You are on page 1of 17

POTENSI MUNCULNYA KEKUATAN GLOBAL ISLAM POLITIK RESULTAN DARI BENTURAN PERADABAN

Oleh : Fika Monika 1 1. KONTESTASI ISLAM DAN BARAT : SEBUAH PENGANTAR Hubungan Barat dengan Dunia Islam sejak dulu merupakan isu yang selalu menarik untuk ditelaah mata dunia. Wajah Islam dan Barat dalam sejarah panjangnya banyak diwarnai pasang surut antara kerjasama dan konflik. Hubungan Islam dan Barat memang mengandung banyak dimensi. Akan tetapi sejak abad ke-19, dimensi yang menonjol dalam relasi antara Islam dan Barat adalah konflik. Ketimbang memunculkan kemitraan, relasi Islam dan Barat lebih menggambarkan dominasi-subordinasi. Pasang surut hubungan Islam dan Barat adalah fenomena sejarah yang perlu diletakkan dalam kerangka kajian kritis historis untuk mencari sebab-sebab pasang surut hubungan tersebut. Interaksi berabad-abad antara Islam dan Barat, telah menorehkan sejarah panjang antara dunia Islam dan Barat yang beragama Kristen. Sebagian besar disebabkan karena kedua peradaban ini sama-sama mengklaim memiliki sebuah misi dan pesan universal, serta sama-sama mewarisi peradaban yang terbukti sudah mendunia. Pada satu sisi, terjadinya konflik antara Islam dengan Barat, merupakan produk dari perbedaan, terutama konsep Muslim yang memandang Islam sebagai Way of Life yang menyatukan agama dan politik. Konsep ini bertentangan dengan konsep Kristen tentang pemisahan kekuasaan Tuhan dan kekuasaan Raja (sekulerisme). Pada sisi lain, konflik itu juga merupakan produk dari persamaan. Keduanya merasa sebagai agama yang benar; keduanya juga sama-sama merupakan agama missionaris; keduanya juga mempunyai konsep Jihad dan Crusade sebagai perang suci.2 Memasuki abad 20, saat dunia Barat lebih banyak merepresentasikan ideologi Sekulerisme-Liberal dan bukan lagi agama Kristen, maka terjadi bentuk kontestasi yang berbeda antara Islam dan Barat. Dunia Barat telah menemukan bentuk idealnya sebagai sebuah peradaban sekuler, sebagai akibat dari proses panjang dan dialektik sejak masa yang mereka sebut sebagai zaman kegelapan (the dark ages) di Eropa sampai dengan masuknya zaman reneissance (kelahiran kembali).3
1

2 3

Mahasiswa Pasca Sarjana Ketahanan Nasional UI, Angkatan 27

Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat, Gema Insani Press 2005, halaman 137 Ibid., halaman 28-30 Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban 1

Bentuk kontestasi baru antara Islam dengan Barat yang dimulai sejak abad 20 ini, menarik perhatian, khususnya pada aspek Ideologi. Dunia Barat yang mengalami kemajuan luar biasa karena kematangan dan kristalisasi Ideologinya sementara dunia Islam yang justru mengalami kemunduran multidimensi akibat mulai kehilangan identitas ideologinya. Pada kontes baru ini, Barat seringkali dicurigai sebagai pihak yang telah memaksakan agenda-agenda pembaratan di dunia Islam dalam rangka mengukuhkan hegemoni globalnya. Di sisi lain dunia Islam terus berusaha mencari jawaban mengapa kemunduran multidimensi melanda mereka, pencarian jawaban itu dilakukan oleh para penguasa, ulama dan cendekiawan Muslim. Berbagai upaya telah mereka lakukan, dari tingkat yang paling anarkis sampai pada tingkat yang paling politis. Pada tingkatan tertinggi ini, para pemikir Islam mendapati jawaban bahwa kemunduran dunia Islam terjadi karena dua hal, yaitu kemunduran taraf berfikir umat Islam dan absennya institusi politik global yang melindungi mereka yaitu Khilafah Islamiyyah.4 Sementara pergolakan pemikiran terus terjadi di dunia Islam, Barat terus memegang supremasi dan hegemoni dunia, meninggalkan Dunia Islam yang mengalami krisis hebat di hampir semua bidang kehidupan. Permasalahan tersebut melahirkan ketegangan yang eksesif antara Islam dan Barat. Pengaruh Barat pada Islam paling tidak ditandai dengan proses modernisasi dunia Islam yang sedikit banyak telah merubah wajah tradisional Islam menjadi lebih adaptatif terhadap modernitas. Akan tetapi dampak lain yang ditimbulkan dari pengaruh global Barat adalah semakin terpinggirkannya peran ekonomi, politik, sosial dan budaya Islam dalam panggung sejarah peradaban dunia. Lahirnya peran global Amerika Serikat setelah Perang Dunia II secara signifikan mengubah posisi dunia Barat yang selama ini diwakili oleh Eropa beralih ke Amerika Serikat. Peran global Amerika Serikat telah banyak mempengaruhi perubahan politik di Dunia Ketiga yang notabene adalah negeri-negeri Muslim. Walaupun para pemimpin Amerika Serikat pada paruh pertama abad ke 20 mendukung konsep penentuan nasib sendiri (self determination) dalam bingkai negara-bangsa dan menentang kelangsungan kolonialisme, pada paruh kedua abad tersebut mereka justru mencurigai ideologi dan gerakan-gerakan populis Dunia Ketiga5. Ideologi Islam pun mulai dicurigai, terorisme mulai menjadi semacam stereotype bagi Islam. Terorisme muncul sebagai salah satu isu terpenting di Amerika Serikat terutama sejak masa revolusi Islam Iran, dimana pengalaman dengan Iran adalah pengalaman pertama Washington dengan Islam Politik. Menteri Luar Negeri AS kala itu, Warren Christoper

