You are on page 1of 40

Kornelius Fhelix August S.

Bintang Variabel

Bintang yang cahayanya berubah-ubah
Penamaan bintang variabel
Untuk yang sudah mempunyai nama, tetap menggunakan nama tersebut. Contoh
: Polaris, o Orionis, o Cephei, dst
Untuk bintang variabel baru, digunakan nama rasi tempat bintang tersebut berada
ditambah huruf R di awalnya untuk bintang pertama yang ditemukan, huruf S
untuk yang ditemukan kedua dst sampai z. Jika masih ditemukan lagi digunakan
huruf: RR, RS, RT, , RZ, SS, ST, ., SZ, . Dst. Contoh: S Bootis, RR Lyra, SS Cygni,
. dst
Nama dengan menggunakan huruf R, S, T, . . . , QZ yang diikuti dengan nama rasi
digunakan hanya untuk 334 bintang variabel.
Selanjutnya dugunakan huruf V yang diikuti nomor ditemukannya mulai dari
nomor V335. Contoh : V335 Herculis, V969 Ophiuchi
Katalog bintang variabel yang lengkap:
General Catalogue of Variable Stars
Memuat sekitar 20 000 bintang variabel.
Yang penting dalam pengamatan bintang variabel adalah penentuan kurva
cahayanya (kurva yang mengatakan perubahan kuat cahaya
Diamati dengan cara fotometri fotoelektrik
Contoh Kurva Cahaya










Kurva cahaya
Bintang Ganda
Gerhana
Kurva Cahaya
Bintang Ganda













Contoh Bintang Variabel yang terkenal:
A. Bintang Variabel Cepheid
Nama bintang variabel ini diambil dari nama bintang jenis ini yang pertama ditemukan yaitu
o Cepheid.
Perubahan cahaya bintang variabel Cepheid disebabkan karena bintang berdenyut dengan
P = 1 50 hari.
Pada saat cahayanya maksimum dan minimum kelas spektrumnya berubah. Contoh :
Bintang Polaris
P = 3,97 hari, A m = 0,1 mag
Kls Spek. Pd saat max : F - G
Kls Spek. Pd saat min : K
Sampai saat ini telah ditemukan lebih dari 700 bintang variabel Cepheid
Pada bintang variabel Cepheid terdapat hubungan antara luminositas dan periode
perubahan cahaya
Ditemukan oleh Henrietta Leavitt dari Observatorium Harvard pd th 1912, berdasarkan
pengamatannya pada bintang variabel Cepheid yang terdapat di Awan Magellan Kecil
Dari hubungan antara luminositas dan periode perubahan cahaya bintang variabel Cepheid
yang terdapat di galaksi lain, dapat ditentukan jarak galaksi tersebut.
Lilin penentu jarak


Kurva cahaya
Bintang Variable
RR Lyra
Kurva Cahaya
Bintang Variabel RR
Lyra


Kurva Cahaya
Bintang Variabel
Cepheid
Kurva Cahaya
Bintang Variabel
Cepheid

Bintang variabel Cepheid dapat dibagi dalam dua tipe:
Cepheid tipe I:
Cepheid klasik
Bercampur dengan debu antar bintang
Cepheid tipe II:
Cepheid yang tidak bercampur dengan debu antar bintang
Bergerak dengan cepat
Termasuk populasi II
Bintang variabel Cepheid tipe I dan II mempunyai kurva cahaya, spektrum dan kecepatan
radial yang berbeda
Hubungan antara luminositas dan periode perubahan cahaya bintang Cepheid











M
v
dapat dicari
Dari rumus Pogson : m - M = -5 + log d
m dapat diamati d dapat dicari
Galaksi-galaksi yang telah ditentukan jaraknya dengan menggunakan bintang variabel
Cepheid

























Mengapa Bintang Berdenyut?
Dalam keadaan setimbang, tekanan dari dalam bintang mengimbangi gaya gravitasi (setimbang )
Apabila terjadi gangguan :
kesetimbangan akan goyah
tekanan bisa naik melebihi gaya gravitasi
Galaksi Spiral NGC 4414
d = 60 juta Tahun cahaya
NGC 4603 (galaksi terjauh yang
ditentukan jaraknya dengan bintang
variabel Cepheid
d = 108 juta tahun cahaya

bintang akan mengembang
pengembangan akan menyebabkan tekanan menjadi turun lagi, lebih kecil dari gaya
gravitasi
bintang mengkerut kembali
dan seterusnya

Dalam hal bintang Cepheid
Bintang variabel Cepheid adalah bintang yang berada dalam tahap raksasa atau maharaksasa
merah
Dalam tahapan ini, T di bagian luar bintang rendah.
sebagian besar H dan He dalam keadaan netral
Apabila bintang mengkerut, T di dekat permukaan naik
terjadi ionisasi pada atom H dan He.
Proses ionisasi menyerap energi
T di daerah tersebut akan naik melebihi T bila tak terjadi ionisasi.
Peristiwa ini menyebabkan aliran pancaran terhambat
kekedapan akan semakin bertambah
P akan naik cepat akibat hambatan aliran energi tersebut hingga lapisan luar bintang
akan mengembang
Peristiwa kebalikannya akan terjadi dengan rekombinasi ion di daerah ionisasi tadi.
Jadi mekanisme pendorong denyutan Cepheid adalah peristiwa ionisasi dan
rekombinasi atom H dan He di bagian luar bintang
Daerah ionisasi ada di semua bintang, tetapi mengapa tidak semua bintang berdenyut?
Syarat terjadi denyutan










B. Bintang Variabel RR Lyra
P = 0,1 - 1 hari
Luminositanya < L Cepheid sukar diamati di galaksi lain
Ditemukan banyak di gugus bola
Termasuk bintang populasi II
Luminositasnya hampir tidak bergantung pada periode perubahan cahayanya.
Pada diagram HR, RR Lyra terletak pada cabang horizontal

