You are on page 1of 6

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DALAM ISLAM

A. Definisi Psikologi Kepribadian dalam Islam Melalui pendekatan psikologis, Psikologi Kepribadian sebagaimana yang diungkapkan oleh Adler adalah salah satu cabang dari psikologi yang menguraikan struktur struktur kepribadian manusia sebagai suatu totalitas serta mengenai pemahaman pemahaman tingkah laku yang menjadi ciri ciri individu yang normal. Definisi di atas memiliki dua prinsip pokok yaitu pertama, psikologi kepribadian membahas tantang struktur struktur kepribadian manusia sebagai suatu totalitas. Kedua, psikologi kepribadian menguraikan tingkah laku individu yang normal. Pembahasan ini relevan dengan objek material kepribadian. Kepribadian secara harfiah dapat diartikan dengan tingkah laku, yaitu tingkah laku individu yang menjadi ciri uniknya. Tingkah laku disini diasumsikan dari konsep manusia yang normal dan bukan yang sakit. Artinya, studi tentang kepribadian adalah studi yang beranjak dari tingkah laku yang sehat dan bukan yang sakit. Konsep ini diasumsikan dari pemahaman bahwa pada prinsipnya manusia adalah makhluk yang baik. Kedua prinsip diatas merupakan syarat mutlak bagi terciptanya suatu disiplin psikologi kepribadian. Apabila kedua prinsip ini dipenuhi dalam pembahasan kepribadian, disiplin yang membahasnya disebut dengan Psikologi Kepribadian (The Psychology of Personality) karena di dalamnya membahas struktur dan tingkah laku seseorang. Konsekuensi logis dari pemahaman ini adalah bahwa aliran dalam kepribadian seperti Behavioristik yang membahasa tingkah laku individu tanpa membahas strukturnya maka aliran itu lebih tepat disebut sebagai aliran Teori Kepribadian (Theory of Personality). Sedang yang dimaksud Psikologi Kepribadian Islam adalah studi Islam yang berhubungan dengan tingkah laku manusia berdasarkan pendekatan psikologis dalam relasinya dengan alam, sesamanya, dan kepada Sang Khalik-nya agar dapat meningkatkan kualitas hidup di dunia dan akhirat. Rumusan tersebut memiliki lima komponen dasar, yaitu:
1. Studi Islam. Psikologi Kepribadian Islam merupakan salah satu kajian dalam studi

keislaman. Sebagai disiplin ilmu, ia memiliki kedudukan yang sama dengan disiplin keislaman yang lain seperti ekonomi Islam, kebudayaan Islam, politik Islam, dan sebagainya. Penggunaan term Islam di sini memiliki arti corak, pola pikir, atau aliran dalam Psikologi Kepribadian yang memiliki eksistensi unik dibanding dengan aliran psikologi kepribadian lain. Keunikannya baik dari aspek ontologi, epistomologi maupun aksiologinya.
2. Berhubungan tingkah laku manusia. Psikologi Kepribadian Islam mempelajari

tingkah laku manusia. Dalam bentuk potensial, seluruh tingkah laku manusia telah memiliki banyak pilihan. Namun dalam bentuk aktual, manusia diberi kebebasan untuk menimbulkan dinamika tingkah laku. Setiap tingkah laku memiliki citra (image) dan keunikan tersendiri sesuai apa yang terdapat pada pelakunya.

3. Berdasarkan pendekatan psikologis. Studi tentang kepribadian dapat didekati dengan

beberapa pendekatan, misalnya filsafat, psikologi, antropologi, dan sebagainya. Psikologi Kepribadian Islam merupakan studi kepribadian islam yang dari sudut psikologi. Studi ini setidak tidaknya menggambarkan apa dan bagaimana tingkah laku manusia menurut pandangan Islam yang ditimbulkan dari jiwanya.
4. Dalam relasinya dengan alam, sesamanya dan kepada Sang Khalik. Psikologi

Kepribadian Islam mengkaji tingkah laku manusia dengan berpijak pada fungsi kehidupan manusia. Manusia adalah sebagai mandataris Sang Khalik untuk menjadi khalifah di muka bumi. Dalam bertingkah laku, manusia selain diberi potensi fitriah juga memiliki relasi dengan sesamanya dan dikaruniai alam dan isinya untuk dikelola dengan baik.
5. Untuk meningkatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Psikologi Kepribadian

