ke dalam pemaparan yang parsial bidang studi.

40

d)

Persiapan pembelajaran disusun dengan matang sesuai dengan target pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan topik yang dihasilkan dari pemetaan yang telah dilakukan.

b. Peserta didik Dilihat dari aspek peserta didik, pembelajaran IPA Terpadu memiliki peluang untuk pengembangan kreativitas akademik. Hal ini disebabkan model ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik terhadap konsep-konsep yang dipadukan, karena dapat mengembangkan kemampuan asosiasi konsep dan aplikasi konsep, kemampuan asosiatif, serta kemampuan eksploratif dan elaboratif. Selain itu, model pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa indikator dan Kompetensi Dasar. Dengan mempergunakan model pembelajaran IPA Terpadu, secara psikologik, peserta didik digiring berpikir secara luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya, peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Dengan demikian, pembelajaran model ini menuntun kemampuan belajar peserta didik lebih baik, baik dalam aspek intelegensi maupun kreativitas. Pembelajaran terpadu perlu dilakukan dengan variasi metode yang tidak membosankan. Aktivitas pembelajaran harus lebih banyak berpusat pada peserta didik agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. c. Bahan Ajar Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk dalam pembelajaran terpadu. Oleh karena pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu alam maka dalam pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensif dibandingkan dengan

41

pembelajaran monolitik. Dalam satu topik pembelajaran, diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan jumlah Standar Kompetensi yang merupakan jumlah bidang kajian yang tercakup di dalamnya. Bahan yang akan digunakan dapat berbentuk buku sumber utama maupun buku penunjang lainnya. Di samping itu, bahan bacaan penunjang seperti jurnal, hasil penelitian, majalah, koran, brosur, serta alat pembelajaran yang terkait dengan indikator dan Kompetensi Dasar ditetapkan. Sebagai bahan penunjang, dapat juga digunakan disket, kaset, atau CD yang berkaitan dengan bahan yang akan dipadukan. d. Sarana dan Prasarana Dalam pembelajaran IPA terpadu diperlukan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran yang pada dasarnya relatif sama dengan pembelajaran yang lainnya, hanya saja ia memiliki kekhasan tersendiri dalam beberapa hal. Dalam pembelajaran IPA Terpadu, namun demikian dalam pembelajaran ini tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sarana yang relatif lebih banyak dari pembelajaran monolitik. Hal ini disebabkan untuk memberikan pengalaman yang terpadu, peserta didik harus diberikan ilustrasi dan demonstrasi yang komprehensif untuk satu topik tertentu. 5. Pemanduan Konsep dalam Pembelajaran IPA Terpadu Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri atas beberapa bidang kajian adalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan peserta didik mendapat pengalaman belajar yang dapat menghubung kaitkan konsep-konsep dari berbagai bidang kajian. Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA dengan berbagai bidang kajian (Carin, 1997;236). Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan tema, karena penentuan tema akan membantu peserta didik dalam beberapa aspek yaitu: a. b. peserta didik yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri; peserta didik menjadi lebih percaya diri dan termotivas dalam belajar bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya;

42

c.

peserta didik lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena mereka mendengar, berbicara, membaca, menulis dan melakukan kegiatan menyelidiki masalah yang sedang dipelajarinya;

d. e.

memperkuat kemampuan berbahasa peserta didik; belajar akan lebih baik bila peserta didik terlibat secara aktif melalui tugas proyek, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru, dan dunia nyata. Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam

IPA, sebaiknya memilih tema yang menghubungkan antara IPA - lingkunganteknologi - masyarakat. Berikut ini diberikan contoh pembelajaran IPA Terpadu dengan tema yang bernuansa IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat.

Contoh 1:
Pengaruh asap rokok terhadap lingkungan (pencemaran udara) Pengaruh bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari

PerokokA ktif Perokok Pasif

Lingkungan
Pengaruh rokok bagi kesehatan

Rokok

Materi dan sifatnya


Gangguan pada sistem pernapasan

Kesehatan

Makhluk hidup dan proses kehidupan

Gambar 2-1 Jaringan tema rokok

43

6. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu a. Perencanaan Secara konseptual yang dimaksud terpadu pada pengembangan pembelajaran IPA dapat berupa contoh, aplikasi, pemahaman, analisis, dan evaluasi dalam mata pelajaran IPA. Konsep-konsep yang dapat dipadukan pada semester yang berlainan pembelajarannya dapat dilaksanakan pada semester yang sama (tertentu) dengan tidak meninggalkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada semester lainnya. Keberhasilan pembelajaran terpadu akan lebih optimal jika perencanaan mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik sudah tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA. Ada berbagai model dalam mengembangkan pembelajaran IPA Terpadu yang dapat dilihat pada alur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu berikut ini:

Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan

Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema atau topik pemersatu

Mempelajari Standar kompetensi dan kompetensi dasar bidang kajian

Merumuskan indikator pembelajaran terpadu

Memilih/menetapkan tema atau topik pemersatu

Menyusun silabus pembelajaran terpadu

Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu

44

Gambar 2-2 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu Beberapa ketentuan 1) 2) dalam pemetaan Kompetensi Dasar Kompetensi dalam dalam

pengembangan model pembelajaran IPA terpadu adalah sebagai berikut. Mengidentifikasikan beberapa Dasar berbagai Standar Kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan. Beberapa Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan/disajikan secara tersendiri. 3) Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua Standar Kompetensi yang ada pada mata pelajaran IPA pada kelas yang sama, melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga Kompetensi Dasar saja. 4) Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih bisa dipetakan dengan topik/tema lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada pembelajaran IPA Terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut. 1) 2) Tema, dalam pembelajaran IPA Terpadu, merupakan perekat antar-Kompetensi Dasar yang terdapat dalam bidang kajian IPA. Tema yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensikompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi peserta didik, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat. 3) Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar-Kompetensi Dasar pada bidang kajian yang telah dipetakan.

45

b. Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah perangkat administrasi pembelajaran untuk menjabarkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikemas dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup/tindak lanjut. 1) Kegiatan Awal/Pendahuluan Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif, yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat yaitu antara 5-10 menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik sehingga peserta didik siap mengikuti pembelajaran dengan seksama. Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini di antaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran peserta didik (presence, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik (readiness), menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar peserta didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa peserta didik yang dianggap

46

mewakili seluruh peserta didik, bisa juga penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan apersepsi. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik (learning experience). Pengalaman belajar dapat terjadi melalui kegiatan tatap muka dan kegiatan non-tatap muka. Kegiatan tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan guru maupun dengan peserta didik lainnya. Kegiatan nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik dengan sumber belajar lain di luar kelas atau di luar sekolah. Kegiatan inti pembelajaran terpadu bersifat situasional, yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan ajar terpadu harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik, penyajian harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep di bidang kajian yang satu dengan konsep di bidang kajian lainnya. 3) Kegiatan Akhir/Penutup dan tindak lanjut Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar peserta didik. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relatif singkat, oleh karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu di antaranya: a) Mengajak peserta didik untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan. b) Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali bahan yang dianggap sulit

47

oleh peserta didik, membaca materi pelajaran tertentu, memberikan motivasi atau bimbingan belajar. c) Mengemukakan topik yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. d) Memberikan evaluasi lisan atau tertulis. c. Penilaian Penilaian yang dikembangkan mencakup teknik, bentuk dan instrumen yang digunakan terdapat pada lampiran. Model penilaian ini disesuaikan dengan penilaian berbasis kelas pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Objek penilaian mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. 1) Teknik Penilaian Teknik penilaian merupakan cara yang digunakan dalam melaksanakan penilaian tersebut. Teknik-teknik yang dapat diterapkan untuk jenis tagihan tes meliputi: a) Kuis dan b) Tes Harian. Untuk jenis tagihan nontes, teknik-teknik penilaian yang dapat diterapkan adalah: a) observasi, b) angket, c) wawancara,d) tugas, e) proyek, dan f) portofolio. 2) Bentuk Instrumen Bentuk instrumen merupakan alat yang digunakan dalam melakukan penilaian/pengukuran/evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik. Bentuk-bentuk instrumen yang dikelompokkan menurut jenis tagihan dan teknik penilaian adalah: a) Tes: isian, benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, uraian, dan unjuk kerja dan b) Non tes: panduan observasi, kuesioner, panduan wawancara, dan rubrik. 3) Instrumen Instrumen merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian kompetensi. Apabila penilaian menggunakan tehnik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja dan tugas rumah yang berupa proyek, harus disertai rubrik penilaian. Jenis penilaian terpadu terdiri atas tes dan bukan tes. Sistem penilaian dengan menggunakan tes merupakan sistem

48

penilaian konvensional. Sistem ini kurang dapat menggambarkan kemampuan peserta didik secara menyeluruh, sebab hasil belajar digambarkan dalam bentuk angka yang gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar secara menyeluruh maka dilengkapi dengan non-tes, seperti terlihat pada gambar di bawah ini. D. Konsep Strategi Pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Agar kegiatan proses pembelajaran tersebut menjadi lebih menarik dan diminati oleh seluruh warga belajarnya maka perlu dibuat berbagai macam strategi yang tepat guna sehingga mampu meningkatkan hasil belajar yang lebih baik lagi, ada beberapa pendekatan strategi pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Sukmadinata, Discovery adalah: Suatu proses aktivitas kegiatan siswa untuk mencari, mengolah, menafsirkan, menyimpulkan bahan ajar, dimana guru hanya berfungsi untuk memotivasi, mendorong dan fasilitator. Rote adalah Suatu strategi belajar siswa untuk menguasai bahan ajar, kemampuan mekanistis tanpa mempehatikan arti, kebermaknaan, dan tugas dari bahan ajar bagi siswa itu sendiri. Meaningful adalah: Bahan dan kemampuan yang dipelajari dengan didasarkan atas kebutuhan siswa, tugas dan lembaga, masyarakat. Dari beberapa istilah tersebut selanjutnya dapat dikembangkan menjadi berbagai strategi mebelajaran seperti diuraikan berikut ini: Strategi Pembelajaran Discovery-Meaningful adalah: Suatu strategi pembelajaran yang mengutamakan aktivitas kegiatan siswa, sehingga siswa dituntut untuk mencari, mengolah, menafsirkan, menganalisa dan menyimpulkan

49

bahan ajar yang dipelajari, kemudian siswa juga dituntut untuk mencari kemampuan dari apa yang telah atau yang sedang dipelajarinya dengan didasarkan atas kebutuhan siswa, tugas, lembaga, dan masyarakat. Dalam strategi pembelajaran Discovery-Meaningful kapasitas guru hanya berfungsi sebagai motivator, pendorong dan fasilitator. Strategi Pembelajaran Rote-Meaningful adalah : Suatu strategi pembelajaran yang hanya mengutamakan pada kemampuan mekanistis dari bahan dan kemampuan yang dipelajari dengan didasarkan atas kebutuhan siswa, tugas dan lembaga, masyarakat, dan kurang memperhatikan arti, kebermaknaan, serta tugas dari bahan ajar bagi siswa itu sendiri. Sehingga pada strategi Pembelajaran RoteMeaningfu, kelihatannya peran guru sangat dominan dan berfungsi sebagai pusat informasi. Dari dua analisa Strategi Pembelajaran diatas maka dapat dilihat beberapa perbedaan, diantaranya adalah: Proses pembelajaran: Pada strategi pembelajaran Discovery-Meaningful aktifitas siswa sangat dominan dan guru berfungsi sebagai motivator, pendorong dan fasilitator, sedangkan pada Strategi Pembelajaran RoteMeaningful siswa hanya dituntut untuk memiliki kemampuan mekanistis saja sehingga peran guru sangat dominan dan berfungsi sebagai pusat informasi. Tuntutan Hasil Pembelajaran: Pada strategi pembelajaran DiscoveryMeaningful siswa dituntut untuk mencari, mengolah, menafsirkan, menganalisa dan menyimpulkan bahan ajar yang dipelajari, kemudian siswa juga dituntut untuk mencari kemampuan dari apa yang telah atau yang sedang dipelajarinya dengan didasarkan atas kebutuhan siswa, tugas, lembaga, dan masyarakat. Sedangkan Strategi Pembelajaran Rote-Meaningful siswa hanya di orientasikan untuk memiliki kemampuan mekanistis dari bahan ajar saja, sendiri. Metode-metode pengajaran dan bahan-bahan ajaran yang cocok untuk kedua strategi pembelajaran diatas adalah: Metode pada Strategi Pembelajaran Discovery-Meaningful: misalnya dengan menggunakan pendekatan aktivitas kelompok, metode-metode yang digunakan diantarnya adalah: Diskusi, Simulasi, kurang memperhatikan arti, kebermaknaan, serta tugas dari bahan ajar bagi siswa itu

50

Role playing, seminar, Eksperimen, dll. Dapat juga menggunakan belajar berbuat, metode-metode yang digunakan diantarnya adalah: Problem Solving melalui kegiatan: Penyusunan rancangan, pengamatan, melakukan percobaan, menganalisa masalah yang timbul, menyimpulkan hasil. Contoh bahan-bahan Pelajaran: Pada Mata Pelajaran IPA/Saint, melakukan penelitian pada praktek pembuatan tempe untuk menemukan sel Rhizopus. Metode pada Strategi Pembelajaran Rote-Meaningful: misalnya dengan menggunakan pendekatan variasi metoda dan media pelajaran, metode-metode yang digunakan diantarnya adalah: Ekspositori, lisan (ceramah, tanya jawab, diskusi kelas), demonstrasi/peragaan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. 1. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. 2. 3. 4. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi. 5. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi. Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pembelajaran, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. 6. Penentuan Jenis Penilaian. Dalam penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan

51

menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian diantaranya : (a) penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi; (b) penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya; (c) sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa; (d) hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan; (e) sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan. 7. Menentukan alokasi waktu penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

52

8.

Menentukan sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

E. Strategi Pembelajaran IPA Terpadu Perumusan strategi merupakan langkah awal yang sangat penting bagi ketercapaian tujuan organisasi, sebab strategi merupakan instrumen untuk menghadapi dan mengantisipasi perubahan lingkungan sekaligus sebagai kerangka kerja untuk menyelesaikan setiap masalah. Strategi juga akan memberikan arah jangka panjang yang akan dituju, dengan mengidentifikasi keunggulan komparatif organisasi dalam lingkungan yang semakin beresiko sehingga organisasi menjadi lebih efektif. 1. Konsep Strategi Istilah strategi berasal dari kata yunani strategeia (stratos artinya militer, dan ag artinya memimpin), yang berarti seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral. Istilah strategi semula bersumber dari kalangan militer dan secara populer sering dinyatakan sebagai kiat yang digunakan oleh para jendal untuk memenangkan suatu peperangan. Secara sederhana Soekartono, (1993:35), memberikan pengertian strategi sebagai cara untuk mencapai tujuan dengan daya dan sarana yang dapat dihimpun. Sedangkan Sanusi, (20007:2), berkenaan dengan: Menganalisis faktor-faktor strategik dari situasi lingkungan, menganalisis, organisasi, Menganalisis pesaing secara internal dan eksternal, baik lingkungan mikro maupun makro, bersamaan dengan analisis tersebut; menetapkan tujuan organisasi, merumuskan visi (tujuan jangka panjang yang paling mungkin), menetapkan misi (peranan yang dimainkan organisasi dalam masyarakat), tujuan korporet (tujuan usaha dan keuangannya), tujuan dari satuan bisnis strategik (sasaran dan keuangannya), dan tujuan taktikal; tujuan-tujuan itu, dalam hubungan analisis situasi, merekomendasikan rencana strategik. rencana itu memberikan pengertian rumusan strategi

53

memberikan detil tentang bagaimana lankag dan cara yang paling tepat untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Siagian, (1995:17), memberikan pengertian strategi sebagai: Rencana berskala besar yang berorientasi jangkauan masa depan yang jauh serta ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif dengan lingkunganya dalam kondisi persaingan yang kesemuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang bersangkutan. Mengacu pada pendapat di atas, maka menurut hemat penulis, startegi dapat dipandang sebagai suatu proses berpikir dalam memecahkan persoalan secara sistematis melalui langkah-langkah analisis. Tahap berpikir strategik menurut Kenneth Primozic, (Herdiwandani, 2000:25), dapat disistematikan seperti pada gambar 6 berikut:
IDENTIFIKASI MASALAH RENCANA LANGKAH YANG AKAN DIAMBIL PENERAPAN

PEMECAHAN MASALAH

PENGELOMPOKAN MASALAH

BENTUK NYATA PADA KESIMPULAN

PERENCANAAN UNTUK IMPLEMENTASI

PROSES ABSTRAKSI

TIMBULNYA KESIMPULAN

PENENTUAN METODE PEMECAHAN

VALIDASI HIPOTESIS PEMECAHAN DENGAN ANALISIS

FORMALISASI HIPOTESIS PEMECAHAN

Gambar 2-3 Model Tahap Berpikir Strategik Bila dikaitkan dengan fungsi manajemen, Richard Vancil sebagaimana yang dikutip oleh Winardi, (1997:96), merumuskan konsep strategi sebagai berikut: Strategi sebuah organisasi atau sub unit sebuah organisasi lebih besar yaitu sebuah Konseptualisasi yang dinyatakan atau yang diimplikasikan oleh peminpin organisasi yang bersangkutan, berupa a) sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan organisasi tersebut; b) kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan yang atau ditetapkan sendiri oleh sang pemimpin, atau yang diterimanya dari pihak atasannya, yang membatasi skope aktivitasaktivitas organisasi yang bersangkutan; dan c) kelompok rencana-rencana dan tujuan-tujuan jangka pendek yang telah diteapkan dengan ekspektasi

54

akan diberikannya sumbangsih mereka dalam hal mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut. Berdasarkan berbagai definisi tersebut, maka menurut pendapat penulis, konsep strategi dapat didefinisikan berdasakan dua perspektif yang berbeda, yaitu (1) dari perspektif apa suatu organisasi ingin lakukan; dan (2) dari perspektif apa organisasi akhirnya lakukan. Dari perspektif pertama, strategi dapat didefinisikan sebagai pedoman untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimpementasikan misinya. Makna yang terkandung dari strategi ini adalah bahwa para manajer memainkan peranan yang aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan srtategi organisasi. Sedangkan berdasarkan perspektif kedua, strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungan sepanjang waktu. Pada definisi ini, setiap organisasi pasti memiliki strategi, meskipun strategi strategi tersebut tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Pandangan ini diterapkan bagi para manajer yang bersifat reaktif, yaitu hanya menanggapi dan menyesuaikan diri teradap lingkungan secara pasif manakala dibutuhkan. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi, di mana tujuan strategi adalah untuk mempertahnkan atau mencapai suatu posisi keunggulan dibandingkan dengan pihak pesaing. Organisasi yang bersangkutan masih meraih suatu keunggulan apabila ia dapat memanfatkan peluang-peluang di dalam lingkungan, yan memungkinkan menarik keuntungan-keuntungan dari badang-bidang kekuatannya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa perumusan strategi harus memperhatikan berbagai faktor yang sifatnya kritikal, yaitu: a. Strategi berarti menentukan misi pokok suatu organisasi; yang menonjol dalam faktor ini ialah bahwa straetgi merupakan keputusan dasar yang dinyatakan secara garis besar; b. c. Profil tertentu bagi organisasi yang menggambarkan kemampuan yang dimiliki dan kondisi internal yang dihadapi oleh organisasi; Pengenalan lingkungan dimana organisasi akan berinteraksi dengan berbagai kondisinya;

55

d.

Suatu strategis harus merupakan analisis yang tepat tentang kekuatan yang dimiliki kelemahan yang mungkin melekat, berbagai peluang yang munkin timbul, dan harus dimanfaatkan, serta ancaman yang diperkirakan akan dihadapi organisasi;

e.

Mengidentifikasi beberapa pilihan yang wajar dari berbagai alternatif yang tersedia dikaitkan dengn keseluruhan upaya yang akan dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran organisasi;

f.

Memilih satu alternatif yang dipandang paling tepat dikaitkan dengan sasaran jangka panjang yang dianggap mempunyai nilai yng paling strategik, dan diperhitungkan dapat dicapai karena didukung oleh kemampuan dan kondisi internal organisasi;

g.

Suatu sasaran jangka panjang pada umumnya mempunyai cari yang menonjol, yaitu: 1) sifatnya yang idealistis; 2) jangkuan waktunya jauh ke depan; 3) hanya bisa dinyatakan secara kualittif; dan 4) masih abstrak. Dengan ciri-ciri seperti itu, suatu strategi perlu memberikan arah tentang rincian yang perlu dilakukan. Artinya perlu ditetapkan sasaran dengan ciriciri: 1) jangkuan waktu ke depan spesifik; 2) praktis, dalam arti diperkirakan mungkin dicapai; 3) bersifat konkrit; dinyatakan secara kuantitatif, dan 4)

h.

Memperhatikan pentingnya oprasionalisasi keputusan dasar yang dibuat dengan memperhitungkan kemampuan organisasi di bidang anggaran, sarana, prasarana dan waktu;

i.

Mempersiapkan tenaga kerja yang memenuhi berbagai persyaratan kualitas teknis dan perilaku serta mempersiapkan sistem manajemen sumber daya manusia yang berfokus pada pengakuan dan penghargan harkat dan martabat dalam organisasi;

j. k.

Memperhatikan bentuk tipe dan struktur organisasi yang akan digunakan; Menciptakan suatu sistem pengawasan yang menjamin daya inovasi, kreativitas dan diskresi para pelaksana kegiatan oprasional tidak dihambat;

56

l.

Sistem penilaian tentang keberhasilan dan ketidakberhasilan pelaksanaan strategi yang dilakukan berdasarkan serangkain kriteria yang rasional dan okjektif;

m. Menciptakan suatu sistem umpan balik sebagai instrumen bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan strategi yang telah ditentukan itu untuk mengetahui apakah sasaran itu terlampaui, hanya sekedar tercapai atau tidak tercapai. kesemuanya itu diperlukan sebagi bahan dan dasar untuk mengambil keputusan di masa depan. berdasarkan penjelasan di atas, maka manajemen stratejik berkaitan dengan upaya memutuskan persoalan strategi dan perencanaan, dan bagaimana strategi tersebut dilaksanakan dalam praktik. Mengacu pada pendapat tersebut, dapat penulis nyatakan bahwa fokus manajemen stratejik adalah pada lingkungan eksternal dan pada operasi-operasi pada masa mendatang. Manajemen stratejik mendeterminasi arah jangka panjang organisasi yang bersangkutan dan ia menghubungkan sumber-sumber daya organisasi yang ada dengan peluang-peluang pada lingkungan yang lebih besar. Kenneth Primozic, (Herdiwandani, 2000:31), mengemukakan bahwa: Manajemen stratejik sebagai suatu proses yang mempunyai akibat antara lain perubahan salah satu komponen akan mempengaruhi beberapa atau seluruh komponen yang lain. Proses pembuatan, penerapan dan evaluasi strategi merupakan suatu proes yang berurutan. Dengan demikian sesungguhnya manajemen stratejik merupakan sebuah proses berkelanjuan dan tahapan-thapannya merupakan bagian-bagian yang berinteraksi dari sebuah sistem secara keseluruhan. Secara skematis keterkaitan antara komponen atau tahapan dalam sebuah sistem manajemen stratejik dapat dilihat pada gambar 2-4 berikut:

MISI ORGANISASI

PROFIL ORGANISASI

Apa yang mungkin dilakukan ?

LINGKUNGAN EKSTERNAL

Apa yang diinginkan ?

57

ANALISIS STRATEGI DAN PILIHAN

SASARAN JANGKA PANJANG

GRAND STRATEGI

SASARAN TAHUNAN

STRATEGI FUNGSIONAL

KEBIJAKAN

MELEMBAGAKAN STRATEGI PENGAWASAN DAN EVALUASI

Gambar 2-4 Model Manajemen Stratejik (Diadopsi dari Winarno, 1997) Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa langkah awal yang mendasari langkah penting lainnya dalam penerapan strategi adalah penetapan misi organisasi. Bagi suatu organisasi penentuan misi sangat penting karena misi ini bukan hanya sangat mendasar sifatnya, akan tetapi membuat organisasi memiliki identitas yang khas. Dengan kata lain, masalah yang membedakan satu organisasi dari organisasi yang sejenis. Misi ini merupakan suatu bentuk pernyataan umum tetapi bersifat lestari oleh manajemen puncak yang mengandung niat organisasi yang bersangkutan, merupakan sebuah deskripsi alasan bagi eksistensi sesuatu organisasi, yang mengarahkan, yang merangsang proses perumusan tujuan dan strategi. Misi menyajikan identitas, kontinuitas, tujuan dan perumusan secara menyeluruh dan ia harus mencakup kategori-kategori informasi sebagai berikut : a. mengapa organisasi yang bersangkutan ada, tujuanya dihubungkan dengan produk dasarnya atau servis, pasar-pasar primernya, dan teknologi pokoknya dalam produksi; b. c. prinsip-prinsi moril dan etika yang akan membentuk falsafah dan watak organisasi yang bersangkutan; dan iklim etika di dalam organisasi yang bersangkutan.