4 5

Hizbut Tahrir, Mafahim Hizbut Tahrir, 2001 Fawaz A. Gerges, Amerika dan Islam Politik : Benturan Peradaban atau Benturan Kepentingan? Alvabet 2002, halaman 50 Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban 2

mengatakan, Iran adalah negara sponsor terorisme nomor satu di dunia, dan Iran merepresentasikan salah satu ancaman terbesar bagi kedamaian dan stabilitas kawasan ini. 6 Kontestasi baru antara Islam dengan Barat memuncak pada saat 11 September 2001, yaitu insiden hancurnya dua simbol kedigdayaan AS Pentagon dan World Trade Centre oleh serangan teroris. Pemerintahan AS pada saat itu langsung mendeklarasikan perang melawan teror (war on terrorism) pada dunia. Program ini pun menjadi warna kuat dalam kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat yang kala itu dipimpin George W. Bush. 2. BATASAN MASALAH Tulisan ini hendak mengkaji bagaimana konflik dan benturan terjadi antara Islam dan Barat, lalu apakah benturan peradaban ataukah benturan kepentingan yang sesungguhnya terjadi antara Islam dan Barat? Serta sejauhmana potensi bangkitnya kekuatan politik Islam skala global? Di bawah ini merupakan poin-poin batasan kajian dari tulisan ini : 1. Konteks benturan peradaban dalam tulisan ini secara spesifik dibatasi hanya membahas hubungan Islam dan Barat, bukan hubungan Islam dengan peradaban lain atau hubungan Barat dengan peradaban lain. 2. Konteks waktu dalam pembahasan paper ini dimulai sejak abad 20 sampai memasuki abad 21. Pada abad 20 khususnya pasca Perang Dunia II dimana dunia Barat lebih banyak diwakili oleh Amerika Serikat ketimbang Eropa dan dunia Islam banyak diwakili oleh Timur Tengah dan kelompok non-negara (Islam Politik). 3. Tinjauan kontestasi aktor-aktor pemain dalam hubungan Islam dan Barat yang bersifat multidimensi, yaitu dimensi Ideologis-politis (peradaban) dan dimensi kepentingan (ekonomi) a. Kontestasi pada dimensi ideologis ; Amerika Serikat sebagai aktor negara mewakili Barat dan dunia Islam yang lebih banyak diwakili aktor non-negara, yang kemudian disebut Islamist (Islam politik) b. Kontestasi pada dimensi kepentingan ; lebih banyak aktor negara muslim yang bermain 4. Faktor-faktor krusial yang membuat Islam dan Barat tidak pernah bertemu 5. Mengkaji sejauhmana potensi kebangkitan dunia Islam, dengan wujud kekuatan politik global, dikaitkan dengan analisa futuristik NIC tahun 2004, yang berjudul Mapping the Global Future 2020
6

Pidato Warren Christoper dikutip dari buku Fawaz A. Gerges, Amerika dan Islam Politik, Alvabet 2002, halaman 54-55 yang berasal dari dokumen Statement by Secretary of State Warren Christoper Regarding U.S. Sanctions Against Iran, State Department Briefing, dalam Federal News Service, 1 Mei 1995, h. 1. Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban 3

3. TINJAUAN TEORITIK 3.1. Pengertian Islam Politik Meskipun belum ada definisi ilmiah tentang Islam Politik sebagai hasil dari kajian akademik, menariknya definisi tentang Islam Politik justru banyak ditemukan dalam penelitian pengamat dan laporan NGO internasional sebagai non-state actor. Pemikir Barat Oliver Roy -seorang pengamat gerakan Islam politik asal Perancis yang bukunya sangat penting (antara lain Gagalnya Islam Politik) untuk memahami berbagai aspek gerakan Islam di berbagai belahan dunia menurut perspektif Barat-- dia mendefinisikan Islam Politik (political Islam) sebagai lawan dari Islam kultural, adalah gerakan Islam yang lebih berorientasi kepada perjuangan politik dalam rangka mengislamkan masyarakat. Olivier Roy menyebut mereka dengan istilah kaum Islamis yang membedakannya dengan kaum tradisionalis. Gerakan Islamis, menurut Roy, memilih terlibat langsung dalam kehidupan politik, perlu keluar dari Masjid.7 Berbeda dengan Roy yang lebih mengintrepretasikan Islam Politik sebagai sebuah gerakan (movement), seorang pemikir Islam Hafidz Abdurrahman mencoba mendefinisikan Islam Politik terlebih dahulu secara konseptual dan mendasar serta tentu orisinil dari perspektif Islam bukan Barat. Islam --sebagaimana yang dipahami oleh mayoritas umat-- tidak sedekar agama eskatologis (akherat oriented), tetapi juga agama dunia (din, dunya dan daulah). Secara lugas pemikiran inilah yang mendasari Hafidz Abdurrahman dalam mendefinisikan Islam Politik dalam bukunya Islam Politik dan Spiritual, menurutnya Islam adalah agama sekaligus mabda yang berbeda dengan yang lain. Islam bukan saja agama yang mengurusi masalah ruhiyyah (spiritual), akan tetapi juga meliputi masalah politik (siyasiyyah), lengkapnya Islam adalah akidah spiritual dan politik (al-aqidah ar-ruhiyyah wa as-siyasiyah). 8 Dalam konteks pergerakan (movement), Islam Politik dimaknai oleh Abdurrahman Muhammad Khalid dalam bukunya Soal Jawab Seputar Gerakan Islam (2002) 9 ; sebagai harokah Islam atau gerakan Islam yang melakukan aktivitas politik. Tidak berhenti sampai di situ, menurutnya kajian selanjutnya adalah meluruskan pemaknaan politik dalam perspektif Islam, dimana pengertian politik dalam Islam adalah proses pemeliharaan urusan umat dengan aturanaturan Islam (riayah syuunil ummah bil hukmi syari), bukan sekedar perebutan kekuasaan. Maka tugas gerakan Islam (harokah Islam) adalah melakukan aktivitas politik secara komprehensif menurut pengertian politik yang benar perspektif Islam yaitu melakukan dakwah
7

Olivier Roy, Gagalnya Islam Politik, Harimurti dan Qamaruddin SF (penterj.), (Jakarta ; Serambi, 1996), hlm, 32-33 8 Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, 2004, hlm. 17 9 Abdurrahman Muhammad Khalid, Soal Jawab : Seputar Gerakan Islam, al-Islam Press 2003, halaman 8

Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban

Islam dan amar makruf nahyi mungkar di tengah-tengah umat. Berlandaskan firman Allah SWT dalam QS. Ali Imron : 104; Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada al Khair (Islam), menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung. (TQS. Ali Imron : 104). 3.2. Makna Peradaban Di kalangan Barat, peradaban diistilahkan dengan civilization; di ambil dari kata civilis, yang berarti memiliki kewarganegaraan. Ide tentang peradaban dikembangkan oleh pemikir Perancis abad XVIII yang memperlawankannya dengan konsep barbarisme untuk menggambarkan proses progresif perkembangan manusia; sebuah gerakan yang menuntut perbaikan, keteraturan serta penghapusan barbarisme dan kekejaman. Di balik pemunculan pemahaman ini terletak spirit pencerahan Eropa yang kemudian dikenal dengan renaissance dan rasa percaya diri terhadap karakter progresif era modern.10 Di kalangan cendekiawan muslim, secara terminologis peradaban dikenal melalui dua ungkapan, yaitu hadlarah dan madaniyah11. An-Nabhani kemudian menspesifikasikan penggunaan kedua istilah tersebut ke dalam bukunya Nizhamul Islam. Menurut An-Nabhani, hadlarah adalah sekumpulan persepsi yang dimanifestasikan dalam perilaku tentang kehidupan. Adapun madaniyah adalah bentuk-bentuk fisik dari benda-benda yang terindera yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupan.12 Berdasarkan pengertian di atas maka apa yang disebut hadlarah selalu mengandung nilai (full value), sementara madaniyah ada yang tidak mengandung nilai (free value). Dengan demikian, adalah boleh bagi seorang muslim mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang di dunia Barat, karena dari definisi di atas unsur teknologi tergolong madaniyah (produk fisik yang bebas nilai); selama tidak memancarkan ideologi/ nilai tertentu. Bahkan akan menjadi sebuah kewajiban, karena termasuk dalam perintah Islam dalam menuntut Ilmu. Walhasil, peradaban (hadlarah) yang full value akan selalu berkaitan dengan pandangan hidup (world view), atau yang oleh an-Nabhani diistilahkan dengan mabda (ideologi), yang didefinisikan sebagai akidah yang lahir dari proses berpikir yang di atasnya dibangun sistem13. Ditinjau dari definisi ini, mabda menunjukkan kelengkapan konsep yang mencakup akidah dan sistem. Dalam konteks ini, Islam adalah peradaban sekaligus Ideologi; karena Islam memiliki kelengkapan konsep serta perangkat sistem untuk menjadi sebuah peradaban yang berideologi.
10 11

Samuel P.Huntington: Benturan Antar Peradaban (cet. ke-2), 2001, hlm. 38. Muhammad Husein Abdullah, Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam, 2002, hlm. 149 12 Taqiyuddin An-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam, 2001, hlm. 92. 13 Hafidz Abdurrahman, loc.it Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban 5

3.3. Hakikat Benturan Peradaban Teori tentang benturan peradaban cenderung menggunakan pendekatan realisme. Paradigma realis, yang mendominasi teorisasi hubungan internasional selama kurang lebih dua dasawarsa sesudah Perang Dunia II merupakan wujud penolakan terhadap teorisasi utopianliberalis.14 Pendekatan realis ini tidak percaya pada mekanisme hukum dan organisasi Internasional, karena sistem Internasional itu bersifat berpihak, anarkis dan hegemonik. Di kalangan Barat, Samuel P. Huntington adalah pemikir pertama yang mewacanakan tentang benturan peradaban. Setelah Insiden 11 September, banyak pengamat mengupas kembali teori benturan antar peradaban yang pernah dipopulerkannya. Dalam tulisan kontroversialnya The Clash of Civilization yang dimuat jurnal Foreign Affair (Summer, 1993), guru besar studi-studi strategis pada Harvard University AS itu memprediksikan makin parahnya ketegangan antara peradaban Barat dan peradaban Islam. Bahkan menurut Huntington, konflik abad XX antara Demokrasi Liberal dengan Marxis-Leninisme hanyalah fenomena historikal yang bersifat sementara dan superfisial, jika dibanding dengan hubungan konfliktual antara Islam dengan Barat. Dia mendasarkan pemikirannya paling tidak pada enam alasan yang dijadikannya sebagai premis dasar untuk menjelaskan mengapa politik dunia ke depan akan sangat dipengaruhi oleh benturan antar peradaban. Pertama, perbedaan peradaban tidak hanya nyata, tetapi sangat mendasar. Selama berabad-abad perbedaan antar peradaban telah menimbulkan konflik paling keras dan paling lama. Kedua, dunia ini sudah semakin menyempit sehingga interaksi antara orang yang berbeda peradaban semakin meningkat. Ketiga, proses modernisasi ekonomi dan perubahan sosial diseluruh dunia telah mengakibatkan tercerabutnya masyarakat dari akar-akar identitasidentitas lokal yang telah berlangsung lama. Kecenderungan ini menyisakan ruang kosong yang kemudian diisi oleh identitas agama, seringkali dalam gerakan berlabelkan fundamentalisme. Keempat, dominasi peran Barat menimbulkan reaksi de-westernisasi di dunia non-Barat. Kelima, perbedaan budaya kurang bisa menyatukan, dibanding perbedaan politik dan ekonomi. Kelima, kesadaran peradaban bukan reason detre utama terbentuknya regionalisme politik atau ekonomi.15 Dalam kaitannya dengan benturan peradaban, guru besar Sarah Lawrence College, Fawaz A.Gerges membedakan antara benturan peradaban dengan benturan kepentingan, sesuai dengan judul bukunya Amerika dan Islam Politik : Benturan Peradaban atau Benturan Kepentingan?
14 15

Mohtar Masoed, Ilmu Hubungan Internasional; Disiplin dan Metode. LP3ES, 1990 Samuel P. Huntington, op.cit., halaman ix-x Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban 6