Islam sarat akan nilai yang dapat menghantarkan kebahagiaan hidup manusia. Kebahagiaan yang dimaksud tidak terbatas pada kebahagiaan duniawi yang sifatnya temporer dan semu, tetapi juga kebahagian ukhrawi yang sifatnya abadi dan hakiki. Pada aspek ini, Psikologi Kepribadian Islam bukan sekadar mengidentifikasi tingkah laku (bicara apa adanya) melainkan juga mengungkapkan bagaimana seharusnya tingkah laku itu.
B. Struktur Kepribadian dalam Islam

Struktur adalah komposisi pengaturan bagian bagian kompenen dan susunan suatu kompleks keseluruhan. James P.Chaplin mendefinisikan struktur dengan suatu organisasi permanen, pola atau kumpulan unsur unsur yang bersifat relatif stabil, menetap dan abadi. Para psikolog menggunakan istilah ini untuk menunjukkan pada proses proses yang memiliki stabilitas. Struktur kepribadian memiliki arti intergrasi dari sifat sifat dan sistem sistem yang menyusun kepribadian atau lebih tepatnya aspek aspek kepribadian yang bersifat stabil, menetap, dan abadi serta merupakan unsur unsur pokok pembentukan tingkah laku individu. Pada pengertian tersebut menunjukkan tiga elemen pokok yaitu: Struktur kepribadian adalah suatu komponen yang mesti ada dalam setiap pribadi yang menentukan konsep kepribadian sebenarnya
1.

2. Eksistensi struktur dalam kepribadian manusia memiliki ciri relatif stabil, menetap dan abadi Maksud dari ciri ini adalah bahwa secara proses psikologis aspek aspek yang terdapat pada kepribadian itu memiliki natur menetap sesuai dengan irama dan pola perkembangannya. Secara potensial masing masing aspek kepribadian ini berubah sesuai dengan lingkungan yang mempengaruhinya. Pola seperti ini merupakan ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan.

Kepribadian seseorang merupakan wujud konkrit dan aktualisasi dari proses integrasi sistem sistem atau aspek aspek struktur. Proses struktur yang bersifat psikologis (batiniah) terekspresi dalam pola pola tingkah laku seperti berpikir, bertindak, berperasaan, dan sebagainya.
3.

Menurut Sigmund Freud (1856-1939), seorang bapak psikolog dari aliran Psikoanalisa, kepribadian seseorang terstruktur atas 3 sistem pokok: Id (das es) adalah sistem kepribadian biologis yang asli, berisikan sesuatu yang telah ada sejak lahir. Ia merupakan reservoir energi psikis yang menyediakan seluruh daya untuk sistem ego dan super ego. Freud menyebut ide dengan the true psychic reality (kenyataan psikis yang sebenarnya), karena id mempresentasikan dunia batin pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif. Prinsip kerjanya adalah serba mengejar kenikmatan (pleasure principle) yang cenderung rasional, primitif, impulsif, dan agresif. Untuk menghindari ketidaknikmatan maka id mempunyai 2 cara: pertama, refleks yaitu reaksi reaksi otomatis dalam tubuh misalnya bersin. Kedua, proses primer yaitu reaksi psikologis yang menghentikan tegangan melalui khayalan seperti orang lapar yang membayangan makanan.
1.

Ego (das ich) adalah aspek psikologis kepribadian yang timbul karena kebutuhan organisme memerlukan transaksi dengan kenyataan objektif. Ego mengikuti prinsip kenyataan (reality principle) yang bersifat rasional-logis dan reaksinya menurut proses sekunder. Tujuan prinsip ini adalah mencegah terjadinya ketegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasaan kebutuhan. Ego disebut eksekutif kepribadian, karena ia mengontrol tindakan, memilih lingkungan untuk memberi respons, memuaskan insting yang dikehendaki dan berperan sebagai arbitrator atau pengendali konflik antara id dan super ego.
2.

Super ego (das ueber ich) adalah aspek aspek sosiologis kepribadian yang mengintegrasikan nilai nilai moral dan cita cita luhur. Ia mencerminkan ideal bukan riil, mengejar kesempurnaan dan bukan kenikmataan. Perhatian utamanya adalah membedakan yang benar dan yang salah dan memilih yang benar. Timbulnya super ego ini bersumber dari suara hati (conscience) sehingga fungsinya: 1. Merintangi impuls impuls id, terutama impuls impuls seksual dan agresif yang aktualisasi sangat ditentang masyarakat; 2. Mendorong ego untuk lebih mengejar hal hal yang moralitas daripada realistik; 3. Mengejar kesempurnaan. Jadi, super ego menentang ukuran baik buruk id maupun ego dan membuat dunia menurut gambarannya sendiri yang tidak rasional bahkan menunda dan merintangi pemuasan insting.
3.

