You are on page 1of 12

Pengertian Linguistik, perkembangan dan objek kajiannya Pertemuan Kedua By Munif Apa itu Linguistik?

Kata linguistik (linguistics-Inggris) berasal dari bahasa Latin lingua yang berarti bahasa. Dalam bahasa Perancis langagelangue; Italia lingua; Spanyol lengua dan Inggris language. Akhiran ics dalam linguistics berfungsi untuk menunjukkan nama sebuah ilmu, yang berarti ilmu tentang bahasa, sebagaimana istilah economics, physics dan lainlain. Apa itu Linguistik? AS Hornby membagi kata linguistics ke dalam dua kategori, sebagai kata sifat dan kata benda. Linguistics sebagai kata sifat berarti the study of language and languages. Sedangkan linguistics sebagai kata benda, berarti the science of language; methods of learning and studying languages.Dengan demikian, linguistik menurut AS Hornby berarti ilmu bahasa atau metode mempelajari bahasa. Ramelan berpendapat bahwa:Linguistics is the name of a science, just like economics, physics and mathematics. The term comes from the world language which get suffix ics to denote the name of science. Linguistics is a scientific

study of language, or science about language Ronald W Langacker (1973) berpendapat bahwa linguistics is the study of human language. Istilah fiqh al-lughah dan ilm lughah sering digunakan untuk menyebut ilmu linguistik. Namun demikian, menurut Emil Badi Yaqub, antara fiqh al-lughah dan ilmu al-lughah sering dibedakan pengertiannya. Ditinjau dari segi pendekatannya, fiqh al-lughah mempelajari bahasa disebabkan karena fungsi bahasa sebagai media/pengantar untuk mempelajari kebudayaan atau peradaban suatu bangsa. Sedangkan ilmu al-lughah mempelajari bahasa karena bahasa itu sendiri bukan karena fungsinya sebagai penjelas sutau peradaban. Dengan demikian dalam fiqh al-lughah bahasa dipelajari sebagai alat untuk mencapai tujuan yang lebih besar yaitu mempelajari peradaban, sementara dalam ilmu al-lughah bahasa dipelajari sebagai tujuan atau sebagaimana diungkapkan oleh De Saussure objek sesungguhnya dan satu-satunya dari ilmu allughah adalah bahasa itu sendiri. Cakupan kajian fiqh al-lughah lebih luas dan menyeluruh karena tujuan akhir fiqh al-lughah ini adalah mempelajari budaya dan peradaban

serta kehidupan pemikiran dari berbagai aspeknya. Oleh karena itu, mereka yang menekuni bidang ini (fuqoha al-lughah) sering melakukan pengklasifikasian dan pembandingan bahasa yang satu dengan bahasa yang lain, penelusuran teks-teks klasik dan lainlain dalam rangka mengetahui nilai-nilai kultural terkandung di dalamnya. Dengan kata lain fiqh al-lughah bisa dianggap sebagai tempat berpijak bagi ilmu al-lughah di satu sisi dan ilmu-ilmu budaya dan humaniora pada sisi yang lain. Berbeda dengan ilmu al-lughah yang hanya memfokuskan dirinya pada penganalisisan struktur bahasa dan mendiskripsikannya, sehingga jika ada yang melebihi kedua hal tersebut, berarti telah mendekati bidang cakupan fiqh al-lughah. Fiqh al-lughah kalaupun mempelajari bahasa, pendekatannya lebih bersifat historiskomparatif (historical comparative), sedangkan Ilmu allughah lebih bersifat deskriptifstruktural Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah bahasa Arab yang paling pas untuk menyebut ilmu linguistik adalah ilmu al-lughah. Sedangkan fiqh allughah sering digunakan untuk menyebut istilah philologi yakni ilmu yang mempelajari naskahnaskah klasik ditinjau dari segi

keautentikannya maupun dari segi isi dan kandungannya Perkembangan Linguistik Karena ilmu linguistik berkembang di dunia Barat, maka penelusuran studi kebahasaan yang banyak dikemukaan dalam buku-buku linguistik umumnya mengambil seting di dunia Barat. Hal ini bukan berarti studi kebahasaan tidak pernah ada di dunia Timur, tetapi memang apa yang terjadi di dunia belahan timur kurang banyak terekspos oleh kalangan linguis Barat. Padahal, kalau kita telusuri, studi kebahasaan yang terjadi di dunia Arab, justeru lebih dulu muncul dan berkembang daripada studi 7 17/02/2008 kebahasaan yang terjadi di Eropa. Studi Kebahasaan di Barat Menurut Ferdinand de Saussure 1. Tahap grama Pada tahap ini, studi bahasa dilakukan oleh orang-orang Yunani (Greek) yang kemudian dilanjutkan oleh orang-orang Prancis. Dasar pemikiran mereka bertitik tolak dari logika. Tahap ini lebih banyak memberikan aturan-aturan dalam bahasa, mana yang benar dan mana yang salah secara logika dan