Menurutnya, ada dua pola berlawanan yang sering digunakan kedua belah pihak dalam membangun relasinya yaitu pragmatisme-realisme dan atau legalisme-moralisme16. Akbar S. Ahmed (1992), salah seorang cendekiawan Muslim terkemuka, adalah salah satu yang juga tidak sepaham dengan Huntington. Dia menyatakan bahwa benturan yang terjadi dalam sejarah dunia lebih menunjukkan faktor kepentingan ekonomi dan politik ketimbang faktor perbedaan budaya. Akbar menunjuk fenomena perang Teluk I sebagai fakta empiris peta politik yang tidak berhadap-hadapan secara diametral, Barat vis a vis Islam, tetapi lebih menunjuk kepada polarisasi kepentingan. Dalam hal ini, negara-negara Muslim seperti Kuwait, Arab Saudi, Mesir pada posisi kepentingan yang seirama dengan Amerika dan sekutunya (Barat), sehingga tidak bisa dikatakan telah terjadi benturan antara Islam dan Barat. Sementara menurut pemikiran penulis, meskipun terdapat kelemahan-kelemahan pada tesis Huntington, tetapi tidak perlu ada dikotomi antara benturan peradaban dengan benturan kepentingan, karena benturan peradaban hakikatnya adalah benturan yang terjadi antara sejumlah pemikiran dan atau ideologi yang berbeda atau bertolak belakang. Mengingat definisi Ideologi adalah akidah yang lahir dari proses berpikir yang di atasnya dibangun sistem. Maka sejatinya benturan kepentingan adalah juga merupakan persoalan Ideologi, yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari benturan peradaban. Sebagai contoh pengaturan ekonomi suatu negara adalah bagian dari pengaturan sistem, yang tentu tidak bisa tercerabut dari Ideologinya. 4. KONTESTASI ISLAM DENGAN BARAT ABAD 21 Berlangsungnya politik global yang mengesankan dunia tidak lagi berbatas ( borderless state ) itu mengakibatkan meluasnya cakupan Hubungan Internasional yang tidak lagi sekedar memfokuskan kajian kepada aktor negara. Keberadaan aktor-aktor non negara seperti perusahaan transnasional ( TNCs ), perusahaan multinasional ( MNCs ), Non Government Organizations (NGOs), kelompok teroris, kelompok guerrillas , kelompok, separatis atau bahkan individu sebagai aktor non negara mampu memainkan peranan penting. Interaksi yang terjalin mampu melahirkan jaringan keterikatan antara aktor-aktor lintas benua ( transcontinental ) atau lintas kawasan (interregional). Interaksi yang terjadi antar aktor-aktor di tingkat hubungan internasional menjadi kian beragam disertai pola hubungan yang kian kompleks. Masalahnya, interaksi lintas negara ini tidak selalu berjalan selaras dengan seluruh kepentingan para aktor yang

16

Fawaz A. Gerges, op.cit. , halaman 5 Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban 7

terlibat sehingga bentuk kerjasama yang harmonis tidak selamanya tercipata antara aktor-aktor tersebut.17 Begitupun arena kontestasi Islam dengan Barat di abad 21 ini, interaksinya kian kompleks melibatkan banyak aktor dan cakupannya multi dimensi. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, abad 21 ini dibuka dengan War on Terrorism (WoT), dimana ada Teroris sebagai aktor non negara atas nama Jaringan Al-Qaeda yang diburu oleh Amerika. 4.1. Konfigurasi Politik Dunia Islam 4.1.1.Absennya Negara Inti pada Dunia Islam 18 Struktur loyalitas politis di kalangan masyarakat Arab dan umat Islam pada umumnya berbeda dengan kalangan mayarakat Barat modern. Dalam masyarakat Islam, ikatan Aqidah, agama, suku, dan ummah merupakan bangunan utama loyalitas dan komitmen, sedangkan ikatan negara-bangsa kurang begitu signifikan. Dalam Islam, ide tentang kedaulatan negara-bangsa sebenarnya bertentangan dengan kepercayaan terhadap kedaulatan Allah dan kekuasaan tertinggi (primacy) Ummah. Bahkan pada gerakan revolusioner, kalangan fundamentalisme Islam menolak sistem pemerintahan negarabangsa dalam kaitan dengan unitas Islam sebagaimana Marxisme menolak unitas proletariat internasional. Konsep Islam sebagai kesatuan religio-politis mengandung arti kesatuan kepemimpinan politik dan keagamaan yaitu Kekhalifahan dan kesultanan yang terjewantahkan melalui sebuah institusi kekuasaan (pemerintahan) global (Global-State) tunggal. Runtuhnya institusi kepemimpinan politik Islam yang terakhir yaitu Kekhilafahan Turki Utsmani, membuat dunia Islam tidak lagi memiliki Negara Inti, wilayah kekuasaannya terpecah-pecah, sebagian masuk ke wilayah Barat dan sebagian lagi masuk ke wilayah-wilayah negara Islam. Karenanya pada abad XX tidak ada satupun negara Islam yang memiliki legitimasi kekuasaan kultural maupun keagamaan untuk memainkan peran sebagaimana Turki Utsmani yang diterima sebagai pemimpin Islam oleh negeri-negeri Islam maupun non-Islam. Absennya Negara Islam yang berperan sebagai Negara inti merupakan factor utama yang menjadi sebab terjadinya konflikkonflik internal maupun eksternal di kalangan masyarakat Islam. 19

17

Hermawan. P. Yulius, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional : Aktor, Isu dan Metodologi, Graha Ilmu, 2007 18 Samuel P. Huntington, op.cit., halaman 318-325 19 Samuel P. Huntington, op.cit., halaman 325

Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban

Pada abad ke-21 ini, tidak banyak aktor negara (state actor) dari dunia Islam yang memiliki independensi sikap politik, melainkan hanya segelintir saja. Di mata elit AS, masih terlihat bahwa sebagian besar negara Islam memiliki karakter a-politis, yang moderat dan pro barat seperti pemerintahan Saudi, Mesir, Tunisia, Turki, Pakistan, Malaysia dan Indonesia sebagaimana yang dinilai oleh Fawaz A. Gerges. Hanya segelintir aktor negara yang memiliki militansi dalam sikap politiknya terhadap Barat khususnya Amerika, misalnya Iran dan Palestina. Aktor negara dalam dunia Islam kebanyakan bersifat pasif dan mengikuti arus ini dikarenakan negara negara Islam pada umumnya tidak memiliki visi dan sikap politik yang jelas dan independent. Bisa jadi karena kebanyakan negara-negara Islam tersebut termasuk negara dunia ketiga/ negara berkembang. Walhasil apa yang terjadi sekarang di dunia Islam memudahkan hegemoni Kapitalis pada negeri-negeri tersebut. 4.1.2. Signifikansi Peran Gerakan Islam sebagai Aktor Non Negara Di antara berbagai gerakan Islam (Harokah Islam) yang bermunculan di dunia Islam, sebagian merupakan gerakan Islam yang bersifat Ideologis-Politis. Gerakan ini secara dinamis mampu memainkan peran sebagai aktor non negara (non state actor ) yang bergerak lintas nasional di negeri-negeri Muslim. Di antara berbagai harokah Islam yang bersifat politik dan bergerak di kawasan Timur Tengah serta dunia Islam yang lainnya, tercatat antara lain Ikhwanul Muslimin (di Mesir), Hizbullah (di Libanon), Hizbut Tahrir (di Yordania), Jabhatul Inqadz al Islami FIS (di Aljazair), dan masih banyak lagi20 Salah satu yang cukup populer dan konsepsinya jelas dan terbuka adalah Hizbut Tahrir (partai pembebasan). Hizbut Tahrir didirikan di Al-Quds (Yerussalem) tahun 1953 oleh Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani (1908-1977), radhiyallahu 'anhu, seorang 'alim dan terhormat, seorang pemikir besar, politisi ulung, dan hakim Mahkamah Banding di AlQuds.16 Di bawah kepemimpinan Taqiyyudin, Hizbut Tahrir terus berjuang dan meluaskan pengaruhnya ke seluruh penjuru dunia, hingga menjangkau lebih 40 negara dengan puluhan juta pengikut di benua Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika. Pada tahun 1980-an Hizbut Tahrir mulai bergerak di Indonesia, dan pada tahun 2000 dengan nama Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mulai muncul ke tengah publik melalui acara Kongres Internasional Khilafah Islamiyah di Jakarta. 21

20 21

Abdurrahman Muhammad Khalid, op.cit., halaman 6 www.hizbut-tahrir.or.id

Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban

Bagi Hizbut Tahrir, ideologi yang benar adalah yang dikonstruksi dari Islam. Dan, bentuk negara yang senapas dengan Islam hanyalah negara yang mereka sebut dengan Daulah Khilafah Islam. Bentuk negara inilah yang tidak saja bisa menjamin penerapan syariat Islam (hukum-hukum Islam), tetapi juga mampu membebaskan masyarakat dari segala macam krisis. Dengan orientasi ideologi yang telah dijelaskan di muka, Hizbut Tahrir memang bisa dikategorikan salah satu eksemplar gerakan Islam fundamentalis. Tetapi, kategori ini hanya bersifat akademik. Dan menariknya, Hizbut Tahrir menolak penggunaan kekerasan fisik dalam setiap gerakannya. Strategi yang ditempuh Hizbut Tahrir adalah melakukan gerakan intelektual dan sosial yang jauh dari kekerasan fisik, untuk melakukan penyadaran kepada publik terhadap adanya krisis yang berakar dari ideologi sekuler dan kufur.22 Bagi sebagian Gerakan Islam tersebut , hancurnya Khilafah Islamiyah Turki Utsmani pada tahun 1924 telah melenyapkan "wadah" bagi peradaban Islam. Dengan hancurnya Khilafah, peradaban Islam telah kehilangan kekuatan dan vitalitasnya. Dapat dikatakan, peradaban Islam nyaris musnah dari realitas kehidupan, karena Khilafah yang menopangnya telah tiada. Sebagai gantinya, peradaban Barat sekularlah yang kemudian mendominasi kaum Muslim saat ini. Bagi mereka, eksistensi negara Khilafah adalah sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi agar peradaban Islam dapat mengungguli peradaban Barat. Tentu, negara Khilafah yang akan terjun ke kancah benturan peradaban itu haruslah negara yang kuat, yang didukung oleh kekuatan ideologi, kekuatan ekonomi, dan kekuatan militer yang handal. 4.2. Konfigurasi Politik Dunia Barat Sementara struktur di dunia Barat abad 21 adalah negara-bangsa yang kebanyakan memiliki stabilitas politik yang kuat dan sebagian dari mereka merupakan negara maju. Berbeda dengan dunia Islam, bagi masyarakat Barat, negara-bangsa (nation state) merupakan puncak loyalitas/ final, loyalitas yang lebih sempit adalah bagian dari dan kepada bangsa. Sedangkan kelompok, di luar negara-bangsa, bahasa, keagamaan, ataupun peradaban, kurang memiliki loyalitas dan komitmen. Selain itu Dunia Barat memiliki aktor negara (state actor) dan aktor non negara (non state actor) yang sama-sama kuat dan perannya sudah mengglobal.