Masing masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme dan mekanisme tersendiri tapi semuanya berinteraksi erat satu sama lain sehingga tidak mungkin dipisah pisahkan. Id bagian tertua dari aparatus mental tetap merupakan komponen terpenting sepanjang hidup. Id dan insting instingnya mencerminkan tujuan sejati kehidupan organisme individual. Jadi, Id merupakan pihak dominan dalam kemitraan struktur kepribadian.

Ketiga, struktur itu hanyalah nama nama untuk berbagai proses psikologis yang mengikuti prinsip prinsip sistem yang berbeda. Dalam keadaan biasa prinsip yang berlainan ini tidak bentrok satu sama lain dan tidak bekerja secara bertentangan. Sebaliknya, mereka bekerja sama seperti satu tim dengan di atur oleh ego. Id merupakan aspek biologis kepribadian, ego merupakan aspek psikologis kepribadian, dan super ego merupakan aspek sosiologis kepribadian. Dinamika kepribadian ditentukan oleh cara energi psikis di distribusikan serta di gunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena jumlah energi itu terbatas akan terjadi semacam persaingan di antara ketiga sistem itu dalam menggunakan energi tersebut. Salah satu sistem itu mengontrol energi dengan mengorbankan kedua sistem yang lain. Adapun cara kerja masing masing struktur dalam pembentukan kepribadian adalah: pertama, apabila rasa id-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, pribadinya bertindak primitif, impulsif, dan agresi dan dia akan mengumbar impuls impuls primitifnya; kedua, apabila rasa ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, pribadinya bertindak dengan cara cara yang realistik dan rasional logis; ketiga, apabila rasa super ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, pribadinya akan menjalar pada hal hal yang bersifat moralitas, mengejar hal hal yang sempurna yang kadang kadang irasional. Perubahan tingkah laku seperti itu digerakkan dan dimotivasi oleh sebuah energi. Bagi Freud, energi yang menggerakkan tingkah laku adalah libido. Libido merupakan bentuk energi yang dipakai oleh insting insting hidup untuk menjalankan tugasnya. Insting hidup yang paling ditekankan oleh Freud adalah seks yang bertempat di dalam id. Insting seks bukan hanya satu tetapi banyak, sebanyak dengan kebutuhan jasmani yang membangkitkan hasrat hasrat erotik. Freud tidak membedakan energi fisik dengan energi psikis. Libido merupakan energi yang secara bergantian memotivasi tingkah laku lahiriah maupun tingkah laku batiniah. Dengan uraian ini, maka tindakan biologis, psikologis, dan sosiologis seseorang merupakan upaya pemenuhan hasrat seksualnya demi menghindari ketegangan ketegangan. Teori Freud kemudian disempurnakan oleh para psikolog psikoanalisa kontemporer. Penyempurnaan itu di seputar pemaknaan dan fungsi ego, sehingga temuan mereka juga di sebut sebagai Psikologi Ego.di antara mereka itu adalah Heinz Hartmann, Harvard Robert White, Ronald Fairbairn, Erik Homburger Erikson yang dijuluki sebagai bapak Post-Freudian dan juga Alfred Adler dari Psikososial. Psikologi lain yang menentukan teori kepribadian berdasarkan struktur jiwa adalah Carl Gustav Jung. Bagi Jung, kepribadian itu terdiri atas sejumlah sistem struktur yang berbeda beda tapi saling berinteraksi. Sistem yang terpenting adalah:
1. Ego adalah jiwa sadar yang terdiri atas persepsi persepsi, ingatan ingatan,

pikiran pikiran, dan perasaan perasaan sadar. Ego melahirkan perasaan identitas dan kontinuitas seseorang. Dari pandangan sang pribadi, ego dipandang berada pada kesadaran. Ego sebagai struktur kesadaran memiliki fungsi dan sikap. Sedang sikap ego adalah arah daripada energi psikis umum (libido) yang

menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah ini dapat di luar ataupun di dalam.
2. Ketidaksadaran pribadi dan kompleks kompleksnya. Ketidaksadaran pribadi

adalah daerah yang di dekati oleh ego yang terdiri atas pengalaman pengalaman yang pernah sadar tetapi kemudian direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan serta pengalaman pengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan kesan sadar pada sang pribadi. Sedangkan kompleks adalah kelompok yang telah terorganisasi atau konstelasi perasaan perasaan, pikiran pikiran, persepsi persepsi dan ingatan ingatan yang terdapat pada ketidaksadaran pribadi.
3. Ketidaksadaran kolektif dan arkhetipus dan arkhetipusnya, persona, anima, dan