C. Bintang variabel lainnya
Mira Ceti :
P = 320 370 hari
m
max
= 3 ~ 4 mag
m
min
= 9 mag
Sp max = M
6

Sp min = M
9


Bintang variabel Kelas B (Variabel | CMa):
P = 4 - 6 jam
A m < 0,1 mag
letak pada diagram HR sejajar dengan deret utama dan terletak sedikit di atas deret
utama
Bintang yang cahayanya berubah tidak beraturan
Contoh :
Jenis bintang R Corona Borealis
Jenis bintang T Tauri
Flare star
Herbig Ae/Be
dst
A m ~ 5
mag

Gugus Bintang
Gugus Galaktika (Open Cluster)
Bentuknya tidak simetris
Jumlah bintangnya 100 1000 bintang
Banyak mengandung materi antar bintang
Bintang paling terang adalah bintang raksasa biru
Bintang katai putih sangat sedit ditemukan










Gugus Bola (Globular Cluster)
Bentuknya simetris
Jumlah bintangnya ~ 10
5
- 10
6

Tidak mengandung materi antar bintang
Bintang paling terang adalah bintang raksasa merah
Bintang katai putih banyak ditemukan

Gugus
Pleiades

Globular
Cluster M3

Walaupun gugus bola banyak mengandung bintang katai putih, namun bintang
katai putih tersebut sangat sukar diamati, karena cahayanya sangat lemah dan
juga gugus-gugus bola ini jaraknya sangat jauh (5 000 15 000 pc)
Tetapi setelah Hubble Space Telescope (HST) mengamati gugus bola, baru
bintang katai putih bisa diamati.

Jarak Gugus
Jarak gugus bintang hanya bisa ditentukan dengan menggunakan parallaks spektroskopi.
Dari pengamatan spektroskopi dapat ditentukan kelas spektrum dan kelas luminositas
bintang-bintang terang
Luminositas Bintang Magnitudo Mutlak
Dari pengamatan juga dapat ditentukan magnitudo semu bintang-bintang terang
tersebut
Dengan menggunakan rumus Pogson, dapat ditentukan jarak bintang-bintang terang.
Jarak gugus ditentukan dengan merata-ratakan jarak dari bintang-bintang terang
tersebut.

Katalog yang memuat Gugus Bintang
Katalog Messier : Nama gugus dimulai dengan huruf M. M1, M2, M3, .. dst
New General Catalogue (NGC): Nama gugus dimulai dengan huruf NGC. NGC 6205, NGC
7654 . dst
Index Catalogue (IC)
Ada juga gugus bintang yang diberinama berdasarkan mitologi. Misalnya: Gugus Hyades,
Gugus Pleiades, . . . dst


Gugus Bola M5 atau NGC5904.
Massanya 2 juta kali massa
Matahari. Jaraknya sekitar 26 000
tahun cahaya dan umurnya sekitar
13 milyar tahun.
Gugus Bola M22 yang berjarak 10
000 tahun cahaya dan
diamaternya sekitar 65 tahun
cahaya

Populasi Bintang
Bintang dalam galaksi tidak dilahirkan dalam waktu yang
bersamaan :
ada bintang yang baru dilahirkan
ada bintang muda
ada bintang yang sudah tua





Pada tahun 1944, W. Baade membagi 2 macam populasi bintang, yaitu
Bintang Populasi I
Kelompok bintang muda
Terdiri dari bintang maharaksasa biru
Anggotanya bergerak lambat
Bintang dalam gugus galaktika termasuk bintang populasi I
Dari pengamatan spektroskopik, ada bintang yang bergaris logam kuat dan ada pula yang
bergaris logam lemah
Matahari termasuk bintang populasi I bergaris lemah

Bintang Populasi II
Kelompok bintang tua
Terdiri dari bintang maharaksasa merah dan bintang tua lainnya
Anggotanya bergerak cepat
Bintang dalam gugus bola termasuk bintang populasi II
Bintang populasi II mengandung unsur berat lebih sedikit dari populasi I

Bintang Populasi II terbentuk dari materi antar bintang yang masih bersih dari unsur berat
Harga z kecil
Akibat pelontaran materi oleh bintang, materi antar bintang dikotori oleh unsur berat yang
dulunya dibentuk di dalam bintang
Akibatnya bintang yang terbentuk kemudian yaitu populasi I, mengandung unsur berat yang
lebih banyak.
Pembagian populasi bintang menurut J.H. Oort (1957)
Populasi Bintang Anggotanya Kec. Gerak (Km/s) Jumlah Elemen Berat
(z) - %
Ekstreem I Maharaksasa biru
Gugus galaktika

10 4
Pertengahan I Bintang bergaris kuat

20 3
Tua I Bintang bergaris lemah

30 2
Pertengahan II Bintang bergerak cepat

50 1
Ekstreem II Raksasa merah
Gugus bola

180 0,3


Galaksi Bima Sakti

Dimensi & Perkembangan Konsep tentang Galaksi
Tahun 1610 Galileo menemukan bahwa MW merupakan suatu sistem bintang
Pertengahan abad 18
- Thomas Wright dan Immanuel Kant:
hipotesa bahwa Galaksi merupakan suatu piringan yang tersusun dari bintang2,
termasuk Matahari.
- Kant:
teori bahwa Galaksi tidak unik, ada banyak sistem serupa (island universes )
terdistribusi di langit pada jarak yang sangat jauh
Akhir abad 18
William & Caroline Herschel: dengan teknik star gauging menyimpulkan bahwa Matahari
terletak di dekat pusat dari suatu sistem yang pipih, hampir ellips, di mana lebar dalam
arah bidang Galaksi 5x lebih besar daripada arah tegak lurus bidang tsb







Abad 19, penemuan fotografi astronomis.
Kapteyn: Galaksi merupakan sebuah sistem spheroid yang pipih berukuran sedang, kira-
kira 5x lebih panjang pada bidangnya. Matahari terletak agak di luar bidang Galaksi pada
jarak 650 pc dari pusat