58

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa misi memberikan garis besar tentang identitas organisasi yang bersangkutan, dan ia merupakan sebuah pedoman bagi pembentukan strategi-strategi pada tingkatan keorganisasian yang lebih rendah. Peranan yang a. b. c. d. e. dimainkan oleh misi dalam hal mengarahkan organisasi yang ada adalah penting, karena : merupakan sebuah landasan bagi konsolidasi sekitar tujuan organisasi tersebut; memberikan dorongan sumbe daya; merumuskan iklim internal organisasi tersebut; merupakan sejumlah petunjuk bagi penerapan tanggung jawab jabatan; menfasilitasi desain dari kontrol. 2. Strategi Pembelajaran Secara umum strategi pembelajaran mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Strategi pembelajaran merupakan dasar dalam proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut seperti: mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan, memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat, memilih dan menetapkan prosedur metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya, menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan variabel-variabel kunci bagi sebuah sistem dan petunjuk-petunjuk bagi alokasi sumber-

59

balik buat penyempurnaan sistem intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan. Penjelasan di atas sesuai dengan pendapat Djamarah dan Aswan (1995:5-8), mengemukakan ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam proses pembelajarannya agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan bahwa: Pembelajaran dikatakan berhasil apabila memenuhi empat langkah proses kegiatan belajar mengajar seperti : (a) Spesifikasi dan Kualifikasi perubahan tingkah laku yang diinginkan, (b) Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran, (c) Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif, (d) Menerapkan normanorma atau kriteria keberhasilan yang dapat dijadikan ukuran. Disini terlihat bahwa proses pembelajaran diperlukan beberapa langkah sebagai hasil kegiatan belajar mengajar yang dilakukan itu dijadikan sebagai sasaran dari pembelajaran. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah, oleh karena itu, tujuan pembelajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkrit, sehingga mudah dipahami oleh anak didik. Tujuan pembelajaran yang oprasional dalam belajar mengajar mutlak dilakukan oleh guru sebelum melakukan tugasnya di sekolah. Dalam melaksankan proses kegiatan belajar mengajar bagaimana cara guru memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang guru gunakan dalam memecahkan suatu kasus, yang akan mempengaruhi hasil proses pembelajarannya. Satu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan yang berbeda maka akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil, dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda pula dan bahkan mungkin bertentangan bila dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu. Pendekatan yang digunakan terhadap kegiatan belajar mengajar dalam proses pembelajarannya, menurut teori Asosiasi (hapalan) tidak akan sama hasilnya dengan pengertian belajar menurut teori Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam cara pendekatan proses pembelajaran oleh pendidik. Metode atau teknik penyajian untuk memotivikasi anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannnya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau metode

60

supaya anak didik terdorong dan mampu berpikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakannya sendiri. Bila beberapa tujuan ingin diperoleh, maka tenaga pendidik dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai metode atau mengkombinasikan beberapa metode yang relefan. Dalam Proses pembelajaran pendidik membutuhkan variasi pengunaan teknik penyajian supaya kegiatan belajar mengajar yang berlangsung tidak membosankan untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga pendidik mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya, setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar yang lain. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Isjoni, (2007-103), bahwa: Strategi Pembelajaran merupakan rancangan dasar bagi seorang guru tentang cara ia membawakan pengajarannya di kelas secara bertanggung jawab yang diantaranya: (a) Strategi Pengorganisasian Pembelajaran, (b) Penyampaian Pembelajaran, (c) Strategi Pengelolaan Pembelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut, tampak bahwa di dalam konteks pembelajaran, strategi berarti pola umum perbuatan guru murid dalam perwujudan kegiatan pembelajaran, sifat umum pola tersebut berarti bahwa macam dan urutan perbuatan yang dimaksud nampak dipergunakan atau diperagakan guru- murid didalam bermacam-macam peristiwa belajar. Dengan demikian konsep strategi dalam hal inimerujuk kepada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru- murid didalam peristiwa pembelajaran. Implisit di balik karakteristik abstrak itu adalah rasional yang membedakan strategi-strategi yang satu dari strategi yang lain secara fundamental. Strategi pembelajaran memuat alternative-alternative yang harus dipertimbangkan untuk dipilih dalam rangka perencanaan pembelajaran. Strategi pembelajar sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru murid dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran. Dari uraian di atas sejalan dengan pendapat J.R David, (1976), dalam Teaching Strategies for College Class Room, mengemukakan :

61

A plan, method, or series of activities designed to achieves a particular education goal. Menurut pengertian ini strategi pembelajaran meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran seperti ceramah, diskusi kelompok maupun tanya jawab yang menggambarkan startegi pembelajaran. Strategi dapat diartikan sebagai a plant of operation achieng something ,(rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu), sedangkan metode ialah a way in achieving something,(cara untuk mencapai sesuatu), metode pengajaran termasuk dalam perencanaan kegiatan atau strategi. Menurut pendapat penulis, strategi pembelajaran juga tidak sama dengan metode pengajaran. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan rencana untuk mencapai tujuan, sedangkan metode pengajaran adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan itu. Metode pengajaran adalah alat untuk mengoprasionalkan apa yang direncanakan dalam strategi pembelajaran seperti sumber belajar, kemampuan yang dimiliki guru dan siswa, media pembelajaran, materi pengajaran, organisasi kelas, waktu yang tersedia, dan kondisi kelas/ lingkungan, merupakan unsur-unsur yang mendukung strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran meliputi aspek yang lebih luas daripada metode pembelajaran. Strategi pembelajaran cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar. Dalam mengenbangkan strategi pembelajaran paling tidak guru perlu mempertimbangkan beberapa hal antara lain: a. Strategi mengaktifkan siswa Dengan cara membuat kelompok mulai dari yang kecil dan pemberian tugas guru, bila siswa belum dapat mengefektifkan kegiatan dalam kelompoknya. Berlanjut pada kondisi kelompok yang lebih besar dengan otonomi berada pada siswa baik untuk menetukan kelompoknya ataupun waktu penyelesaian tugas kelompok bersama-sama dengan guru. Kondisi ini diperlukan untuk membangun kerjasama diantara mereka dan strategi ini agar setiap siswa memikul suatu tanggung jawab dalam kelompoknya. b. Strategi membangun peta konsep siswa

62

Peta konsep dapat dikembangkan secara individual atau dalam kelompok kecil. Siswa-siswa mengatur sejumlah konsep atau kata-kata kunci pada satu halaman kertas, kemudian menghubungkannya dengan garis-garis dan sepanjang garis itu ditulis suatu kata atau ungkapan yang menjelaskan kaitan antar kata-kata atau konsep-konsep. c. Strategi menggali infomasi dari media cetak Jika siswa diminta untuk mengerti dan bukan sekedar mengingat informasi yang ditemukannya di dalam buku pelajaran, bahan rujukan surat kabar dan sebaginya, maka mereka haruslah aktif mengumpulkan informasi setelah itu gunakan pertanyaan terbuka, produktif dan imjinatif. d. Strategi membandingkan dan mensisntesiskan informasi Pemahaman informasi dari berbagai sumber belajar dapat ditingkatkan jika siswa-siswa bekerja dalam kelompok dan setiap anggota kelompok diberi sumber belajar yang berbeda untuk digunakan dalam mencari jawaban atas pertanyaan yang sama. Dengan demikian, siswa-siawa harus membandingkan dan mendiskusi jawaban-jawaban yang sudah mereka tuliskan sehingga sebagai hasilnya, mereka akan mampu memberi satu jawaban yang memuskan. Ini merupakan strategi yang efektif untuk dipakai oleh kelompok-kelompkok pakar ketika pendekatan gergaji ukur (jigsaw) terhadap proyek penelitian digunakan. e. Srategi mengamati (mengawasi) secara aktif Untuk menjamin agar para siswa berpikir aktif sewaktu menonton video mintalah mereka untuk : 1) Menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang mereka pikirkan pada waktu menonton video. Ini dapat digunakan sebagai dasar untuk diskusi kemudian atau penelitian lanjutan tentang topik itu. 2) Mnuliskan contoh-contoh kategori tertentu dari peristiwaperistiwa, benda-benda atau hewan-hewan, dan sebagainya yang muncul dalam video itu. Ini dapat didiskusikan kemudian dan dikelompokan sebagao dasar untuk kegiatan meraih konsep. f. Strategi menganalisis dengan peta akibat atau roda masa depan

63

Strategi ini dapat digunakan sebelum atau sesudah siswa-siswa mempelajari sesuatu topik. Hal ini dapat digunakan untuk menemukan seberapa tuntas siswa-siswa sudah memikirkan sesuatu isu atau peristiwa, atau dapat digunakan untuk menentukan apakah mereka sudah mampu menerapkan informasi yang sudah dipelajarinya dalam menganalisis situasi baru. Siswa-siswa diminta untuk mempertimbangkan semua hasil atau akibat yang mungkin dari suatu tindakan atau perubahan dan kemudian hasil-hasil dan akibat-akibatnya sesudah itu. Mereka hendaklah didorong untuk berpikir tentang aakibat-akibat positif dan negatif dalam rentang konteks yang mungkin meliputi hal-hal yang bersifat sosial, etika, moral, ekonomi, politik, pribadi, hukum atau politik. g. Strategi melakukan kerja praktik Strategi ini selalu menjadi bagian penting dari pembelajaran sains. Terdapat beberapa cara yang menjamin bahwa siswa-siswa secara aktif terlibat dalam kerja praktik mereka dan bahwa mereka belajar dari pengalaman itu : 1) 2) 3) 4) terbatas) Dari uraian yang panjang lebar di atas penulis, sangatlah jelas bahwa kurikulum berbasis kompetensi mengusung pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa untuk mengembangkan seluruh potensi dirinya untuk mencapai optimalisasi pembelajaran dengan dukungan guru yang memiliki kemampuan dalam menciptakan situasi, motivasi, serta kondisi yang menuntut keaktifan mental dibanding aktif fisik. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang Memberi perintah-perintah dalam susunan acak Diminta meramalkan hasil-hasilnya Diberi suatu kumpulan peralatan yang tepat dan suatu pertanyaan untuk diselidiki Diberi pertanyaan penelitian eksperimen terbuka (tidak

64

datang dari guru itu sendiri maupun datang dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan hakekat pembelajaran PAKEM, yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektip, menyenangkan. 3. Konsep Thinking Styles dan Thinking Skills Konsep Thinking Styles dan Thinking Skills adalah untuk mampu berpikir yang benar, bermanfaat, dan baik serta menghasilkan outputnya yang benar, bermanfaat dan baik pula. Pada tingkat belajar konsep yang dimaksud seperti di atas, penggunaan dan pengendalian potensial aqal hendaknya bersambung dengan potensi qalbunya. Pada tahap itu ada proses transformasi trancendental. Pada tingkat itu, selain mencari pengertian-pengertian yang logis dan rasional, maka berpikir dalam belajar itu memasuki daerah khusus dzikrulloh untuk mencari makna yang lebih konprehensif, menurut Sanusi, (1999;32-35), dalam pembagian berpikir adalah sebagai berikut : (a) Berpikir Orde Rendah (Lower Order Thinking) diantaranya ; berpikir spekulatif (prosesnya tidak menentu dan keberhasilan pun diragukan, bersifat coba-coba tentang apa adanya sehingga autputnya pun apa adanya); berpikir hapalan (Yang disimpan dalam pikiran itu tidak banyak diolah dalam keterkaitanya dengan informasi sebelumnya, sehingga tidak memberi nilai tambah, berpikir hapalan tidak bisa efektif jika jumlah objeknya banyak, dan karakteristik dan keterkaitnnya rumit); belajar dengan berpikir konkrit (terbatas pada objek-objek yang berupa benda, peristiwa, kejadian atau kegiatan yang berujud kongkret dalam jangkuaian. panca indra); belajar dengan berpikir formalistik (biasanya relevan dan konsisten dengan pesan-pesan yang dikandung dalam kaidah, aturan atau teori yang dijadikan rujukannya hampa dengan fakta yang relevan); (b) Berpikir Orde Lebih Tinggi diantaranya ; berpikir etis (ketentuan /aturan dan sangsi dari nilai etis tentang kebaikan/kebajikan (dan estetis tentang keindahan/kesucian) itu jadi rujukan dan pedoman); berpikir logis (diturunkan dan amat konsisten dengan asumsi ada yang ditetapkan disini, berpikir menunjukan suatu proses terstruktur dan tingkatan-tingkatan hirarkis yang bersifat runtut, tidak ada kontradiksi internal/sejalan dengan akal sehat); berpikir rasional-empiris (berpikir yang dapat diterima akal sehat yang cocok dengan faktanya); berpikir kritis (tidak mengedepankan sikapya benar/terima/setuju, melainkan justru memadukan pemikiran logis dan rasional empiris); berpikir kreatif/lateral (ada sesuatu unsur baru, yang khas dan lebih berarti, di balik berpikir logis - rasional - kritikal yang berlangsung sebelumnya ); dan berpikir aqliyah dan naqliyah (mengunakan akal dalam memeriksa fakta, dalam mengungkapkan keberartian fakta menurut kajian dan analisis berdasakan teori dalam disiplin ilmunya)

65

Dari uraian di atas penulis simpulkan bahwa untuk mampu berpikir yang benar, bermanfaat, dan baik serta menghasilkan outputnya yang benar, bermanfaat dan baik pula setiap potensi saat ini tidak dapat terselesaikan melalui satu kondisi yang sederhana tetapi memerlukan penanganan dari berbagai perspektif. Dan perhatikan bahwa berpikir tingkat tinggilah yang mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan mental, pikiran dan bukan benda. Akibat dari ketidak cukupan dalam mental kita bersama, dari pendekatan kita terhadap hidup, kekurangan kita akan kebijaksanaan,bukannya akibat dari ketidak cukupan memilki materi. Pendekatan kita harus melihat pada keseluruhan sistem, tapi hal ini akan memerlukan persfektif yang jauh lebih banyak ketimbang dari apa yang kita namai sebagai ilmu pengetahuan,memperhitungkan pula filosofi dan agama. Mulailah dari diri sendiri dengan niat lillahi taala, laksanakan dengan ikhlas dan senantiasa istiqomah pada jalur yang diridhoi Allah swt. 4. Strategi Sumber Daya Manusia Strategi sumber daya manusia adalah salah satu bagian dari tujuan pendidikan nasional. Dengan mutu pembelajaran yang baik dan benar diharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan sumber daya manusia berkualitas mampu membuat suatu negara menjadi besar, kuat dan bermartabat yang pada akhirnya teciptalah kemakmuran, kesejahteraan kemajuan di segala bidang. Peningkatan dan perkembangan keterampilan, pengetahuan dan sikap merupakan produk dimana para edukator seperti Kepala Sekolah, Rektor Guru/Dosen, Tata Usaha (administrator), kepala dinas pendidikan, perencana dan tenaga ahli kurikulum, memiliki kedudukan sebagai manajer. Mereka mengelola, mengidentifikasinya, dan menurutnya apa yang dibutuhkan oleh murid sehingga murid mengalami peningkatan dan perkembangan yang identik dengan perkembangan keterampilan, pengetahuan dan sikap. Berdasarkan ungkapan di atas maka sudah dapat dipastikan, bahwa semuanya itu dilakukan bertujuan untuk membuat perubahan pada diri manusia dan lingkungannya dengan harapan terjadi perubahan yang mengarah kepada yang lebih baik. dan

66

Islam tidak mengharamkan perubahan. Bahkan Alloh telah mengisyaratkan pada umatnya seperti firman-Nya dalam Al-Qur'an surat Ar-Rad ayat 11 :


Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Tuhan tidak akan merubah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka. Dalam Penjelasannya disebutkan bahwa "suatu kaum tidak akan berubah jika kaum itu sendiri tidak merubahnya". Namun dengan tidak mengindahkan bahwa segalanya adalah kehendak adalah Allah Yang Maha Kuasa. Dengan demikian mengupayakan adalah menjadi suatu kewajiban, hanya keberhasilan Allah pula yang menentukan. Upaya mengubah adalah kewajiban sehingga membentuk manusia untuk terus memaksimalkan diri ke arah perubahan yang diinginkan, baik untuk diri sendiri, sebagai individu maupun sosial, baik lahir maupun batin atau pun untuk orang lain bahkan lingkungan di sekitarnya, baik yang hidup maupun mati. Seperti kita ketahui bahwa keinginan, kehendak, obsesi tak terbatas, justru yang membatasinya adalah kemampuannya karena masih ada Maha Penentu dan Maha Mampu. Akan tetapi hal ini tidak menyurutkan kehendak manusia akan adanya perubahan. Karena Allah telah dengan sengaja menyuruh manusia untuk selalu berupaya dan berdoa seperti diisyaratkan oleh-Nya, dalam Al-Quran surat AlMumin ayat 40 :

67


Yang artinya :Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". Dengan ungkapan tersebut: "berdo'alah pada-Ku, niscaya aku kabulkan". Seolah permintaan atau keinginan apa pun Allah tidak menolaknya tanpa batas. Lebih dari itu bagi kaum atheis/materialistis merasa perubahan adalah penting bagian dari hidup dan yang bisa mengupayakan hal tersebut adalah kemampuannya sendiri karena mereka yakin bahwa perubahan sepenuhnya merupakan akibat dari perbuatannya sendiri termasuk alam. Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia terus berupaya melogikakan apa pun kehendaknya termasuk proses pencapaian kehendaknya tersebut. Maka dari itu muncullah berbagai macam teori, konsep bahkan hukum yang berhubungan dengan atau antara keinginan, cara dan strategi pencapaiannya. Selanjutnya Alloh mengisyaratkan kepada umatnya, bahwa alloh tidak akan pernah mengingkari janjinya dari apa yang dilakukan oleh mereka, seperti dalam Al-Quran Surat Ali-Imron : 194


Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang Telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." Umumnya hidup dalam kehidupan. Dunia pembelajaranpun tidak terlepas dari yang disebut perubahan. Perhatikan perkembangan keilmuan dan pengetahuan sekarang ini yang merupakan bukti konkret kemajuan pembelajaran

68

akibat upaya-upaya perubahan. Kapan, dimana, bagaimana perubahan itu bisa terjadi ? Secara sederhana begitu manusia berkehendak dan dianggap sebagai masalah maka memunculkan berbagai pemikiran tentang kapan waktunya, berapa lama, bagaimana cara mencapainya atau solusinya, dan lain-lain. Sehingga dari hasil pemikiran baik pertanyaan maupun pernyataan menciptakan konteks tanya jawab, persetujuan, dan langkah yang lebih memberi kepastian dan keyakinan akan tercapainya berbagai keinginan tersebut diharapkan lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas Isjoni, (2007:3), berpendapat bahwa: Ciri-ciri sumber daya manusia berkualitas sendiri adalah mandiri, berwatak kerja keras, tekun belajar, menghargai waktu, dan pantang menyerah. serta selalu proaktif dalam mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan rencana strategis pemerintah bahwa untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas setiap insan yang unggul harus memiliki kriteria sebagai berikut : a. b. c. d. Amanah: Memiliki integritas, bersikap jujur dan mampu mengemban kepercayaan. Profesional: Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang memadai serta memahami bagaimana mengimplementasikannya. Antusias dan bermotivasi tinggi: Menunjukkan rasa ingin tahu, semangat berdedikasi serta berorientasi pada hasil. Bertanggung jawab dan mandiri: Memahami resiko pekerjaan dan berkomitmen untuk mempertanggung-jawabkan hasil kerjanya serta tidak tergantung kepada pihak lain. e. f. g. Kreatif: Memiliki pola pikir, cara pandang, dan pendekatan yang variatif terhadap setiap permasalahan. Disiplin: Taat pada tata tertib dan aturan yang ada serta mampu mengajak orang lain untuk bersikap yang sama. Peduli dan menghargai orang lain : Menyadari dan mau memahami serta memperhatikan kebutuhan dan kepentingan pihak lain.

69

h.

Belajar sepanjang hayat: Berkeinginan dan berusaha untuk selalu menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan dan pengalaman serta mampu mengambil hikmah dan mejadikan pelajaran atas setiap kejadian.

i. j. k. l.

Visioner dan berwawasan: Bekerja berlandaskan pengetahuan dan informasi yang luas serta wawasan yang jauh ke depan. Menjadi teladan: Berinisiatif untuk memulai dari diri sendiri untuk melakukan hal-hal yang baik sehingga menjadi contoh bagi pihak lain. Memotivasi (motivating): Memberikan dorongan dan semangat bagi pihak lain untuk berusaha mencapai tujuan bersama. Mengilhami (inspiring): Memberikan inspirasi dan memberikan dorongan agar pihak lain tergerak untuk menghasilkan karya terbaiknya. (empowering): Memberikan kesempatan dan

m. Memberdayakan n. o. p.

mengoptimalkan daya usaha pihak lain sesuai kemampuannya. Membudayakan (culture-forming): Menjadi motor dan penggerak dalam pengembangan masyarakat menuju kondisi yang lebih berbudaya. Taat azas: Mematuhi tata tertib, prosedur kerja, dan peraturan perundangundangan. Koordinatif dan bersinergi dalam kerangka kerja tim: Bekerja bersama berdasarkan komitmen, kepercayaan, keterbukaan, saling menghargai, dan partisipasi aktif bagi kepentingan Depdiknas. q. r. s. t. u. Akuntabel: Bekerja secara terukur dengan prinsip yang standar serta memberikan hasil kerja yang dapat dipertanggungjawabkan. Produktif (efektif dan efisien): Memberikan hasil kerja yang baik dalam jumlah yang optimal melalui pelaksanaan kerja yang efektif dan efisien. Gandrung mutu tinggi (service excellence): mengemban Menghasilkan kepercayaan dan dan memberikan hanya yang terbaik. Dapat dipercaya (andal): Mampu memberikan bukti berupa hasil kerja. Responsif dan aspiratif: Peka dan mampu dengan segera menindaklanjuti tuntutan yang selalu berubah.

70

v.

Antisipatif dan inovatif : Mampu memprediksi dan tanggap terhadap perubahan yang akan terjadi, serta menghasilkan gagasan dan pengembangan baru.

w. Demokratis, berkeadilan, dan inklusif: Terbuka atas kritik dan masukan serta mampu bersikap adil dan merata. Sekolah adalah tempat mentrasper nilai, pengetahuan, dan ketrampilan yang tujuannya menghasilkan manusia yang cerdas, berkualitas, trampil, berbudi luhur, serta menjunjung tinggi ajaran agama. Mengingat pentingnya berbagai sektor pembangunan, sumber daya manusia perlu ditata secara optimal. dilihat dari unsur yang meliputi sumber daya manusia yang terlibat langsung di satuan pendidikan yaitu mulai dari Kepala Sekolah, Tenaga Pendidik, Peserta Didik dan Tenaga Kependidikan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, jajaran pimpinan pada dinas pendidikan termasuk kepala memiliki gaya kepemimpinan masing-masing yang sangat mempengaruhi kinerja para tenaga kependidikan di lingkungan kerja masing-masing karena kepala sekolah merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh sekolah menuju tujuannya. Sumber daya manusia: 1) kepala sekolah sebagai manajer mampu menata memahami visi, misi dan tujuan sekolah, melakukan perencanaan, melakukan pengorganisasian, menggerakan seluruh warga sekolah, Melakukan pengawasan melekat, 2) Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin yang dapat kepribadian, memotivasi, pengambilan keputusan, komunikasi, pendelegasian, Sebagai Wirausahawan: Analisis tantangan dan peluang, menghargai waktu, Pemanfaatan sumber daya. Pencipta Iklim Kerja: Menciptakan ruang dan lingkungan kerja yang nyaman, suasana kerja, Sebagai Pendidik: Bimbingan kepada warga sekolah, menyelenggara program, diklat bagi guru dan staf, menyelenggarakan konsultasi, Pembinaan Ketatausahawan, Menciptakan tata tertib di sekolah, melakukan suvervisi. 3) Kepala Sekolah sebagai supervisor artinya supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada ditangan tenaga kepembelajaran, Aspek yang di supervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama untuk dijadikan kesepakatan, Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah, Mendiskusian dan

71

menapsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interprestasi guru, Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara ttap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan, Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik, Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor terhadap peubahan prilaku guru yang positip sebagai hasil pembinaan, Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk menuingkatkan suatu kedaan dan memecahkan suatu masalah, 4) Kepala Sekolah Sebagai Leader yang harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kepembelajaran, membuka komunikasi dua aah, dan mendeleasian tugas, 5) Kepala Sekolah Sebagai Inovator dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk gagasan menjalin baru, hubungan yang mengintergrasikan harmonis setiap dengan kegiatan, lingkungan,mencari

memberikan teladan kepada seluruh

tenaga kepembelajaran di sekolah, dan

mengembangkan model-model pembelajaran inovatif. Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaanya sebagai berikut secara Konstruktif, dimaksudkan bahwa dalam rangka meningkatkan profeionalisme tenaga kepembelajaran di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mendorong dan membina setiap tenaga kepembelajaran agar dapat bekembang secara optimal dalam melakukan tugas-tugas yang diembannya kepada masingmasing tenaga kepembelajaran; Kreatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesinalisme tenaga kepembelajaran di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mencari gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini dilakukan agar para tenaga kepembelajaran dapat memahami apa-apa yang disampaikan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan, sehingga dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi sekolah; Delegatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kepembelajaran di sekolah, kepala sekolah harus berupaya mendelegasikan tugas kepada tenaga kepembelajaran sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta kemampuan masing-masing; Intergratif, dimaksudkan bahwa dalam menngkatkan profesionlisme tenaga kepembelajaran

72

di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mengintergrasikan semua kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif, efisien dan produktif; Rasional dan objektif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kepembelajaran di sekolah, kepala sekolah harus berusaha betindak berdasarkan pertimbengan rasio dan objektif; Pragmatis, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kepembelajaran di sekolah, kepala sekolah harus berusaha menetapkan kegiatan atautarget serta kemampuan bahwa dalam yang dimiliki sekolah; Keteladanan, meningkatkan profesionalisme tenaga berdasarkan kondisi dan kemampuan nyata yang dimiliki oleh setiap tenaga kepembelajaran, dimaksudkan

kepembelajaran di sekolah, kepala sekolah harus berusaha memberikan teladan dan contoh yang baik; Adaptabel dan fleksibel, Kepala sekolah harus mampu beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi situasi baru, serta berusaha menciptakan situasi kerja yang menyenangkan dan memudahkan para tenaga kepembelajaran untuk beradaptasi dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembahruan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving class; Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjai kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainya. Moving kclass ini bisa dipadukan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorium bidang studi dapat dijaga oleh beberapa orang guru (fasilitator), yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar dan 6) Kepala Sekolah Sebagai Motivator harus memilki srategi yang tepat untuk membeikan motivasi kepada para tenaga kepembelajaran dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar (PSB). Wahjosumijo (1999:110) mengemukakan bahwa :

73

Kepala sekolah sebagai leader harus memilki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kepembelajaran, visi dan misi sekolah, kemampuan mengmbil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi. Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercemin dalam sifat-sifat, jujur, percaya diri, tanggung jawab, a. berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, teladan. Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin dalam kemampuan sebagai berikut memahami kondisi tenaga kependidikan (guru dan non guru), memahami kondisi dan karakteristik peserta didik, menyusun program pengembangan tenaga kependidkan, menerima masukan, saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya. b. Pemahaman terhadap visi dan misi sekolah akan tercermin dari kemampuannya untuk mengembangkan visi sekolah, ke dalam tindakan. c. Kemampuan kemampuannya mengambil keputusan akan tercermin bersama dari tenaga dalam mengambil keputusan mengembangkan misi sekolah, dan melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi

kepembelajaran di sekolah, mengambil keputusan untuk sekolah. d. untuk

kepentingan

internal sekolah, dan mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal Kemampuan berkomunikasi akan tercermin dari kemampuanya berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kepembelajaran di sekolah, menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik, berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah. e. Beberapa prinsip yang dapat diterapkan profesionalismenya. Prinsip-prinsip tersebut kepala sekolah untuk adalah para tenaga mendorong tenaga kependidikan agar mau dan mampu meningkatkan

74

kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik, dan menyenangkan, tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada para tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja. Para tenaga kepembelajaran juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, Para tenaga kependidian harus selalu diberitau tentang hasil dari setiap pekerjaaanya, Pemberian hadiah lebih bak dari pada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukandan usahakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman menunjukan bahwa kepala sekolah memperhatikan mereka, kepuasan penghargaan Setelah penulis kemukakan mengenai paparan tentang sumber daya manusia di atas tentang keprofesionalan sebagai kepala sekolah, tak kalah pentingnya sebagai unjung tonggak dalam keberhasilan tujuan pembelajaran nasional yaitu tenaga pendidik (guru profesional). Pada tahun 2005 Pemerintah dan DPR RI telah mensahkan undang-undang RI Nomor I4 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Undang-undang tersebut menuntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru menjadi profesional. Di satu pihak, Pekerjaan sebagai guru akan memperoleh penghargaan yang lebih tinggi, tetapi di pihak lain pengakuan tersebut mengharuskan guru memenuhi sejumlah persyaratan agar mencapai standar minimal seorang profesional. Pengakuan terhadap guru sebagai tenaga profesional akan diberikan manakala guru telah memiliki antara lain kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik yang dipersyaratkan. Kualifikasi akademik tersebut harus diperoleh mellui pembelajaran tinggi program sarjana atau diploma empat. Sertifikat pendidik diperoleh guru setelah mengikuti pembelajaran profesi. Adapun jenis-jenis kompetensi yang dimaksud pada undang-undang tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap pegawai pernah memperoleh

75

Penjabaran tentang jenis-jenis kompetensi tersebut sebagai berikut: a. Kompetensi Pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap pesert didik, perancangn dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci kompetensi pedagogik meliputi : memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, morl, kultural, emosional, dan intelektual, memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan dalam konteks kebhinekaan budaya, memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peseta didik, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik; menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik; mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran; merancang pembelajaran yang mendidik; melaksanakan pembelajaran yang mendidik; menevaluasi proses dan hasil pembelajaran b. Kompetensi Kepribadian yaitu memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berahklak mulia. Kompetensi ini meliputi : menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa; menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kenerja sendiri, mengembangkan diri secara berkelanjutan. c. Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan pembelajaran secara luas dan mendalam yang materi memungkinkannya

membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi . Kompetensi ini mencakup : menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya, menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi, menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi, meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.

76

d.

Kompetensi Sosial yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesam pendidik, tenaga kepembelajaran, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dengan kompetensi ini guru diharapkan dapat : merkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, pembelajaran memanfaatkan orang di tua peserta didk, dan sesama pendidik, berkontribusi (ICT) tenaga terhadap untuk kependidiikan, dan masyarakat; merkontribusi terhadap pengembangan sekolah masyarakat; dan pengembangan pembelajaran di tingkat lokal, regional, nasional, dan global, teknologi informsi komunikasi berkomunikasi dan pengembangan diri. Sukmadinata, (1998), mengemukakan bahwa guru memegang peranan yang

cukup baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Lebih lanjut dikemukakannya bahwa guru adalah perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Karena guru juga merupakan barisan pengembang kurikulum yang terdepan maka guru pulalah yang selalu melakukan evaluasi dan penyempurnaan terhadap kurikulum. Menyadari hal tersebut, betapa pentingnya untuk meningkatkan aktivitas, kreatifitas, kualitas dan profesionalisme guru. Hal tersebut lebih nampak lagi dalam pendidikan yang dikembangkan secara desentralisasi sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, karena disini guru diberi kebebasan memilih dan mengembangkan materi standar dan kompetensi dasar sesuai kondisi dan kebutuhan daerah dan sekolah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pembelajaran, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan, maka diperlukan rambu-rambu bimbingan teknis bagi guru untuk pengembangan profesionalisme yang berkelanjutan. Peran guru profesional dalam pembelajaran adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaharu, model, teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator,

77

pengawet dan kulminator. Yang dimaksud guru profesional adalah : 1) harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru; 2) Guru profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya; 3) Guru profesional harus rajin membaca literatur; 4) Sebagai Komunikator dan Fasilitator di dalam kelas guru berperan sebagai komunikator dan guru sebagai fasilitator memiliki peran memfasilitasi siswa untuk belajar secara maksimal dengan menggunakan berbagai strategi/metode, media, dan sumber belajar. Dalam proses pembelajaran siswa sebagai titik sentral belajar, siswa yang lebih aktif, mencari dan memecahkan permasalahan belajar, dan guru membantu kesulitam siswa yang mendapat hambatan, kesulitan dalam memahami, dan memcahkan permasalahan; 5) pengembangan profesi guru mencakup empat bidang, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional. Keempat kemampuan itu menjadi tolok ukur profesionalisme guru, dan apabila salah satu komponen atau sub-komponen kurang/tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan, maka perlu dilakukan pengembangan profesi. Lain halnya penjelasan mengenai Profesi Guru dan Standar Kualifikasi Akademik sejalan dengan Permendiknas No. 16 Tahun 2008. Standar kompentensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang dikembangkan menjadi kompetensi guru mata pelajaran pada SMP/MTs, yang diantaranya : 1) Kualifikasi Akademik Guru pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pembelajaran, minimum DIV atau sarjana S1 program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi; 2) Kualifikasi Akademik guru melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk diangkat sebagai guru dalam bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan diperguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakuakan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya.