gramatika. Dengan kata lain, studi bahasa pada tahap ini lebih bersifat normatif . 2. Tahap pilologi Pada tahap ini studi bahasa banyak dilakukan oleh orang-orang Alexandria seperti Friedrich August Wolf. Dalam tahap ini, bahasa bukanlah objek kajian yang sebenarnya. Studi mereka lebih diarahkan pada pembuatan penafsiran atau pemahaman terhadap teks-teks yang ada terutama untuk mempelajari sastera dan adat istiadat atau budaya. 3. Tahap perbandingan (comparative philology) Pada tahap ini para ahli membandingkan bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Misalnya Franz Bopp dalam buku Uber das conjugation system der Sanskrit sprache memperbandingkan bahasa Sanskrit, jerman, Grika (Yunani) dan latin Menurut Mansoer Pateda Periode Awal Periode awal ini dicirikan oleh faktor logika sebagai ciri analisisnya. Periode ini masih dibagi menjadi beberapa sub periode, yaitu masa India, Yunani, romawi, masa pertengahan dan masa renaissance Masa India

Studi kebahasaan di India telah berlangsung beberapa abad jauh sebelum masehi. Meskipun di India tulis menulis telah dikenal, tetapi cara belajar yang disampaikan secara lisan masih berlangsung sampai awal abad ke-19. Motif mempelajari bahasa di India lebih didorong oleh motif religius. Mereka mempelajari bahasa Sanskerta untuk tujuan ritual keagamaan, yakni agar mereka dapat mengucapkan doadoa yang tertulis dalam kitab Wedha dengan baik. Dengan pengucapan yang baik tersebut diharapkan permintaan mereka kepada dewa akan cepat terkabul.. Abjad yang dipergunakan ialah abjad Brahmi yang menurut Buchler telah ada semenjak abad ke-5 SM. Abajad ini menurut dugaan, diciptakan oleh kaum Brahmana yang pandai, dan terdiri dari 46 huruf yang kemudian oleh Panini diambil sebagai dasar untuk penyusunan tata bahasanya 17/02/2008 Masa Yunani Kalau orang India memperhatikan dengan teliti peristiwa dalam bahasa kemudian menguaraikannya dan menyusunnya secara teratur, maka di Yunani orang mempertanyakan mengapa terjadi peristiwaperistiwa tersebut. Hal itu tidak mengherankan, karena mereka yang menggeluti persoalan bahasa pada umumnya adalah para

filosof, sehingga pandangan-pandangan mereka tentang bahasa juga bercorak filosofis. Sebagai contoh, Plato yang terkenal dengan percakapannya yang berjudul Kratylos/ Cratylus mempersoalkan hubungan antara lambang dan acuannya. Socrates (460-399 SM) berpendapat bahwa lambang harus sesuai dengan acuannya. Sedangkan Aristoteles (384322 SM) berpendapat bahwa hubungan antara lambang dan acuannya bersifat konvensional, artinya berdasarkan 17/02/2008 pemufakatan masyarakat pemakai bahasa. Disamping mempersoalkan hal tersebut di atas, mereka juga telah melakukan klasifikasi kelas kata. Plato memagi kelas kata menjadi anoma/nomen (kata benda) dan rhema/verbum (kata kerja). Sedangkan Aristoteles menambah dengan satu kelas kata lagi yaitu syndesmoi (kata sambung). Oleh kaum Stoik, disempurnakan lagi dengan menambahkan satu kelas kata lagi yaitu arthron (kata sandang) Masa Romawi Pada masa romawi ini, perhatian terhadap bahasa Romawi sangat besar seiring dengan kebesaran kekuasaan Romawi di Eropa. Bahkan penguasaan bahasa romawi dengan baik merupakan salah satu ciri keintelektualan seseorang pada saat itu. Tokoh Romawi yang

