You are on page 1of 19

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM MASYARAKAT

DISUSUN OLEH NAMA NPM : BUYUNG : 111016161201026

DOSEN PEMBIMBING YUSRON,SH

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUARA BUNGO


TAHUN AKADEMIK 2011/2012

-1-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


Pancasila telah menjadi kesepakatan nasional bangsa Indonesia sebagai dasar negara Negara Kesatuan Republik Indonesia, namun dalam upaya implementasinya mengalami berbagai hambatan, baik pada masa Pemerintahan Presiden Soekarno maupun pada masa Pemerintahan Presiden Soeharto, dan lebih-lebih lagi pada era reformasi.dewasa ini. Gerakan reformasi yang digulirkan sejak tumbangnya kekuasaan Pemerintahan Presiden Soeharto, pada hakikatnya merupakan tuntutan untuk melaksanakan demokratisasi di segala bidang, menegakkan hukum dan keadilan, menegakkan hak asasi manusia (HAM), memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), melaksanakan otonomi daerah dan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, serta menata kembali peran dan kedudukan TNI dan POLRI. Hal ini sebenarnya dapat dihindari apabila setiap anggota masyarakat, utamanya para penyelenggara negara dan para elit politik, dalam melaksanakan gerakan reformasi secara konsekuen, mewujudkan Indonesia Masa Depan yang dicita-citakan, senantiasa berdasarkan pada kesadaran dan komitmen yang kuat terhadap Pembukaan UUD 1945, yang di dalamnya mengandung nilai-nilai Pancasila yang harus dijadikan pedoman. Selama beberapa tahun terakhir ini, Pancasila, yang mengandung nilai-nilai budaya bangsa dan bahkan menjadi roh bagi kehidupan bangsa serta menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang bermartabat, nampak dilupakan, sehingga bangsa ini seolah-olah kehilangan norma moral sebagai pegangan dan penuntun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945, tidak saja mengandung nilai budaya bangsa, melainkan juga menjadi sumber hukum dasar nasional, dan merupakan perwujudan cita-cita luhur di segala aspek kehidupan bangsa. Dengan perkataan lain, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya juga harus dijabarkan menjadi norma moral, norma pembangunan, norma hukum, dan

-2-

etika kehidupan berbangsa. Dengan demikian, sesungguhnya secara formal bangsa Indonesia telah memiliki dasar yang kuat dan rambu-rambu yang jelas bagi pembangunan masyarakat Indonesia masa depan yang dicita-citakan. Masalahnya ialah bagaimana mengaktualisasikan dasar dan rambu-rambu tersebut ke dalam kehidupan nyata setiap pribadi warga negara, sehingga bangsa ini tidak kehilangan norma moral sebagai penuntun dan pegangan dalam melaksanakan gerakan reformasi, mengatasi krisis multidimensional termasuk krisis moral yang sedang melanda bangsa dan negara untuk menjangkau masa depan yang dicitacitakannya.

1.2.Rumusan Masalahan.
Untuk mengatasi krisis multidimensional termasuk krisis moral yang sedang melanda bangsa dan negara harus diawali dengan pembangunan moral dan karakter bangsa, yaitu mendorong penumbuhan dan pengembangan nilai-nilai Pancasila oleh masyarakat sendiri dan selanjutnya mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini pokok permasalahannya adalah bagaimana menjabarkan nilai-nilai Pancasila yang telah disepakati bersama sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 menjadi Pedoman Umum sebagai tuntunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

1.3. Maksud dan tujuan.


Maksud penyusunan Makalah Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Bernegara ini ialah agar nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat diaktualisasikan oleh setiap warga negara, utamanya para penyelenggara negara, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan tujuan dapat dijadikan tuntunan dalam merumuskan dan melaksanakan setiap kebijakan pembangunan segenap aspek kehidupan bangsa menuju terwujudnya cita-cita nasional yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.