Shapley menggunakan distribusi globular cluster: Mengestimasi ukuran diameter Galaksi
adalah ~100 kpc (10x lebih besar daripada Kapteyn Universe!), Matahari terletak 15 kpc
dari pusat Galaksi
Bentuk Galaksi Menurut William dan
Caroline
Sampai saat itu semua penurunan dimensi tidak tepat karena mengabaikan absorbsi
antar bintang
April 1920 debat Curtis dan Shapley, salah satunya tentang ukuran Galaksi kita, dan skala
jarak di dalamnya
Penemuan absorbsi antar bintang oleh Trumpler dari studi open cluster.
Mengestimasi jarak menggunakan main sequence fitting
Mengestimasi ukuran dengan mengukur besar sudutnya ( R = dO ), semua open
cluster diasumsikan memiliki diameter yang sama
Diamati cluster-cluster yang jauh terlihat lebih besar!
Trumpler mempostulatkan bahwa hal ini disebabkan oleh progressive dimming
cahaya
m M = 5 log(d/10) + kd di mana k = 0.79 mag/kpc
Absorpsi ini menjelaskan perbedaan antara pekerjaan Kapteyn dan Shapley

Dimensi & Komponen-komponen Galaksi
Galaksi dapat dibagi dalam beberapa komponen yang memiliki struktur dan kandungan
bintang/gas yang berbeda

Komponen Galaksi:
Piringan Galactic (galactic disk)
Galactic bulge
Galactic nucleus
Galactic (stellar) halo
Galactic dark halo

Gugus Bintang:
Gugus bola (Globular Cluster):
konsentrasi/kumpulan bintang berbentuk mendekati bola dan terikat kuat secara gravitasi.
Gugus bola beranggota sampai ratusan ribu bintang dan memiliki diameter sampai 100 pc.

Milky Way kemungkinan memiliki beberapa ratus globular cluster. Bintang2 dalam globular
cluster sangat tua dan diduga terbentuk seumur Galaksi itu sendiri.
Gugus terbuka (Open Cluster/Galactic cluster):
konsentrasi/kumpulan bintang beranggota hingga ratusan bintang. Ikatan gravitasinya tidak
sekuat gugus bola. Letaknya terkonsentrasi pada bidang Galaksi. Umur muda.

Galactic disk (piringan Galaksi)
- Kebanyakan bintang dalam MW terletak pada disk
- Sangat tipis: diameter 30 40 kpc, tebal 2 kpc
- Matahari terletak pada disk, 8-8.5 kpc dari pusat Galaksi (PG)
M80
- Gerak bintang dalam disk hampir sepenuhnya rotasional mengitari PG, dengan orbit
(mendekati) circular
- Adanya struktur spiral yang ditunjukkan oleh bintang2 muda yang masif (O dan B) dan daerah2
HII
- Umur bintang: muda sampai tua
- Terdapat gas, debu
- Bintang2 cenderung memiliki metalisitas yang tinggi (Z > 0.01)


METALISITAS
- Fraksi massa hidrogen dalam bintang sering dinyatakan dalam X, helium dalam Y dan metal
(elemen yang lebih berat daripada helium) dalam Z. Metalisitas Matahari sekitar 1.6 persen
massa.
- Metalisitas bintang2 lain dinyatakan dalam [Fe/H] :

- Besi bukanlah elemen berat yang paling berlimpah tapi salah satu yang paling mudah diukur
dalam spektrum visible

Galactic bulge
- Bentuk spheroid
- Orbit memanjang, sampai ke atas bidang Galaksi
menyebabkan bentuk spheroid
- Umur bintang: muda sampai tua

Galactic nucleus
- Bagian yang paling dalam dari MW (beberapa pc)
- Kerapatan bintang sangat besar: jarak pisah antar bintang sekitar 100 AU (seukuran
Tatasurya)
- Ada bukti-bukti yang meyakinkan tentang adanya super massive black hole di PG (massa 1-2
juta kali massa Matahari)

Galactic halo (stellar halo)
- Bentuk sferis agak pepat
- Terdiri dari globular cluster dan bintang2 tua, metalisitas rendah (Z < 0.001)
- Ukuran: 30-40 kpc
Dark halo (corona)
- Suatu sistem materi yang sangat besar berbentuk sferis
- Materi di dalamnya gelap (tidak menyerap atau memancarkan gelombang EM) dark matter,
dideteksi melalui efek gravitasi yang ditimbulkannya
- Keberadaannya disimpulkan dari bentuk kurva rotasi Galaksi
- 70% - 90% massa Galaksi berada di sini

Ringkasan sifat disk, bulge dan halo


gambaran skematik Galaksi Bintang2 populasi I:
- muda, metalisitas tinggi
Bintang2 populasi II:
- tua, metalisitas rendah






Thin disk vs thick disk
Umumnya kecerlangan permukaan (surface brightness)
Galaksi didekati dengan double exponential function:

R
d
= 3.5 0.5 kpc (de Vaucouleurs & Pence 1978) disebut skala panjang piringan (disk scale length)
dan z
d
= 180 pc disebut skala tinggi piringan (disk scale height).
Umumnya dianggap bahwa pada disk distribusi massa mengikuti distribusi kecerlangan, sehingga
fungsi di atas juga menunjukkan fungsi kerapatan terhadap R dan z.
Tetapi.
2 eksponensial dalam arah z
Interpretasi:
- Single disk dengan kerapatan
tidak eksponensia atau
- Secara fisik ada 2 komponen:
thin disk (z
d
= 180 pc) dan
thick disk (z
d
= 1 kpc)

) / exp( ) / exp( ) (
0 d d
z z R R I R I =
Penjelasan ke dua lebih diterima:
- bintang2 thick disk lebih tua dari 10 Gyr dan lebih miskin
metal daripada *Fe/H+ = 0.4; bintang2 thin disk lebih muda
dari 10 Gyr dan kaya metal

Galactic center
Kecepatan dalam radius 2 pc dari inti Galaksi sangat tinggi sehingga massa yang dilingkupi oleh
radius tsb menunjukkan keberadaan massa sebesar beberapa juta massa Matahari dalam radius 0.5
pc dari galaksi kita. Sebuah sumber radio yang dikenal sebagai Sagittarius A*(Sgr A*) terletak sangat
dekat dengan pusat, dan Menunjukkan kecepatan gas 260 km/s.
Jika ini adalah suatu kecepatan orbit, maka hanya mungkin kalau Sgr A* adalah sebuah supermassive
black hole. Pada panjang gelombang infra merah, luminositas daerah ini adalah 10
7
L
sun
.