78

Apabila ditinjau dari tuntutan kualifikasi akademik dan harapan-harapan pemerintah bagi profesi tenaga pendidik dapat penulis simpulkan ada beberapa persyaratan atau yang harus dipahami oleh profesi pendidik diantaranya adalah : a. Mengelola Pembelajaran: Menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi belajar siswa, melaksanakan tindak lanjut hasil penilian, bimbingan belajar siswa, b. c. Pengembangan profesi : pengembangan diri, pengembangan profesional Menguasai kemampuan akademik : memahami wawasan kepembelajaran, menguasai bahan kajian akademik Dan akhinya profesionalisasi guru di masa mendatang merupakan prioritas utama bagi dunia pendidikan, bahwa tenaga pendidik adalah sebagai ujung tombak pembangunan maka dari itu tenaga pendidik untuk lebih aktif dan kreatif dalam inovasi profesi pendidik. Pembelajaran dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber tujuan daya untuk mencapai yang telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana menciptakan

suasana yang baik bagi manusia selaku sumber daya manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama, maka pembelajaran diperlukan interaksi antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa). Setiap peserta didik sebagai sumber daya manusia mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara dapat menyelesaikan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan dan berkewajiban menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan. Sukmadinata, (2005 : 128), berpendapat bahwa : Siswa atau peserta didik adalah individu yang berada dalam proses perkembangan yang merupakan perubahan bersifat progresif yaitu menuju ketahap yang lebih tinggi, lebih besar, lebih baik dari seluruh aspek kepribadian.

79

Lain halnya mengenai tingkat perkembangan sumber daya manusia peserta didik menurut pendapat: Mulyasa, (2008 : 51-52) Empat tahap pokok perkembangan dianataranya :1) Sensorik Motorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun) artinya mengalami kemajuan oprerasi reflek belum mampu membedakan apa yang ada disekolahnya, 2) Pra Oprasional (2 sampai 7 tahun ) artinya mulai menerima arti secara simbolis dan mampu belajar tentang konsep yang lebih komplek dan meningkat, 3) Oprasi Nyata (7 sampai 11 tahun) artinya proses dalam pemecahan permasalahan, 4) Oprasi Formal (11 dan seterusnya) artinya ditandai adanya perekembangan kegiatan-kegiatan berpikir formal dan abstrak. Dari kedua pendapat paparan di atas apabila penulis simpulkan bahwa perkembangan sumber daya manusia peserta didik/siswa merupakan potensi diri sesuai dengan tingkat tahap perkembangannya melalui proses perkembangannya yang perlu tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pembelajaran yang diharapkan dan pelayanan secara optimal sesuai perkembangannya. Perlu disadari, bahwa sebenarnya peserta didik menuntut adanya perubahan yang relatif baik, baik dalam kemampuan bersifat progresif maupun kreativitasnya. Dalam pasal 39 Ayat 1 UUSPN Tahun 2003 termaktub sebagai berikut bahwa: Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Tenaga Kependidikan yang membantu dalam proses sebagai profesi yang mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berlandaskan inteltualita. Profesi Tenaga Kependidikan sebagai spesialisasi dari jabatan intelektual yang diperoleh melalui studi dan training, bertujuan menciptakan ketrampilan, pekerjaan yang bernilai tinggi, sehingga ketrampilan dan pekerjaan itu diminati, disenangi oleh orang lain, dan dia dapat melakukan pekerjaan itu. Selaku sumber daya manusia yang mendukung secara tidak langsung dalam proses pendidikan selaku administrator perlu memiliki potensi keprofesiannya yang diantaranya seperti: atensi kerja optimal, ketrampilan (skill), loyalitas, produktivitas, inovatif kerja yang handal serta menciptakan suasana pelayanan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis

80

mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pelayanan pembelajaran; dan memberi teladan prestasi kerja dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan dalam tugasnya. Penulis dapat simpulkan dari potensi-potensi sumber daya manusia mulai dari kepala sekolah, tenaga pendidik (guru), peserta didik (siswa), dan tenaga kependidikan (tata usaha). Dalam hal ini keempat unsur sumber daya manusia yang terlibat langsung dalam proses pendidikan sangat berpengaruh terhadap rencana-rencana peningkatan salah satu proses pembelajaran di satuan pendidikan dengan harapan peran serta keempat pilar sumber daya manusia di atas dapat terwujud sesuai dengan harapan tujuan pembelajaran nasional. Dalam era otonomi dan desentralisasi, sistem pendidikan nasional dituntut untuk melakukan berbagai perubahan, penyesuaian, dan pembaruan dalam rangka mewujudkan pendidikan yang otonom dan demokratis, yang memberi perhatian pada keberagaman dan mendorong partisipasi masyarakat, tanpa kehilangan wawasan nasional. Terwujud dan tekad dalam melakukan reformasi pembelajaran untuk dapat menjawab berbagai tantangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di era persaingan global peran serta sumber daya manusia sangatlah berpengaruh besar untuk menjawab tantangan-tantangan khususnya di dunia pendidikan, maka diperlukannya berbagai strategi-strategi. Pembangunan pendidikan nasional adalah suatu usaha yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas, maju, mandiri, dan modern. Pembangunan pendidikan merupakan bagian penting dari upaya menyeluruh dan sungguh-sungguh untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Keberhasilan dalam membangun pendidikan akan memberikan kontribusi besar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional secara keseluruhan. Dalam konteks demikian, pembangunan pendidikan itu mencakup berbagai dimensi yang sangat luas yang meliputi dimensi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. 5. Strategi Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran

81

untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Semua pengalaman siswa yang dirancang, diarahkan, diberikan dan dipertanggung jawabkan oleh sekolah. Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Kurikulum sebagai dokumen adalah bahwa rencana yang dimaksudkan dikembangkan berdasarkan suatu pemikiran tertentu tentang kualitas pembelajaran yang diharapkan Perbedaan pemikiran atau ide akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kurikulum yang dihasilkan, baik sebagai dokumen maupun sebagai pengalaman belajar. Sukmadinata, (2004:47), mengatakan: kurikulum merupakan inti dari proses pendidikan, sebab diantara bidang-bidang pendidikan yaitu manajemen pendidikan, kurikulum-pengajaran dan bimbingan siswa, kurikulum-pengajaran merupakan bidang yang paling langsung berpengaruht terhadap hasil pendidikan. Oliva, (1997:12) mengatakan "Curriculum itself is a construct or concept, a verbalization of an extremely complex idea or set of ideas". Kurikulum adalah suatu suatu bangunan konsep, atau suatu verbalisasi dan selain kurikulum diartikan sebagai dokumen, para akhli kurikulum mengemukakan berbagai definisi kurikulum yang tentunya dianggap sesuai dengan konstruk kurikulum yang ada pada dirinya. Dewey, (1902) sejak lama telah menggunakan istilah kurikulum dan hubungannya dengan anak didik. Dewey menegaskan bahwa kurikulum dan anak didik merupakan dua hal yang berbeda tetapi kedua-duanya adalah proses tunggal dalam bidang pembelajaran. Kurikulum merupakan suatu rekonstruksi berkelanjutan yang memaparkan pengalaman belajar anak didik melalui suatu susunan pengetahuan yang terorganisir dengan baik yang biasanya disebut kurikulum. Dinyatakan pula bahwa kurikulum adalah susunan pengalaman yang digunakan guru sebagai proses dan prosedur untuk membimbing anak didik menuju ke kedewasaan. Franklin, (1918) menyatakan bahwa kurikulum adalah susunan pengalaman belajar terarah yang digunakan oleh sekolah untuk membentangkan kemampuan individual anak didik. Mengartikan kurikulum sebagai suatu rangkaian pengalaman yang memiliki kemanfaatan maksimum bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuannya agar dapat menyesuaikan dan menghadapi berbagai situasi kehidupan.

82

Tyler, (1957) menegaskan bahwa kurikulum adalah seluruh pengalaman belajar yang direncanakan dan diarahkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikannya. Taba, (1962) mengatakan bahwa kurikulum adalah pernyataan tentang tujuan-tujuan pendidikan yang bersifat umum dan khusus, dan materinya dipilih dan diorganisasikan berdasarkan suatu pola tertentu untuk kepentingan belajar dan mengajar. Biasanya dalam suatu kurikulum sudah termasuk dengan program penilaian hasilnya. Gagne, (1967) mengartikan bahwa kurikulum adalah suatu rangkaian unit materi belajar yang disusun sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mempelajarinya berdasarkan kemampuan awal yang dimiliki/dikuasai sebelumnya. Dinyatakan pula bahwa kurikulum adalah seluruh hasil belajar yang direncanakan dan merupakan tanggung jawab sekolah. Materi kurikulum mengacu kepada tujuan pengajaran yang diinginkan. Schiro, (1978) mengartikan kurikulum sebagai proses pengembangan anak didik yang diharapkan terjadi dan digunakan dalam perencanaan pengajaran. Sedangkan pengertian kurikulum sebagaimana tercantum dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah "seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu." Lain halnya Sukmadinata, (Diktat Perkuliahan) berpendapat mengenai kurikulum adalah sebagai berikut: Kurikulum merupakan seperangkat rencana sebagai pedoman pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, semua pengalaman siswa yang dirancang, diarahkan, diberikan dan dipertanggung jawabkan oleh sekolah, dan tahapan-tahapan mengenai kurikulum (desain kurikulum, implementasi kurikulum dan pengendalian kurikulum). Apabila kita telaah, akan terlihat bahwa pengertian-pengertian tersebut pada dasarnya memiliki arti yang hampir sama namun berbeda dalam ruang lingkup penekanannya. Sebagian pengertian kurikulum ditafsirkan secara luas yang penekanannya mencakup seluruh pengalaman belajar yang diorganisasikan dan dikembangkan dengan baik serta dipersiapkan bagi anak didik untuk mengatasi situasi kehidupan sebenarnya. Sedangkan pengertian lainnya ditafsirkan secara sempit yang hanya menekankan kepada kemanfaatannya bagi guru dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar.

83

Pengertian kurikulum paling tidak harus memenuhi dua kriteria yaitu 1) kurikulum harus mencerminkan pengertian umum tentang peristilahan pendidikan sebagaimana sering digunakan oleh pendidik, dan 2) kurikulum harus bermanfaat bagi guru dalam membuat perencanaan pengajaran yang baik. Glatthorn sendiri mengartikan kurikulum adalah rencana yang dibuat untuk membimbing anak belajar di sekolah, disajikan dalam bentuk dokumen yang mudah ditemukan, disusun berdasarkan tingkat-tingkat generalisasi, dapat diaktualisasikan dalam kelas, dapat diamati oleh pihak yang tidak berkepentingan, dan dapat membawa perubahan tingkah laku, yang paling menarik dari pendapat Glatthorn adalah bahwa rencana tersebut harus fleksibel agar dapat memungkinkan dilakukan perbaikan seperlunya apabila proses sedang berlangsung. Ungkapan tentang bentuk dokumen yang mudah ditemukan memberikan petunjuk yang cukup luas dengan kemungkinan bahwa kurikulum dapat disimpan dan diedarkan melalui perangkat komputer, yaitu suatu cara penyimpanan kurikulum dalam database komputer dan penyalurannya ke sekolah-sekolah melalui jaringan internet yang mungkin dapat diwujudkan pada waktu yang akan datang. Memahami sejarah perkembangan kurikulum dari sejak awal berguna untuk menjelajahi masa-masa aliran yang mempengaruhi perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum khususnya di negara-negara yang sudah maju sering dipengaruhi oleh dan/atau sebagai perwujudan dari kekuatan masyarakat, dan perubahan itu biasanya menawarkan suatu pandangan yang lebih luas. Istilah resminya adalah "innovations and reforms." Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

84

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pembelajaran mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pembelajaran (BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005. Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian. Pertama, Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL.Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP. Kedua, model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum yang dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu tidak dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan hendaknya digunakan sebagai referensi. Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk: belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, belajar untuk memahami dan menghayati, belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dari pengembangan kurikulum di atas sejalan dengan yang terdapat pada pasal 36 : 1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pembelajaran untuk mewujudkan tujuan Pendidikan nasional.

85

2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. 3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agama, dinamika perkembangan global dan j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. 4) Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Pasal 37 1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: pendidikan agama; pendidikan kewarganegaraan; bahasa; matematika; ilmu pengetahuan alam; ilmu pengetahuan sosial; seni dan budaya; pendidikan jasmani dan olahraga; keterampilan/kejuruan dan muatan lokal. Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh Pemerintah. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama Kabupaten untuk pembelajaran dasar dan provinsi untuk pembelajaran menengah. Dari paparan di atas mengenai kurikulum mempunyai tujuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran nasional, mengenai (kurikulum a. kurikulum Dokumen), ada beberapa tahapan yang oleh Sukmadinata diungkapkan dalam

penyusunannya secara lebih rinci seperti sebagai berikut: Desain kurikulum Implementasi kurikulum (kurikulum perbuatan), Pengendalian kurikulum (evaluasi dan perbaikan). Desain kurikulum: dasar dan struktur kurikulum; program pembelajaran, deskripsi mata pelajaran; GBPP/silabus, satpel, renpel; media, buku, handout, modul, rancangan dan instrumen evaluasi.

86

b.

Implementasi

Kurikulum:

pengelolaan

kelas,

pembelajaran

tiori,

pembelajaran praktik: simulasi-riil, pengayaan dan remedial, tugas dan latihan, penulisan tugas akhir, bimbingan belajar, kegiatan ko dan ekstra kurikuler dan kuis, tes/ujian. c. Pengendalian kurikulum (evluasi dan penyempurnaan): evaluasi; desain, implementasi, evalusi, sumber daya pembelajaran; personel, biaya, saranaprasarana, masyarakat; penyempurnaan: Desain, implementasi, evluasi, sumber daya pendidikn teori pendidikan dan model kurikulum yang diantaranya orientasi teori pendidikan model kurikulum. 6. Strategi Sarana Prasarana Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara lengsung dipergunakan dan menunjang proses pembelajaran. Khususnya proses belajar mengajar seperti: gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasititas yang secara tidak langsung menunjang jalanya proses pendidikan atau pengajaran seperti: halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jka dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar-mengajar, sepeti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pembelajaran. Mulyasa, (2002:49-50), berpendapat mengenai sarana prasarana sebagai berikut: 1). Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasaranapendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalanya proses pembelajaran. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan serta penataan.; 2) Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapih, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun siswa untuk berada di sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuntitatif, kualitatif dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pembelajaran dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun siswa siswi sebagai pelajar.

87

Dari uraian di atas setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pembelajaran sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Strategi sarana dan prasarana ini bertujuan menyediakan prasarana dan sarana pendukung pelaksanaan kegiatan pendidikan yang memadai. Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan lintas daerah Kota/Kabupaten untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain: meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung pelayanan, meningkatkan fasilitas pelayanan umum dan operasional termasuk pengadaan, perbaikan dan perawatan gedung dan peralatan; dan meremajakan dan memelihara alat transportasi dinas operasional untuk mendukung mobilitas, ketepatan dan kecepatan operasional pelayanan umum. F. Konsep Kualitas Pembelajaran IPA Terpadu 1. Perlunya Pembelajaran Berkualitas Apakah kualitas itu ? Kualitas memiliki dua konsep yang berbeda antara konsep absolut dan relatip. Dalam konsep absolut sesuatu (barang) disebut berkualitas bila memenuhi standar tertinggi dan sempurna.Artinya, barang tersebut sudah tidak ada yang melebihi. Dalam konsep ini kualitas mirip dengan suatu kebaikan, kecantikan, kepercayaan yang ideal tanpa ada kompromi. Kualitas dalam makna absolut adalah yang terbaik, tercantik, terpercaya. Bila dipraktikan dalam dunia pendidikan konsep kualitas absolut ini bersifat elitis karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang mampu menawarkan kualitas tinggi kepada peserta didik, dan hanya sedikit siswa yang akan mampu membayarnya (Sallis:1993). Dalam konsep relatif, kualitas bukan merupakan atribut atau produk

88

atau jasa. Sesuatu dianggap berkualitas jika barang itu atau jasa memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Oleh karena itu, kualitas bukanlah merupakan tujuan akhir, melainkan sebagai alat ukur atas produk akhir dari standar yang ditentukan. Kualitas barang atau jasa dalam konep relatif ini tidak harus mahal, ekslusif atau spesial karena barang berkualitas bisa biasa-biasa saja, bersifat umum, dikenal banyak orang tetapi bisa berkonotasi cantik atau indah walaupun tidak penting sekali. Dalam konsep relatif produk yang berkualitas adalah sesuai dengan tujuannya. Hal ini sejalan dengan ungkapan Sallis (Nurkolis, 2003:68) yaitu dilihat dari sudut pandang produsen maka kualitas adalah mengukur berdasarkan spesifikasi yang ditetapkan dan dari sudut pandang pelanggan maka kualitas untuk memenuhi tuntutan pelanggan. Berdasarkan penjelasan di atas, bila dikaitkan dalam dunia pendidikan maka hingga kini pengamat pendidikan, ahli pendidikan, dan para pejabat pendidikan mengartikan pendididikan berkualitas dengan ukuran perolehan nilaia ujian atau prestasi akademik. Bagaimana tidak nilai ujian atau prestasi akademik itulah yang kemudian menjadi senjata untuk melanjutkan sekolah atau melamar pekerjaan. Penilaian kualitas pembelajaran semacam ini sangat sempit setelah kita melihat apa itu kualitas pembelajaran seperti yang diuraikan di atas. Pandangan kualitas seperti itu hanya berlaku ketika sekolah dikontrol oleh pihak luar dan belum menjalankan Manajemen Berbasia Sekolah (MBS). Keti kasekolah-sekolah telah menerapkan MBS, maka kualitas pembelajaran dimaknai dalam konteks yang lebih luas dari pada sekedar prestasi akademik. Berdasarkan hal tersebut, bila dilihat dari segi pendidikan bahwa mutu merupakan keterkaitan antara yang diajarkan dengan dunia kerja. Pengertian tersebut merujuk kepada nilai tambah yang diberikan oleh pendidikan dan pihakpihak yang memproses serta menikmati hasil-hasil pendidikan. Philip, (Fakry,1992:27) menjelaskan konsep mutu pembelajaran sebagai berikut :

89

Konsep mutu pendidikan tidak hanya diukur dari learning achievement seperti yang dikaitkan dengan kurikulum dan standarnya saja, tetapi mutu harus dilihat darai relevansi antara yang diajarkan dengan apa yang dipelajari, dan sejauh mana apa yang diajakan dengan apa yang dipelajariitu sesuai dengan learning neeeds saat ini dan untuk masa yang akan datang. Lebih jauh Piliph yang dikutip Fakry, (1992:28) mengungkapkan bahwa masalah mutu pendidikan harus dikaitkan dengan keseluruhan dimensi mutu secara sistematik yang berubah dari masa kemasa, sesuai dengan goals dan kondisi yang berkembang. Selanjutnya Sanusi, (1986:6), mengungkapkan bahwa Isu sentral dalam dunia pembelajaran ini adalah soal mutu. Namun dari sudut manajemen dan sudut produktifitas yang lebih sentral lebih instrumental atau setidak-tidaknya mengandung pemikiran. Secara substansif, mutu mengandung sifat dan tarap. Sifat adalah sesuatu yang menerangkan keadaan, sedangkan tarap menunjukan kedudukan dalam skala (Sanusi, 1986). Adanya keragaman pandangan dalam memahami konsep mutu pembelajaran, akan mendorong pentingnya memahami pula pendekatan apa yang digunakan dalam mendefinisikan konsep mutu pembelajaran tersebut. Ada dua faktor pendekatan yang gunakan untuk memahami konsep mutu pendidkan yang diungkapkan oleh Anwar, (2000:18): 1) Pendekatan pertama, mendasarkan diri pada deskrifsi mengenai relevansi pembelajaran dengan dunia kerja. Pendekatan ini seringkali disebut sebagai pendekatan ekonomi; 2) Pendekatan kedua disebut pendekatan nilai instrinsik pembelajaran, yang diekspresikan dalam ukuran-ukuran sikap kepribadian, dan kemampuan intelektual yang sesuai dengan harapan dan tujuan pendididkan nasional. Langkah selanjutnya dalam memahami konsep mutu pendidikan perlu dibarengi dengan menyertakan konsep proses dalam pembelajaran. Sujana dan Susanta, (Anwar, 2000:18) merumuskan bahwa: Proses pendidikan merujuk kepada kegiatan penanganan tranformasi, masukan-masukan melalui sub sistem pemprosesas menjadi keluaran serta

90

hasil-hasil yang berasal dari masukan dan tindakan berikutnya melalui umpan balik dan evaluasi keluaran. Konsep tersebut didasarkan atas asumsi bahwa pendidikan sebagai sistem terbuka mengandung sub sitem masukan, keluaran, dan umpan balik secara internal dan eksternal. Berdasarkan pemahaman demikian, maka mutu proses pembelajaran mnunjukan kebermutuan sub-sistem dalam sistem proses, yang meliputi tindakan kerja, komunikasi dan monitoring. Sub sistem tindakan kerja adalah komponen organisasi yang menentukan ukuran kemampuan sistem dalam melaksanakan apa yang seharusnya dikerjakan. Sub sistem komunikasi berfungsi memproses dan memberikan informasi yang memadai seluruh tahapan tindakan sistem dan sub sistem. Sedangkan fungsi sub sistem monitoring adalah kontrol terhadap kegiatan dan akuntabilitas sub sistem-susb sistem dalam hubungan sinergiknya diseluruh sistem. Dilihat dari perspektif kinerja sistemnya, mutu proses pendidikan dapat diukur dengan indikator-indikator sebagaimana diperinci oleh Makmum, (1997) yaitu: efesiensi, produktivitas, efektivitas, relevansi, akuntabilitas, kesehatan organisasi dan semangat berinovasi . Efesiensi berkaitan dengan optimalisasi pendaya gunaan sumber pendidikan yang terbatas untuk mencapai out put yang optimal. Suatu proses pendidikan yang efesien adalah yang mampu menciptakan keseimbangan anatar sumber-sumber yang dibutuhkan dengan yang tersedia guna mengurangi hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan pendidikan. Efesiensi dapat dikelompokan menjadi efesiensi internal dan efesiensi eksternal. Efesiensi internal merujuk kepada kemampuan menghasilkan keluaran yang diharapkan dengan biaya minimal atau memaksimalkan keluaran yang diharapkan pada tingkat masukan tertentu, sedangakan efesiensi eksternal menunjukan hubungan antara keluaran pendidikan dengan tujuan masyarakat yang lebih luas. Indikator kuantitatif efesiensi internal sekolah antara lain: 1) mengulang kelas; 2) tingkat kelulusan; 3) tingkat putus sekola; 4) lama penyelesaian studi dan 5) angka siswa bertahan. Efesiensi eksternal dinilai menurut dua kriteria, yaitu

91

yaitu seberapa jauh keluaran pendidikan terserap pasar kerja, mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang mereka harapkan, serta mampu menggunakan keterampilannya. Efektivitas pendidikan akan menggambarkan tingkat kesesuaian antara jumlah keluaran yang dihasilkan dengan jumlah yang ditargetkan. Makmun (Anwar, 2000:19), produktifitas pendidikan merupakan ukuran mengenai tingkat daya hasil; suatu program dalam satuan waktu tertentu. Indikator kesehatan organisasi pada dasarnya menunjukan tingkat kepuasan, kekuatan motivasi, dan derajat keterlibatan staf sertas anggota dalam pengambilan keputusan. Sedangkan semangat berinovasi berkaitan dengan tingkat kepekaaan dan ketanggapan terhadap perubahan, perkembangan dan tantangan yang terjadi di lingkungannya serta kemampuan dan kemauan untuk melakuakan penyesuaian melalui upayaupaya perbaikan, penyempurnaan, dan pembaharuan. Dari pemikiran para pakar di atas menurut pendapat penulis mutu merupakan persoalan yang sangat krusial dalam segi pendidikan, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun jenjang perguruan tinggi. 2. Kualitas pembelajaran yang Direncanakan Terdapat beberapa kondisi yang diperlukan untuk suksesnya perencanaan pendidikan, seperti yang dikatakan Ruscoe, (Nurkolis, 2003: 74-75) yaitu : a. adanya komitmen politik pada perencanaan pembelajaran; b. perencanaan pendidikan harus tahu betul apa yang menjadi hak, tugas dan tanggung jawabnya; c. harus ada perbedaan yang tegas, antara area politis, teknis, dan administratif pada perencanaan pendidikan; d. perhatian lebih besar diberikan pada penyebaran kekuasaan untuk membuat keputusan politis dan teknis; e. perhatian lebih besar diberikan pada pengembangan kebijakan dan prioritas pendidikan yang terarah; f. tugas utama perencanaan pendidikan adalah pengembangan secara terarah dan memberikan alternatif teknis sebagai sarana untuk mencapai tujuan politik pembelajaran;

92

g. harus mengurangi politisasi pengetahuan; h. harus berusaha lebih besar untuk mengetahui opini publik terhadap perkembangan masa depan dan arah pendidikan; i. administrator pembelajaran harus lebih aktif mendorong perubahanperubahan dalam perencanaa pendidikan; dan j. ketika pemerintah tidak menguasai lagi semua aspek pendidikan maka harus lebih diupayakan kerja sama yang paling menguntungkan antara pemerintah-swasta-perguruan pembelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut, maka menurut hemat penulis terdapat dua strategi penting dalam perencanaan pembelajaran, yaitu 1) penetapan target; dan 2) penetapan prioritas. Menyangkut dua strategi kedua ini terdapat beberapa arena kritis yang harus dipertimbangkan yaitu pilhan antara tingkat pembelajaran, pilihan antara kualitas dan kuantitas, pilihan antara ilmu pengethuan dan teknologi dengan pengetahuan budaya, pilihan antara pembelajaran formal dan pelatihan non-formal, pilihan tentang insentif, serta pilihan tentang tujuan pembelajaran. Memperhatikan pembuatan program pendidikan yang berkualitas, kondisikondisi yang mendukung suksesnya perencanaan pendidikan dan strategi-strategi dalam perencanaan pendidikan maka perlu disusun langkah-langkah perencanaan pendidikan. Langkah-langkah tersebut adalah kegiatan analisis keadaan sekarang, perkiraan keadaan yang akan datang, perumusan tujuan yang akan dicapai, analisis dan diagnosis, pengembangan alternatif, proses pengambilan keputusan, penentuan kebijakan,penentuan program dan prioritas perhitungan anggaran, perumusan rencana, penyusunan rincian rencana, melaksanakan rencana, evaluasi rencana, dan revisi rencana. Dalam hal perencanaan pendidikan, Depdiknas (2001), mengatakan dan terdapat tujuh kriteria penilaian desain dan implementasi program akademik, yaitu atraktif, bermanfaat kongruen, berciri khusus,efektif, fungsional, pertumbuhan siswa. tinggi yang memegang otoritas

93

Ketujuh kriteria tersebut dapat penulis jelaskan sebagai berikut . Program pendidikan yang berkualitas harus menarik atau atraktif bagi siswa, orang tua, masyarakat lokal ataupemodal potensial dan orang-orang yang menjalankan program itu sendiri. Untuk menjadi atraktif maka program pendidikan harus responsif terhadap kebutuhan dan ketertarikan populasi khusus saat itu atau calon siswa. Program pendidikan yang berkualitas juga harus bermanfaat karena program pendidikan bisa saja atraktif, tetapi tidak berkualitas tinggi bila mengabaikan pentingnya masalah, kebutuhan dan perhatian masyarakat di mana lembaga pendidikan itu berada. Program pendidikan akan berkualitas tinggi bila bermanfaat bagi siswa, guru atau pengajar dan staf serta masyarakat di luar sekolah. Program pendidikan yang berkualitas harus kongruen dala arti terdapat kesesuaian antara yang ditawarkan dengan kenyataanya. Pengalaman belajar akan berkualitas bila materi yang diberikan sesuai dengan yang dijanjikan lembaga pembelajaran itu sebelumnya dan nilai-nilai diekspresikan sesuai dengan gaya belajar individual dan keputusan institusional. Program pembelajaran yang berkualitas juga harus memiliki ciri khusus atau berbeda dari lembaga pembelajaran yang lain. Perbedaan dengan lembaga lain dapat direfleksikan pada tujuan khusus, sifat dan orang-orang dalam lembaga. Program pendidikan yang berkualitas harus efektif. Program pendidikan akan berkulitas bila hasil belajar yang dimaksud telah didefinisikan secara jelas dan pencapaian belajar didokumentasikan serta dikomunikasikan secara persuasif. Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi untuk menetahui hasil yang diharapkan sudah tercapai atau belum. Jadi pencanaan akademik tidak hanya sekadar pada desainnya, tetapi juga pada implementasi dan evaluasinya. Program pendidikan yang berkualitas juga harus fungsional, dalam arti memiliki kebebasan belajar dan memfokuskan pada pengalaman belajar yang akan mempersiapkan dan membantu peserta didik untuk berkembang. Selain itu, juga membantu peserta didik untuk mengembangkan intelektualitas, personal,

94

ketrampilan khusus, etika dan sikap yang akan bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat mendatang yang kompleks dan berubah. Program pendidikan yang berkualitas menyediakan berbagai cara untuk dengan cara-cara yang memuaskan. harus terus tumbuh, dalam arti mengukur kebutuhan peserta didik. Juga

membantu siswa untuk terus tumbuh dan berkembang tingkat kematangannya Perkembangan yang diperhatikan adalah kognitif, afektif, etika, moral, sosial, fisik, dan dimensi-dimensi intrapersonal. Berdasarkan penjelasan di atas, maka program pendidikan yang berkalitas menunjukan dua aspek pengaruh yaitu penetrasi dan penyebaran pengaruhnya. Tingkat penetrasi mencakup tiga tahapan kurikulum, yaitu tertera pada buku, yang diajarkan guru dan yang dipelajari oleh siswa. Sebaran pengaruh menandung makna suatu program pendidikan tertentu akan menyambungkan dengan program pembelajaran yang lain sehingga memerlukan kerja sama dengan programprogram pendidikan yang lain dalam suatu institusi pendidikan yang lebih luas. 3. Strategi Meningkatkan Kualitas Pendidikan Menurut John a. Bishop, (Sanusi, 1992) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan dilakukan beberapa cara, yaitu; Meningkatkan ukuran prestasi akademik melalui ujian nasional yang menyangkut kompetensi dan pengetahuan, memperbaiki tes bakat, sertifikasi kompetensi dan profil portofolio; b. c. Membentuk kelompok sebaya untuk meningkatkan gairah pembelajaran melalui belajar secara kooperatif; Menciptakan kesempatan belajar baru di sekolah dengan mengubah jam sekolah menjadi pusat belajar sepanjang hari dan tetap membuka sekolah pada jam-jam libur d. Meningkatkan pemahaman dan penghargaan belajar melalui penguasaan materi (mastery learning) dan penghargaan atas pencapaian prestasi akademik; e. Membantu siswa memperoleh pekerjaan dengan menawarkan kursuskursus yang berkaitan dengan keterampilan memperoleh kerja.