22

Dr Syamsul Arifin MSi peneliti Hizbut Tahrir; Kepala Pusat Studi Islam dan Filsafat Unmuh Malang. www.jawapos.co.id ; Jumat, 28 April 2006

Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban

10

Memang ada sedikit perubahan konfigurasi pra dan pasca perang dingin. Selama perang dingin, Amerika merupakan pusat pengelompokkan yang memiliki wilayah cakupan luas dan beragam dari negara-negara multi sivilisasional yang berusaha mencegah ekspansi lebih jauh yang dilakukan oleh Uni Soviet. Pengelompokkan ini dikenal dengan free world, west, dan allies yang melibatkan banyak, namun tidak semua, negara-negara Barat, termasuk juga di dalamnya Turki, Yunani, Jepang, Korea, Filipina, Israel dan tidak ketinggalan Taiwan, Thailand dan Pakistan. Dengan berakhirnya perang dingin, pengelompokkan lintas kultural yang bersifat multi sivilisasional ini terpecah-pecah. Secara agak lamban, tapi melalui cara-cara yang hampir sama, sifat multi sivilisasional free world dalam perang dingin terekonfigurasikan dalam suatu pengelompokkan baru, yang lebih kurang koekstensif dengan peradaban Barat. Sebuah proses penyatuan sedang berjalan yang melibatkan penetapan keanggotaan organisasi-organisasi internasional Barat. 23 Muncullah Uni Eropa sebagai penyeimbang Amerika Serikat. 5. Benturan Potensial yang Menguatkan Islam Politik 24 Fenomena aktual di bawah ini merupakan contoh-contoh friksi potensial antara Islam dengan Barat, yang berpotensi justru semakin menyuburkan kekuatan Islam Politik, fenomena tersebut antara lain : 5.1. Penghinaan Barat terhadap Keyakinan Islam Hubungan Islam dan Barat dalam masalah keyakinan adalah sangat sensitif, eskalatif dan eksplosif, begitu gampang tersulut isu. Lihatlah ketika Westergaard membuat kartun Nabi Muhammad mengenakan sorban berhias bom di koran Denmark, Jyllands-Posten, 30 September 2005. Koran-koran Barat lain seperti France Soir (Perancis), La Stampa (Italia),Die Welt,(Jerman),El Periodico(Spanyol), dan lain-lainnya memuat ulang kartun pelecehan tersebut. Dunia Islam langsung bereaksi keras. Demikian juga ketika di Belanda, Geert Wilders, politikus Partij voor de Vrijheid (Partai Kebebasan) yang sering menjadikan isu anti-Islam dalam setiap kampanye politiknya, membuat film Fitna. Dunia Islam pun kembali segera bereaksi keras.

23 24

Samuel P. Huntington, op.cit., halaman 287-288 Uraian dikutip dari blog pribadi Farid Wajdi seorang pengamat Hubungan Internasional dunia Islam: http://farid1924.wordpress.com/2008/12/21/kilas-balik-2008-dunia-islam-dalam-cengkraman-penjajahamerika/

Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban

11

5.2. Pembantaian Massal di Gaza dengan Dukungan AS Rasanya sulit berharap terjadi perubahan mendasar kondisi Palestina. Negeri Islam itu akan tetap dijajah dan diperangi oleh Israel dengan dukungan penuh dari negara adi daya AS. Akhir Desember 2008 sampai akhir Januari 2009 Israel kembali memblokade jalur Gaza dengan agresinya yang berakibat bencana kemanusiaan luar biasa. Anak-anak kekurangan suplay makanan yang bergizi, suplai energi yang terbatas dan pasien rumah sakitpun terancam keselamatannya, hingga bahaya kelaparan dan wabah penyakit. Sementara AS juga akan tetap mempertahankan kebijakan belah bambu dan adu domba dengan mendukung Fatah, disisi lain memojokkan Hamas sebagai kelompok teroris. Sementara penguasa Arab dan negeri Islam lainnya akan tetap diam tidak melakukan pembelaan nyata terhadap Palestina. Barat juga dengan mudah menghukum Iran dalam kasus nuklir, tetapi menutup matanya terhadap nuklir Israel. Terhadap program nuklir Iran, Barat sangat agresif dan sensitif. Amerika Serikat dan Israel sampai hari ini terus mengancam akan menggunakan kekuatan militer untuk menghentikan program nuklir Iran. Hal yang sama tidak dilakukan terhadap program senjata nuklir Israel, Korea Utara, dan India. Maka dalam perspektif umat Islam, dukungan Barat tanpa batas terhadap Israel sudah di luar nalar politik yang sehat. Rasanya bukan karena kepentingan ekonomi dan politik, apalagi minyak semata. Ada persoalan ideologi dan religio-politik di sana. 5.3. AS Masih Bertahan di Irak Obama juga tetap menjalankan agenda WOT yang sarat dengan kepentingan AS. Bahkan jauh sebelum terpilih dalam kampanyenya AS telah berjanji menjadikan Afghanistan dan Pakistan sebagai sasaran perang AS yang utama. Obama memang berencana menarik pasukan AS dari Irak , namun Obama berencana mengirim pasukan yang lebih banyak lagi ke Afghanistan. Penarikan pasukan dari Irak itupun harus menunggu tahun 2011 (berdasarkan pakta keamanan AS-Irak). Ribuan warga Irak menggelar aksi protes menentang kesepakatan keamanan AmerikaIrak di Baghdad, Jumat (21/11/08). Disebutkan dalam naskah perjanjian berisi persetujuan untuk mempertahankan militer Amerika secara legal dan sah hingga akhir tahun 2011 M, dimana pasukannya tidak akan tersentuh oleh keburukan apapun. Lebih dari itu, naskah perjanjian tersebut bahkan menyatakan, bahwa apapun aktivitas bersenjata untuk menentang militer AS dinilai sebagai aksi terorisme yang wajib ditumpas, bukan hanya oleh militer Amerika, tetapi pemerintah Irak juga berkewajiban untuk memerangi aksi terorisme ini.

Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban

12

Mengenai kekayaan alam, dalam naskah perjanjian tersebut disebutkan bahwa Amerika Serikat adalah penanggungjawab bagi perlindungan kekayaan alam Irak, yang bersumber dari pemasukan minyak. Dengan kata lain, pengawasan dalam bidang keuangan berada di tangan Amerika Serikat.