Sistem koordinat galaktik (l,b)
equator Galaksi: lingkaran besar yang
hampir mendekati bidang Galaksi, berinklinasi
62.87 terhadap equator langit.
Kutub utara Galaksi (North Galactic Pole =
NGP) terletak (epoch 2000)


) 12825 . 27 , 85948 . 192 ( ) (
,
=
GP GP
o o
Bujur galaksi l (galactic longitude) dihitung terhadap arah pusat Galaksi. Lintang galaksi b
dihitung dari bidang Galaksi ke arah NGP (b+) atau SGP (b-)Arah pusat Galaksi (l,b) = (0,0)
atau (epoch 2000):


Sistem koordinat galaktik (l,b)


Transformasi koordinat dari sistem ekuatorial ke galaktik:



Transformasi koordinat dari sistem galaktik ke ekuatorial:



di mana
adalah bujur dari ekuator utara langit (NCP)
) 936 . 28 , 405 . 266 ( ) (
,
=
GC GC
o o
) cos( cos sin sin cos ) sin( cos
) sin( cos ) sin( cos
) cos( cos cos sin sin sin
GP GP GP CP
GP CP
GP GP GP
l l b
l l b
b
o o o o o o
o o o
o o o o o o
=
=
+ =
) cos( cos sin sin cos ) sin( cos
) sin( cos ) sin( cos
) cos( cos cos sin sin sin
l l b b
l l b
l l b b
CP GP GP GP
CP GP
CP GP GP
=
=
+ =
o o o o o
o o o
o o o
= 932 . 123
CP
l
Kinematika Galaksi
Kecepatan bintang ditentukan oleh dua komponen:
kecepatan radial (dari pergeseran Doppler garis2 spektrum)



kecepatan tangensial (dari proper motion)


Kecepatan ruang diberikan oleh


Baik untuk kecepatan radial maupun tangensial harus dikurangi dengan kecepatan orbit
Bumi mengelilingi Matahari (~30 km/s) dan kecepatan ruang Matahari (~19.7 km/s).

Gerak Matahari terhadap bintang2 tetangga & LSR
Gerak Matahari terhadap bintang2 tetangga tercermin dalam gerak diri (proper motion) dan
kecepatan radial bintang2 tsb.
Apex : titik yang dituju Matahari
dalam geraknya di antara
bintang2. Bintang2 dekat apex
memiliki kec radial terkecil
(negatif).

Antapex : titik yang dijauhi
Matahari. Dalam arah antapex
terlihat kecepatan radial terbesar
positif).

Pada lingkaran besar yang tegak lurus arah apex-antapex, kecepatan radial rata-rata nol,
tetapi proper motion besar. Proper motion berkurang ke arah apex dan antapex, tapi selalu dari arah
apex menuju antapex.
Untuk mempelajari gerak bintang2 yang sesungguhnya, harus didefinisikan sistem koordinat
sebagai kerangka acuan. Kerangka yang paling praktis didefinisikan sedemikian rupa sehingga
bintang2 di sekitar Matahari secara rata2 diam terhadapnya. Kerangka ini disebut local standard of
rest (LSR), atau standard diam lokal.
c v
r
0

A
=
) ( ' ' 74 . 4 ) / ( pc d s km v
t
=
2 2
t r
v v v + =
LSR didefinisikan sbb : misalkan kecepatan bintang2 disekitar Matahari acak. Kecepatan bintang2
terhadap Matahari (kec radial, proper motion dan jarak) diasumsikan diketahui. LSR didefinisikan
sedemikian sehingga vektor kecepatan rata2nya berlawanan dengan kecepatan Matahari terhadap
LSR, sehingga kecepatan rata2 total terhadap LSR = 0.
Gerak Matahari terhadap LSR adalah:




Apex terletak pada rasi Hercules.
Kecepatan sebuah bintang terhadap LSR disebut peculiar motion dari bintang tsb. Kec peculiar
diperoleh dgn menambahkan kec bintang yang diamati dengan kec Matahari terhadap LSR.
LSR diam hanya terhadap tetangga dekat Matahari, tapi bergerak mengelilingi pusat Galaksi.


Standard diam lokal/Local Standard of Rest (LSR):
Suatu kerangka referensi pada bidang Galaksi yang bergerak pada orbit lingkaran mengelilingi
pusat Galaksi.

Kerangka referensi fundamental galaktik:
Suatu kerangka referensi yang berpusat pada pusat massa Galaksi (anggap pada pusat Galaksi).
Kecepatan sebuah bintang dalam kerangka refensi ini sering diberikan dalam koordinat silinder
(,,Z):

: sepanjang arah radial pada bidang
Galaksi, positif ke arah luar (l=180, b=0)
: arah tangential pada bidang
Galactic, positif dalam arah rotasi
Galaksi (l=90, b=0)
Z: tegak lurus bidang Galaksi, positif ke
arah utara

Kecepatan LSR dalam kerangka fundamental ini:

di mana O
0
adalah kecepatan melingkar pada radius Matahari (R
0
).
- Bintang2 di sekitar Matahari menunjukkan kecepatan peculiar yang didefinisikan sebagai:






Solar Motion
Asumsi yang dapat dibuat:
Kerapatan total bintang tidak berubah, sehingga tidak ada aliran dalam arah u (radial)
maupun w (tegak lurus). <u
*
> = <w
*
> = 0.
Jika kita deteksi <u> atau <w> tidak sama dengan nol, ini merupakan cerminan dari gerak
Matahari.
Dehnen & Binney 1998 MNRAS 298 387
Parallaxes, proper motions, etc untuk solar neighborhood (hanya populasi disk)
U
0
= -10.000.36 km/s (i.e. inward)
V
0
= 5.250.62 km/s
W
0
= 7.170.38 km/s (i.e. upward)
U dan W tidak bergantung terhadap warna (B-V), tapi V bergantung warna

Rotasi Galaksi
- Kita telah memperkenalkan konsep suatu sistem yang bergerak dalam orbit circular dalam
bidang Galaksi (disebut "standard of rest"), karena bintang2 dalam bidang Galaksi bergerak
dalam orbit2 yang mendekati circular.
- Gerak bintang2 pada dasarnya dapat diuraikan menjadi gerak rotasi rata2 mengitari pusat
Galaksi dan gerak random disekitar lintasan rata2
- Ada 2 cara suatu disk dapat berotasi:
- semua bintang bergerak dengan kecepatan sudut yang sama (rotasi benda tegar/rigid
body rotation)
- kecepatan sudut bergantung pada jarak: bintang2 yang lebih dekat dengan pusat
Galaksi menyelesaikan orbit mereka dalam waktu yang lebih cepat dari pada yang
lebih jauh. Ini dikenal sebagai rotasi diferensial (differential rotation).