95

Berdasarkan hal tersebut,

menurut pendapat penulis cara lain untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran adalah dengan menerapkan Manajemen Mutu Terpadu (MMT). MMT dalam pembelajaran adalah filosofi perbaikan terus menerus di mana lembaga endidikan menyediakan seperangkat rencana atau alat untuk memenuhi bahkan melampaui kebutuhan, keinginan, pelanggan saat ini dan di masa yang akan datang. Organisasi pembelajaran yang menerapkan MMT memandang kualitas dari sudut pandang pelanggan. Alasannya karena pelangganlah sebagai pihak terakhir yang menilai kualits dan tanpa pelanggan maka suatu organisasi tidak akan ada. Dalam hal ini kualitas didefinisikan sebagai memuaskan pelanggan, melebihi kebutuhan dan keinginanya. Dengan demikian, esensi dari TQM adalah perubahan budaya dimana gagasan tentang kualitas harus berada dalam hati dan pikiran orang-orang dalam budaya mutu. Kualitas adalah ide yang dinamik dan tidak mutlak,merupakan pandangan umum. Berdasarkan penjelasan kualitas di atas, maka quality control merupakan konsep kualitas yang paling tua. Yaitu meliputi pendeteksian dan pengukuran komponen atau aspek-aspek dari prodik akhir yang sebelum proses, dapat dilakukan pada saat dan juga dalam proses. Pengontrolan kualitas dalam proses dan harapan

dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa barang diproduksi sesuai dengan prosedur dan tahap-tahap yang telah ditetapkan sebelumnya. Fullan dan Watson (Nurkolis, 2003:81) mengajukan dua pertanyaan yang ditjukan kepada desainer MBS ketika mendesain kualitas sekolah yang meliputi : 1) apa yang ingin dicapai; dan 2) bagaimana cara mencapainya. Berdasarkan pertanyaan tersebut, maka penulis adalah sebagai berikut: a. b. c. d. menetapkan secara jelas visi dan hasil yang diharapkan; menciptakan fokus tujuan yang memerlukan perbaikan; adanya panduan kebijakan dari pusat yang berisi standar-standar kepada sekolah; tingkat kepemimpinan yang kuat; dalam upaya meningkatkan pendidikan yang berkualitas langkah yang harus dilakukan menurut pendapat

96

e. f.

pembangunan kelembagaan melalui pelatihan dan dukungan kepala sekolah, guru dan pengurus komite sekolah; dan adanya keadilan dalam pembiayaan sekolah. Berdasarkan pendapat tersebut, maka kunci keberhasilan peningkatan mutu

pendidikan adalah adanya rantai hubungan yang efektif antar client dengan provider. Selain itu, pengelola sekolah melaksanakan perubahan budaya ke arah budaya mutu. Perubahan budaya mutu membutuhkan perubahan sikap dan metode kerja. Oleh karena itu perlu dipersiapkan lingkungan fisik yang nyaman untuk bekerja efektif dan benar serta dorongan keberanian dan pengakun terhadp keberhasilan. 4. Total Quality Management dalam Pendidikan Mutu hasil pendidikan (lulusan) tidak hanya ditentukan oleh seorang guru, tetapi seluruh guru, juga pihak personalia sekolah pun ikut serta di dalamnya, seperti para pembimbing, pengelola dan staf administrasi. Ada dua syarat yang haris ada sebelum dikembangkan sistem pengendalian. Pertama, perencanaan (planning), yaitu pengendalian harus berdasarkan perencanaan yang jelas, lengkap, terintegrasi sehingga perencanaan semakin efektif dan sistem pengendalian dapat dilaksanakan. Kedua pengendalian membutuhkan adanya struktur organisasi yang jelas. Tujuan pengendalian adalah melakukan pengukuran dan perbaikan agar apa yang telajh direncanakan dapat dicapai secara optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu diketahui pada bidang atau tingkatmana pertanggungjawaban dilakukan. Upaya mewujudkan keterpaduan kerja dalam kontek pembinaan sebagai organisasi pembinaan pembinaan profesi merupakan kegiatan yang berat dan harus dilakukan oleh pimpinan melalui praktik kepemimpinan manajerial. Untuk kepentingan ini yang diperlukan justru komitmen dan disiplin kerja. Berdasarkan hal tersebut, maka tugas kepemimpinan manajerial selanjutnya adalah menegakan disiplin kerja para angota melalui pertemuan rutin dalam mewujudkan tujuan bersama. Dalam kenyataan pelaksanaan keterpaduan kerja, fasilitas pembelajaran selalu dijadikan komponen independen. Dengan demikian, konsekuensi dari upaya peningkatan mutu pembelajaran dibutuhkan penerapan konsep manajemen

97

mutu terpadu (MMT) dan pengendalian mutu terpadu dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan efisiensi dan peningkatan kualitas proses pembelajaran. Dipertegas lagi oleh Vincenn (1997:181), yang menyatakan bahwa praktik pengendalian dalam mutu proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh adanya auditor seperti kepala sekolah, termasuk guru-guru senior. Benang merah di sana adalah bahwa pengendalian mutu merupakan manjemen ilmiah yang dilaksanakan dalam konsep kebersamaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara bersama. Pendapat-pendapat di atas memberikan pemahaman kepada kita, bahwa ketika prinsip keterpaduan kerja diterpkan dalam manajemen sekolah, terutama dari pola kepemimpinan manajerial, sedikitnya terdapat makna yang hakiki yang meliputi 1) kecocokan antara anggota (guru) dengan anggota dengan pengurus lainnya dalam gugus; 2) keterlibatan semua anggota menjadikan mereka merasa saling punya tanggung jawab moril dan materil, saling memberikan informasi keunggulan dan kelemahan dalam memperbaiki kualitas pengajaran; 3) berorientasi pada kualitas kepuasan guru dan peningkatan prestasi belajar. G. Manajemen Laboratorium IPA Pada prinsipnya pembelajaran IPA yang dikehendaki adalah bersifat ilmiah, baik Prinsip ilmiah, sikap ilmiah, proses ilmiah maupun produk ilmiah. Prinsipprinsip ilmiah pada umumnya disertai dengan metode penemuan atau inkuiri. Dalam pembelajaran inkuiri siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan ilmiah seperti mengamati,mengumpulkan data, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merancang eksperimen, dan menarik kesimpulan. Pembelajaran IPA tidak bisa terlepas dari praktek, sehingga laboratorium menjadi tempat belajar yang efektif untuk dapat mencapai kompetensi yang diharapkan bagi siswa. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan fungsi laboratorium sebagai sumber belajar, maka laboratorium perlu dikelola secara baik. Keberadaan laboratorium yang dikelola dengan baik akan sangat membantu guru-guru IPA dalam melaksanakan pembelajarannya. 1. Peranan Laboratorium dalam Pembelajaran IPA

98

Keberadaan laboratorium di sekolah telah lama dikembangkan baik untuk sekolah dasar maupun tingkat menengah untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar siswa tidak hanya belajar teori saja tapi dilaboratorium siswa bisa langsung melihat benda atau proses secara nyata sehingga siswa memperoleh pengalaman konkrit terhadap benda-benda. Pengalaman konkrit yang diperoleh di aboratorium sangat penting untuk siswa karena pembelajaran akan lebih efektif dan menyenangkan apalagi jika siswa dapat merefleksikan pengalaman mereka dan mencoba menggunakan apa yang telah mereka pelajari. Di laboratorium, siswa dapat mengembangkan keterampilan proses, keterampilan memecahkan masalah, serta merasakan fenomena alam. Supriyono, (1987), menyatakan bahwa tujuan kegiatan laboratorium dalam pembelajaran IPA adalah: (1) membangkitkan dan memelihara daya tarik , sikap, kepuasan, keterbukaan dan rasa ingin tahu terhadap IPA,(2) mengembangkan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah, (3)mengembangklan berpikir ilmiah dan metode ilmiah, (4)mengembangkan pemahaman konsep dan kemampuan untelektual, (5)mengembangkan kemampuan berpraktikum. Berdasarkan tujuan di atas, maka peranan laboratorium dalam pembelajaran IPA sangan penting, karena kerja praktek merupakan cara yang sangat relevan untuk membantu siswa mengembangkan kompetensimnya. Tujuan utama kerja praktek adalah melatih siswa bekerja secara ilmiah sehingga kompetensi siwa terkembangkan. Tujuan kegiatan pembelajaran di laboratorium: a. Optimalisasi proses pembelajaran IPA baik fisika, kimia atau biolagi. b. Memotivasi peserta didik agar gemar dan senang pada mata pelajaran IPA c. Memperkenalkan alat-alat laboratorium IPA d. Melatih peserta didik agar trampil menggunakan alat, mengamati ketajaman nalar yang memadai. e. Melatih disiplin yang tinggi dan tanggung jawab. 2. Pengelolaan Laboratorium a. Organisasi Laboratorium dan

99

Organisasi laboratorium yang umum berada di sekolah terdiri dari Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab, koordinator pengelola laboratorium yang terdiri dari guru fisika,biologi,kimia, laboran sebagai pembantu pengelola laboratorium, serta sejumlah siswa sebagai pemanfaat sarana laboratorium. Depdiknas, (2005:15), mengatakan bahwa siapapun yang menjadi pengelola laboratorium hendaknya diusahakan agar suasana laboratorium ada dalam keadaan disiplin dan baik, agar pemakaian laboratorium merata, teratur, tidak berebutan antar kelas. Dengan demikian keamanan dan keselamatan di laboratorium hendaknya selalu diperhatikan. Biasanya laboratorium IPA dilengkapi dengam jadwal praktikum, denah lokasi praktikum, keterangan penyimpanan alat dan bahan, tata tertib siswa, dan sangsi. b. Keselamatan kerja laboratorium Keselamatan kerja di laboratorim merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan, karena kecelakaan merupakan keajian diluar kemampuan manusia. Beberapa penyebab kecelakaan di laboraturim, adalah: (1) kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai bahan kimia yang digunakan dan proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan praktek, (2) kurang jelasnya petunjuk kegiatan praktek, (3) kurangnya bimbingan dan pengawasan terhadap kegiatan di laboratorium, (4) kurang tersedianya peralatan keamanan dan tidak menggunakan perlengkapan pelindung, (5) tidak mengikuti petunjuk dan aturan yang semestinya ditaati, (6) bekerja diluar kesadaran, kutang hati-hati, dan menggunakan peralatan yang tidak sesuai/rusak. Demikian kajian teori yang dapat penulis kemukakan bada bab 2 ini, pada halaman berikutnya penulis akan mengungkapkan bab. 3 yang akan menjelaskan tentang Prosedur Penelitian.

100

BAB III PROSEDUR PENELITIAN


Pada Bab 3 ini penulis akan menguraikan prosedur penelitian, yang membahas tentang pendekatan dan metode penelitian, lokasi dan subyek penelitian, data yang diperlukan, sumber dan teknik pengumpulan data, tahaptahap penelitian, dan validitas temuan penelitian serta penjadwalannya, secara sistematis uraian selengkapnya adalah sebagai berikut. A. Pendekatan dan Metode Penelitian Sesuai dengan tuntutan rumusan masalah dan fokus penelitian sebagaimana diuraikan pada bab satu, dimana penelitian ini menghendaki adanya eksplorasi untuk memahami dan menjelaskan apa yang diteliti melalui komonikasi yang intensif dengan berbagai sumber data untuk memberikan makna secara mendalam agar dapat melihat fenomena yang ada, maka metode yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan metode kualitatif. Sugiyono, (2007:15), berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive (teknik penentuan sampel dengn pertimbangan

101

tertentu) dan snowball (teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian menjadi besar), teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Nasution, (1999:18), mengatakan bahwa penelitian kualitati pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkunganya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Schigel, (Lexy Moleong, 2000:34), berpendapat bahwa tahap akhir dari penelitian kualitatif ialah peneliti harus menafsirkan hasil-hasil penelitianya. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif, mendudukan objek penelitian sejajar dengan peneliti dan menempatkan objeknya dalam suatu konteks natural. Pendekatan ini menolak kerangka teori sebagai langkah persiapan penelitian, mengakui kebenaran empirik, menuntut bersatunya objek penelitian dengan subjek pendukung objek penelitian, keterlibatan peneliti secara langsung di lapangan, serta menghayati proses penelitian dan dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-berubah yang dihadapi dalam penelitian itu. Data cenderung naratif dari pada angka-angka namun demikian penelitian kualitatif Tidak menolak data kuantitatif sebagai penunjang dan hasil analisisnya berupa uraian-uraian yang sangat deskriptif. Penelitian ini lebih memfokuskan pada proses dari pada hasil berdasarkan pada analisis data secara induktif. Mengacu pada hal tersebut, dalam rangka mengumpulkan data penelitian, peneliti melakukan kontak langsung (face to face) dengan responden agar dapat mengamati perilaku, pendapat, sikap, dan pendayagunaannya berdasarkan pandangan subjek penelitian. Dengan demikian, penelitian yang bersipat deskriptif lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, sasaran penelitian diarahkan kepada usaha menemukan teori-teori dasar, responden dapat menilai kembali data dan informasi baru.

102

Bogdan dan Biklen, (1982:29), penelitian kualitatif, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.

mengemukakan lima karakteristik

Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and researcher is the key instrument. Qualitative research is descriptive. The data collected is in the form of words of pictures rather than number. Qualitative research are concerned with process rather than simply with outcomes or products. Qualitative research tend to analyze their data inductively. Meaning is of essential to the qualitative approach. di

Berdasarkan karakteristik penelitian kualitatif tersebut, maka dapat maknai bahwa penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.

Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata- kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau out come. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati) Berdasarkan hal tesebut, maka sasaran penelitian diarahkan pada usaha

menguasai teori-teori penelitian yang bersifat deskriptif, dengan mementingkan penguasaan proses penelitian, membatasi studi dengan fokus kajian, menentukan kriteria untuk memeriksa keabsahan data hasil penelitian bisa diterima serta dibenarkan oleh kedua belah pihak, yaitu peneliti dan responden. Mengacu pada hal tersebut, maka siklus dalam proses penyimpulan data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu : 1. tingkat permukaan : 2. 3. eksplorasi secara terfokus atau terseleksi guna mencapai tingkat kedalaman dan kerincian tertentu; dan mengkonfirmasikan hasil dan temuan penelitian. eksplorasi yang meluas atau menyeluruh, dan bergerak di

103

B.

Lokasi dan Subyek Penelitian Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang dan tempat di mana data dijelaskan

yang dipermasalahkan melekat (Arikunto, 1993:102). Selanjutnya

perbedaan antara responden penelitian dan sumber data. Responden penelitian adalah orang yang dapat merespon, memberi informasi tentang data penelitian. Sedangkan sumber data adalah benda, hal atau orang dan tempat di mana peneliti mengamati, membaca atau bertanya tentang data. Berdasarkan permasalahan penelitian dan supaya permasalahan dalam penelitian ini dapat terjawab secara akurat, maka yang menjadikan sumber data dan informasi dalam studi penelitian ini adalah keseluruhan permasalahan yang menyangkut pelaksanaan pendidikan, peran manajemen kurikulum yang menjadi penunjang dan penghambat implementasi manajemen mutu pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu (IPA Terpadu) di SMP Negeri Rancaekek 1, 2, dan 3 Kabupaten Bandung. Oleh karena itu pengambilan sumber data dan informasi dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu berdasarkan pilihan dan pertimbangan peneliti, aspek apa dan siapa yang dijadikan focus pada saat situasi tertentu terusmenerus sepanjang penelitian. Purposive sampling tergantung pada tujuan pada suatu saat (Nasution, 1922:29). Berdasarkan hal tersebut, maka yang dijadikan sumber informasi adalah para kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan dan para pembantu kepala sekolah, serta semua stakecholder yang terlibat dalam kegiatan ini termasuk siswa. Penentuan sumber informasi di sini bersifat snowball untuk mendapat informasi yang lebih mendalam, peneliti menghubungi informan lain yang disarankan oleh informan sebelumnya. Mengacu pada hal tersebut, maka pemecahan masalah yang menjadi focus penelitian ini memerlukan sejumlah data yang berkaitan dengan permasalahnya, yaitu: 1. Pelaksanaan strategi peningkatan hasil pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri 1, 2, dan 3 Rancaekek Kabupaten Bandung.

104

2.

Peranan strategi pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Terpadu di SMP Negeri 1, 2, dan 3 Rancaekek Kabupaten Bandung.

3.

Faktor penunjang dan penghambat implementasi manajemen pembelajaran dalam meningkatkan mutu hasil belajar siswa pada Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SMP Negeri 1, 2, dan 3 Rancaekek Kabupaten Bandung.

4.

Pelaksanaan koordinasi diantara satuan kerja yang terlibat dalam penyelenggaraan peningkatan mutu hasil belajar siswa pada Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SMP Negeri 1, 2, dan 3 Rancaekek Kabupaten Bandung.

5.

Sistem Unity Of Command yang dikembangkan dalam penyelenggaraan meningkatkan mutu hasil belajar siswa pada Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SMP Negeri 1, 2, dan 3 Rancaekek Kabupaten Bandung.

6.

Sistem pengawasan yang dilakukan untuk mengawasi jalannya kegiatan dan penyelenggaraan meningkatkan mutu hasil belajar siswa pada Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SMP Negeri 1, 2, dan 3 Rancaekek Kabupaten Bandung.

7.

Berdasarkan hasil deskripsi dan analisis penemuan kelompok data tersebut, kemudian dikaji berdasarkan teori, kajian diagnosis dan kajian kepustakaan untuk dipertimbangkan bagi rumusan penyelenggaraan meningkatkan mutu hasil belajar siswa pada Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SMP Negeri 1, 2, dan 3 Rancaekek Kabupaten Bandung. Lofland, (Moleong, 2000:22) menyatakan bahwa sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen. Mengenai sumber data atau populasi dalam penelitian kualitatif mengacu pada empat tipe sumber data penelitian, yaitu setting, peristiwa, orang dan proses. Untuk itu supaya memperoleh informasi yang beraneka ragam dan lebih luas guna mencapai kedalaman penggalian masalah, maka subjek penelitian kualitatif ditentukan secara purposive sampling. Pengambilan sumber data dan informasi dengan purposive sampling; yaitu berdasarkan pilihan pertimbangan peneliti, aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu terus menerus sepanjang pemilihan. Purposive

105

sampling tergantung pada tujuan pada suatu saat (Nassution, 1992:29) Pengambilan sumber data menggunakan teknik purposive sampling ini dilakukan dengan didasari : 1. 2. populasi. 3. Penentuan karakteristik popolasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan. Berdasarkan hal tersebut, maka yang dijadikan sumber informasi adalah kepala sekolah, tenaga pendidik (guru), tenaga kepndidikan dan peserta didik/siswa yang dianggap mempunyai kelayakan dijadikan subjek penelitian. Sampel yang diambil sesuai dengan ciri-ciri, sifat atau karakteristik yang merupakan karakteristik pokok. Sampel yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung karakteristik yang terdapat pada

C.

Data yang diperlukan Pemecahan masalah yang menjadi fokus penelitian ini menentukan

sejumlah data yang berkaitan dengan strategi peningkatan pembelajaran IPA Terpadu tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Kabupaten Bandung. Data yang diperlukan adalah sebagai berikut : 1. Bandung. 2. Gambaran kinerja sekolah dalam pelaksanaan strategi pembelajaran IPA Terpadu, data ini terdiri atas : Strategi sumber daya manusia, Strategi kurikulum, Strategi sarana dan prasarana ; 3. IPAT. Berdasarkan hasil deskripsi dan analisis penemuan kedua kelompok data tersebut, kemudian dikaji berdasarkan teori, kajian diagnosis dan kajian kepustakaan untuk dipertimbangkan bagi rumusan peningkatan pembelajaran IPA Terpadu Bandung. tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Kabupaten Gambaran kinerja guru dalam pelaksanaan strategi pembelajaran Gambaran umum SMP Negeri 1, 2, dan 3 Rancaekek Kabupaten

106

D.

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Sumber data dalam penelitian ini adalah orang dan dokumen yang terdapat

di lingkungan SMP Negeri 1, 2, dan 3 Rancaekek Kabupaten Bandung. Untuk mendapatkan data yang dimaksud secara akurat diperlukan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif. Teknik yang dimaksud adalah melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Atas dasar konsep tersebut, maka ketiga teknik pengumpulan data di atas digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi dan diharapkan informasi yang diperoleh saling melengkapi. Dalam pengumpulan data dan informasi yang diperlukan disesuaikan dengan kisi-kisi pengumpulan data seprti yang ada pada lampiran. 1. Observasi Peneliti melakukan obserasi dengan cara mendatangi tempat yang akan diteliti secara langsung ketika proses pelaksanaan kegiatan berlangsung. Observasi yang dilakukan adalah obserasi non-partisipasi, sehingga peneliti duduk bersama dengan para responden selama kegiatan berlangsung. Selama observasi, peneliti memperhatikan langsung langkah-langkah dan tindakan-tindakan responden. Observasi dimaksudkan untuk mendapatkan data dan mengumpulkan data atau informasi yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian yang diajukan. Selama observasi, peneliti memperhatikan apa-apa yang dilakukan para responden, pada saat itulah peneliti mencatat hal-hal yang dianggap penting yang berkaitan langsung dengan focus penelitian. Oleh karena itu, observasi dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh data yang cukup untuk menjawab pertanyaan penelitian. Sehubungan dengan itu, maka peneliti berusaha mendekati mereka tanpa mereka mencurigai bahwa proses penelitian sedang berlangsung, oleh karena itu, pencatatan observasi tidak dilakukan secara langsung, tetapi dalam pelaksanaanya dipadukan dengan wawancara. Pada saat obserasi yang dilakukan terhadap para kepala sekolah peneliti berbicara informal terhadap guru dan yang lainnya. Percakapan itu untuk mendapatkan komentar-komentar mereka berkenaan dengan permasalahan, potensi dan cara menyelesaikannya

107

2. Wawancara Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tak berstruktur dan terbuka. Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu peneliti dan responden. Maksud peneliti melakukan wawancara terbuka adalah untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan focus penelitian secara lebih mendalam. Dengan wawancara ini diharapkan memperoleh data tentang: Pelaksanaan strategi peningkatan hasil pembelajaran, Peranan strategi pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar siswa, Faktor penunjang dan penghambat implementasi manajemen pembelajaran dalam meningkatkan mutu hasil belajar siswa, Pelaksanaan koordinasi diantara satuan kerja yang terlibat dalam penyelenggaraan meningkatkan mutu hasil belajar siswa, pelaksnaan komunikasi dalam penyelenggaraan system administrasi akademik. system Unity Of Command yang dikembangkan dalam penyelenggaraan meningkatkan mutu hasil belajar siswa dan system pengawasan yang dilakukan untuk mengawasi jalannya penyelenggaraan meningkatkan mutu hasil belajar siswa pada Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SMP Negeri 1, 2, dan 3 Rancaekek Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung, dan pelaksnaan komunikasi dalam penyelenggaraan system administrasi pembelajaran. Untuk kepentingan hal tersebut, maka peneliti menyusun pedoman wawancara dengan tujuan agar wawancara tetap berada dalam konteks permasalahan yang sedang diselidiki. Responden yang diwawancarai adalah (a) Kepala Sekolah; (b) Guru; (c) Pengawas; (d) Komite Sekolah (f) Tenaga Kependidikan; dan (g) siswa. 3. Studi Dokumenter Untuk melengkapi data dan informasi yang diperoleh dari dua teknik terdahulu, digunakan teknik studi dokumentasi, yaitu dengan cara mempelajari berbagai dokumen yang berhubungan dengan dokumen-dokumen yang dipelajari mencakup penyelenggaraan meningkatkan mutu hasil belajar siswa pada Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SMP Negeri 1, 2, dan 3 Rancaekek Kabupaten Bandung. Dalam hal ini maka diperlukan dokumen seperti: a. Profil SMP Negeri 1, 2, dan 3 Rancaekek Kabupaten Bandung

108

b. Pedoman administrasi kegiatan atau program-program yang dijalankan;


c. Dokumen lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan meningkatkan

mutu hasil belajar siswa pada Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA Terpadu) di SMP Negeri 1, 2, dan 3 Rancaekek Kabupaten Bandung. Dengan teknik studi dokumenter ini diharapkan diperoleh data-data tertulis baik berupa dokumen penasehatan (file), foto-foto, rekaman pembicaraan selama rapat-rapat, dan notula rapat. E. Tahap-tahap Penelitian Tahap-tahap yang dilalui dalam penelitian ini adalah : 1. melakukan penjajagan terhadap lokasi dan subyek penelitian untuk memperoleh data awal sehingga mendapatkan gambaran yang lengkap dan jelas mengenai masalah yang dihadapi; 2. melakukan pendalaman materi bacaan yang berhubungan dengan masalah penelitian;
3. penyusunan desain penelitian serta kisi-kisi pengumpulan data dan pedoman

wawancara; dan 4. mengajukan permohonan izin penelitian. Secara keseluruhan kegiatan-kegiatan itu adalah : 1. melakukan pembicaraan pendahuluan; 2. melaksanakan kegiatan pengumpulan data secara intensif melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi; 3. selama penelitian berlangsung dilakukan pula kegiatan analisis data yang dituangkan dalam traskip data lapangan, dengan jalan mengungkapkan kembali data yangdiperoleh kepada sumber data yang lain dan meminta komentar tentang hal yan sama agar didapat tingkat kepercayaan yang lebih menjamin, dan member check untuk mengkonfirmasikan atau mencheck kebenaran catatan lapangan yang telah dianalis kepada sumbernya; 4. mendeskrisikan dan menganalis data lapangan secara subtantif dengan merujuk kepada hasil studi kepustakaan dan mempelajari laporan lapoan.

109

Mengacu pada kegiatan-kegiatan tersebut, maka pengolahan dan analisis data penulis lakukan sejak awal hingga selesai penulisan laporan penelitian, dengan melalui tahap reduksi, display, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hal tersebut, maka data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan pedoman sebagai berikut :
1. Analisis pada saat pengumpulan data

Selama pengumpulan data, peneliti membuat catatan lapangan, melakukan member check dengan subyek yang bersangkutan, mengadakan audit trail, melakukan triangulasi untuk melakukan keabsahan seperti menanyakan kepada responden lain, melakukan revisi sesuai dengan subyek peneliian dan sumber aslinya, pemberian kode terhadap catatan lapangan yang telah direvisi untuk penyesuaian dengan pekembangan proses dan jenis data yang diperoleh.
2. Analisis setelah data terkumpul

Setelah data terkumpul, peneliti mereduksi data dengan jalan merangkum laporan lapangan, mencatat, menggolongkan dan mengklasifikasikan hal-hal yang relevan dengan focus penelitian yaitu penyelenggaraan meningkatkan mutu hasil belajar siswa pada Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SMP Negeri 1, 2, dan 3 Rancaekek Kabupaten Bandung. membandingkan dan menganalisis data secara lebih mendalam (dituangkan dalam bab IV), menarik kesimpulan, dan memberikan rekomendasi (dapat di ihat di bab V). 3. Penyusunan laporan penelitian Kegiatan penelitian ini diakhiri dengan penyusunan laporan penelitian. Keseluruhan hasil kegiatan ini disusun secara sistematis dalam bentuk tesis. Selanjutnya, sebagai pertanggungjawaban ilmiah dan sekaligus pemenuhan salah satu persyaratan penyelesaian studi, maka tesis ini pada akhirnya diajukan kepada pembimbing dan forum penguji agar diperiksa sebagaimana layaknya
F.