-3-

BAB II PEMBAHSAN 2.1 Pancasila Kesepakatan Bangsa Indonesia


Kita pahami bersama bahwa Pancasila, yang sila-silanya diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, telah menjadi kesepakatan nasional bangsa dan ditetapkan sebagai dasar negara sejak tanggal 18 Agustus 1945, dan berlanjut di sepanjang sejarah Negara Republik Indonesia. Hal ini dapat disimak dalam Pembukaan atau Mukadimah UUD atau Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia. Kesepakatan bersama ini merupakan perjanjian luhur, atau kontrak sosial bangsa, suatu kesepakatan yang mengikat warga negaranya untuk dipatuhi dan dilaksanakan dengan semestinya. Diakui bahwa kata Pancasila memang tidak tertulis secara eksplisit, tetapi jiwa dan semangat substansinya senantiasa terdapat dalam Pembukaan atau Mukadimah UUD tersebut. Baru kemudian, jiwa dan semangat serta posisi dan peranannya dalam kehidupan bernegara ditegaskan melalui Ketetapan MPR RI No. XVIII/MPR/1998, Pasal 1 yang menyatakan : Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945, adalah dasar negara NKRI, dan harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Kenyataan sejarah tersebut kiranya perlu dilengkapi dengan berbagai justifikasi untuk membuktikan bahwa Pancasila sebagai kesepakatan bangsa memiliki legalitas yang kuat, bahwa substansinya mengandung kebenaran dan memiliki keabsahan ditinjau dari berbagai justifikasi baik yuridik, filsafati dan teoritik, maupun sosiologik dan historik. Bagi bangsa Indonesia tidak perlu ada keraguan mengenai Pancasila baik sebagai dasar negara, ideologi nasional, maupun sebagai pandangan hidup bangsa dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Hal ini terbukti dari analisis baik ditinjau dari segi yuridik, teoritik-filsafati, maupun sosiologik dan historik. Pancasila merupakan kesepakatan bangsa, suatu perjanjian luhur, yang memiliki legalitas, kebenaran, dan merupakan living reality. Hal ini terbukti dari

-4-

analisis baik ditinjau dari segi yuridik, teoritik -filsafati, maupun sosiologik dan historik. Masalah berikutnya adalah bagaimana Pancasila ini dapat diderivasi menjadi pedoman, panduan dan acuan bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila ini perlu diderivasi ke dalam berbagai norma sehingga dapat dijadikan pedoman bertindak, dalam menentukan pilihan, dalam mengadakan penilaian dan mengadakan kritik terhadap peristiwa atau kebijakan yang digariskan oleh pemerintah. Tanpa membuminya Pancasila dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara, pembuktian yang diungkapkan di atas tidak memiliki makna sama sekali, sehingga sekedar sebagai suatu wacana belaka, yang dapat membawa akibat negatif dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.

2.2 Pancasila ideologi nasional bangsa indonesia


2.2.1. Pengertian Ideologi Ideologi berasal dari kata Yunani idein yang berarti melihat dan logia yang berarti kata atau ajaran, sehingga ideologi adalah ilmu tentang cita-cita, gagasan atau buah fikiran. (Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila) Dr. Alfian berpendapat,.bahwa ideologi adalah pandangan hidup atau filsafat yang berintikan serangkaian nilai (norma) atau sistem nilai dasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau pandangan hidup mereka. Nilai dasar tersebut biasanya bersumber dari budaya dan pengalaman sejarah masyarakat atau bangsa, berakar dan hidup dalam realita kehidupan mereka, terutama pada waktu mereka berkonsensus untuk menjadikannya ideologi. Gagasan, cita-cita, dan nilai dasar yang membentuk sistem nilai yang utuh, bulat dan mendasar.yang merupakan pencerminan dari pandangan hidup dan falsafah hidup suatu bangsa, berbentuk kepercayaan politik yang kokoh sebagai hasil kemauan bersama dan menjadi landasan yang tangguh dan arah yang jelas dalam mencapai cita-cita bersama.

-5-

2.2.2. Lahir dan tumbuh-kembang ideologi Sekurang-kurangnya terdapat dua pandangan mengenai proses terbentuknya suatu ideologi. Pandangan pertama menyatakan bahwa suatu ideologi yang berisi konsep-konsep yang abstrak terjadi melalui proses yang disebut inkrimental, secara berangsur-angsur, yang tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh kembang suatu masyarakat, sehingga suatu ketika diakui adanya nilai dasar, atau prinsip tertentu diterima sebagai suatu kebenaran yang diyakininya, untuk selanjutnya menjadi pegangan dalam hidup bersama. Nilai dasar dan prinsip dasar tersebut berkembang menjadi pandangan hidup atau filsafat hidup yang terjabar dalam norma-norma dalam kehidupan suatu masyarakat. M. Syafaat Habib berpendapat bahwa ideologi lahir dan kemudian berkembang dari kepercayaan politik yang terbentuk dari kemauan umum, perjanjian masyarakat, sebagai realitas historis. Untuk menjaga kelestarian nilai dasar dan prinsip yang terjabar dalam norma kehidupan, diperlukan seperangkat aparat, mulai dari bentuk yang sederhana, sampai bentuk yang rumit. Dalam masyarakat yang masih sederhana dikenal yang disebut pendukung norma. Pandangan kedua menyatakan bahwa ideologi merupakan hasil olah fikir para cendekiawan untuk kemudian dijabarkan dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa dan bernegara. Contohnya Thomas Jefferson dengan menilai situasi kehidupan yang berkembang pada zamannya, menarik kesimpulan sehingga terumus menjadi suatu deklarasi kemerdekaan Amerika yang bernafaskan ideologi liberalisme yang individualistik. Demikian juga Karl Marx mendeklarasikan suatu faham Marxisme, yang merupakan olah fikir yang merupakan derivasi dari pandangan Schopenhauer dan Hegel, sebagi tanggapan terhadap perkembangan masyarakat yang ada pada waktu itu, yang kemudian dipraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menjadi manifesto komunis.