0 , , 0
0
= O = O = H
LSR LSR LSR
Z
- Galak-galaksi menunjukkan rotasi diferential.








- Jika kita dapat mengukur kecepatan rotasi circular O sebagai fungsi jarak R dari pusat Galaksi,
kita akan mendapat informasi tentang gaya gravitasi yang bekerja dalam Galaksi (dinamika
Galaksi).
- Penentuan O(R) terbatas pada jarak 2-3 kpc dari Matahari karena adanya absorpsi antar bintang.
- Adanya sifat kinematika bintang yang berbeda2 juga memperumit analisis.
- Solusi: mendeduksi O(R) dari observasi garis HI
- Akan dibahas matematika untuk menggambarkan rotasi ini

Kinematika Rotasi Galaksi
- Asumsi:
Materi dalam bidang Galaksi bergerak dalam orbit circular
Keplerian
- Kenyataan:
R <~ 3 kpc hampir mendekati rotasi benda tegar
O(R) konstan pada jarak yang cukup besar keluar dari pusat Galaksi
Sebagian besar dari disk: e turun ke arah keluar dari pusat Galaksi

KONSTANTA2 OORT
Jan Oort menemukan bahwa gerak bintang2 (dan gas) di sekitar Matahari bervariasi dengan
longitude dan dengan tepat menafsirkan bahwa hal ini disebabkan oleh rotasi diferensial dari
piringan Galaksi.
Kecepatan radial

di mana konstanta Oort A
Adsin2 v
r
=
(
(

|
.
|

\
|

0
R 0
0
dR
d
R

2
1
A

Kecepatan tangensial

dengan konstanta Oort B

Umumnya v
r
dan v
t
dalam satuan km/s, d dalam kpc dan A & B dalam km/s/kpc

Proper Motion





Catatan: A dan B di sini dalam satuan km/s/pc

Konstanta Oort A menyatakan besarnya shear
dalam disk (deviasi terhadap rotasi benda
tegar/rigid body), karena A bergantung pada de
/dR




Untuk benda tegar e = konstan A = 0.

Konstanta Oort B menyatakan vorticity
(kecenderungan bintang2 untuk bersirkulasi
mengitari suatu titik tertentu).


Penentuan konstanta Oort A
Konstanta Oort A dapat ditentukan dengan salah satu
metode berikut:
i) Amplitudo variasi kecepatan radial terhadap longitude dari obyek2 yang diketahui jaraknya.




B) d(Acos2 v
t
+ =
(
(

|
.
|

\
|
+
0
R 0
0
dR
d
R

2
1
B
Variasi kecepatan dalam arah pandang
dan kecepatan tangensial sebagai fungsi
longitude Galaksi untuk bintang2 yang
bergerak dalam orbit circular dalam
bidang Galaksi

4.74
B Acos2

+
=

0 0
R
0
R 0
0
dR
d
R
2
1
dR
d
R

2
1
A
|
.
|

\
|
=
(
(

|
.
|

\
|

Adsin2 v
r
=

ii) Amplitudo variasi proper motion terhadap longitude.





iii) Dari definisi





menggunakan kurva rotasi yang ditentukan secara empiris



Penentuan konstanta Oort B
i) Satu-satunya cara langsung untuk menentukan konstanta Oort B adalah melalui pengukuran
proper motion bintang2 bersama penentuan konstanta Oort A.



ii) Cara tak langsung untuk menentukan konstanta Oort B melalui persamaan:
o
r
: dispersi kecepatan peculiar velocity bintang dalam arah radial
o
t
: dispersi kecepatan peculiar velocity bintang dalam arah
tangensial


Data terbaru (Hiparcos) memberikan
A = 14.8 0.8 km/ s / kpc
B = -12.4 0.6 km/ s / kpc
Dengan mengetahui nilai A dan B kita dapat memperoleh informasi yang penting tentang orbit
Matahari.
Kecepatan sudut Matahari :

Kecepatan radial bintang2
Cepheid di sekitar Matahari

4.74
B Acos2

+
=

0 0
R
0
R 0
0
dR
d
R
2
1
dR
d
R

2
1
A
|
.
|

\
|
=
(
(

|
.
|

\
|

e
4.74
B Acos2

+
=

1 ) / (
1
A
B -

B - A
B -
2
t
2
r
2
r
2
t

=
=
B A
R

0
0
0
= =
atau kecepatan linier :

Dengan data A dan B di atas, biasanya dituliskan:


Dengan metode ini kita dapat menurunkan kecepatan sirkuler (linier) di sekitar Matahari
hanya jika jarak ke Pusat Galaksi diketahui (diperoleh dengan cara lain).

Gradien kecepatan linier Matahari :


Gradien sangat kecil kurva rotasi di sekitar Matahar hampir konstan.
INGAT !
Konstanta Oort konstan hanya pada radius Matahari dan bernilai lain pada radius yang berbeda.

Pengetahuan tentang kecepatan sirkuler dan variasinya terhadap jarak sangat penting.
Ingat bahwa untuk obyek yang mengorbit mengelilingi suatu massa titik (e.g. sistem Bumi-
Matahari), percepatan pada orbit sirkuler adalah:



Artinya, jika kecepatan sirkuler obyek (Bumi) O
c
dan jarak dari Matahari diketahui (1 AU),
kita dapat menurunkan massa Matahari M.
- Untuk sistem yang spatially extended (spherical system, flattened system) berlaku
persamaan yang mirip, dengan M digantikan oleh massa yang dicakup oleh radius r, M =
M(<r), dari orbit sirkuler tsb.
- Jadi kita dapat menentukan massa disk yang dilingkupi oleh orbit Matahari (atau lebih tepat
orbit LSR) dan dengan memetakan variasi kecepatan sirkuler terhadap radius kita dapat
mengetahui distribusi massa M = M(r).