Validitas dan Reliabilitas Penelitian Hasil penelitian kualitatif masih diragukan berbagai kalangan nilai iliahnya,

karena dianggap kurang valid dan reliable. Oleh karena itu, agar hasil penelitian kulitatif ini dapat diterima sebagai suatu karya ilmiah yang memiliki kreadibilitas

110

(dapat dipercaya), maka perlu ada pemerikasaan keabsahan data yang didapatkan. Untuk mencapai validitas yang baik, maka dalam dalam penelitian ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut.
1. Reliabilitas

Dalam penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan kecocokan konsep penelitian dengan konsep yang ada pada responden. Untuk mencapai hal tersebut, dalam penelitian ini dilakukan antara lain:
1) Triangulasi, yakni mengecek kebenaran data dengan membandingkan

dengan data dari sumber lain seperti buku-buku sumber; Seperti hasil wawancara mengenai system akademik yang dilakukan;
2) Pembicaraan dengan kolega (Peer Debriegfing), hal ni peneliti membahas

catatan-catatan lapangan dengan kolega dan teman sejawat yang mempunyai kompetensi dalam bidang administrsi akademik; Pembicaraan dengan kolega penulis lakukan apabila data yang ditemukan seperti koordinasi dan komunikasi yang dilakukan kurang sesuai dengan kondisi riil di lapangan; 3) Penggunaan bahan referensi digunakan untuk mengamankan berbagai informasi yang didapat dari lapangan;
4) Mengadakan member cek setiap akhir wawancara, atur pembahasan suatu

topik (seperti data mahasiswa yang belum selesai, koordinasi dan pengawasan yang dilakukan), sehingga perbedaan suatu masalah dapat dihindarkan seperti system kerja yang dilakukan, juga dilakukan konfirmasi dengan nara sumber terhadap laporan hasil wawancara, sehingga apabila ada kekeliruan dapat diperbaiki atau apabila ada kekurangan ditambah dengan informasi baru. 2. Dependabilitas Dependabilitas atau ketergantungan adalah satu kriteria kebenaran dan penelitian kualitatif yang pengertiannya sejajar dengan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif, yakni mengupas tentang konsistensi hasil penelitian. Konsep ketergantungan lebih luas dari pada reliabilitas, karena peninjauannya

111

lebih dari segi konsep tetapi memperhitungkan segala-galanya yang ada pada reliabilitas itu sendiri. 3. Transferabilitas Transferabilitas atau keteralihan merupakan validitas eksternal hasil penelitian hingga sejauh manakah hasil penelitian ini dapat diterapkan atau diaplikasikan dalam konteks atau situasi lain. Transferabilitas hasil penelitian baru ada, jika pemakai melihat dari situasi yang identik dan memiliki keserasian antara hasil penelitian dengan permasalahan di tempatnya. Meskipun diakui bahwa tidak ada situasi yang sama pada tempat dan kondisi yang lain. Transferabilitas merupakan suatu kemungkinan, sehingga peneliti tidak memiliki keyakinan akan dapat menjamin validitas eksternal ini. 4. Konfirmabilitas Agar kebenaran dan objektivitas hasil penelitian dapat dibuktikan dan dapat dipertanggungjawabkan, peneliti melakukan audit trail, yakni dengan melakukan pemeriksaan ulang sekaligus konfirmasi untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dilaporkan dapat dipercaya dan sesuai dengan situasi yang nyata, maka peneliti melakukan upaya :
a) Data mentah yang diperoleh direkapitulasi dalam laporan lapangan yang

lengkap dan cermat.


b) Data mentah yang diperoleh direkapitulasi dalam laporan lapangan yang

lengkap dan cermat. c) Data yang sudah terkumpul kemudian dikonfirmasi ulang melalui obserasi, wawancara dan upaya lainnya, untuk memastikan kebenarannya. d) Melakukan penghitungan sederhana untuk membuktikan kebenaran data, sehingga data dapat dipercaya kebenarannhya.
G.

Jadwal Penelitian Kegiatan penelitian akan dilaksanakan selama kurang lebih 4-5 bulan dari

mulai bulan Juli 2009 s.d. Nopember 2009 dengan agenda kegiatan penelitian sebagai berikut : Tabel 3-1

112

Jadwal Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 KEGIATAN Proposal Studi Pustaka Membuat Kuisioner Wawancara Studi dokumen Observasi Lapangan Pengolahan Kuisioner Pengolahan Data Analisis Data Penyusunan Laporan Penyelesaian Akhir 1 BULAN KE 2 3 4 5

Demikian prosedur penelitian yang ditempuh oleh penulis. Pada halaman berikutnya, penulis akan membahas bab IV yaitu Deskripsi Hasil Penelitian.

BAB IV TEMUAN, INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN


Pada Bab. IV ini penulis akan mengemukakan tiga bagian penting yang merupakan pemaparan hasil dan pembahasan penelitian. Diawali dengan menjelaskan gambaran umum SMP Negeri 1, SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 3 Rancaekek Kabupaten Bandung dan perkembangannya saat ini sebagai lokasi penelitian. Kemudian yang kedua, penulis paparkan hasil penelitian sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan dan diakhiri dengan bagian ketiga yang merupakan pembahasan yaitu membandingkan antara kenyataan di lapangan dengan konsep teori yang telah diuraikan pada Bab. II. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut: A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. SMP Negeri 1 Rancaekek Kabupaten Bandung

113

Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan bersekala mikro (ditingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibanding dengan proses-proses lainnya. SMP Negeri 1 Rancaekek Kabupaten Bandung, terletak di Jalan Raya Rancaekek No. 87, Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung. Sekolah ini berdiri tahun 1963 dengan rincian data sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. n. o. p. Luas lahan sekolah Luas bangunan sekolah Jumlah ruang kelas Jumlah ruang administrasi/kantor Ruang ibadah Ruang koperasi Ruang BP/BK Ruang Ekstrakurikuler Ruang UKS Kantin Sekolah m2) Perpustakaan Laboratorium Jumlah Guru Jumlah Pegawai Non Guru Waktu jam pelajaran sekolah : ada (15 X 8 m2) : ada (8 X 10 m2) : 1387 orang : 63 orang : 11 orang : Pagi (07.00 12.00 WIB) : 6.588.625 m2 : 5.177.300 m2 : 30 Ruang : 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : ada (18 X 15 m2 dan 8 X 15

m. Jumlah Murid

Berdasarkan penilaian dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung bahwa memiliki status terakreditasi B (memuaskan). Hal ini mengandung arti bahwa

114

sekolah memiliki prestasi yang tinggi baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Profil lain yang dapat ditampilkan dari hasil penelitian di SMP Negeri 1 Rancaekek Kabupaten Bandung, adalah sebagai berikut: MOTO VISI : SMP Negeri 1 Rancaekek SERASI (Sehat Rajin dan Sigap) : Berdisiplin, serius, indah, nyaman dan aman dalam meningkatkan dan membangun akhlak yang berbudi, prestasi diri dan cekatan dalam bertindak. MISI : 1) Mewujudkan tercapainya peningkatan mutu dan efesiensi pendidikan. 2) Membina akhlak yang berbudi luhur. 3) Mengembangkan layanan profesional dalam semangat kerja sama dan keteladanan, guna meningkatkan prestasi kerja dan prestasi belajar peserta didik. 4) Meningkatkan dan menegakkan disiplin sesama kerabat kerja dan peserta didik dengan menanamkan budaya bersih, budaya belajar, dan budaya kerja. 5) Menciptakan lingkungan yang nyaman, bersih dan aman. 6) Menyiapkan generasi penerus yang mampu mandiri berbekal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. STRATEGI: 1) Menyusun program kegiatan 2) Membina dan membudayakan personil untuk meningkatkan kualitas 3) Memanfaatkan sumber daya yang ada di sekolah, untuk meningkatkan mutu dan kesejahteraan. 4) Mengikuti kegiatan pelatihan dan perlombaan. 5) Melaksanakan tugas secara profesional 6) Mencermati informasi tentang peningkatan pendidikan 7) Menjalin hubungan persuadaraan sebagai umat beragama TARGET:

115

Para

siswa

memiliki

bekal

kemampuan

yang

bermanfaat

untuk

mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara yang beragama. SMP Negeri 1 Rancaekek merupakan sekolah paling tua di Kecamatan Rancaekek Kabupaten Badung dan menjadi sekolah negeri yang dipavoritkan oleh masyarakat Rancaekek dan sekitarnya. Hal ini dibuktikan dengan minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini, dan pada saat ini tercatat jumlah siswa sebanyak 1387 orang siswa dengan jumlah rombongan belajar 30 kelas. Pada tahun 2002 sampai 2005 SMP Negeri 1 Rancaekek menjadi sekolah rintisan Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (PMPBS), sehingga dari hasil kegiatan tersebut nampak perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik dalam mutu dan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Lokasi sekolah sangat strategis karena berada di pusat kota Rancaekek, yaitu di pinggir jalan raya Rancaekek, sehingga mudah dijangkau. Pada saat ini program unggulan di SMP Negeri 1 Rancaekek meliputi: pemerataan kesempatan belajar dalam rangka mendukung terlaksananya proram Wajib Belajar Pendidikan Dasar (WAJAR-DIKDAS) 9 Tahun, peningkatan mutu dimana usaha ini dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi: Standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Manajemen dan pencitraan publik dengan menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dan mengembangkan berbagai manajemen sekolah dengan memaksimalkan peranan komite sekolah dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan juga merupakan program utama di SMP Negeri 1 Rancaekek. Untuk mewujudkan program di atas, maka peran serta seluruh komponen warga SMP Negerei 1 Rancaekek Kabupaten Bandung, mulai dari sumberdaya manusia, peran kepala sekolah, guru, siswa, tata usaha, kurikulum dan sarana prasarana harus saling mendukung. Adapun tugas dan peran serta masing-masing komponen dijabarkan secara rinci seperti berikut:

116

a. Tugas, peran dan tanggungjawab kepala sekolah Kepala sekolah memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan, karena atas perannya sebagai manajer pendidikan, pemimpin sekolah, supervisor dan pendidik di sekolah dituntut untuk mampu: (1) mengadakan prediksi masa depan sekolah, misalnya tentang kualitas yang diinginkan masyarakat; (2) melakukan inovasi dengan mengambil inisiatif dan kegiatan-kegiatan yang kreatif untuk kemajuan sekolah; (3) menciptakan strategi atau kebijakan untuk mengsukseskan pikiran-pikiran yang inovatif tersebut; (4) menyusun perencanaan, baik perencanaan strategis maupun perencanaan operasional, (5) menemukan sumber-sumber pendidikan dan menyediakan fasilitas pendidikan; (6) melakukan pengendalian atau kontrol terhadap pelakasanaan pendidikan. b. Tenaga Pendidik (Guru) Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah membantu kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien. Tugas dan tanggungjawab seorang guru meliputi: - membuat program pengajaran/rencana kegiatan belajar mengajar selama satu semester dalam bentuk program tahunan dan program semester. - membuat satuan pelajaran - melaksanakan kegiatan belajar mengajar - melaksanakan kegitan penilaian belajar - mengisi daftar nilai siswa - melaksanakan evaluasi - menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengajaran - membimbing siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar - membuat alat pelajaran/alat peraga - mengkkordinasikan dan melaksanakan bimbingan dan konseling - menciptakan karya seni - mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum - melaksanakan tugas tertentu di sekolah

117

- mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya - membuat lembaran kerja siswa - membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing siswa - meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran - mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum - mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan tingkat c. Tenaga Kependidikan (Tata Usaha) Kondisi fisik dan psikis yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya kemampuan dan kreativitas merupakan tugas utama secara operasional dalam aspek manajemen dan memotivasi staf untuk dapat bekerjasama secara sukarela dalam mencapai tujuan organisasi. Kepala urusan tata usaha mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan sekolah dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah meliputi kegiatankegiatan sebagai berikut: - Penyusunan program tata usaha sekolah - Pengelolaan keuangan sekolah - Pengurusan administrasi pegawai, guru dan siswa - Pembinaan dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah - Penyususnan administrasi perlengkapan sekolah - Penyusunan dan penyajian data/statistik sekolah Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan secara berkala d. Kurikulum Dengan memanfaatkan paradigma baru mengenai pengelolaan sekolah maka dalam meningkatkan mutu pendidikan tingkat sekolah yang memegang peranan pentingnya adalah kemampuan kepala sekolah. Peningkatan mutu pendidikan tingkat sekolah melalui MBS dapat dilihat bagaimana kepala sekolah memanajemen mulai dari: kurikulum, tenaga kependidikan, kesiswaan, sarana prasarana, keuangan, dan lingkungan sekolah.

118

Ketercapain tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijakan kepala sekolah sebagai salah satu pemimpin pendidikan. Hal ini karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang professional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerja sama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan. Kegiatan lembaga pendidikan sekolah disamping diatur oleh pemerintah, sesungguhnya sebagian besar ditentukan oleh aktivitas kepala sekolahnya. Kepala sekolah merupakan kunci kesuksesan sekolah dalam mengadakan perubahan. Sehingga kegiatan meningkatkan dan memperbaiki program dan proses pembelajaran di sekolah sebagian besar terletak pada diri kepala sekolah itu sendiri. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan keleluasan bagi sekolah untuk mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, yang berorientasi pada standar isi dan standar kompetensi lulusan. Peranan kepala sekolah dalam melaksanakan dan mengembangkan KTSP merupakan faktor penting dalam meningkatkan mutu pendidikan tingkat sekolah. Upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan yang terkait dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah memberdayakan guru. Peranan kepala sekolah dalam memberdayakan guru mencakup: (1) pelimpahan wewenang berdasarkan kemampuan guru; (2) mempermudah aturan/prosedur, menyelesaikan konflik, dan hambatan lainnya untuk mendukung tugas guru; (3) memberikan arahan, bimbingan dan konsultasi serta menjelaskan apa yang diharapkan dari kepemimpinan kepala sekolah; (4) menghargai kontribusi setiap guru dan memberikan motivasi untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal; (5) mendorong guru untuk berani mengemukakan pendapat, sarana atau memberikan kritik dlam berbagai kesempatan; (6) memfasilitasi para guru dalam membuat perencanaan dan pengambilan keputusan; (7) tidak mengambil tanggungjawab yang menjadi kewenangan guru; (8) memiliki inisiatif dan siap menghadapi resiko; (9) bertindak realistis dan dipandu oleh nilai-nilai

119

kebenaran dalam mewujudkan visi sekolah; (10) memberikan pelatihan dan teknologi yang diperlukan guru; (11) bekerjasama dan menjalin hubungan dengan guru berbasis kepercayaan; (12) menciptakan rasa aman dan kepuasan bagi guru. Kemampuan kepala sekolah dituntut untuk bisa memanfaatkan peluang seperti ini (MBS dan KTSP), karena kepala sekolah telah diberi keleluasaan dalam mengembangkan sekolah seperti potensi lingkungan sekolah, potensi personal atau warga sekolah dan sarana prasarana. Dalam MBS dan KTSP peranan kepala sekolah memegang peranan penting dalam mengatur, mengelola dan memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan sekolah. Akan tetapi dalam memanfaatkannya harus bisa membaca peluang dan kemampuan yang dimiliki masing-masing sektor. Dalam memanfaatkan potensi masing-masing sektor harus diperhatikan beberapa hal seperti kemampuan yang dimiliki masing-masing guru mata pelajaran, wakil kepala sekolah, staf tata usaha, dan personil pembantu sekolah. Dalam memanfaatkannya masing-masing sektor harus dikembangkan sesuai dengan latar belakang profesi kependidikannya. Dengan memanfaatkan potensi tersebut secara optimal maka diharapkan akan ada peningkatan mutu pendidikan tingkat sekolah.

e. Manajemen Sarana Prasarana Agar kegiatan pembelajaran siswa terjadi dengan efektif dan efisien, maka seluruh komponen pendidikan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran siswa harus dianalisis berdasarkan tuntutan program pembelajaran. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti: gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Prasarana pendidikan adalah fasititas yang secara tidak langsung menunjang jalanya proses pendidikan atau pengajaran seperti:

120

halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar-mengajar, sepeti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapih, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun siswa untuk berada di sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuntitatif, kualitatif dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun siswa siswi sebagai pelajar. Dengan figur kepala sekolah dalam memimpin terdapat peningkatan mutu yang signifikan. Maka tenaga kependidikan yang bertugas di sekolah ini berdasarkan studi dokumentasi, berikut ini prestasi yang pernah diperoleh sekolah diantaranya: prestasi pada Tingkat Daerah, Tingkat Nasional atau Internasional dalam Bidang akademik maupun non akademik yang pernah diterima.

f.

Input dan output hasil pendidikan Dari Output yang dihasilkan dilihat dari tingkat kelulusan pada setiap tahunnya rata mencapai 99, 4 % dengan rincian pada dua tahun terakhir adalah sebagaimana tercantum pada tabel 4-1. seperti berikut: Tabel 4-1 Keadaan Siswa SMP Negeri Rancaekek 2 Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2007 2008 2008 2009 2009 2010 Jumlah/Keadaan Siswa Kelas VII Kelas VIII Kelas IX 401 339 312 404 381 311 474 441 472 Jumlah 1052 1096 1387

121

Sumber : Tata Usaha SMP Negeri Rancaekek 2 Bandung

Tabel 4-2 Prestasi Akademik UAN SMP Negeri Rancaekek 1 Kabupaten Bandung No. 1 2 Tahun Pelajaran 2007/2008 2008/2009 Bhs. Ind 7,77 7,73 Rata-rata Nilai UAN Bhs. Mat IPA Jumlah Ing. 7,86 7,83 8,45 31, 91 8,50 8,40 8,54 33,17 Kelulusan 100 % 99,10 %

Sumber : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP Negeri Rancaekek 1 Bandung

Dari kondisi tersebut di atas maka hasil ujian akhir nasional selama dua tahun pelajaran mengalami peningkatan khususnya pelajaran IPA yaitu sebesar 0,09% g. Kualifikasi tenaga pendidik dan kependidikan tahun 2008-2009 Tabel 4-3 Kualifikasi tenaga pendidikan No 1 2 3 Ketenagaan Kepala Sekolah Guru Tenaga Tata Usaha S2 S1 1 34 D3 23 D2 6 D1 SMA SMP 11 -

Sumber : Tata Usaha SMP Negeri Rancaekek 1 Bandung

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kemampuan kepala sekolah, memanajemen yang profesional. Dengan adanya pengelolaan pendidikan dewasa ini maka melalui Manajemen Berbasis Sekolah dan mengembangkan materi pembelajaran melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, maka kepala sekolah dapat secara leluasa mengambil tindakan yang bertujuan meningkatan mutu pendidikan. Selanjutnya dapat digambarkan pula bahwa dari sejumlah guru yang tercantum pada tabel 4-2, diketahui bahwa guru yang memiliki kualifikasi guru Ilmu Pengetahuan Alam (spesifikasi Biologi, Fisika, Kimia) adalah 8 orang. 2. SMP Negeri 2 Rancaekek Kabupaten Bandung. Pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

122

Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisipiln, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Pendidkan Nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Demi kelancaran pencapaian peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 2 Rancaekek Kabupaten Bandung, diperlukan adanya perencanaan yang matang disertai penyusunan langkah kegiatan, pembagian tugas yang jelas, tindakan dan pengambilan keputusan yang harus dilaksanakn oleh kepala sekolah. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi satuan kerja SMP, yaitu menyelenggarakan pendidikan dalam arti luas, dan berfungsi untuk mendidikan, melatih, mengajar, melaksanakan BP/BK, hubungan masyarakat, dan melaksanakan administrsi pendidikan, maka disusunlah program kerja SMP Negeri 2 Rancaekek Kabupaten Bandung tahun pelajaran 2009/2010. Program kerja ini berdasarkan atas keberhasilan dan kekurangna program kerja tahun pelajaran 2009/2010. Program kerja berdasarkan Dinas Pendidikan Pemerintah Propinsi Jawa Barat, dengan empat strategi pokok: a. Pemerataan Pendidikan b. Relevansi Pendidikan c. Peningkatan Mutu pendidikan d. Efesiensi Keberhasilan pelaksanaan program kerja SMP Negeri 2 Rancaekek Kabupaten Bandung Tahun pelajara 2009/2010, sebagian besar ditentukan oleh aparat pelaksana yang menguasai tugas dan fungsinya, dengan penuh keihlasan yaitu guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) dan didukung oleh pembantu pelaksana tata usaha dan petugas lainnya. SMP Negeri 2 Rancaekek Kabupaten Bandung terletak di jalan Bojongsalam Desa Bojongsalam, Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung, dengan rincian profil sebagai berikut: a. Luas lahan sekolah : 16.500 m2

123

b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. n. o.

Luas bangunan sekolah Jumlah ruang kelas Jumlah ruang administrasi/kantor Ruang ibadah Ruang BP/BK Ruang Ekstrakurikuler Ruang UKS Perpustakaan Laboratorium Jumlah Murid Jumlah Guru Jumlah Pegawai Non Guru Waktu jam pelajaran sekolah

: 3450 m2 : 28 Ruang : 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 1219 orang : 44 orang : 5 orang : 10 orang : Pagi (07.00 11.30 WIB) Rancaekek

m. Jumlah Guru Non PNS

Harapan dan rencana program kerja di SMP 2 Negeri

Kabupaten Bandung yang sesuai dengan tuntuan tujuan pendidikan nasional maka perlu suatu strategi kerja sekolah yang dituangkan dalam visi, misi, tujuan dan sasaran penyelenggaraan kegiatan pendidikan adalah sebagai berikut: VISI : Masyarakat Sekolah yang Agamis dan Unggul dalam Prestasi MISI : a. Mengunakan sarana prasarana sekolah seperti: Mosola, ruang belajar dll. b. Memberdayakan sarana yang ada sebagai nara sumber c. Efesiensi dan efektifitas dalam menggunakan data. d. Meningkatkan kualitas guru dan tata usaha e. Meningkatkan disiplin peserta didik f. Memfasilitasi kegiatan yang mendukung tercapainya harapan di atas. TUJUAN : a. Sumber daya alam Mengembangkan sumber daya alam dan pengelolaan sekolah untuk meningkatkan kewirausahaaan dan penambahan ruang belajar b. Sumber daya manusia

124

1) Tenaga edukatif: Menanamkan sikap profesionalisme yang berkaitan dengan tugas mengajar, melalui pembinaan, diklat, MGMP, penataran dan membuka kesempatan bagi guru untuk mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 2) Tenaga administrasi: Peningkatan profesionalisme dan peningkatan keterampilan staf tata usaha melalui pembinaan, diklat, penataran atau pendidikan formal. Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan di atas, maka peran serta seluruh komponen warga SMP Negeri 2 Rancaekek Kabupaten Bandung, mulai dari peran kepala sekolah, guru, siswa, tata usaha, kurikulum dan sarana prasarana harus saling menunjang dan mendukung tersebut. Adapun tugas dan peran masing-masing dari komponen warga sekolah dijabarkan sebagai berikut: a. Tugas Kepala Sekolah; Sebagai Pimpinan Unit Pelaksana Teknis, berkewajiban: Melaksanakan pendidikan formal selama jangka waktu tertentu sesuai dengan jenis, jenjang dan sifat sekolah, Melaksanakan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku, Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan serta bimbingan karir bagi siswa di sekolah, Membina organisasi siswa intra sekolah (OSIS), Membina kerja sama dengan orang tua, masyarakat dan dunia usaha, Melaksanakan urusan tata usaha dan urusan rumah tangga sekolah, Bertanggung jawab kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung. 2) Kepala sekolah berfungsi sebagai pimpinan: Kepala sekolaha juga memiliki kewajiban sebagai berikut: Menyusun perencanaan, Mengorganisasikan kegiatan, Mengarahkan kegiatan, Melaksanakan pengawasan, Melakuan evaluasi, Menentukan kebijakan, Mengadakan rapat, Mengambil keputusan, Mengatur proses belajar mengajar, Mengatur administrasi (kantor, siswa, pegawai, perlengkapan, untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan

125

keuangan), Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan dunia usaha. 3) Kepala Sekolah Selaku administrator bertugas: Kepala sekolah sebagai administrator maka memiliki kewajiban menyelenggarakan Pengorganisasian, administrasi Pengarahan, sebagai berikut: Perencanaan, Pengawasan, Pengkordinasian,

Kurikulum, Kesiswaan, Kantor, Kepegawaian, Perlengkapan, Keuangan, Perpustakaan, Laboratorium, Ruang ketrampilan/kesenian. 4) Selaku supervisor menyelenggarakan supevisi mengenai: Maka selaku sepervisor Kepala Sekolah berkewajiban melaksanakan: Kegiatan belajar mengajar, Kegitan bimbingan dan konseling, Kegiatan ke tata usahaan, Kegiatan ekstrakulikuler, Kegiatan kerja sama dengan masyarakat. b. Tugas Tenaga pendidik (Guru) Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah membantu kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efesien.

Tugas dan tanggungjawab seorang guru meliputi: - membuat program pengajaran/rencana kegiatan belajar mengajar selama satu semester dalam bentuk program tahunan atau program semester - membuat satuan pelajaran - melaksanakan kegiatan belajar mengajar - melaksanakan kegitan penilaian belajar - mengisi daftar nilai siswa - melaksanakan evaluasi - menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengajaran - melaksanakan kegiatan membimbing siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar - membuat alat pelajaran/alat peraga

126

- menciptakan karya seni - mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum - melaksanakan tugas tertentu di sekolah - mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya - membuat lembaran kerja siswa - membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing siswa - meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran - mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum - mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan tingkat c. Tugas Urusan Bidang Kurikulum Urusan bidang kurikulum mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegitan penyusunan: - Jadwal penerimaan buku laporan pendidikan (raport) dan penerimaan Program pengajaran - Pembagian tugas guru - Jadwal evaluasi belajar - Pelaksanaan Ujian Nasional - Kriteria persyaratan naik kelas/tidak naik kelas - Jadwal pelajaran - ijazah - Satuan pelajaran dan menggerakan sebagai koordinator - Kemajuan kelas - Laporan pelaksanaan pelajaran d. Tugas Urusan Tata Usaha Kepala urusan tata usaha mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan sekolah dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah meliputi kegiatankegiatan sebagai berikut : - Penyusunan program tata usaha sekolah - Pengelolaan keuangan sekolah - Pengurusan administrasi pegawai, guru dan siswa

127

- Pembinaan dan pengembangan karier pegwai tata usaha sekolah - Penyususnan administrasi perlengkapan sekolah - Penyusunan dan penyajian data/statistik sekolah - Menyelenggarakan penerimaan siswa baru - Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan secara berkala e. Tugas Urusan Bidang Sarana dan Prasarana Urusan bidang sarana prasarana mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut : - Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasaran sekolah - Mengadministrasikan pendayagunaan sarana prasarana - Pengelolaan pembiayaan alat-alat pelajaran - Menyusun laporan pelaksanaan urusan saran prasarana secara berkala Selain peran dan fungsi tugas dari masing-masing komponen di atas, bahwa di SMP Negeri 2 Rancaekek Kabupaten Bandung, hal ini sejalan dengan upayaupaya sekolah yang terprogram secara sistematis untuk lebih dikembangkan sumber daya manusia yang siap dan unggul untuk itulah diperlukan langkahlagkah program mulai dari keadaan siswa, keadaan guru, sarana prasarana pembelajaran dan hasil lulusan tiap tahun, berdasarkan studi dokumentasi secara rinci akan dijabarkan sebagai berikut : Tabel 4-4 Keadaan Siswa SMP Negeri 2 Rancaekek Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2007 2008 2008 2009 2009 2010 Jumlah/Keadaan Siswa Jumlah Kelas VII 401 404 471 Kelas VIII 339 381 386 Kelas IX 312 311 362 1052 1096 1219

Sumber : Tata Usaha SMP Negeri Rancaekek 2 Bandung

Tabel 4-5 Keadaan Guru SMP Negeri Rancaekek 2 Kabupaten Bandung Kualifikasi tenaga kependidikan No Ketenagaan S2 S1 D3 D2 D1 SMA SMP

128

1 2 3

Kepala Sekolah Guru Tenaga Tata Usaha

1 -

35 -

7 -

1 -

Sumber : Tata Usaha SMP Negeri Rancaekek 2 Bandung

Sarana dan Prasana Pembelajaran SMP Negeri Rancaekek 2 Kabupaten Bandung Tabel 4-6 Sarana Ruangan SMP Negeri 2 Rancaekek No 1 2 3 6 9 10 12 13 14 15 16 17 18 Ruang Kelas Laboratorium IPA Laboratorium Komputer OSIS/Pramuka/PMR Lapangan Upacara Olah Raga Guru Piket BP-BK Tata Usaha Masjid Gudang Kesenian Jumlah 28 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Baik 28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Kondisi Cukup Rusak 1 1 -

Sumber : Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana SMP Negeri Rancaekek 2 Bandung

Tabel 4-7 Multi Media SMP Negeri 2 Rancaekek No 3 4 5 6 7 Media VCD Player TV Monitor Sound System Tape Recorder Komputer Jumlah 2 4 1 2 24 Baik 2 4 1 1 Kondisi Cukup Kurang 1 4 20

Sumber : Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana SMP Negeri 2 Rancaekek Bandung

Tabel 4-8 Data Lulusan Prestasi Akademik UAN SMP Negeri 2 Rancaekek Kabupaten Bandung No. 1 2 Tahun Pelajaran 2007/2008 2008/2009 Rata-rata Nilai UAN Bhs. Ind 7,07 7,10 Mat Bhs. Ing. IPA 7,86 7,93 7,43 8,39 Jml Kelulusan 100 % 100 % 8,24 29,60 7,40 30,82

129

Sumber : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP Negeri 2 Rancaekek Bandung

Meskipun lokasi SMP Negeri 2 Rancaekek Kabupaten Bandung, terletak di pinggiran kota Rancaekek dan berada di daerah yang rawan banjir, tetapi semangat siswa untuk mendapat prestasi baik prestasi akademik maupun prestasi non-akademik tetap tinggi, hal ini dibuktikan dengan beberapa penghargaan yang diperoleh, diantaranya adalah: juara 1 Tenis Meja Putera tingkat Kecamatan pada tahun 2008, Juara 1 Gerak Jalan PORGUR cabang PGRI Rancaekek tahun 1996, Juara 2 putera ALGA-CUP 3 tahun 1998, Juara 1 membaca cerpen tingkat Bandung Raya yang diselenggarakan oleh UNINUS pada tahun 2009, Juara 1 Putera Wide Game MABISA Paseh pada tahun 2003, Juara 3 Bola Volly Puteri tingkat SLTP Se-Bandung Raya tahun 1997, Juara 2 Tenis Meja Puteri tingkat Kecamatan tahun 2001, selain dari itu ada pula berbagai macam prestasi dalam bidang lainnya. Program kerja di SMP Negeri 2 Rancaekek Kabupaten Bandung, adalah meningkatkan mutu pendidikan memilik 4 (empat) strategi sekolah diantaranya yaitu: 1) Pemerataan Pendidikan, 2) Relevansi (Link and Match), 3) Efesiensi, dan sasaran utama 4) Peningkatan Mutu Pendidikan. Hal ini dicapai dengan cara mengoptimalkan kemampuan kepala sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah dan mengembangkan potensi personal yang dituangkan dalam rencana sekolah. Sedangkan proses pembelajaran berdasar pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, maka kepala sekolah dapat secara leluasa dalam mengambil tindakan strategi sekolah yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan tersebut. 3. SMP Negeri 3 Rancaekek Kabupaten Bandung SMP Negeri 3 Rancaekek Kabupaten Bandung terletak di Jalan Teratai Raya Bumi Rancaekek Kencana, Desa Rancaekek Wetan Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung, yang berdirinya pada tahun 1993 dengan data sebagai berikut: a. b. c. d. Luas lahan sekolah Luas bangunan sekolah Jumlah ruang kelas Jumlah ruang administrasi/kantor : 6.000 m2 : 1.736 m2 : 30 Ruang : 1 ruang

130

e. f. g. h. i. j. k. l. n. o. p. q. r.