-6-

3. Pancasila adalah suatu ideologi Langkah yang harus kita bahas lebih lanjut adalah benarkah Pancasila memenuhi syarat sebagai suatu ideologi, yang berisi gagasan, cita-cita, nilai dasar yang bulat dan utuh, yang merupakan kemauan bersama bangsa, dan menjadi landasan statis dan memberikan arah dinamis bagi gerak pembangunan bangsa. Pancasila berisi konsep yang mengandung gagasan, cita-cita, dan nilai dasar yang bulat, utuh dan mendasar mengenai eksistensi manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya, sehingga dapat dipergunakan sebagai landasan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Konsep tersebut adalah: a. Religiositas, suatu konsep dasar yang mengandung gagasan dan nilai dasar mengenai hubungan manusia dengan suatu realitas mutlak, apapun namanya. Sebagai akibat terjadilah pandangan tentang eksistensi diri manusia, serta sikap dan perilaku devosi manusia dalam hubungannya dengan Yang Maha Esa. b. Humanitas, suatu konsep yang mendudukkan manusia dalam tatahubungan dengan manusia yang lain. Manusia didudukkan dalam saling ketergantungan sesuai dengan harkat dan martabatnya dalam keadilan dan keberadaban sebagai makhluk ciptaan Yang Maha Benar. c. Nasionalitas, suatu konsep yang menyatakan bahwa manusia yang bertempat tinggal di bumi Nusantara ini adalah suatu kelompok yang disebut bangsa. Sikap loyalitas warganegara terhadap negarabangsanya merupakan suatu bentuk tata hubungan antara warganegara dengan bangsanya. d. Sovereinitas, suatu konsep yang menyatakan bahwa yang berdaulat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia adalah rakyat, suatu konsep demokrasi, dengan ciri kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

-7-

e. Sosialitas, suatu konsep yang menggambarkan cita-cita yang ingin diwujudkan dengan berdirinya NKRI, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan perorangan. Konsep, prinsip dan nilai yang terdapat dalam Pancasila tersebut merupakan pandangan yang bersifat universal, merupakan kepedulian para pakar dan cendekiawan sejak zaman purba sampai dewasa ini. Konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut saling terikat menjadi suatu kesatuan yang utuh dan sistemik, sehingga membentuk suatu ciri khusus atau orisinal dan otentik, yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh suatu ideologi. Pada saat dirumuskan pada tahun 1945, prosesnya tidak berbeda dengan proses kelahiran deklarasi kemerdekaan Amerika. Pancasila digali dari realitas kehidupan yang ada di masyarakat, dan mendapat kesepakatan secara bulat dari wakil rakyat pada waktu itu. Dengan demikian Pancasila dapat disejajarkan dengan ideologi lain di dunia, bahkan mungkin memiliki kelebihan. 2.2.4. Pancasila adalah ideologi terbuka Sejak masa pemerintahan Presiden Soeharto, Pancasila dinyatakan sebagai ideologi terbuka. Demikian juga pada masa reformasi, beberapa Ketetapan MPR RI menetapkan Pancasila sebagai ideologi terbuka. Pancasila tidak diragukan memiliki tiga dimensi : Pertama, bahwa nilai dasar yang terdapat dalam Pancasila memang senyatanya, secara riil, terdapat dalam kehidupan di berbagai pelosok tanah air, sehingga nilai dasar tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman sejarah bangsa. Kedua, bahwa nilai dasar yang terdapat dalam Pancasila memberikan harapan tentang masa depan yang lebih baik, menggambarkan cita-cita yang ingin dicapai dalam kehidupan bersama. Ketiga, bahwa Pancasila memiliki keluwesan yang memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat atau jatidiri yang terkandung dalam nilai dasarnya.