B) (A R
0 0
=
km/s /8kpc) R ( 218
0 0
=
pc -2.4km/s/k B) A (
dR
d
0
R
~ + =
|
.
|

\
|
2
2
c
r
GM
r

=
G
r
M
2
c
=
atau
sun
11
0
2
0
M 10
G
R
M ~ =
Kegunaan lain konstanta2 Oort
- Penentuan jarak bintang dari Matahari


- Periode orbit Matahari mengelilingi pusat galaksi



Penentuan R
0

1. Dari lokasi Pusat Galaksi
Ambil pusat Galaksi sebagai centroid sistem globular clusters.
Gunakan bintang2 RR Lyrae sebagai indikator jarak, asumsikan M
V
(RR) = 0.6 dan R
0

diberikan oleh median jarak cluster2 tsb. Perlu memperhitungkan ekstingsi! Memberikan R
0

8 kpc.
2. Gunakan bintang2 RR Lyrae dekat pusat Galaksi Galactic yang diamati dalam jendela
Baade (daerah yang bebas absorpsi).
Plot jumlah bintang2 RR Lyrae dalam jendela ini sebagai fungsi jarak. Puncak memberikan
R
0
7.3 kpc.
3. Menggunakan Mira variables dalam jendela Baade dan memanfaatkan hubungan periode-
luminositas yang ditentukan dari LMC. Tentukan puncak number density. Menghasilkan R
0

8.3 kpc.

Rotasi dan massa Galaksi
- Secara umum, semua materi dalam disk berotasi mengitari PG
- Tumbukan antar bintang hampir tidak pernah terjadi.
Tiap bintang berespon terhadap medan gravitasi kumulatif yang dihasilkan oleh bintang
yang dilingkupi oleh orbit bintang tsb.
- Matahari terletak 8.5 kpc dari PG mengorbit dengan kecepatan 220 km/s periode orbit
240 juta tahun
- Pengukuran kecepatan orbit obyek pada jarak yang berbeda- beda dari PG penting untuk
estimasi massa total yang dilingkupi pada posisi tsb
Contoh: dari jarak 8.5 kpc dan kecepatan rotasi 220 km/s diperoleh bahwa massa yang
dilingkupi oleh orbit Matahari dalam Galaksi adalah sekitar 10
11
massa Matahari

Asin2
v
d Adsin2 v
r
r
= =
yrs 2.3x10
B - A
2

R 2
P
8
0
0
~ = =
- Untuk mengestimasi massa yang dilingkupi diperlukan penentuan kecepatan orbit dan jarak
obyek dari PG
- Plot kecepatan orbit sebagai fungsi jarak dari PG disebut sebagai kurva rotasi
- Perbedaan kurva rotasi untuk Tatasurya dan untuk Galaksi: diskusikan!!
Tatasurya
Pada dasarnya semua massa Tatasurya ada dalam Matahari; penurunan kecepatan orbit
planet2 yang lebih luar hanya mencerminkan pertambahan jarak ke Matahari keplerian
Galaksi
Total massa Galaksi tidak terkonsentrasi pada pusat; makin jauh dari PG makin bertambah
total massa yang dilingkupi oleh suatu orbit.
Tetapi pada jarak sangat jauh dari PG melingkupi hampir seluruh massa Galaksi lebih
jauh lagi mengikuti keplerian
Perlu obyek2 yang lebih jauh dari Matahari untuk memperoleh estimasi massa Galaksi yang
lebih akurat
Ternyata kurva rotasi MW flat (kecepatan rotasi konstan) bahkan sampai jarak 20 kpc dari
PG tidak menjadi keplerian

Kesimpulan: MW memiliki massa yang
sangat signifikan di luar posisi orbit
Matahari.
APAKAH INI MASALAH?
YA!! Jika kita bandingkan gravitational
mass dengan luminous mass.
TERNYATA LUMINOUS MASS HANYA
10% DARI MASSA MW!!
Massa yang hilang ini disebut sebagai
DARK MATTER
Kebanyakan galaksi2 spiral yang dapat
ditentukan kurva rotasinya memerlukan
keberadaan dark matter
Kandidat untuk dark matter:
- Baryonic : white dwarf, brown dwarf, Jupiter-like planets
- Non-baryonic: postulated elementary particles
Gambar : Grafik keplerian dan Non-Keplerian
Struktur Spiral Galaksi
- Tracer: bintang2 muda yang panas, HII regions
- Tidak mudah terlihat, karena kita ada dalam sistem Galaksi
- Potongan lengan spiral dapat ditemukan dengan mengukur ke gugus2 bintang muda yang
dekat dan HII regions:
terlihat terkonsentrasi dalam 3 spiral: lengan Sagitarius, lengan Orion-Cygnus dan lengan
Perseus
- Bukan merupakan suatu kumpulan bintang yang terikat untuk mengelilingi PG. Bintang
dapat lahir dalam lengan spiral dan dapat masuk dan keluar lengan spiral
- Struktur spiral merupakan suatu density wave yang bergerak pola kecepatannya sendiri.
Dalam lengan spiral ada peningkatan jumlah bintang, gas dan debu: kerapatan material
dalam lengan spiral lebih besar daripada di luarnya.
Struktur spiral yang diamati dan diekstrapolasi:

2 dan 8 lengan 3kpc dan lengan Perseus
3 dan 7 Lengan Norma dan Cygnus (dengan perpanjangan yang baruditemukan -6)
4 dan10 lengan Crux dan Scutum
5 dan 9 Lengan Carina dan Sagitarius
Terdapat lengan/jalur yang lebih kecil:
11 Lengan Orion (di mana Matahari terletak - 12)