Ruang ibadah Ruang koperasi Ruang BP/BK Ruang Ekstrakurikuler Ruang UKS Kantin Sekolah Perpustakaan Laboratorium Jumlah Guru Jumlah Pegawai Non Guru Waktu jam pelajaran sekolah Ruang seni Ruang PKS

: 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 8 unit : 1 unit : 1 unit : 1366 orang : 71 orang : 17 orang : Pagi (07.00 12.40 WIB) : 1 ruang : 1 ruang

m. Jumlah Murid

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, efektifitas dan efesiensi kerja sekolah di SMP Negeri 3 Rancaekek Kabupaten Bandung, memiliki harapan yang dituangkan melalui visi, misi, tujuan dan sasaran penyelenggaraan kegiatan pendidikan adalah sebagai berikut: VISI: SMP Negeri 3 Rancaekek BERIRAMA, Mendidik siswa agar menjadi warga negara yang beriman dan taqwa, berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ramah terhadap lingkungan alam dan masyarakat serta mandiri dalam mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki. MISI: a. b. c. Mewujudkan tercapainya pendidikan meliputi tujuan kurikuler, institusi, dan tujuan pendidikan nasional. Meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan kehidupan beragama di lingkungan sekolah. Menciptakan lingkungan sekolah sebagai suatu tempat belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan dengan suasana kekeluargaan.

131

d. e.

Menciptakan rasa kesatuan korep dan pelaksanaan tugas secara propesional serta kerja sama yang efektif dan efesien. Menumbuhkembangkan budi pekerti luhur terhadap siswa agar siswa hormat terhadap orang tua, guru, karyawan dan sesama teman di lingkungannya.

f.

Menumbuhkan kesadaran kepada setiap warga sekolah agar supaya dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya dimana sekolah itu berada

g.

Menanamkan dan mengembangkna rasa percaya diri kepada siswa terhadap kemampuan baik dalam bidang akademis, keterampilan serta potensi dan bakat lainnya.

STRATEGI: a. Penataan kelembagaan 1) Penyempurnaan manajemen sekolah yang meliputi bidang akademik, kesiswaan, kepegawaian, keuangan dan kantor. 2) Pemberdayaan sarana dan prasarana serta sumber daya personil di lingkungan sekolah 3) Job Description sesuai dengan The Right man on the Right Place. 4) Penataan dan penambahan sarana pisik sekolah. 5) Peningkatan kerjasama dengan komite sekolah dan instansi terkait, pemerintah daerah, tokoh masyarakat/orgamnisasi dan lingkungan setempat. 6) Sekolah menjadi suatu tempat untuk kegiatan belajar sesuai dengan konsep wawasan wiyata mandala. b. Peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar 1) Tertib dalam mematuhi jam kerja 2) Tertib dalam administrasi KBM dan pelaksanaannya secara efektif dan efesien. 3) Menumbuhkan dan mengembangkan kerja sama khususnya antara guru mata pelajaran melalui MGMP.

132

4) Menumbuhkan keunggulan kompetitip di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah secara kreatif. 5) Mengembangkan wawasan keunggulan sekolah. 6) Mengembangkan muatan lokal dan kegiatan ekstra kurikuler. 7) Mensukseskan wajib belajar 9 tahun 8) Menampilkan sekolah yang ideal melalui kegiatan wawasan wiyata mandala. c. Peningkatan kualitas profesi tenaga pendidik. 1) Pemberdayaan diklat/penataran/MGMP bagi guru 2) Penerapan hasil diklat/penataran dalam KBM secara tepat gMuna dan berhasil guna. 3) Peningkatan pemberdayaan supervisi kepada guru. 4) Mengikutsertakan guru melalui penyetaraan UT, UPI dan STKIP. 5) Menyediakan buku-buku referensi guru di perpustakaan sekolah. 6) Setudi banding antar guru mata pelajaran sejenis maupun antar sekolah untuk saling bertukar pengalaman. SMP Negeri 3 Rancaekek Kabupaten Bandung dalam pengelolaan personal mulai dari peran kepala sekolah, guru, siswa, tata usaha, kurikulum dan sarana prasarana yang harus saling menunjang dan mendukung untuk mewujudkan visi, misi dan strategi sekolah tesebut dibuat rincian tugas masing-masing personil sebagai berikut: a. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah Kepala sekolah mempunyai tugas merencankan, mengkordinasikan, mengarahkan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pendidikan di sekolah dengan rincian sebagai berikut: - Mengatur proses belajar mengajar yang mencakup: program tahunan, catur wulan/semester berdasarkan kalender pendidikan, pembagian tugas guru yang langsung dituangkan pada jadwal pelajaran, rencana pelajaran (RPP) berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP), pelaksanan Ulangan Umum, Ulangan Blok dan Ujian Akhir Nsional, menyusun norma kenaikan kelas, laporan hasil belajar siswa.

133

- Mengatur adminiistrasi kantor - Mengatur administrasi siswa - Mengatur administrasi pegawai - Mengatur administrasi perlengkapan - Mengatur administrasi keuangan - Mengatur administrasi keuangan - Mengatur administrasi perpustakaan - Mengatur pembinaan kesiswaan - Mengatur hubungan dengan masyarakat b. Peran dan Fungsi Bidang Kurikulum Program kurikulum di SMP Negeri 3 Rancaekek Kabupaten Bandung memiliki tugas sebagai berikut: Membuat konsep kelengkapan administrasi guru dan wali kelas, Menyusun kegiatan kurikulum, Membuat konsep surat tugas, Memahami tugas setiap seksi dalam kurikulum, Mengkordinir dan membantu tugas setiap seksi dalam kurikulum, Pelaksanaan ujian sekolah dan nasional, Menyusun laporan kegiatan pembelajaran, Try out, Pemantapan, Tes/kuis. c. Peran dan Fungsi Tenaga Pendidik (guru) Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah membantu kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien. Tugas dan tanggungjawab seorang guru meliputi: membuat program pengajaran/rencana kegiatan belajar mengajar, membuat satuan pelajaran (RPP), melaksanakan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegitan penilaian belajar, mengisi daftar nilai siswa, melaksanakan evaluasi, menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengajaran, melaksanakan kegiatan membimbing siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar, membuat alat pelajaran/alat peraga, membuat alat pelajara/ alat program, menciptakan karya seni, mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum, melaksanakan tugas tertentu di sekolah, mengadakan

134

pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya, membuat lembaran kerja siswa, membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing siswa, meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran, Menyusun kelengkapan pembelajaran, Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, Kegiatan MGMP. d. Kewajiban siswa - Membantu kelancaran pelajaran di kelas maupun jalanya sekolah pada umumnya - Ikut menjaga nama baik sekolah, diri siswa sendiri, baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah - Melengkapi diri dengan keperluan sekolah - Membantu kelancaran sekolah dalam proses kegiatan belajar - Ikut bertanggung jawab atas kebersihan, keamanan dan ketertiban kelas serta sekolah pada umumnya. - Ikut bertanggung jawab atas pemeliharaan gedung, halaman WC, perabot dan peralatan sekolah yang ada - Ikut membantu agar tata tertib sekolah dapat berjalan dan ditaati - Harus bertindak sopan terhadap guru, pengawas, orang tua dan temanteman e. Peran dan Fungsi Tenaga Kependidikan (Tata Usaha) Kepala urusan tata usaha mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan sekolah dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah meliputi kegiatankegiatan sebagai berikut: - Penyusunan program tata usaha sekolah - Pengelolaan keuangan sekolah - Pengurusan administrasi pegawai, guru dan siswa - Pembinaan dan pengembangan karier pegwai tata usaha sekolah - Penyususnan administrasi perlengkapan sekolah - Penyusunan dan penyajian data/statistik sekolah - Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan secara berkala

135

f. Peran dan Fungsi Bidang Sarana dan Prasarana Urusan bidang sarana prasarana mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan bersama kepala sekolah menyusun : - Kebutuhan sarana dan prasarana sekolah - Memantau penggunaan sarana dan prasarana sekolah - Mencatat sarana dan prasarana sekolah yang masih dapat dipakai dan yang tidak dapat dipakai - Membantu merencanakan rehabilitasi program sekolah - Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan sarana dan prasarana perlengkapan sekolah g. Peran dan Fungsi Pengelola Laboratorium Pengelola laboratorium mempunyai tugas membantu guru dalam kegiatankegiatan pembelajaran yang memerlukan praktek: - Membuat program kerja laboratorium - Mengajukan kebutuhan alat dan bahan praktikum - Memelihara alat dan bahan yang ada - Menginventarisir alat dan bahan praktikum - Membuat jadwal praktek, tata tertib laboratorium, larangan dan peringatan. - Bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan di laboratorim. Sejalan dengan hal tersebut dan berdasar bahan masukan dari lapangan, maka salah satu perangkat program pengelolaan sekolah ini akan senantiasa merupakan suatu perangkat dari sistem manajemen sekolah yang dapat dipergunakan untuk dijadikan arah pelaksanaan program bagi pengelolaan sekolah, bahwa peran dan fungsi tugas dari masing-masing komponen di SMP Negeri 3 Rancaekek Bandung, yang lebih dikembangkannya adalah sumber daya manusia yang siap, maka diperlukan program rencana pengembangan sekolah (RPS) di sekolah untuk dijadikan standar dalam rangka meningkatkan mutu, efektipitas dan efesiensi pelaksanaan pendidikan yang tetap berpedoman pada peraturan yang berlaku sesuai dengan pengelolaan manajemen berbasis sekolah

136

(MBS), mulai dari kondisi siswa, kondisi guru, dan potensi sekolah, data di bawah ini berdasarkan studi dokumentasi, sebagai berikut: Tabel 4-9 Kondisi Siswa SMP Negeri 3 Rancaekek Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2009-2010 No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah 1 VII 206 220 426 2 VIII 236 235 471 3 IX 238 223 461 Total 680 678 1358 Jumlah Rombel 30
Sumber : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP Negeri 3 Rancaekek Bandung

Tabel 4-10 Data Lulusan Prestasi Akademik UAN SMP Negeri 3Rancaekek Kabupaten Bandung No 1 2 Tahun Pelajaran 2007/2008 2008/2009 Bhs. Ind 8,02 8,44 Rata-rata Bhs. Mat Ing. 8,49 8,36 8,63 8,89 Nilai UAN IPA 8,53 8,60 Jumlah 33,42 33,56 Kelulusan 100 % 100 %
Bandung

Sumber : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP Negeri 3 Rancaekek

Tabel 4-11 Kondisi Guru dan Tata Usaha SMP Negeri 3 Rancaekek Jumlah Guru Jumlah Tata Usaha No Ijazah Guru Tetap Guru Tidak TU. TU. Tidak Tetap Tetap Tetap 1 S2 3 2 S1 47 6 3 D3 8 1 3 4 D2 6 5 D1 1 6 SMA 7 7 Jumlah Total 64 7 10 7
Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 3 Rancaekek Bandung

g. Potensi Lingkungan Sekolah Potensi lingkungan di SMP Negeri Rancaekek 3 Bandung, bahwa : - Jumlah pendaftar selalu melebihi daya tampung

137

- Tersedianya jumlah tenaga guru yang memadai - Jumlah karyawan cukup banyak - Kualifikasi Tenaga Pendidik sebagain besar sarjana - Masih tersedianya lahan tanah sekolah untuk penambahan bangunan Dengan melihat hasil dokumentasi di atas mulai dari kondisi siswa, kondisi guru dan tata usaha, serta potensi lingkungan sekolah, di SMP Negeri 3 Rancaekek Kabupaten Bandung, sangatlah berpotensi untuk lebih dikembangkan, hal ini relevan dengan hasil penilaian dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung pada tahun 2005 mendapatkan nilai Akreditasi A (sangat memuaskan), dan juga memiliki berbagai prestasi baik prestasi akademik maupun prestasi non akademik, seperti diantaranya adalah: Juara 1 Baca Puisi tingkat SMP se-Jawa Barat pada Tahun 2009, Juara 2 Futsal tingkat SMP se-Bandung Raya pada Tahun 2009, Juara 2 LKBB se- Bandung Timur Tahun 2008, Juara 1 Musikalisasi Puisi seBandung Raya tahun 2007, Juara 1 Bola Volly antar SMP se-Kecamatan Rancaekek tahun 2007, Juara 1 PASKIBRA tingkatKabupaten Bandung tahun 2005, Jauara 1 Menggambar tingkat Kabupaten Bandung tahun 2005, Juara Umum Wide-Game Trophy Bupati Tingkat Kabupaten Bandung Tahun 2003, Juara 1 Wide-Game Pramuka tingkat Kabupaten Bandung tahun 2002, Juara 1 Siswa teladan tingkat Kabupaten Bandung tahun 2001. B. Deskripsi Hasil Penelitian Penyajian hasil penelitian, penulis tuangkan berdasarkan urutan pokok masalah penelitian sebagai sasaran dalam menyajikan deskripsi hasil penelitian. Adapun uraiannya sebagai berikut: 1. Startegi Guru dalam merencanakan isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen yang ada, mereka pengelola sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Tata Usaha dan komponen terkait lainnya), telah melakukan perencanaan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi yang

138

menurutnya telah diprogramkan ke dalam strategi sekolah. Untuk meningkatkan hasil belajar, berdaya guna secara optimal diperlukan wawasan yang luas, kreatif dan inovatif serta memiliki persepsi yang sama dengan komitmen terhadap program yang telah disepakati dari masing-masing sekolah. Berdasarkan hasil temuan di lapangan di ketiga SMP Negeri yang berada di Kabupaten Bandung, sudah dapat dipastikan, bahwa semuanya itu dilakukan bertujuan untuk meningkat kemampuan siswa dari hasil belajarnaya sehingga siswa memiliki perubahan yang mengarah kepada hal yang lebih baik sesuai dengan harapan sekolah. Temuan lain menunjukkan bahwa perencanaan di dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Terpadu materinya harus berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA Terpadu bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah sedangkan tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah: meningkatkan efisiensi/efektivitas pembelajaran, meningkatkan minat dan motivasi dan beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus. Sesuai dengan temuan yang didapatkan peneliti, mereka (guru) berpendapat, bahwa pembelajaran IPA Terpadu harus membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Pendapat berikutnya menyatakan bahwa dalam pembelajaran IPA Terpadu tiap-tiap sekolah telah melaksanakan strategi-startegi pembelajaran, misalnya dengan cara peer teaching, team teaching, CTL pembelajaran aktif, meningkatkan motivasi serta tindak lanjut pembelajarannya. Berdasarkan hal tersebut, temuan penelitian menunjukan bahwa strategi peningkatan pembelajaran IPA Terpadu tampak para guru IPA di tiga SMP Negeri Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan proses pembelajarannya memiliki prinsip bahwa proses pembelajaran IPA Terpadu akan menghasilkan kualitas yang diharapkan bila proses tersebut dapat membangkitkan motivasi kegiatan belajar efektip dan efesien.

139

Dari hasil wawancara dengan ketiga kepala SMP Negeri di Kabupaten Bandung, menyatakan bahwa proses pembelajaran dikatakan betul-betul berkualitas apabila memiliki perencanaan yang ciri-cirinya sebagai berikut: 1) Hasil pembelajaranya tahan lama dan memiliki kecakapan life-skills dalam kehidupan peserta didik. Dengan demikian, guru harus mempertimbangkan berapa persen (%) yang diserap oleh peserta didik (siswa) dari yang diajarkan itu akan masih diingat kelak oleh peserta didik. 2) Hasil itu merupakan pengatahuan yang betul-betul asli. Hal ini mengandung makna bahwa pengatahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi para peserta didik seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. 3) Memiliki sikap; rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; Proses; presedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, Produk; berupa fakta, prinsip, teori dan hukum, Aplikasi; penerapan metode ilmiah dan konsep IPA Terpadu dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan studi dokumentasi, bahwa pada umumnya guru IPA Terpadu telah membuat perencanaan proses pembelajaran yang dibuktikan dengan adanya dokumen berupa: program tahunan, program semester, pengembangan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi watu, metoda pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber belajar, serta memiliki program evaluasi dan program berbaikan dan pengayaan. Selain dari itu sebagian guru juga sudah membuat rencana program kegiatan praktek laboratorium, yang langsung dikonsultasikan dengan koordinator laboratorium, bahkan ada juga guru yang malakukannya sendiri. Tujuan penyusunan Model Pembelajaran IPA Terpadu pada dasarnya untuk memberikan pedoman yang dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi guru dan pihak terkait. Secara rinci, penyusunan model ini di antaranya bertujuan untuk:

140

1) memberikan wawasan bagi guru tentang apa, mengapa, dan bagaimana pembelajaran IPA terpadu pada setiap jenjang pendidikan dari mulai SD sampai dengan tingkat pendidikan menengah; 2) memberikan keterampilan kepada guru untuk dapat menyusun rencana pembelajaran (memetakan kompentensi, menyusun silabus, dan menjabarkan silabus menjadi desain pembelajaran/rencana pelaksanaan pembelajaran) dan penilaian secara terpadu dalam pembelajaran IPA; 3) membimbing guru agar memiliki kemampuan melaksanakan pembelajaran IPA Terpadu; 4) memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi pihak terkait (misalnya kepala sekolah dan pengawas), sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran dan ketepatan pelaksanaan pembelajaran terpadu. Pembelajaran IPA secara terpadu akan lebih efektif bila tema yang dibahas relevan dan berkaitan dengan IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat. Mata pelajaran yang dipadukan sebaiknya masih dalam lingkup bidang kajian IPA, agar tema dapat dibahas secara mendalam dan luas oleh guru bidang kajian IPA, karena secara teknis akan terjadi kesulitan pengaturan jadwal dan pengaturan tim pengajar bila diajarkan lintas bidang studi. Tema yang dibahas disajikan dalam konteks IPA-lingkungan-teknologimasyarakat, yang melibatkan aktivitas peserta didik secara berkelompok maupun mandiri. Aktivitas peserta didik perlu ditunjang oleh media pembelajaran yang memadai, agar peserta didik dapat memahami tema secara komprehensif dan terarah. 2. Upaya Guru dan Sekolah dalam melaksanakan isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. Proses pelaksanaan strategi pembelajaran IPA Tepadu hendaknya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensinya; tahan lama dan memiliki kecakapan life skills dalam kehidupan peserta didik; memperoleh pengetahuan yang betul-betul mengandung makna,

141

bahwa hasil proses pembelajaran seolah-olah merupakan bagian kepribadian bagi diri siswa., sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan; memiliki sikap; rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, proses pemecahan masalah melalui metode ilmiah, produk (berupa fakta, prinsip, teori dan hukum, aplikasi) penerapan metode ilmiah dan konsep IPA Terpadu dalam kehidupan sehari-hari, demikan yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan beberapa guru IPA di SMP Negeri Kabupaten Bandung. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan guru di ketiga SMP Negeri Rancaekek Kabupaten Bandung, menjelaskan bahwa: pada pelaksanaannya disamping kekuatan/manfaat yang ada, model pembelajaran IPA Terpadu juga memiliki kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran terpadu dalam IPA memiliki beberapa kelemahan yang harus diperhatikan oleh guru ketika akan melakukan proses pembelajaran sebagai berikut: a. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada mata pelajaran tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu dalam IPA terwujud. b. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif baik, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif akan sulit

142

(menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan. c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat. d. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian peserta didik. e. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa mata pelajaran terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda. f. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu mata pelajaran dan tenggelamnya mata pelajaran lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri. Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain keunggulannya, sebagai sebuah bentuk inovasi dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas bersama antara guru mata pelajaran terkait dengan sikap terbuka. Kesemuanya ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran IPA. materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran

143

Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri atas beberapa mata pelajaran adalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan peserta didik mendapat pengalaman belajar yang dapat menghubungkan konsep-konsep dari berbagai sub-mata pelajaran. Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA dengan berbagai mata pelajaran. Lintas sub-mata pelajaran dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu seperti biologi, fisika dan kimia. Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat lebih tinggi semakin luas dan mendalam, maka pada jenjang pendidikan SMP/MTs akan lebih baik bila keterpaduan dibatasi pada mata pelajaran yang termasuk bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang timbulnya kesulitan dalam pembelajaran dan penilaian, mengingat semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin dalam dan luas pula pemahaman konsep yang harus diserap oleh peserta didik. Selanjutnya melalui kegiatan observasi dan studi dokumentasi yang peneliti lakukan di ketiga SMP Negeri Rancaekek Kabupaten Bandung menemukan bahwa ternyata pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan TEMA, karena penentuan tema akan membantu peserta didik dalam beberapa aspek yaitu: a. b. c. peserta didik yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri; peserta didik menjadi lebih percaya diri dan termotivasi dalam belajar bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya; peserta didik lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena mereka mendengar, berbicara, membaca, menulis dan melakukan kegiatan, menyelidiki masalah yang sedang dipelajarinya; d. e. memperkuat kemampuan berbahasa peserta didik; belajar akan lebih baik bila peserta didik terlibat secara aktif melalui tugas proyek, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru, dan dunia nyata. Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam IPA, sebaiknya memilih tema yang menghubungkan antara IPA lingkungan- teknologi-masyarakat.

144

Model pembelajaran dalam hal ini adalah menjabarkan silabus menjadi desain pembelajaran/rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu, dikemas dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup/tindak lanjut. a. Kegiatan Awal/Pendahuluan Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Fungsinya untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif, yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat yaitu antara 5-10 menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik sehingga peserta didik siap mengikuti pembelajaran dengan seksama. Langkah-langkah dalam kegiatan pendahuluan ini terdiri atas beberapa tahap yaitu: a) belajar; b) c) d) memotivasi peserta didik: membangkitkan semangat dan minat peserta didik untuk siap menerima pelajaran; memberikan acuan topik yang akan dibahas; mengaitkan topik yang akan dipelajari dengan topik yang telah dipelajari yang dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang topik yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar atas jawaban peserta didik. Dalam kegiatan pendahuluan ini guru dapat pula melakukan penilaian awal peserta didik (tes awal) yang dapat diberikan secara lisan maupun tertulis. b. Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik (learning experience). Pengalaman belajar dapat terjadi melalui kegiatan tatap muka dan kegiatan nontatap muka. Kegiatan tatap muka dimaksudkan menarik perhatian peserta didik untuk menumbuhkan kesiapan

145

sebagai kegiatan pembelajaran yang peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan guru maupun dengan peserta didik lainnya. Kegiatan nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik dengan sumber belajar lain di luar kelas atau di luar sekolah. Kegiatan inti pembelajaran terpadu bersifat situasional, yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu, di antaranya adalah sebagai berikut ini. 1) Kegiatan yang paling awal: Guru memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik beserta garis besar materi yang akan disampaikan. Cara yang paling praktis adalah menuliskannya di papan tulis dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya kompetensi tersebut yang akan dikuasai oleh peserta didik. 2) Alternatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta didik. Guru menyampaikan kepada peserta didik kegiatan belajar yang harus ditempuh peserta didik dalam mempelajari tema atau topik yang telah ditentukan. Kegiatan belajar hendaknya lebih mengutamakan aktivitas peserta didik, atau berorientasi pada aktivitas peserta didik. Guru hanya sebagai fasilitator yng memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk belajar. Peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri apa yang dipelajarinya. Prinsip belajar sesuai dengan konstruktivisme hendaknya dilaksanakan dalam pembelajaran terpadu 3) Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan ajar terpadu harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik, penyajian harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep di mata pelajaran yang satu dengan konsep di mata pelajaran lainnya. Guru harus berupaya untuk menyajikan bahan ajar dengan strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong peserta didik pada upaya penemuan pengetahuan baru, melalui pembelajaran yang bersifat klasikal, kelompok, dan perorangan. c. Kegiatan Akhir/Penutup dan tindak lanjut

146

Waktu yang tersedia untuk kegiatan penutup atau kegiatan akhir pembelajaran terpadu ini cukup singkat. Oleh karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum kegiatan penutup ini terdiri atas hal-hal sebagai berikut ini. 1) Mengajak peserta didik untuk diajarkan. 2) Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali bahan yang dianggap sulit oleh peserta didik, membaca materi pelajaran tertentu, memberikan motivasi atau bimbingan belajar. 3) Mengemukakan topik yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. 4) Memberikan evaluasi lisan atau tertulis. Hasil wawancara dengan guru IPA di SMP Negeri Kabupaten Bandung, seorang pendidik tidak semata-mata sebagai: pengajar, pendidik, pelatih, dan pembimbing namun harus memberikan pengarahan dan menuntun peserta didik dalam proses pembelajarnnya. Dalam proses pembelajaran guru IPA harus dapat membedakan antara pengetahuan konsep dan ketrampilan proses yang disesuaikan dengan minat, bakat, kondisi situasi, dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mengandung makna bahwa pengetahuan hasil proses pembelajaran itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Mengacu pada hal tersebut, berdasarkan hasil observasi terungkap bahwa langkah awal yang dilakukan guru IPA untuk peningkatan pembelajaran IPA Terpadu dengan melaksanakan langkah-langkah strategi seperti: 1) membentuk MGMP IPA, mengundang nara sumber dan mengadakan pertemuan melalui forum guru/MGMP IPA secara rutin dan mengevaluasi pelaksanaannya, perencanaan kegiatan. 2) pengembangan kompetensi dan kualifikasi tenaga pendidik, mengikuti kegiatan forum ilmiah, diklat, work shop, seminar. menyimpulkan materi yang telah

147

Selain itu, guru IPA juga dapat mengembangkan potensinya, hal ini dikaitkan dengan persoalan minat, serta selalu mengikuti berbagai kegiatan pelatihan, penataran dan sejenisnya, serta mengadakan pertemuan rutin dan/atau secara berkala dengan guru-guru IPA baik intern maupun ekstern. Dan selain strategi-strategi yang dimiliki oleh para guru IPA ada hal penting yang harus mereka ketahui/miliki, yaitu dokumen kurikulum nasional yang berisi program pembelajaran tahunan dan atau semester, sebagai perangkat pembelajaran, ketentuan, tuntunan pembelajaran yang berisi pembelajarannya. Temuan lain, seorang pendidik menyatakan bahwa dengan memotivasi siswa itu merupakan langkah strategi untuk peningkatan pembelajaran IPA Terpadu, ada tiga langkah memotivasi diantaranya: 1) Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Hal ini mengandung arti bahwa perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem yang ada pada organisme manusia. 2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa, afeksi seseorang dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3) Motivasi akan terangasang karena ada tujuan Selain itu, persoalan motivasi ini dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Minat dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhannya sendiri. Hal ini menunjukan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepeda seseorang, karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu. Temuan lain menujukan bahwa cara-cara yang dilakukan guru IPA untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: atau langkah-langkah dalam proses tujuan-tujuan dan konsep-konsep

148

1)

Dengan memberi angka, dengan cara bagaimana seorang pendidik memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan seperti kognitif, ketrampilan (psikomotor) dan afekksinya.

2) 3) 4)

Memeberi Hadiah (Reward). Persaingan/Kompetisi. Ego-Involvement sebagai motivasi menumbuhkan kesadaran mempertaruhkan harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan harga diri, dengan usaha yang keras dalam belajarnya mempertahankan harga dirinya.