5.4. Front Terdepan AS di Afghanistan, Pakistan, dan India Krisis Mumbai yang terjadi pada Rabu 26 November 2008 di India menjadi moment peneguhan perang melawan terorisme. Misteri siapa sebenarnya pelaku serangan ini belum terungkap. Tuduhan paling mudah diarahkan kepada kelompok mujahidin Khasmir.Yang jelas siapapun pelakunya, seringkali tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kelompokkelompok bersenjata muncul sebagai reaksi dari kekerasan dan ketidakadilan yang dilakukan negara. Aryn Baker dalam Time (Kamis , 27 November 2008) mengingatkan hal ini. Menurutnya, krisis Mumbai tidak bisa dipisahkan dari ketidakadilan yang dirasakan muslim minoritas India termasuk masalah Khasmir. Kondisi ini, menurutnya, diperparah dengan kerusuhan di Gujarat tahun 2002 yang menewaskan lebih kurang 2.000 orang yang sebagian besarnya adalah muslim. Yang perlu dicermati, krisis Mumbai digunakan untuk kepentingan negara-negara besar dalam agenda perang melawan terorisme. Apalagi Obama presiden terpilih AS secara terbuka mengatakan bahwa wilayah Pakistan, Afghanistan (yang berdekatan dengan India) akan menjadi front terdepan bagi AS untuk memerangi terorisme. Krisis Mumbai dijadikan negara Super Power itu untuk mengokohkan kepemimpinannya di wilayah itu atas nama perang melawan terorisme. Peristiwa ini juga sepertinya akan benar-benar dimanfaatkan oleh pemerintah boneka AS di Pakistan dan Afghanistan untuk memperkuat posisi mereka. Peristiwa Mumbai memperkuat legitimasi memerangi pejuang Islam atas nama war on terrorism. Ke depan pemerintah India, Pakistan, dan Afghanistan akan mengokohkan strategi AS untuk membendung kelompok perlawanan Islam yang dituduh teroris. Dan korbannya terbesarnya adalah rakyat sipil yang dibunuh dengan sistematis oleh AS dan sekutunya. 5.5. Sudan Ajang Rebutan Para Kapitalis Sudan sebuah negeri Islam yang kaya di Afrika pun terus diacak-acak oleh kekuatan negara-negara colonial.Pada 14 Juli 2008 ketua jaksa penuntut Mahkamah Kejahatan

Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban

13

Internasional (International Criminal Court), Luis Moreno Ocampo, mengumumkan tuntutan kejahatan kepada presiden al-Bashir. Sejak konflik Darfur meletus, ICC adalah salah satu alat Eropa. Perancis lah dengan dukungan Inggris yang pada 31 Maret 2004, mendorong dibahasnya resolusi DK PBB no. 1593 yang mengalihkan pengadilan penjahat perang di Darfur ke Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC). Sementara AS menolak resolusi ini dan menginginkan agar pengadilan itu dilakukan di pengadilan khusus bermarkas di Arosha Tanzania sama seperti pengadilan penjahat perang di Rwanda. Dengan demikian keputusan Ocampo itu tidak lain berada dalam daerah tekanan Eropa yakni Perancis dan Inggris. Konflik di Sudan, baik konflik Sudan Selatan, konflik Darfur dan konflik Front Timur tidak lain adalah wujud dari pertarungan antara AS dan Eropa. Dan AS telah memenangi pertarungan itu di Selatan, memimpin dan Front Timur dan terus bersaing di Darfur. Baik AS dan Eropa adalah negara yang mengemban ideologi kapitalis. Tujuan mereka tidak lain untuk merampok kekayaan Sudan. Memang seperti itulah watak negara kapitalis dan hal itu dibuktikan dari apa yang terjadi di negeri-negeri Islam. Norm Dixon, seorang kolumnis dari Australia, menulis judul kolomnya pada 19/08/04: laba minyak berada di balik air mata barat untuk Darfur 25 6. Dialog Tanpa Hegemoni Atau Benturan Yang Tak Terhindarkan 26 Menurut Muhammad Ismail Yusanto, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia, mengatakan hanya ada dua pilihan dalam dialog Islam dan Barat. Dialog tanpa hegemoni atau benturan yang tidak terhindarkan, katanya di hadapan peserta Seminar Internasional Challenging Stereotypes in Europe and the Islamic World: Working Together for Constructive Policies and Partnership. Dia menjelaskan bahwa dialog harus didasari kesetaraan dan penerimaan dari kedua belah pihak dan tidak ada kekuatan yang membatasi dialog itu. Tanpa adanya pengakuan atas identitas masing-masing serta kemerdekaan masing-masing pihak, dialog tidak akan terjadi, jelasnya. Namun, dialog antarbudaya yang kerap diharapkan menjembatani perbedaan pandangan Islam dan Barat itu justru sering terjadi dalam tekanan satu pihak. Dia menandaskan mengenai jati diri, sesungguhnya identitas hakiki umat Islam adalah sebagai suatu ummah. Identitas sebagai ummah, artinya ialah umat Islam merupakan sekumpulan individu manusia yang diikat oleh jalan hidup Islam sesuai Aqidah dan Syariah Islam, dalam sebuah masyarakat Islam dan negara Islam (Khilafah). Dalam Piagam Madinah
25 26

www. Counterpunch.org Kutipan dari draft makalah yang akan disampaikan oleh Ismail Yusanto, Juru Bicara HTI, dalam Konferensi Internasional : "Islam and the West : Improving Political Dialog", diselenggarakan oleh ICIP bekerjasama dengan Kedutaan Besar Finlandia, Jakarta, 22 Nopember 2006

Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban

14

(Watsiqah al-Madinah) yang ditandatangani pasca hijrahnya Rasul SAW tahun 622 M, tercantum secara tegas identitas ini : "Ini adalah perjanjian dari Nabi SAW, berlaku di antara orang-orang mukmin dan muslim dari Quraisy dan Yatsrib serta siapa pun yang mengikuti mereka, yang menyusul di kemudian hari dan yang berjihad bersama mereka : Mereka adalah umat yang satu, berbeda dengan golongan manusia lainnya " (Ibnu Hisyam, Sirah an-Nabawiyah, I/502-503). Demikian paparan tokoh Hizbut Tahrir ini mengenai problem identitas Umat Islam. Kenapa menjadi sedemikian penting, karena di tengah proses pusaran globalisasi ini umat Islam tidak hanya merasakan ketimpangan dan diskriminasi ekonomi, seperti kemiskinan, namun juga bahayanya secara ideologi, yakni terancamnya orisinalitas ajaran Islam. Contohnya adalah penyelenggaraan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) oleh PBB di Kairo, September 1994. Konferensi itu sangat membahayakan karena berusaha melegalkan zina, homoseksual, lesbianisme, aborsi. Padahal semua itu haram menurut Islam.27 Inilah nilai-nilai Islam yang tidak bisa dipertemukan dengan nilai-nilai peradaban Barat. 7. Potensi Kebangkitan Islam Politik Dalam Wujud Kekuatan Global Desember 2004 lalu, National Intelelligence Councils (NIC) merilis sebuah laporan yang berjudul, Mapping the Global Future. Dalam laporan ini diprediksi empat skenario dunia tahun 2020: (1) Davod World: Digambarkan bahwa 15 tahun ke depan Cina dan India akan menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia.(2) Pax Americana: Dunia masih dipimpin oleh Amerika Serikat dengan Pax Americana-nya. (3) A New Chaliphate: Berdirinya kembali Khilafah Islam, sebuah pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada normanorma dan nilai-nilai global Barat.(4) Cycle of Fear (Munculnya lingkaran ketakutan)28. NIC meluncurkan laporan lima tahunan tentang masa depan dunia. NIC bermarkas di Kantor Central Intelligence Agency (CIA) di Langley, Virginia. Laporan terbaru itu juga memasukkan pandangan dari badan intelijen 15 negara. Hal itu bertujuan untuk menjaga independensi NIC, agar tidak didominasi intelijen AS yang kredibilitasnya tercoreng soal senjata pemusnah massal Irak karena terbukti tidak ada. Salah satu skenario yang cukup kontroversial adalah kemunculan kembali Khilafah Islam. Skenario seperti ini sangat jarang diungkap dalam berbagai analisis dunia internasional. Bahkan

27

28

Usman, Muhammad Nuroddin, Menanti Detik-Detik Kematian Barat, 2003. Halaman 262-263

Dokumen resminya bisa dilihat di peta situs http://www.dni.gov/nic/NIC_2020_project.html

Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban

15

banyak kaum Muslim sendiri yang mengatakan, berdirinya Khilafah Islam adalah utopis dan mustahil. Lepas dari apa maksud di balik ditulisnya berbagai skenario ini, paling tidak, kembalinya Khilafah Islam di kalangan analisis dan intelijen Barat termasuk hal yang diperhitungkan kemungkinannya. Artinya dunia Barat sendiri sudah bisa membaca potensi kebangkitan Islam sampai pada titik ini, tentu ini bukan merupakan hasil pengamatan yang asalasalan, tetapi tetap berdasarkan potensi fakta dan hipotesa. Potensi pertama yang bisa dibaca adalah ideologinya. Wacana Khilafah Islam sebagai negara global (global-state) yang dipimpin oleh seorang khalifah dengan asas ideologi Islam sudah bukan opini asing di tengah umat Islam. Banyak diakui, ajaran Islam tidak sekadar agama ritual dan moral yang sifatnya individual saja; Islam juga mengatur seluruh aspek kehidupan. Sebagai agama yang komprehensif, Islam mampu menjawab dan memberikan solusi terhadap berbagai persoalan manusia. Ideologi Islam ini pula yang pernah menyatukan umat Islam seluruh dunia mulai dari jazirah Arab, Afrika, Asia, sampai Eropa. Islam mampu melebur berbagai bangsa, warna kulit, suku, ras, dan latar belakang agama yang berbeda. 8. KESIMPULAN Pada intinya potensi kemunculan Islam Politik sebagai sebuah kekuatan global adalah sangat signifikan. o Sisi internal : di dalam dunia Islam terdapat aktor-aktor non negara yang mampu menyebar pengaruh di negeri-negeri Islam secara massif. o Sisi eksternal : ekspansi dunia Barat dengan standar ganda hegemoninya semakin memperuncing benturan peradaban. menimbulkan ketimpangan politik dan sentimen anti-Barat di dunia Islam. Pada level yang lebih jauh, jika aktor non-negara dalam hal ini adalah gerakan Islam non kekerasan, bukan jaringan Teroris-- berhasil membangun dialog dengan aktor negara (state actor) secara intensif dan berhasil memunculkan kesadaran penguasa-penguasa negeri Muslim, maka terwujudnya kesatuan dunia Islam di bawah naungan Khilafah Islam, menjadi sangat niscaya. Prediksi National Intelelligence Councils (NIC) menunjukkan bahwa dunia Barat sudah menyadari dengan serius potensi kebangkitan Islam.

Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban

16

DAFTAR PUSTAKA

Huntington, Samuel P., Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia (Yogyakarta : CV. Qalam, 2003) Gerges, Fawaz A., Amerika dan Islam Politik : Benturan Peradaban atau Benturan Kepentingan? (Jakarta : Alvabet, 2002) An-Nabhani, Taqiyyuddin, Mafahim Hizbut Tahrir ( Jakarta : Hizbut Tahrir Indonesia, 2006) Husaini, Adian, Wajah Peradaban Barat (Jakarta : Gema Insani Press, 2005) Abdullah, Muhammad Husein, Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam (Bogor : Pustaka Thariqul Izzah, 2002) Masoed, Mohtar, Ilmu Hubungan Internasional; Disiplin dan Metodologi (Jakarta : LP3ES, 1990) Khalid, Abdurrahman Muhammad, Soal Jawab; Seputar Gerakan Islam (Jakarta : Al-Islam Press, 2003) Hermawan. P. Yulius, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional : Aktor, Isu dan Metodologi (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007) Hamm, Bernd, The Bush Gang; Kelompok Elit yang Menghancurkan Serangan Neo Konservatif terhadap Demokrasi dan Keadilan (Jakarta : PT. Ina Publikatama, 2006) Griffiths, Martin, Lima Puluh Pemikir Studi Hubungan Internasional (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001) Usman, Muhammad Nuroddin, Menanti Detik-Detik Kematian Barat (Solo : Era Intermedia, 2003)

Potensi Munculnya Kekuatan Global Islam Politik | Resultan Benturan Peradaban

17

You might also like