Pembentukan Galaksi
- Bintang2 tua dalam thick disk, bulge, dan khususnya di halo. Bintang2 tertua terbentuk
relatif awal dalam sejarah alam semesta, menunjukkan bahwa Galaksi cukup awal
terbentuk.
- Pembentukan bintang terus terjadi dalam disk hingga saat ini
Ada 2 skenario utama pembentukan Galaksi:
Model keruntuhan monolithic (monolithic collapse)
Model monolithic collapse
Dikembangkan pada tahun 1960-an, khususnya oleh Eggen, Lynden-Bell
dan Sandage.
Galaksi terbentuk oleh keruntuhan sebuah progalaktik berupa awan gas yang
memiliki momentuk sudut tertentu. Gas ini pada awalnya memiliki metalisitas yang
sangat rendah. Keruntuhan terjadi dalam arah radial dan terjadi pembentukan
bintang dalam masa ini. Bintang2 yang dihasilkan pada masa ini sangat metal-poor
dan orbitnya memanjang dengan orientasi acak, yang sekarang kita amati sebagai
stellar halo.
Gas tsb membentuk piringan lebar yang berotasi, yang tidak terlalu metal-poor lagi
pada saat ini, akibat pengayakan (enrichment) gas oleh elemen2 berat yang
dihasilkan oleh bintang2 halo.
Rotasi merupakan akibat dari momentum angular awan protogalaksi. Pembentukan
bintang dalam disk yang telah dingin dan mapan ini menghasilkan bintang2 thick
disk.
Gas tsb kemudian membentuk piringan yang lebih tipis dan stabil dan berotasi. Sisa
gas yang jatuh ke daerah pusat membentuk bintang2 bulge. Pembentukan bintang
terus terjadi dalam piringan gas, membentuk bintang2 dalam thin disk.

Model ini memprediksi sifat2 utama Galaksi:
Menjelaskan rotasi bintang2 disk yang cepat dan metalisitas yang mendekati
metalisitas Matahari.
Orbit bintang2 halo yang terorientasi acak, metalisitas rendah dan umur yang
tua.
Penggabungan sub-sub unit (merging of subunits).
Merging scenario
Galaksi terbentuk dari penggabungan sub2 unit.
Pertama2 dikembangkan oleh Searle and Zinn tahun 1977 untuk stellar halo.
Model penggabungan sangat didukung oleh simulasi2 pembentukan Galaksi yang
detail. Simulasi ini memprediksi bahwa materi primordial dari Big Bang terkumpul
dalam sejumlah besar halo2 materi gelap (dark matter haloes) yang juga
mengandung gas. Halo2 ini kemudian bergabung akibat saling menarik secara
gravitasi, membentuk halo2 yang lebih besar.
Gas membentuk bintang2 di dalam awan2 dark matter (dark matter clumps) tsb.
Sejumlah besar subunit seperti ini kemudian membentuk Galaksi, dengan gas
membentuk piringan berotasi sebagai akibat dari sifat disipatif dan tumbukan gas.
Pembentukan bintang di dalam disk menghasilkan bintang2 piringan. Bintang2
dalam stellar halo mungkin berasal dari akresi subunit2 yang telah membentuk
bintang2.
Proses pembentukan galaksi2 melalui penggabungan clumps untuk membentuk
unit yang makin lama makin besar ini dikenal sebagai pembentukan galaski secara
hirarkhi (hierarchical galaxy formation).
Penggabungan pasti memainkan peranan yang penting dalam pembentukan dan
evolusi Galaksi. Pemodelan komputer yang detail dari pembentukan galaksi
memberikan bukti kuat terhadap model ini. Proses merger sangat mungkin sedang
terjadi sekarang.


Distance Ladder and Standard Candle

Pendahuluan:
Penentuan jarak merupakan isu yang sangat penting dalam astronomi, mulai dari skala Tatasurya
sampai alam semesta.
Dengan menentukan jarak kita dapat menentukan dimensi suatu obyek, luminositas, struktur &
distribusi galaksi dan alam semesta. Sebuah metode yang cocok untuk suatu rentang jarak, seringkali
tidak bisa dipakai untuk rentang berikutnya.
Karena itu dikenal istilah distance ladder (tangga jarak) untuk menggambarkan berbagai metode
yang cocok untuk berbagai rentang jarak tsb. Anak tangga yang di bawah dapat digunakan untuk
menentukan anak tangga berikutnya.

Metode yang digunakan untuk menghitung jarak:
1. Metode langsung
- radar (hanya untuk skala Tatasurya)
- triangulasi (tatasurya)
- paralax trigonometri (hanya sampai bintang2 dekat)

2. Metode tak langsung
Berdasarkan standard candles (lilin penentu jarak), yaitu menggunakan magnitudo mutlak
sebuah obyek yang diketahui untuk mendapatkan jarak melalui modulus jarak.
- Main Sequence Fitting
- Variable stars: RR Lyrae and Cepheids
- Type Ia Supernovae
- Hubungan Tully-Fisher untuk galaksi2 spiral
- Brightest Cluster Galaxies

Untuk obyek2 terjauh, juga dapat digunakan pengembangan alam semesta :
- Hukum Hubble

I. Metode Langsung

Radar (skala Tatasurya : ~ 10
-6
kpc)
Pengukuran langsung jarak Venus dan obyek2 lain pada orbit dekat Bumi
dengan radar : mengukur waktu yang diperlukan sinyal radar untuk sampai
Ke Venus dan dipantulkan kembali ke Bumi.






Contoh :
Pada saat Venus mencapai jarak terdekat dengn Bumi pada tahun 1961, radar2 yang kuat
diinstal pada teleskop Mk 1 dan pada 70m Goldstone dish di New Mexico. Signal pulsa dari radar
dipancarkan dan mencapai Venus 2 menit kemudian. Pulsa radio yang dipantulkan dideteksi 4
menit kemudian. Timing pulsa dapat ditentuka ndengan akurat, sehingga jarak ke Venus dapat
ditentukan (41.4 juta km)

Triangulasi (skala Tatasurya)
Dari jarak Bumi-Venus, kita dapat menentukan jarak Bumi - Matahari



Hukum Kepler ke-3 (abad 17)
dengan mengukur periode orbit planet2 dapat ditentukan jarak planet2 dari Matahari dalam
satuan jarak Bumi-Matahari












Stellar Parallax
( bintang2 dekat ~ 50 pc )
Posisi orbit Bumi yang berbeda menyebabkan bintang2
dekat terlihat bergerak relatif terhadap bintang2 jauh.
Annual parallax (paralaks tahunan) didefinisikan sebagai
perbedaan posisi sebuah bintang terlihat dari Bumi &
Matahari, yaitu sudut pada bintang yang dibentuk oleh
radius rata2 orbit Bumi mengelilingi Matahari.
Mermerlukan citra2 bintang yang sama pada dua masa
yang berbeda 6 bulan.