5) 6) 7) 8)

Memberi ulangan Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Hasrat untuk belajar suatu motivasi mengekplorasi potensi. Minat seperti membangkitkan adanya suatu kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau, memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik dan menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

Salah seorang siswa menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran selalu menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada diantaranya: dengan memanfaatan perpustakaan, melaksanakan praktikum, memanfaatkan media, memiliki sumber referensi dan memanfaatkan multi media (IT) dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajarannya guru IPA telah memberikan pelayanan optimal terhadap siswa, bahwa guru IPA harus mengadakan pertemuan rutin baik di dalam maupun di luar kegiatan pembelajaran, serta mengembangkan potensi peserta didik, untuk mengembangkan kepribadian dan menciptakan suasana yang kondusif seperti tanggap, kritis, empiris, logis dan matematis selain itu juga dapat memfasilitasi siswa dengan melengkapi buku sumber atau referensi perpustakaan untuk menunjang kegiatan pembelajaran IPA Terpadu. Fasilitas yang telah dimiliki oleh sekolah sarana dan prasarana laboratorium bagi guru IPA dapat mengoptimalkan dalam melaksanakan praktikum IPA di

149

laboratorium yang disesuaikan dengan alat yang ada dan atau memiliki media yang memadai sesuai dengan konsep silabus. Pembelajaran IPA Terpadu akan lebih inter-aktif dan komunikatif apabila menguasai multi media (IT) dalam pembelajarannya seperti komputer, internet, OHP, dan laptop. Hasil wawancara dengan salah seorang tenaga kependidikan (TU), dalam membantu terselenggaranya strategi peningkatan pembelajaran IPA Terpadu, tenaga kependidikan (TU), turut andil dalam menyediakan kebutuhan pendidikan untuk membantu kelancaran guru, siswa, dan mengadakan sarana prasarana, kelengkapan administrasi, dan kenaikan tingkat yang secara pro aktif membantu dan mendukung progam sekolah mulai dari menata jumlah orang antara tenaga tetap dan tidak tetap, ruang belajar yang ideal, memiliki ruang laboratorium IPA, memfasilitasi media, alat peraga, buku sumber, komputer, charta, gambar, peralatan praktek, kondisi ruang belajar memenuhi syarat pembelajaran sebagai kebutuhan pembelajaran IPA agar program sekolah terealisasi. Hasil penilitian menunjukkan bahwa sebelum melakukan pembelajaran Kepala Sekolah dan Guru terlebih dahulu melakukan evaluasi diri yang hasilnya adalah bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dari hasil temuan di sekolah yang diteliti ternyata hasil obsevasi dan wawancara bahwa rencana sekolah mengembangkan kompetensi dan kualifikasi tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan , upaya sekolah adalah sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) kependidikan mengikutsertakan guru dalam pelatihan, penataran, dan sejenisnya baik lokal, regional maupun nasional mengadakan pelatihan-pelatihan mengundang nara sumber untuk meningkatkan kompetensi profesional guru melaksanakan kegiatan studi banding dalam rangka upaya peningkatan mutu antar sekolah memberikan keleluasaan untuk mengembang kompetensinya dan kualifikasinya bagi tenaga pendidik dan tenaga

150

Berdasarkan upaya dan rencana sekolah di atas, temuan penelitian menunjukan bahwa sesuai dengan tuntutan untuk mengembangkan kompetensi dan kualifikasi tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan, telah sejalan dengan peningkatan kompetensi profesional guru dan merupakan suatu keharusan mengikut sertakan dalam pelatihan, mengundang nara sumber, studi banding untuk meningkatkan kompetensi profesional guru dalam pembelajaran IPA Terpadu, yang mempunyai persefsi sama. 3. Strategi guru dalam mengevaluasi hasil proses penyampaian isi materi, proses kegiatan pembelajaran dan media serta mengevaluasi pembelajaran. Temuan lapangan lain menunjukan bahwa faktor-faktor yang menjadi penghambat peningkatan proses dan hasil pembelajaran IPA di SMP Negeri Rancaekek Kabupaten Bandung sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. belum seluruhnya guru menguasai media elektronik. masih ada sebagian kecil guru yang belum menyikapi perubahan kurikulum untuk pembelajaran IPA Terpadu masih adanya cara proses pembelajaran bersifat teacher centered. Masih ada guru yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Sarana laboratorium belum lengkap dan tidak digunakan secara maksimal. Letak geografis sekolah yang rawan banjir, sehingga menggangu proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi di lapangan di SMP Negeri Rancaekek Bandung, belum memberikan wawasan dan keleluasaan kepada guru-guru IPA untuk mengembangkan potensinya dalam kegiatan peningkatan mutu pembelajaran IPA melalui kegiatan studi banding antar sekolah sebagai startegi sekolah, sehingga para guru IPA tidak dapat mengukur kurang dan lebih di dalam proses pembelajarannya. Selain dari itu peneliti juga menemukan faktor pendorong peningkatan proses dan hasil pembelajaran IPA SMP Negeri Rancaekek Kabupaten Bandung: a. b. Dinas Pendidikan memberikan peluang untuk meningkatkan kompetensi dan kualifikasi guru IPA SMP di Kabupaten Bandung Peraturan pemerintah tentang sertifikasi guru kualifikasi guru

151

c. d. e. f. g.

Bea siswa bagi guru melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi Media Online Dirjen Dikdasmen pusat informasi teknologi pengembangan pembealajaran di sekolah telah tersedia. Ruangan multimedia. Sebagian fasilitas sebagai sarana prasarana pembelajaran tersedia. Prestasi-prestasi yang diperoleh baik akademik maupun non akademik dari mulai tingkat lokal, regional, maupun nasional.

C. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan adalah merupakan analisis dan kajian peneliti terhadap hasil seluruh rangkaian kegiatan dalam melakukan penelitiannya. Maka dalam bagian ketiga ini penulis akan menguraikan pembahasan hasil penelitian yang telah didapatkan berdasarkan kajian teoritik dan empirik. Pembahasan hasil penelitian ini dilakukan untuk memberikan pemaknaan dan pendalaman atas temuan-temuan empiris dari sisi keilmuan atau rujukan konseptual, sehingga fenomena yang diungkap dalam penelitian ini memperoleh kejelasan secara konseptual keilmuan.

1.

Analisis teoritik Berdasarkan analisis teoritik yang ada, bahwa pembelajaran IPA terpadu

meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Perencanaan pembelajaran meliputi 1) Penjabaran kurikulum, meliputi: pembuatan pedoman-pedoman, dan pembuatan program tahunan dan semester, 2) pembuatan rencana penagajaran, meliputi: pembuatan persiapan pengajaran, penyusunan hand out, modul, buku. 3) Pembuatan rencana evaluasi hasil belajar 4) Pembuatan rencana pembinaan siswa b. Pelaksanaan pembelajaran, meliputi: 1) Pelaksanaan pengajaran toeri, yaitu: pelaksanaan pengajaran di kelas.

152

2) Pelaksanaan pengajaran praktek, yaitu: pelaksanaan pengajaran di laboratorium, di ruang keterampilan, dan belajar di perpustakaan. 3) Pelaksanaan evaluasi, yaitu pelaksanaan evaluasi hasil belajar. 4) Pelaksanaan evaluasi, yaitu pelaksanaan evaluasi hasil belajar. 5) Pelaksanaan pembinaan siswa, yaitu pelaksanaan pembinaan kegiatan siswa yang meliputi kegiatan ekstra kurikuler. c. Evaluasi pembelajaran, meliputi: 1) Evaluasi kurikulum dan penjabarannya, meliputi: evaluasi pedoman dan program, evaluasi kurikulum. 2) Evaluasi rencana pengaajaran (toeri dan praktek), meliputi: evaluasi rencana pengajaran di sekolah dan evaluasi rencana hasil belajar. 3) Evaluasi pembinaan siswa, yaitu: evaluasi rencana pembinaan siswa 4) Evaluasi perencanaan pengajaran, yaitu: evaluasi proses/pelaksanaan pengajaran. 5) Evaluasi palaksanaan pembinaan siswa 2. a. Analisis Empirik Strategi peningkatan pembelajaran IPA Terpadu, ditinjau dari isi kurikulum, proses dan sarana prasarana. Dari eksplorasi lapangan yang dilakukan selama penelitian berlangsung, maka terlihat bahwa keberadaan pendidikan di SMP Negeri di Kabupaten Bandung, ini banyak menampilkan sesuatu yang baru dalam dunia mulai dari pendidikan. Dengan diraihnya berbagai prestasi yang didapat

prestasi yang dicapai oleh guru, oleh siswa baik prestasi akademik maupun non akademik di tingkat regional maupun tingkat nasional. Dengan terbuktinya berbagai prestasi yang didapat, yang dimulai kegiatanya dari aktivitasaktivitas kegiatan rutin sekolah nampak memberikan warna sekolah tersebut. Namun bukan hanya prestasi yang penulis teliti semata, ada pula temuantemuan lain yang belum sesuai dengan harapan hasil instrumen penelitian, karena peran steacholder, sangat berpengaruh sekali terhadap prestasi kinerja

153

sekolah, mulai dari sumberdaya manusia, mengimplementasikan kurikulum, fasilitas sarana dan prasarana sekolah. Seluruh komponen lembaga di SMP Negeri di Kabupaten Bandung, telah mampu menunjukan keberadaanya sebagai sekolah yang memilki berbagai keunggulan. Ini menunjukan bahwa pimpinan dan komponen-komponenya telah berhasil melakukan pengembangan organisasi secara baik, hal ini dikarenakan kejelasan visi, misi, dan tujuan dari apa yang dilakukan oleh SMP Negeri Rancaekek Kabupaten Bandung salah satu contohnya. Dengan adanya strategi peningkatan pembelajaran IPA Terpadu ditinjau mulai dari sumber daya manusianya: kepala sekolah, guru, siswa dan tenaga kependidikan ( TU), kurikulum dan sarana prasarana, semua komponen ini saling mendukung satu sama lain sebab kalau ada salah satu ketimpangan dari komponen tersebut tidak akan berhasil dan tercapai strategi peningkatan dalam pembelajaran IPA Terpadu. Strategi yang dilakukan kepala sekolah mulai dari: memberikan keleluasaan kepada guru untuk meningkatkan kompetensi dan kualifikasi pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mempermudah aturan/prosedur dalam menyelesaikan komplik dan hambatan lainnya untuk mendukung tugas guru memberikan arahan dan bimbingan, memberikan motivasi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara maksimal, memberikan pelatihan dan teknologi yang diperlukan oleh guru, mengikutsertakan berbagai pelatihanpelatihan sejenis misalnya seminar,work shop, mengikuti forum ilmiah. Dengan demikian, rumusan pernyataan dalam langkah strategi peningkatan pembelajaran IPA Terpadu, yang menitik beratkan pada proses pembelajarannya mampu menghasilkan hal yang positif bagi peserta didik untuk dapat berpikir tingkat tinggi, seperti: memberikan pengalaman bagi peserta didik; menanamkan pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis); latihan berpikir kuantitatif dan memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan pembuatan alat-alat sederhana dan penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah. Strategi yang dipilih

154

haruslah yang dapat memberikan kecakapan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan mengunakan pengetahuan, sikap, proses, produk dan aflikasi yang telah dipelajarinya. Dengan cara tersebut siswa terhindar dari proses pembelajaran yang hanya memahami hapalan saja tidak sampai kedalam tingkat pemecahan permasalahan. Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa strategi yang dipilih dan dipergunakan para guru IPA dalam poses pembelajarannya mengacu pada makna strategi-strategi seperti dengan cara peer teaching, team teaching, CTL, motivasi dan pembelajaran aktif untuk mencapai tujuan tersebut. Perlu diperhatikan oleh guru adalah tidak ada satu metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk semua konsep-konsep dari berbagai bidang kajian. Strategi pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan konsep tertentu tergantung pada tema yang disesuaikan pada kondisi masing-masing tema tersebut yang terlibat dalam proses pembelajaran secara faktual, seperti kemampuan guru, kemampuan siswa, penyajian tema dan sumber belajar yang mendukung pada konsep-konsep bidang kajian tersebut. Strategi yang digunakan para guru IPA dalam proses pembelajaranya seperti strategi-strategi diatas merupakan pilihan strategi yang tepat untuk pembelajaran IPA Terpadu, dan merupakan suatu cara untuk mempermudah dalam penentuan tema antara keterkaitan konsep yang satu dengan konsep yang lain dalam bidang kajiannya. Keberhasilan pembelajaran IPA Terpadu akan lebih optimal jika perencanaan mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Adapun alur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu: menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan; mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar bidang kajian serta melakukan pemetaan; memilih/ menetapkan tema atau topik pemersatu; membuat matrik atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema atau topik pemersatu; merumuskan indikator pembelajaran tepadu; menyusun silabus pembelajaran terpadu; dan menyusun rencana pelaksanan pembelajaran terpadu.

155

Strategi siswa dalam proses peningkatan pembelajaran IPA Terpadu selalu menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada diantaranya: dengan memanpaatkan perpustakaan, melaksanakan praktikum, memanfaatkan media, memiliki sumber reverensi dan memanfaatkan multi media (IT) dalam pembelajaran. Kalau strategi siswanya sudah seperti itu, memang sudah menjadi suatu keharusan tuntutan dalam pembelajaran IPA Terpadu, selain itu juga peran serta orang tua sangat berpengaruh besar dan peduli terhadap pendidikan program sekolah dan juga ikut memantau, membimbing, mengawasi dan memfasilitasi untuk keperluan siswanya dalam membantu kemajuan prestasi pembelajaran siswanya. Kalaupun masih banyak ketidak pedulian peran serta orang tua terhadap program sekolah dan tidak membantu, mengawasi, membimbing, mengarahkan serta tidak memfasilitasi keperluan siswanya, tidak mungkin akan tercapai prestasi dalam proses pembelajaran IPA Terpadu yang optimal khususnya, bagi siswa sangat berpengaruh kurang baik dalam prestasi terhadap pembelajaran-pembelajaran terhadap kemajuan siswanya sendiri. Berdasarkan pembahasan di atas selain strategi dengan berbagai fasilitas yang ada dan peran serta orang tua yang ikut andil dan peduli terhadap dunia pendidikan, juga sangat berperpengaruh sekali tentang kondisi lingkungan, letak geograpis, dan tingkat ekonomi, latar belakang pendidikan orang tua. Dalam proses pembelajaranya guru IPA harus mengadakan pertemuan rutin baik di dalam maupun di luar kegiatan pembelajaran, serta mengembangkan potensi peserta didik, untuk mengembangkan kepribadian dan menciptakan suasana yang kondusif sepeti tanggap, kritis, empiris, logis dan matematis selain itu juga dapat memfasilitasi siswa dengan melengkapi buku sumber dan referensi perpustakaan untuk menunjang kegiatan pembelajaran IPA Terpadu. Fasilitas yang telah dimiliki oleh sekolah seperti sarana laboratorium, maka sebagai guru IPA dapat mengoptimalkan dalam melaksanakan pembelajaran praktikum IPA yang disesuaikan dengan tuntutan konsep silabus. yang lainnya dan mungkin mengalami kegagalan apabila orang tua tidak andil dan ikut peduli

156

Pembelajaran IPA Terpadu akan lebih interaktif dan komunikatif apabila ditunjang dengan penguasaan multi media (IT) dalam pembelajarannya seperti komputer, internet, OHP, laptop, dan media lainnya, sehingga tujuan pembelajaran IPA Terpadu dapat tercapai secara optimal. Sumber daya manusia dari Tenaga kependidikan (TU) harus dapat membantu terselenggaranya strategi peningkatan pembelajaran IPA Terpadu, untuk itu tenaga kependidikan (TU), harus turut serta dalam menyediakan kebutuhan pendidikan untuk membantu kelancaran guru, siswa, mengadakan sarana prasarana, kelengkapan administrasi, dan secara pro-aktif membantu dan mendukung progam sekolah mulai dari menata jumlah tenaga tetap dan titak tetap, ruang belajar yang ideal, memiliki ruang laboratorium IPA, memfasilitasi media, alat peraga, buku sumber, komputer, charta, gambar, peralatan praktek, kondisi ruang belajar untuk memenuhi syarat pembelajaran sebagai kebutuhan pembelajaran IPA agar program sekolah terealisasi. Dalam peningkatan strategi pembelajaran IPA Terpadu idealnya, memang haruslah seperti uaian di atas, dari mulai strategi sumberdaya manusianya, startegi kurikulumnya dan strategi sarana prasanannya yang masing-masing komponen saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi dari hasil penelitian, dengan cara wawancara, observasi, studi dokumentasi masih ditemukan di dalam proses pembelajarannya belum sepenuhnya menggunakan strategi-strategi yang dipaparkan di atas sangat bertolak belakang dilihat mulai dari sumberdaya manusia seperti peran kepala sekolah, memanajemen lembaga sekolah yang masih belum profesional dan proforsional, kurang tanggap terhadap berbagai kebijakan, kontrol evaluasi kurang dilaksanakan, tujuan program terlihat belum maksimal. Sedangkan dari sumberdaya manusia dari tenaga pendidik (guru) masih ditemukan juga, dalam proses pembelajaran IPA Terpadu belum menguasi atau memahami antara yang membedakan pengetahuan konsep dan ketrampilan proses bahkan dalam penentuan tema bidang kajian yang satu dengan bidang kajian yang lain belum memahaminya, apabila ditemukan dalam pembelajaran

157

IPA Terpadu masih ada yang

seperti itu, maka strategi peningkatan

pembelajarannya mustahil akan tercapai. Dilihat dari strategi sumberdaya manusia (siswa) dalam proses peningkatan pembelajaran IPA Terpadu masih ada sebagian yang belum memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada diantaranya: dengan memanfaatkan perpustakaan, melaksanakan praktikum, memanfaatkan media, sumber referensi dan memanfaatkan multi media (IT) dalam pembelajarannya. Kalau strategi siswanya masih seperti itu, maka akan menjadi suatu ketimpangan dalam pembelajaran IPA Terpadu, apalagi peran serta orang tua tidak mendukung proses pembelajarannya akan sangat berpengaruh. Sumberdaya manusia tenaga kependidikan (TU), dalam membantu terselenggaranya strategi peningkatan pembelajaran IPA Terpadu, bahwa tenaga kependidikan (TU), masih ada yang belum profosional dalam kinerja dilingkungan pendidikan, yang seharusnya sebagai customer service untuk pelayanan optimal untuk membantu kelancaran program sekolah dan selalu proaktif dan cepat tanggap terhadap lembaga pendidikan di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan, bahwa sebagian besar guru dan kepala sekolah di ketiga sekolah yang diteliti telah membuat perencanaan pengajaran yang berupa: penjabarab kurikulum, membuat rencana pengajaran, rencanan evaluasi hasil belajar dan rancana pembinaan siswa secara tertulis, tersusun sistematis, dan lengkap meskipun tidak begitu rinci. b. Bandung. Memperhatikan deskrifsi pada bagian terdahulu terdapat masalah yang yang perlu dianalisis baik secara empiris maupun berdasar pada kajian teori, untuk itu maka pada proses pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas serta mengembangkan materi sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan. Secara akademik, guru dituntut untuk Upaya sekolah/guru dalam melaksanakan proses

peningkatan hasil belajar Siswa di SMP Negeri Rancaekek Kabupaten

158

terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada mata pelajaran tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran IPA terpadu akan sulit terwujud. Selain dari itu pembelajaran IPA terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif baik, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini dibutuhkan karena model pembelajaran IPA terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah Aspek sarana dan sumber pembelajaran, karena pembelajaran IPA terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat. Kurikulum juga harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik. Penting juga dipaerhatikan Aspek penilaian, karena pembelajaran IPA terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa mata pelajaran terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda. Suasana pembelajaran IPA terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu mata pelajaran dan tenggelamnya mata pelajaran lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

159

Hal lain yang perlu di analisis adalah aspek sumber daya sebagai penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga pendidik, tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dari hasil temuan di lapangan dari tiga sekolah yang diteliti salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung, ternyata dari hasil obsevasi, wawancara bahwa rencana sekolah untuk mengembangkan kompetensi profesional dan kualifikasi tenaga pendidikan (guru), upaya yang dilakukan sekolah tersebut adalah sebagai berikut: a) b) c) d) mengikutsertakan guru dalam pelatihan, penataran, dan sejenisnya baik lokal, regional maupun nasional; mengadakan pelatihan-pelatihan mengundang nara sumber untuk meningkatkan kompetensi profesional guru; melaksanakan kegiatan studi banding dalam rangka upaya peningkatan mutu antar sekolah; memberikan keleluasaan untuk mengembang kompetensinya dan kualifikasinya bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan; Temuan lain di lapangan dari tiga SMP Negeri di Kabupaten Bandung yang diteliti belum secara optimal dilaksanakan upaya sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional gurunya, hal ini dikarenakan kondisi lingkungan, letak geograpis, tingkat ekonomi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi spiritual, kurang tanggap terhadap kebijakan, dan minat yang dilakukan di kelas Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang dilakukakan penulis pada ketiga sekolah, daidapatkan bahwa pelaksanaan

160

pengajaran baik teori maupun praktek yang dilakukan di kelas, laboratorium, dan perpustakaan sebagian besar berjalan dengan baik, meskipun di beberapa sekolah masih ada sebagian guru yang belum melakukan pembelajaran reflektif (inquiri, diskaperi, pengamatan, eksperimen dan penyelesaian masalah) untuk materi kognitif. c. Pelaksanaan Evaluasi terhadap pelaksanaan proses peningkatan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung. Dari hasil penelitian menunjukan faktor-faktor penghambat peningkatan hasil pembelajaran IPA terpadu dari ketiga SMP Negeri di Kabupaten Bandung, adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) belum seluruhnya guru menguasai media elektronik masih ada sebagian kecil yang belum menyikapi perubahan kurikulum untuk pembelajaran IPA Terpadu masih ada sebagian dalam proses pembelajaran stagnan masih adanya cara proses pembelajaran bersifat teacher centered tidak cepat tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam pembelajaran IPA Terpadu informasi dari lembaga birokrasi dinas pendidikan vertikal maupun horizontal sering terlambat media Internet beleum sepenuhnya online dari tiap-tiap lembaga sekolah untuk mengadopsi perkembangan pendidikan. Temuan lain dari hasil deskrifsi penelitian ketiga SMP Negeri Kabupaten Bandung, faktor pendorong untuk 1) 2) 3) 4) 5) Dinas Pendidikan peningkatan kompetensi guru dalam peluang untuk meningkatkan pembelajaran IPA terpadu adalah sebagai berikut : memberikan kompetensi dan kualifikasi guru IPA SMP di Kabupaten Bandung. Peraturan pemerintah tentang sertifikasi guru kualifikasi guru. Bea siswa bagi guru melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi. Media Online Dirjen Dikdasmen pusat informasi teknologi pengembangan pembealajaran tersedia. Ruangan multimedia.

161

6) 7) 8)

Fasilitas sebagai sarana prasarana pembelajaran lengkap. Prestasi-prestasi yang diperoleh baik akademik maupun non akademik dari mulai tingkat lokal, regional, maupun nasional. Ruangan/lahan sekolah multimedia. yang luas untuk dikembangkan sebagai

Pendidikan adalah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya sejumlah perangkat yang saling terkait, misalnya: Pendidik, Peserta didik, Kurikulum, sarana prasarana dan lainnya, dan yang menjadi alat ukur untuk melihat hasil suatu proses pendidikan adalah proses evaluasi. Evaluasi adalah merupakan alat untuk mengontrol, mengendalikan, penjaminan dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap hasil penyelenggaraan pendidikan. Permasalahan yang ada di lapangan tentang penyelenggaraan Evaluasi sering kali terjadi tidak sesuai dengan fungsi yang sebenarnya, utnuk itu agar evaluasi bisa dijadikan acuan dan alat ukur dari hasil penyelenggaraan pendidikan, maka hendaknya pelaksanaan Evaluasi harus memperhatikan: itu berada. pendidikan Tujuan penilaian adalah penentuan seberapa baiknya pelaksanaan suatu proses pembelajaran apabila dinilai berdasarkan kriteria tertentu atau apabila dibandingkan dengan pelajaran yang lainnya. Dalam penilaian diperlukan langkah-langkah pengumpulan, pengolahan, dan penafsiran data berkaitan dengan suatu pelaksanaan. Untuk penilaian lengkap harus dikumpulkan dua jenis data utama: (1) gambaran jelas mengenai tujuan, lingkungan, personalia, metode, Sumber daya pendukung dan sumber daya manusia sebagai pelaksana evaluasi pendidikan. Pengetahuan teknologi informatika dari setiap penyelenggra Dilaksanakan dipertanggungjawabkan hasilnya. Letak Goegrafis, kultur budaya dan ekonomi dimana sekolah secara objektif , sehingga dapat

162

materi, dan hasil; dan (2) pertimbangan tentang kualitas dan kelayakan tujuan, dan sebagainya. Penekanan utama penilaian adalah sejauhmana pembelajaran pada suatu kurikulum telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, penilaian memegang peranan penting dalam berbagai keputusan untuk memperbaiki baik materi kurikulumnya itu sendiri maupun pelaksanaannya. Penilaian secara langsung mendukung terhadap upaya penyempurnaan proses belajar mengajar, pengembangan kurikulum, pelaporan kepada para pengambil keputusan, perbaikan administrasi pendidikan, dan program penelitian/ pengembangan. Fungsi penilaian adalah: (1) to diagnose, (2) to revise, (3) to compare, (4) to anticipate educational needs, and (5) to determine if objective have been achieved. Penilaian berfungsi untuk mendiagnosa, memperbaiki, mambandingkan, mengantisipasi kebutuhan pendidikan, dan menentukan jika tujuan telah dicapai. Hasil dari penilaian akan menunjukkan bahwa penilaian memberikan informasi kepada pembuat keputusan apakah suatu kurikulum masih tetap digunakan, apakah harus dirubah/diperbaiki, atau diganti dengan kurikulum baru. Rekomendasi menjelaskan secara teknis dan terperinci tentang alternatif yangdiambil oleh pembuat keputusan. Hasil penilaian (data atau informasi) diperlukan sebagai bahan untuk peninjauan kembali, baik terhadap pelaksanaan kurikulum itu sendiri maupun terhadap konseptualisasi dan legitimasi, dan pengembangan kurikulum. Komponen Kurikulum yang dinilai dalam penilaian harus jelas apa dan siapa yang dinilai. Pertama; berkenaan dengan apa yang dinilai yaitu landasan, tujuan pendidikan, materi, interaksi guru dan murid, dan lingkungan belajar. Penilaian terhadap komponen landasan meliputi filosofis, psikologis, dan pendekatan. Penilaian terhadap tujuan pendidikan meliputi tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional. Penilaian terhadap materi meliputi materi yang bersifat fakta, konsep, dan generalisasi. Penilaian terhadap interaksi guru dan murid meliputi metode pengajaran, metode penilaian, alat bantu belajar dan mengajar, dan kegiatan dalam bentuk individu, kelompok, atau klasikal.