animus serta bayang bayang. Di samping sistem yang saling tergantung ini juga terdapat sikap sikap introversi dan ekstraversi serta fungsi fungsi psikologis. Akhirnya, terdapat diri (self) yang merupakan pusat seluruh kepribadian. Ketidaksadaran kolektif adalah gudang bekas bekal ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang. Masa lampau ini bisa berupa sejarah ras manusia sebagai suatu spesies tersendiri, bahkan leluhur pra-manusiawi atau nenek moyang binatang-nya. Semua manusia memiliki ketidaksadaran kolektif yang sama yang berasal dari pengalaman pengalaman yang berulang selama banyak generasi. Sedangkan arkhetipus adalah suatu bentuk pikiran (ide) universal yang mengandung unsur unsur emosi yang besar. Bentuk pikiran ini menciptakan gambaran gambaran atau visi visi yang dalam kehidupan sadar normal berkaitan dengan aspek aspek tertentu dari situasi. Berbagai sistem, sikap serta fungsi yang hendak membangun keseluruhan kepribadian saling berinteraksi dengan 3 cara berbeda. Salah satu sistem bisa mengompensasikan kelemahan sistem yang lain, salah satu sistem bisa menentang sistem yang lain, dan dua sistem atau lebih bisa berintegrasi membentuk sintesis. Kompensasi dapat berupa interaksi antara dua fungsi seperti ekstraversi merupakan sikap ego sadar yang dominan atau superior maka ketidaksadaran akan melakukan kompensasi dengan mengembangkan fungsi sikap introversi yang direpresikan; atau berupa interaksi antar fungsi seperti seseorang menekankan pikiran dan perasaan dalam kesadarannya akan menjadi intuisi dan bertipe pendirian secara tidak sadar. Sedangkan pertentangan bisa terjadi antara ego dan bayang bayang, ego dan ketidaksadaran pribadi, persona dengan anima atau animus dan sebagainya. Sedangkan integrasi dari perlawanan tercapai lewat apa yang disebut dengan fungsi transeden. Pekerjaan fungsi ini menghasilkan sintesis antara sistem sistem yang bertentangan dan membentuk kepribadian yang seimbang dan menyatu. Pusat diri kepribadian yang terintegrasi ini adalah diri (self). Energi yang menjalankan fungsi kepribadian disebut energi psikis. Ia merupakan manifestasi energi kehidupan, energi organisme sebagai sistem biologis. Jung menyebut energi ini dengan libido, tetapi ia menggunakan secara bergantian antara libido dengan energi psikis. Energi psikis berupa konstruk hipotetik bukan suatu substansial atau gejala konkret. Ia menjadi konkret dalam bentuk daya daya aktual dan potensial. Daya aktual dalam

kepribadian seperti keinginan misalnya, kemauan, perasaan, perhatian, dan perjuangan. Daya potensial dalam kepribadian seperti disposisi, bakat, kecenderungan, kehendak hati, dan sikap. Dinamika kepribadian dari hasil distribusi energi terjadi dua prinsip yaitu ekuivalensi dan entropi. Prinsip ekuivalensi adalah jika energi yang dikeluarkan itu akan muncul di salah satu tempat lain dalam sistem. Misalnya, ia dikeluarkan pada ego, maka energi tersebut bisa jadi muncul dalam persona. Sedangkan prinsip entropi adalah distribusi energi dalam jiwa yang mencari keseimbangan. Energi dari salah satu sistem yang lemah akan mencari sistem yang lebih kuat. Tujuan kepribadian adalah realisasi diri yang bergerak ke arah suatu keseimbangan daya daya yang sempurna. Dalam islam, penentuan struktur kepribadian tidak dapat terlepas dari pembahasan substansi manusia, sebab dengan pembahsan substansi tersebut dapat diketahui hakikat dan dinamika prosesnya. Substansi manusia terdiri atas jasad dan ruh. Masing masing aspek yang berbeda naturnya ini pada prinsipnya saling membutuhkan. Jasad tanpa ruh merupakan sunstansi yang mati sedangkan ruh tanpa jasad tidak dapat teraktualisasi. Karena saling membutuhkan, diperlukan sinergi antara keduanya yang dalam terminologi Psikologi Islam disebut nafs.

You might also like