Gambar : Grafik Orbit dan rotasi
Bumi Mars
Mars
Mars
Bumi
Bumi
r r
r
P
r
P
r
P
52 . 1
konstan
3
2
3
2
3
2
=
=
=
Parsec
parsec adalah jarak di mana annual paralaksnya 1
arcsecond.
1 parsec = 3.26 tahun cahaya
Jarak (dalam parsec) adalah 1/sudut parallax
(dalam arcsecond):




Limit metode paralaks
Refraksi yang disebabkan oleh atmosfer membatasi keakuratan hingga 0.01 arcsecond.
d=1/p|Ad|=|Ap|/p
2

Pengukuran yang dapat dipercaya, yaitu dengan error 10% atau lebih kecil, hanya dapat dicapai
untuk jarak bintang tidak lebih dari sekitar 100 pc.
Teleskop2 luar angkasa tidak dibatasi oleh efek ini dan dapat mengukur dengan akurat jarak ke
obyek2 melebihi limit pengamatan ground-based.
Contoh : Hipparcos
Satelit Hipparcos (1989 1993, milik ESA)
Dapat mengukur paralaks hingga jarak 1 kpc
Digunakan untuk memetakan lokasi bintang2 dekat dengan akurasi 0.1 mas
standard error untuk proper motion: 1 mas/yr
Tyco star catalogue : berisi lebih dari 1 juta bintang dengan presisi 2030, two-band
photometry
Hipparcos catalogue: 120000 obyek dengan presisi mas Rencana ke depan : GAIA (misi ESA,
peluncuran 2010, observations 20112016)
Presisi ~ 4 arcsec, 4 warna, hingga V = 20 mag, 109 obyek.

Metode moving cluster
Bintang2 dalam sebuah cluster lahir dari awan yang sama sehingga bergerak paralel dalam di langit.
Jika kita ikuti gerak mereka di langit (mengukur proper motion), mereka tampak konvergen (atau
divergen) menuju (dari) satu titik. Observasi proper motion bintang2 dalam rasi Ursa Mayor
menunjukkan bintang2 di tengah merupakan anggota dari satu Cluster. Dua bintang di tepi tidak ada




Jika kita tahu titik konvergen, kita dapat menghitung komponen radia dan transversal dari kecepatan
cluster.






Hyades cluster, dekat Aldebaran rasi Taurus ditentukan jaraknya dengan metode ini, yaitu 46 pc.



II. Metode Tidak Langsung
Modulus jarak


Untuk memperoleh jarak, gunakan standard candles
Standard candles didefinisikan sebagai obyek2 yang diketahui magnitudo mutlaknya.
Persyaratan sebuah obyek dapat dipakai sebagai standard candle :
fisika dari standard candle dimengerti dengan baik (harus diketahui mengapa obyek tsb
memiliki luminositas tertentu).
magnitudo mutlak dari standard candle harus dikalibrasi, misalnya dengan mengukur
jaraknya dengan cara lain

Untuk menentukan jarak sebuah obyek :
1. Cari standard candle(s) dalam obyek tsb
2. Ukur magnitudo semu m
3. Tentukan m-M dengan M standard candle yang diketahui
4. Hitung jarak d
Seringkali jarak dinyatakan sebagai m-M, tidak dalam pc, sehingga langkah terakhir tidak
selalu dilakukan

Main sequence fitting



Bintang2 Variable sebagai Standard Candles

Cepheid (hingga 20 Mpc)
Cepheid adalah bintang raksasa variable yang berpulsasi radial dengan periode
panjang (~1-100 days) dan menunjukkan hubungan linier periode-luminositas yang
ketat (presisi lebih dari 10%), yang bergantung lemah pada metalisitas







Hubungan Periode-Luminositas variable Cepheid
Henrietta Leavitt (1868-1921)
menemukan hubungan empiris antara periode dan luminositas variable Cepheid
pada tahun 1912
Karena Cepheid sangat
terang, metode ini dapat
diterapkan hingga
13,000,000 tahun cahaya!
Kebanyakan galaksi memiliki
paling tidak sebuah Cepheid
di dalamnya, sehingga kita
bisa menentukan jarak ke
galaksi2 hingga ke jarak yang
cukup jauh



Hubungan Tully-Fisher
Lebar garis emisi hidrogen netral 21cm yang diukur dalam galaksi2 spiral sangat berkaitan degnan
luminositas galaksi. Garis ini mudah untuk diukur hingga sekitar 25 Mpc.Makin masiv suatu galaksi,
makin terang dan makin cepat awan2 gas mengorbit mengitari pusat galaksi, sehingga garis2
spektrum makin diperlebar oleh efek doppler.
Kecepatan orbit dalam galaksi2 :
Mass-to-light ratio :
Asumsikan surface brightness galaksi2 spiral sama, diperoleh :



R V M
c
2

( ) L M M M / - =
2 / 1 2
2 2
2
) / (
/ /
L V L M L
R L R SB L
R L area L SB
c
-
- =
= =
Asumsikan M/L konstan

Nyatakan dalam magnitudo mutlak



Supernovae Type 1a sebagai Standard Candles(hingga ~ 4Gpc)
Bintang2 masiv melontarkan bagian luarnya sebagai supernova (tipe II) pada akhir hidup
pembakaran nuklir dan inti bintang menjadi bintang neutron atau black hole.
Bintang yang kurang masiv tidak dapat menjadi supernova tapi menghasilkan ledakan yang jauh
lebih kecil yang disebut planetary nebula dan inti bintang menjadi white dwarf.
Jika white dwarf tsb berada dalam sistem bintang ganda, ia akan mengakresi materi dari
pasangannya.
Begitu whide dwarf mencapai limit kritis, maka akan menjadi supernova (tipe I).
Limit kritis bergantung pada konstanta fisis sehingga tiap ledakan akan membebaskan energi
yang sama.









4 2 2 / 1
c c
V L V L
c
V M
L M
log 10
log 5 . 2

=

You might also like