163

Penilaian terhadap lingkungan belajar meliputi sekolah dan masyarakat. Kedua; berkenaan dengan siapa yang dinilai yaitu kelompok personal yang mencakup guru, anak didik, kepala sekolah, dan pembina pendidikan. Penilaian terhadap guru meliputi aspek-aspek (1) keterampilan pengelo laan kelas, kemampuan akademis, dan keterampilan membina hubungan dengan sesama guru; dan (2) latar belakang pendidi kan. Anak didik dinilai dalam kegiatan proses belajar dan hasil belajarnya. Penilaian terhadap kepala sekolah diarah kan kepada kemampuannya dalam mengelola sekolah, membina hubungan dengan pihakpihak di luar sekolah, dan membina peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pelaksanaan pendi dikan khususnya kurikulum di sekolah. Sedangkan pembina pendidikan yang dinilai dalam kerangka penilaian adalah pengawas untuk sekolah-sekolah tingkat menengah dan penilik untuk sekolah tingkat dasar. Pendekatan yang dipergunakan dalam penilaian kurikulum akan menentukan jenis data dan bagaimana data itu seharusnya dikumpulkan dan digunakan. Dua pendekatan pokok yang biasanya diterapkan dalam penilaian kurikulum, yaitu (1) scientistic ideals approach, and (2) humanistic ideals approach. Scientistic ideals adalah pendekatan penilaian yang cenderung memusatkan kepada hasil atau pengaruh. Nilai tes anak didik merupakan bagian penting dari data yang dikumpulkan. Data tersebut digunakan untuk perbandingan prestasi anak didik dalam situasi yang berbeda, di mana setiap situasi dikontrol sebanyak mungkin. Data yang dikumpulkan melalui pendekatan ini adalah data kuantitatif, sehingga data tersebut dapat dianalisa secara statistik. Keputusan tentang tindak lanjut kurikulum dibuat atas dasar perbandingan data yang diperoleh dari penilaian kurikulum. Humanistic ideals adalah pendekatan penilaian melalui serangkaian pengamatan terhadap kurikulum yang sedang berlaku. Pengamatan diarahkan kepada penemuan dan pembuktian kasus yang terjadi. Dengan demikian, data yang dikumpulkan melalui pendekatan ini adalah gejala-gejala yang dilihat pada saat pengamatan berlangsung. Usaha untuk manipulasi atau mempengaruhi pelak sanaan kurikulum sebelum dilakukan pengamatan akan mengurangi sifat alamiah dari pendekatan ini. Data yang diperoleh akan berupa data kualitatif, yang artinya data tersebut menunjukkan

164

kesan penilai terhadap apa yang diamati dan gambaran kejadian nyata yang terjadi selama pengamatan. Analisa data akan berbentuk pembahasan hubungan dan pola berbagai pengamatan. Strategi penilaian kurikulum akan menunjukkan cara bagaimana penilaian itu dilaksanakan dari tahap permulaan sampai dengan tahap akhir. Strategi penilaian kurikulum sangat penting untuk digunakan oleh para penilai dalam melakukan penilaian kurikulum. Dari hasil deskrifsi di atas mengenai strategi pembelajaran IPA Terpadu di ketiga SMP Negeri di Kabupaten Bandung terdapat perbedaan dan persamaan, mulai dari sumberdaya manusia, kurikulum, dan sarana prasarana dapat dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini: Tabel 4-12 Deskrifsi Hasil Penelitian strategi proses pembelajaran dari ketiga SMP Negeri di Kabupaten Bandung
No Komponen terkait SMPN 3 Sekolah menjadi objek penelitian SMPN 2 SMPN 1

Kepala Sekolah

Memiliki visi, Misi dan tujuan sekolah prediksi ke masa depan Inovasi, inisiatif kreatif Perencanaan strategis dan perencanaan oprasional Memfasilitas i media pendidikan Kontrol, evaluasi selalu dilaksanakan Figur, panutan bagi bawahan sebagai top leader Sebagai top leader Profesional Cepat tanggap dalam berbagai kebijakan pendidikan Memanjeme n seluruh komponen secara

Memiliki visi Misi dan tujuan sekolah Inisiatif Perencana a oprasional Memfasilit asi media pendidikan belum optimal Kontrol, evaluasi tidak selalu dilaksanakan Figur, panutan kurang bagi bawahan sebagai top leader Sebagai top leader kurang Profesional Kurang tanggap dalam berbagai kebijakan pendidikan Belum optimal memanjemen seluruh komponen

Memiliki visi dan Misi sekolah prediksi ke masa depan Iinisiatif kreatif Perencanaan strategis dan prencanaan oprasional Memfasilita si media pendidikan belum optimal Kontrol, evaluasi kadangkadang dilaksanakan Figur, panutan kurang bagi bawahan sebagai top leader Sebagai top leader kurang Profesional Kurang tanggap dalam berbagai kebijakan pendidikan Belum optimalmemanjemen

165

profosional Bukti prestasi kademik dan non akademik baik siswa maupun guru

Guru/Pendidik

Kualifikasi dan kompetensi tenaga pendidik relevan Loyal, dedikasi, dan berprestasi Inovatif, inisiatif kreatif dalam pembelajaran Cepat tanggap terhadap perubahan informasi pendidikan Bekerja secara profesional Pro aktif dalam berbagai kegiatan MGMP Membantu mengembangkan program-program pendidikan sekolah dan hubungan kerjasama intra sekolah Membantu secara aktif dalam menjalin hubungan dan kerjasama antar sekolah dan masyarakat Proses dan teknik pembelajaran peer teaching, CTL, team teaching, pembelajaran aktif, dan motivasi pembelajaran, tapi kadang-kadang pembelejaran tunggal

secara profosinal seluruh komponen dan profesional secara profosinal dan profesional Belum Belum adanya prestasi adanya prestasi yang yang diperoleh diperoleh akademik akademik dan non dan non akademik akademik baik baik siswa maupun siswa maupun guru guru Kualifikasi Kualifikasi dan kompetensi dan kompetensi tenaga pendidik tenaga pendidik relevan relevan Loyal, Loyal, dan dan dedikasi dedikasi, Kurang Kurang inovasi, inisiatif inovasi, inisiatif kreatif kreatif pembelajaran pembelajaran Kurang Kurang tanggap terhadap tanggap terhadap perubahan perubahan informasi informasi pendidikan pendidikan Bekerja Bekerja belum secara belum secara profesional profesional mengikuti Mengikuti dalam berbagai dalam berbagai kegiatan MGMP kegiatan MGMP Belum Belum optinal untuk optimal dalam membantu membantu mengembangkan mengembangkan program program program program pendidikan pendidikan sekolah sekolah dan dan hubungan hubungan kerjasama intra kerjasama intra sekolah sekolah KadangKurang kadang dalam aktif dalam menjalin hubungan menjalin dan kerjasama antar hubungan dan sekolah dan kerjasama antar masyarakat sekolah dan masyarakat Proses dan Proses dan teknik teknik pembelajaran peer pembelajaran teaching, CTL, peer teaching, team teaching, tapi CTL, team kadang-kadang teaching, tapi pembelejaran kadang-kadang tunggal pembelejaran

166

tunggal

Peserta Didik

Bukti prestasi akademik dan non akademik siswa terhadap sekolah sangat tinggi Infut dan output sangat mendukung Melek terhadap media (IT) Peran orang tua sangat tinggi terhadap sekolah Motivasi belajar memungkinkan antar siswa bersaing positif Resfek terhadap keperluan untuk pembelajaran Inovatif, inisiatif kreatif dalam belajar

Tata Usaha

Secara admintrasi keterlaksanaan proses pngelolaan peran tata usaha profosional Selalu pro aktif membantu dalam perencanaan sekolah Perbandinga n tenaga tata usaha sebanding dengan keperluan pengeloaan sekolah Etos kerja peran tata usaha profesional

Bukti prestasi akademik dan non akademik siswa terhadap sekolah belum banyak Infut dan output kuarng mendukung Melek terhadap media (IT) sangat terbatas Peran orang tua sangat rendah terhadap sekolah Motivasi belajar sangat kurang Resfek terhadap keperluan untuk pembelajaran Kurang resfek terhadap keperluan pembelajaran Sangat Kurang inovatif, inisiatif kreatif dalam belajar Secara admintrasi keterlaksanaan proses pngelolaan peran tata usaha profosional dan profesional Membantu dalam perencanaan sekolah Perbandin gan tenaga tata usaha belum sebandng dengan keperluan pengeloaan sekolah

Bukti prestasi akademik dan non akademik siswa terhadap sekolah belum banyak Infut dan output kurang mendukung Melek terhadap media (IT) sangat terbatas Peran orang tua sangat rendah terhadap sekolah Motivasi belajar kurang Resfek terhadap keperluan untuk pembelajaran Kurang resfek terhadap keperluan pembelajaran Kurang inovatif, inisiatif kreatif dalam belajar

Secara admintrasi keterlaksanaan proses pngelolaan peran tata usaha profosional dan profesional Kurang membantu dalam perencanaan sekolah Perbandinga n tenaga tata usaha belum sebanding dengan keperluan pengeloaan sekolah Etos kerja peran tata usaha

167

Etos kerja peran tata usaha kurang profesional


Dokumen sebagai acuan proses pendidikan belum lengkap Kurang tanggap terhadap perubahanperubahan kurikulum standar pendidikan nasional Inisiatif mengembangkan kurikulum belum optimal Kurang pro aktif dalam berbagai kegiatan studi banding informasi mengenai kurikulum Kondisi dan situasi lingkungan sekolah kurang memberikan pengaruh sangat besar Kelengkapan media pembelajaran kurang memadai Tidak tersedianya Multimedia Adaptasi kebutuhan sumber/referensi kurang Fasilitas ruang belajar belum lengkap

kurang profesional
Dokumen sebagai acuan proses pendidikan belum lengkap Kurang tanggap terhadap perubahanperubahan kurikulum standar pendidikan nasional Inisiatif mengembangkan kurikulum belum optimal Kurang pro aktif dalam berbagai kegiatan studi banding informasi mengenai kurikulum Kondisi dan situasi lingkungan sekolah kurang memberikan pengaruh sangat besar Kelengkapan media pembelajaran kurang memadai Tidak tersedianya Multimedia Adaptasi kebutuhan sumber/referensi kurang Fasilitas ruang belajar belum lengkap

Kurikulum

Dokumen sebagai acuan proses pendidikan selalu lengkap Cepat tanggap terhadap perubahanperubahan kurikulum standar pendidikan nasional Inovasi, inisiatif kreatif mengembangkan kurikulum Pro aktif dalam berbagai kegiatan studi banding informasi mengenai kurikulum Kondisi dan situasi lingkungan sekolah memberikan pengaruh sangat besar Kelengkapan media pembelajaran memadai Tersedianya Multimedia Adaptasi kebutuhan sumber/referensi selalu tersedia Fasilitas ruang belajar sangat lengkap

Sarana dan Prasarana

168

Tabel 4-13 Deskrifsi Hasil Penelitian sekolah/guru dalam melaksanakan proses peningkatan hasil belajar Siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung
No Komponen terkait SMPN 3 Sekolah menjadi objek penelitian SMPN 2 SMPN 1

Kepala Sekolah

Memberika n keleluasaan kepada para guru untuk mengikuti kualifikasi akademik yang lebih tinggi Mengikutse rtakan dalam berbagai kegiatan pelatihan-pelatihan pengembangan kompetensi profesional guru Mengundan g nara sumber Selalu melaksanakan kegiatan IHT Mengadaka n studi banding bagi para guru dalam rangka upaya peningkatan mutu Selalu memprogramkan Supervisi sebagai umpan balik kompetensi guru

Memberika n keleluasaan kepada para guru untuk mengikuti kualifikasi akademik yang lebih tinggi Kurang mendukung mengiku tsertakan dalam berbagai kegiatan pelatihanpelatihan pengembangan kompetensi profesional guru Kadangkadang mengundang nara sumber Kadangkadang melaksanakan kegiatan IHT Tidak pernah mengadakan studi banding bagi para guru dalam rangka upaya peningkatan mutu Memprogra mkan Supervisi sebagai umpan balik kompetensi guru tapi tidak dilaksanakan

Memberika n keleluasaan kepada para guru untuk mengikuti kualifikasi akademik yang lebih tinggi Kurang mendukung mengikutsertakan dalam berbagai kegiatan pelatihanpelatihan pengembangan kompetensi profesional guru Kadangkadang mengundang nara sumber Kadangkadang melaksanakan kegiatan IHT Tidak pernah mengadakan studi banding bagi para guru dalam rangka upaya peningkatan mutu Memprogra mkan Supervisi sebagai umpan balik kompetensi guru tapi tidak dilaksanakan

169

Tabel 4-14 Deskrifsi Hasil Penelitian Evaluasi proses pelaksanaan peninggkatan hasil belajar Siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung
No Komponen terkait SMPN 3 Sekolah menjadi objek penelitian SMPN 2 SMPN 1

170

Faktor-faktor penghambat

Belum seluruhnya guru menguasai media elektronik. masih ada sebagian kecil yang belum menyikapi perubahan kurikulum untuk pembelajaran IPA Terpadu masih ada sebagian dalam proses pembelajaran stagnan masih adanya cara proses pembelajaran bersifat teacher centered lokasi sekolah yang kadang-kadang banjir pada saat musim hujan

masih ada sebagian Media Internet kecil yang belum beleum sepenuhnya menyikapi online dari tiap-tiap perubahan lembaga sekolah kurikulum untuk untuk mengadopsi pembelajaran IPA perkembangan Terpadu pendidikan. Belum seluruhnya tidak cepat tanggap guru menguasai terhadap media elektronik. kebutuhan kebutuhan yang masih ada sebagian diperlukan dalam kecil yang belum pembelajaran IPA menyikapi Terpadu perubahan kurikulum untuk masih ada sebagian pembelajaran IPA dalam proses Terpadu pembelajaran stagnan tidak cepat tanggap terhadap masih adanya cara kebutuhanproses kebutuhan yang pembelajaran diperlukan dalam bersifat teacher pembelajaran IPA centered Terpadu Informasi dari masih ada sebagian lembaga birokrasi dalam proses dinas pendidikan pembelajaran vertikal maupun stagnan horizontal sering terlambat masih adanya cara proses Media Internet pembelajaran beleum bersifat teacher sepenuhnya online centered dari tiap-tiap lembaga sekolah untuk mengadopsi perkembangan pendidikan. Belum seluruhnya guru menguasai media elektronik. lokasi sekolah yang kadang-kadang banjir pada saat musim hujan, sehingga PBM diliburkan.

171

Faktor-faktor pendorong

Dinas Pendidikan memberikan peluang untuk meningkatkan kompetensi dan kualifikasi guru IPA SMP di Kabupaten Bandung Peraturan pemerintah tentang sertifikasi guru kualifikasi guru Bea siswa bagi guru melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi Media Online Dirjen Dikdasmen pusat informasi teknologi pengembangan pembealajaran tersedia Ruangan multimedia. Fasilitas sebagai sarana prasarana pembelajaran lengkap Prestasi-prestasi yang diperoleh baik akademik maupun non akademik dari mulai tingkat lokal, regional, maupun nasional

Dinas Pendidikan memberikan peluang untuk meningkatkan kompetensi dan kualifikasi guru IPA SMP di Kabupaten Bandung Peraturan pemerintah tentang sertifikasi guru kualifikasi guru Bea siswa bagi guru melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi Media Online Dirjen Dikdasmen pusat informasi teknologi

Dinas Pendidikan memberikan peluang untuk meningkatkan kompetensi dan kualifikasi guru IPA SMP di Kabupaten Bandung Peraturan pemerintah tentang sertifikasi guru kualifikasi guru Bea siswa bagi guru melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi Media Online Dirjen Dikdasmen pusat informasi teknologi Ruangan/lahan sekolah yang luas untuk dikembangkan sebagai multimedia

Melalui pembahasan pada Bab IV ini penulis berharap dapat memberikan penjelasan tentang kondisi objektif pada beberapa SMP yang ada di Kabupaten Bandung, termasuk berbagai fenomena yang ada sehingga disampaikan beberapa rekomendasi agar dapat memberikan solusi dari beberapa masalah yang ada.

172

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI


Pada bab V ini, penulis akan menguraikan beberapa simpulan dan rekomendasi yang didasarkan pada hasil kegiatan penelitian. A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV, penulis mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Kemampuan guru dalam merencanakan isi materi, proses dan media serta

mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri 1,2,dan 3 Rancaekek sebagian besar sudah berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya pedoman penyusunan program tahunan, program semester, pembuatan persiapan pengajaran, penyusunan handout/diktat, rencana evaluasi hasil belajar dan rencana pembinaan siswa. Keberhasilan ini didukung oleh semua komponen sekolah mulai dari kepala sekolah, guru sebagai tenaga pendidik, tenaga kependidikan, siswa, dan komponen lainnya dengan cara melakukan perencanaan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi yang menurutnya telah diprogramkan ke dalam strategi sekolah. Peran stake holder sangat berpengaruh sekali terhadap prestasi kinerja sekolah mulai dari sumber daya manusia, isi kurikulum, fasilitas sarana dan prasarana sekolah. Seluruh komponen sekolah di SMP Negeri 1,2,dan3 Rancaekek telah mampu menunjukkan kebberadaannya sebagai sekolah yang memiliki berbagai keunggulan karena memiliki kejelasan visi,misi, dan tujuan. Penulis yakin bahwa proses pembelajaran dikatakan betul-betul berkualitas apabila memiliki perencanaan yang memiliki ciri-ciri: (1) Hasil belajarnya tahan lama dan memiliki kecakapan hidup. (2) Hasilnya merupakan pengetahuan yang betulbetul asli. (3) Memiliki sifat rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam,makhluk hidup serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah

173

baru, menguasai proses, produk dan dapat mengaplikasikannya kehidupan sehari-hari.

dalam

2. Kemampuan guru dalam melaksanakan penyampaian isi materi,proses dan

media serta mengevaluasi pembelajaran

IPA Terpadu dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri 1, 2, dan 3 Rancaekek pada umumnya sudah berjalan dengan baik meskipun masih ada kendala karena letak geografis Rancaekek yang sering tergenang banjir. Proses pelaksanaan strategi pembelajaran IPA Terpadu sebagian besar sudah menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensinya, tahan lama dan memiliki kecakapan hidup serta berpengetahuan. Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu para guru mengawalinya dengan menentukan tema agar mempermudah siswa mengembangkan kompetensinya. Keberhasilan para guru dalam melaksanaan pembelajaran IPA Terpadu dibuktikan dengan pelaksanaan pengajaran baik secara teori maupun praktek di kelas,di laboratorium, di ruang latihan atau diperpustakaan. Pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri 1, 2, dan 3 Rancaekek sangat bervariasi. Ada yang disampaikan dengan cara guru tunggal, ada juga yang dilaksanakan dengan peer teaching, team teaching, pembelajaran aktif,CTL, dan berbagai cara untuk memotivasi siswa. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu sangat didukung oleh keprofesionalan guru pada saat kegiatan pembelajaran di kelas. Untuk meningkatkan profesionalisme guru ketiga kepala sekolah sering mengikut sertakan guru dalam kegiatan pendidikan,pelatihan dan MGMP untuk mengembangkan kompetensinya. 3. Kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil proses penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi proses pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri 1, 2 dan 3 Rancaekek pada umumnya sudah berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena para kepala sekolah dan wakilnya telah melakukan evaluasi beberapa pedoman dan program, evaluasi kurikulum, evaluasi rencana pembelajaran, evaluasi rencana evaluasi hasil belajar, evaluasi rencana pembinaan siswa, dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran. Beberapa upaya yang dilakukan guru dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah: 1)

174

sebagian besar guru melaksanakan evaluasi hasil belajar tiap akhir unut dan akhir semester, 2) menyesuaikan dan mengevaluasi poko bahasan dengan tujuan mata pelajaran; 3) mengevaluasi ketepatan metode dengan materi ajar dan ketepatan media dengan bahan ajar; 4) mengevaluasi dan menyempurkan pelaksanaan pengajaran; 5) mengevaluasi kesesuaian isi materi, proses pembelajaran, media sarana dan prasarana yang digunakan. 4. Strategi yang dilakukan guru pada pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri 1,2, dan 3 Rancaekek, meliputi: 1) Strategi sumber daya manusia (Kepala Seklah, guru, siswa, tenaga kependidikan dan komponen lain yang terkait; 2) strategi kurikulum; 3) strategi sarana prasarana.
5. Faktor-faktor penghambat dan pendukung peningkatan hasil pembelajaran IPA

terpadu dari ketiga SMP Negeri di Kabupaten Bandung, adalah sebagai berikut: a. Faktor penghambat 1) Belum seluruhnya guru menguasai media elektronik. 2) Masih ada sebagian kecil guru yang belum menyikapi perubahan kurikulum untuk pembelajaran IPA Terpadu. 3) Masih ada sebagian guru dalam proses pembelajaran stagnan. 4) Masih adanya proses pembelajaran bersifat teacher centered. 5) Tidak cepat tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam pembelajaran IPA Terpadu. 6) Informasi dari lembaga birokrasi dinas pendidikan vertikal maupun horizontal sering terlambat. 7) Media Internet belum sepenuhnya online dari tiap-tiap lembaga sekolah untuk mengadopsi perkembangan pendidikan. b. faktor pendorong untuk peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran IPA terpadu adalah sebagai berikut: 1) Dinas Pendidikan memberikan peluang untuk meningkatkan kompetensi dan kualifikasi guru IPA SMP di Kabupaten Bandung. 2) Peraturan pemerintah tentang sertifikasi guru kualifikasi guru.

175

3) Bea siswa bagi guru yang ingin melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi. 4) Media Online Dirjen Dikdasmen pusat informasi teknologi pengembangan pembealajaran tersedia. 5) Ruangan multimedia. 6) Fasilitas sebagai sarana prasarana pembelajaran lengkap. 7) Prestasi-prestasi yang diperoleh baik akademik maupun non akademik dari mulai tingkat lokal, regional, maupun nasional. 8) Ruangan/lahan sekolah multimedia. B. Rekomendasi Berdasarkan simpulan di atas, tampak bahwa pembelajaran IPA Terpadu SMP Negeri di Kabupaten Bandung, masih menghadapi berbagai tantangan, hambatan dan permasalahan, sehingga efesiensi dan efektivitasnya belum dapat dicapai. Untuk mengatasi keadaan ini memerlukan kelengkapan pemahaman prinsip-prinsip, konsep-konsep praktis dan langkah-langkah strategi terutama kaitannya dengan proses pembelajaran IPA Terpadu, yaitu mulai dari sumber daya manusia (kepala sekolah, guru, siswa dan tata usaha), strategi kurikulum, dan strategi sarana prasarana, sebagai kendali mutu dalam pencapaian tujuan pembelajaran IPA Terpadu. Oleh karena itu, rekomendasi yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut: 1. Strategi peningkatan pembelajaran IPA Terpadu ditinjau dari sumber daya manusia yang berkualitas diharapkan guru IPA Terpadu, tidak terpaku pada salah satu strategi pembelajaran saja, akan tetapi harus menggunakan berbagai strategi pembelajaran aktif, CTL, peer teaching, dan team teaching, karena tuntutan kebijakan kurikulum dalam pembelajaran IPA Terpadu, sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP- 2006). 2. Upaya sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional dan kualifikasi guru dengan cara yang dilakukan sekolah adalah sebagai berikut: (a) mengikutsertakan guru dalam pelatihan, penataran, dan sejenisnya baik lokal, yang luas untuk dikembangkan sebagai

176

regional maupun nasional, (b) mengadakan pelatihan-pelatihan mengundang nara sumber untuk meningkatkan kompetensi profesional guru, (c) melaksanakan kegiatan studi banding dalam rangka upaya peningkatan mutu antar sekolah, (d) memberikan keleluasaan untuk mengembang kompetensinya dan kualifikasinya bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan 3. Faktor penghambat dalam meningkatkan kompetensi guru IPA, yang perlu diantisipasi dengan cara: a. Meminimalkan kekurangan dari faktor-faktor proses penghambat strategi yang merupakan Ilmu pelaksanaan pembelajaran

Pengetahuan Alam (IPA) Terpadu ditinjau dari sudut manajemen kurikulum dalam peningkatan hasil pembelajaran, adalah sebagai berikut: 1) 2) Meningkatkan kompetinsi guru yang belum seluruhnya memenuhi kualifikasi dan sertifikasi guru professional Memberikan arahan secara terus menerus, pada guru yang pada proses pembelajarannya terjadi stagnasi, hal ini terjadi karena guru kurang memiliki tanggung jawab terhadap tugasnya. 3) Memberikan arahan secara terus menerus, pada guru yang masih memakai cara-cara proses pembelajaran bersifat teacher centered, sehingga siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk menggunakan fasilitas yang ada. 4) Memberikan arahan secara terus menerus, pada guru yang belum menyikapi perubahan kurikulum yang berorientasi life-skill, sehingga guru harus menguasai penggunaan alat-alat paraktek laburatorium, IT/ICT untuk pembelajaran, dan mampu menguasai media elektronik, seperti: komputer/ laptop dan OHP. 5) Memberikan arahan secara terus menerus, pada guru yang kurang cepat tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam pembelajaran. 6) Mencari informasi dari lembaga birokrasi dinas terkait baik vertikal maupun horizontal yang sering terlambat.

177

7)

Mangusahakan biaya semaksimal mungkin walaupun manajemen seperti ini memakan biaya yang relatif mahal, sehingga masih sedikit sekali sekolah atau guru yang mampu menggunakan fasilitas ini.

8)

Mengusahakan peserta didik memiliki kemampuan dibidang IT/ICT, mengingat latar belakang ekonomi orang tua murid yang kurang mendukung.

b.

Menganalisis hal-hal lain yang mendukung dan merupakan kelebihan dari pelaksanaan proses strategi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Terpadu ditinjau dari sudut manajemen kurikulum dalam peningkatan hasil pembelajaran, adalah sebagai berikut: 1) Mensosialisasikan program, visi, misi, tujuan dan target yang ingin dicapai dari hasil proses pendidikan yang dilaksanakan. 2) Menggunakan kurikulum yang telah diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. 3) Mengupayakan keperluan guru dan siswa, kaitan dengan kebutuhan bahan ajar, bahan dan alat pembelajaran yang akan dipakai. 4) Meningkatkan jumlah guru untuk memiliki kemampuan menggunakan alat-alat laboratorium, komputer, OHP dan fasilitas multi media lainnya. 5) Mencari peluang secara terus menerus, agar Pemerintah terus memberikan bantuan dalam hal keperluan sarana dan prasaran multi media, melalui bantuan blok-grand berupa laboratorium, perpustakaan, dan komputer. 6) Melakukan kegiatan peningkatan mutu dan kualifikasi guru dengan cara KKG, Diklat, Work-shop, penataran, dll. 7) Selalu mengikutsertakan siswanya dalam berbagai macam kegiatan lomba, baik tingkat kecamatan, kabupaten atau yang lainnya.

178

DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranulkarim. (1984). Bandung: CV Diponegoro. Anwar Q. (1998). Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah). Jakarta: GIP. Anwar, Idochi. (2003). Administrasii Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan ; Teori, Konsep, dan Isu. Bandung: Alfabeta. Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Bogdan, R. And Biklen, G. (1982). Qualitatif Rises for Education: and Intruduction Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon Inc. Bogdan, R. And Biklen, G. (1990). Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar ke Teori dan Praktek. (alih bahasa oleh Munandir). Jakarta : UT. Bogdan, R. And Biklen, G. (1982). Qualitative Research for Education An Introduction Theory and Methods. Boston : Allyn and Bacon Inc. BSNP. (2006). Model Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta : Depdiknas. David, J.R. (1976). Teaching Stategies for College Class Room, USA. Depdikbud. (1994). Kurikulum Sekolah Menengah Pertama. Garis-garis besar Program Pengajaran IPA. Jakarta : Depdikbud. Depdiknas. (2006). Standar Isi. Jakarta : Permendiknas No.22 Tahun 2006. Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta : Permendiknas No. 23 Tahun 2006. Depdiknas. (2007). Standar Kwalifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta : Permendiknas No. 16 tahun 2007. Depdiknas. (2007). Standar Pengelolaan Pendidikan. Jakarta : Permendiknas No. 19 tahun 2007. Depdiknas. (2007). Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta : Permendiknas No.20 Tahun 2007.

179

Depdiknas. (2007). Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Depdiknas. (2007). Standar Sarana dan Prasarana. Jakarta: Permendiknas No. 24 Tahun 2007. Dewey. (1965). Democracy and Education. New York: MacMillan. Dirjen Dikdasmen. (2003). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta. Dirjen Dikdasmen. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, , Jakarta. Djamarah S. B. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipat. Franklin. (1989). Curriculum Reform in the Elementary School. New York & Londin : Teacher college Press. Gaffar, M.F. (1989). Perencanaan Pendidikan. Jakarta : Depdikbud Gagne, N.L. (1984). Educational Psychology. Boston : Houghton Mifflin Isjoni. (2007) Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Makmum, A.S. (1991). Analisis Posisi Pembangunan Pendidikan. Jakarta : Biro Perencanaan Depdikbud. Moleong, L.J. (2003). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Moleong, Lexy. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosda Karya. Bandung: Remaja

Mulyasa, E. (2008). Implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyasa, E. (2007). KTSP. Bandung: Remaja Rosda Karya. Mulyasa, E. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: Reamaja Rosda Karya. Mulyasa, E. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya. Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional . Bandung : Penerbit Remaja Rosda Karya.

180

Mulyasa, E. (2007). Menjadi Guru Profesional . Bandung: Penerbit Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, E. (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : Rosda Karya. Nasution, (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nurkholis, (2003). Manajemen Berbasus Sekolah, Teori, Model, dan Aplikasi Jakarta: Grasindo. Oliva, P.F. (1992). Developing the Curriculum. New york : Harper Collins Publishers. Permadi, D. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri Kepela Sekolah. Bandung: Sarana Panca Karya Nusa. Razik and Swanson. (1995). Fundamental Concept of Educational Leadership and Managemen. New Jersey: Englewood Cliffs. Richard, P.C. (1996) Beyond Traditional Tenure, Josey Bas. Salis, E. (1993). Total Quality Management in Education. London: Corgan Sanusi, A. (1994). Segi-segi KeprofesianPendidikan. Bandung : IKIP. Sanusi, A. (2007).Manajemen Strategik (I) , Diktat Perkuliahan, Bandung. Sanusi, A. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Penerbit Alfabeta. Sanusi, A. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 2004, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta : Kelompok Gading Permai. Siagian, S. (1995). Manajemen Stratejik. Jakarta: Bina Aksara. Sisdikans, Undang-undang. Nomor 20 Tahun 2003 (2008). Himpunan Perundang-undangan RI. Bandung. Stoner, J. P. (1995). Management 6 th ed. New Jersey: Prentice-Hall. Sugiono, (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, N. Sy. dan Jamiat, Ahman. (2008). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah. Bandung: Repita Aditama.

181

Sukmadinata, N. Sy. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya. Sukmadinata, N. Sy. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sukmadinata, N. Sy. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Taba, (1962). Curriculum Development Theory And Practice. Harcourt : Brace and World Inc. Tilaar, H.A.R. (1998). Manajemen masa Depan. Jakarta: Logos. Pendidikan Nasional. Kajian Pendidikan

Tilaar, H.A.R. (1999). Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Tilaar, H.A.R. Standarisasi Pendidikan Nasional, 2006 Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Tim Pengembang MKDK dan Pembelajaran, (2004). Kurikulum Pembelajaran (Diktat), (tidak diterbitkan), Bandung: UPI. Tyler. (1986). Basic Principles of Curriculum an Introduction. Univercity of Chicago Press. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Tahun 1945. Jakarta. Wahjosumidjo. (1999), Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafindo. Winarno, S. (1978). Dasar dan Teknik Research. Bandung: Tarsito.

You might also like