yang membahas linguistik bahasa Latin adalah Varro (116-27 SM). Ia menulis sebuah buku yang berjudul De Lingua Latina yang terdiri dari 25 jilid. Dalam buku tersebut Varro telah membicarakan persoalan etimologi, morfologi dan sintaksis. Pada masa Romawi berkembang pula kebudayaan Yunani yang disebut Hellenisme. Pengaruh Hellenisme berkembang di daerah Aleksandria sebagai pusat pengetahuan dan ajaran kaum Stoa. Sumbangan kaum stoa terhadap studi bahasa antara lain tercermin dari sikapnya yang membedakan antara studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara gramatika; usaha menciptakan istilah-istilah teknis yang berhubungan dengan bahasa. Studi Bahasa di Timur Tengah (Islam) Mulai Kapan? Siapa tokoh-tokohnya? Peranan bahasa Arab dalam Islam? Apa produk keilmuan mereka? Kitab-kitab yang membahas ulum al-lughah? Bagaimana karakteristik studi kebahasaan di dunia Arab?

Lingustik Sbg Ilmu Teratur dan sitematis SJ Warouw (1956) Progresif Otonom Syarat Ilmu Memiliki prinsip-prinsip Oliva (1982) Memiliki objek kajian yang jelas Memiliki kelompok teoritisi dan praktisi Ramelan (1991) The subject matter of a science should be clearly defined in such a way that is clearly separated from the rest of universe (objek kajian suatu ilmu harus jelas dan definitif sehingga bisa dibedakan dari objek-objek kajian yang lain yang ada di alam ini) The observation and investigation of the subject matter should be carried out objectively without involving the subjective and personal attitude of the investigatior; the description of it, which is based on the result of investigation, should likewise be objective. (Pengamatan dan penelitian terhadap objek kajiannya harus dilaksanakan secara objektif tanpa melibatkan sikap subjektif dari peneliti; demikian juga pendeskripsian tentang objek kajian itu yang didasarkan atas hasil penelitian- juga harus bersifat objektif) Generalizations of observed facts will lead to inductive establishment of the so called laws, which should be verifiable by any competent observer. The validity of these

laws has to be tested by applying them to that part of the data not used in forming the genaralizations. (Generalisasi atas fakta-fakta amatan akan mengarah pada terbentuknya hukum-hukum secara induktif yang bisa diuji kembali kebenarannya oleh peneliti lain yang kompeten. Validitas atau kebenaran hukumhukum itu harus diuji dengan cara menerapkannya pada sebagian dari data amatan tersebut, bukan digunakan dalam membentuk generalisasi. Statements on the results of investigation should be arranged in a systematized form so that it will be easy for other people to read and study. Hasil-hasil penelitian tersebut harus disusun dalam bentuk yang sistematis sehingga akan memudahkan orang lain dalam membaca dan mempelajarinya. A scince is never static; it always considers its findings and its establihsed laws, and is ready to change or modify them when they are refused by additional data or by new findings. (Ilmu itu tidak pernah statis. Ilmu selalu mempertimbangkan kembali temuan dan hukum-hukumnya yang sudah mapan dan siap untuk merubah atau memodifikasikannya apabila ada data atau temuan baru yang menolaknya). Objek Linguistik

Objek kajian linguistik tidak lain adalah bahasa, yakni bahasa manusia yang berfungsi sebagai sistim komunikasi yang menggunakan ujaran sebagai medianya; bahasa keseharian manusia; bahasa yang dipakai sehari-hari oleh manusia sebagai anggota masyarakat tertentu, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan an ordinary language atau a natural language. Ini berarti bahasa lisan (spoken language) sebagai obyek primer linguistik, sedangkan bahasa tulisan (written language) sebagai obyek sekunder linguistik, karena bahasa tulisan dapat dikatakan sebagai turunan bahasa lisan. Ferdinand De Saussure (1857-1913), -seorang ahli linguistik kebangsaan Swiss yang dianggap sebagai bapak linguistik modern- menegaskan bahwa objek linguistik mencakup langage, langue dan parole. Langage (Inggris; Linguistic disposition) adalah bahasa pada umumnya, seperti dalam ungkapan manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak mempunyai bahasa. Langue (Inggris; language) berarti bahasa tertentu seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Indonesia dan lainlain. Sedangkan parole (Inggris; speech) berarti logat, ucapan atau tuturan. Sebenarnya kata Language dalam bahasa Inggris meliputi baik langage maupun langue dalam bahasa

Perancis. Namun demikian, parole merupakan objek kongkrit 17 linguistik, langue merupakan objek yang sudah lebih 17/02/2008 abstrak, sedangkan langage merupakan objek yang

You might also like