-8-

Sebagai ideologi terbuka Pancasila diharapkan selalu tetap komunikatif dengan perkembangan masyarakatnya yang dinamis dan sekaligus mempermantap keyakinan masyarakat terhadapnya. Maka ideologi Pancasila harus dibudayakan dan diamalkan, sehingga akan menjiwai serta memberi arah proses pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2.2.5. Pancasila di tengah-tengah ideologi dunia Sejarah umat manusia memberikan suatu bukti secara jelas bahwa abad XX terjadi suatu persaingan yang ketat antara ideologi liberal kapitalistik yang dimotori oleh Amerika Serikat dan ideologi komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet. Persaingan tersebut berkembang menjadi perang dingin, dan dunia terpecah menjadi blok barat dan blok timur. Mengantisipasi situasi tersebut, pada tahun 1955 beberapa pemimpin Negara Asia dan Afrika, yang dimotori Bung Karno, menyelenggarakan konferensi negara-negara yang tidak terlibat blok barat atau blok timur di Bandung dan melahirkan organisasi negara-negara non-blok. Tujuan organisasi ini adalah menuntut terciptanya dunia yang adil sejahtera dan damai. Apabila kita cermati maka tujuan tersebut tiada lain adalah tujuan yang ingin diwujudkan oleh Pancasila. Sebagai langkah lebih lanjut dari perjuangan negara non-blok tersebut, pada tahun 1960-an Bung Karno berpidato di depan PBB, dengan menawarkan suatu ideologi yang diharapkan dapat memberikan keadilan dan kedamaian dunia. Ideologi tersebut adalah Pancasila, yang oleh bung Karno disebut sebagai hogere optrekking dari Declaration of Independence USA dan Manifesto Partai Komunis yang dikembangkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Ternyata memasuki tahun 1990-an ideologi komunis mengalami kemerosotan yang luar biasa, atau mungkin suatu kehancuran, hal ini disebabkan oleh sifat tertutupnya ideologi yang tidak mungkin bertahan di era globalisasi. Sementara ini ideologi liberalisme yang memiliki ciri kebebasan dan kesetaraan masih dapat bertahan serta tersebar di se-antero dunia. Namun perlu dicatat bahwa masuknya liberalisme di beberapa negara berkembang menimbulkan kesukaran

-9-

tersendiri, seperti terjadinya kebebasan yang tidak terkendali. Sekularisme yang biasanya menyertai faham liberal ini di beberapa negara berkembang yang berorientasi pada agama tertentu menjadi penghalang. Oleh karena itu Pancasila yang merupakan ideologi terbuka dan memberikan peluang untuk beribadah sesuai dengan agama masing-masing memberikan suatu solusi terhadap permasalahan tersebut. 6. Upaya mempertahankan, memantapkan, memapankan, dan mengokohkan Pancasila Menurut Alfian terdapat empat faktor yang dapat menjadikan suatu ideologi tetap dapat bertahan dan menjadi ideologi yang tangguh, yakni (1) bahwa ideologi tersebut berisi nilai dasar yang berkualitas, (2) bahwa ideologi tersebut dipahami, dan bagaimana sikap dan tingkah laku masyarakat terhadapnya, (3) terdapat kemampuan masyarakat untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan ideologi tersebut tanpa menghilangkan jatidiri ideologi dimaksud, dan (4) seberapa jauh nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi itu membudaya dan diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sejauh mengenai Pancasila sebagai suatu ideologi, faktor kualitas nilai yang terkandung dalam Pancasila tidak perlu diragukan, tetapi faktor pemahaman dan sikap masyarakat, faktor kemampuan masyarakat, dan faktor pembudayaan dan pengamalan ideologi masih memerlukan usaha untuk dapat mempertahankan, memantapkan, memapankan, dan mengokohkan Pancasila. Untuk itulah perlu adanya usaha secara serius, dengan jalan mengimplementasikan Pancasila dalam segala aspek kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.

2.3 Pancasila Dasar Negara Dari Negara Kesatuan Republik Indonesia


Pada waktu ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat, membuka sidang pada tanggal 1 Juni 1945, mengemukakan bahwa di antara yang perlu difikirkan oleh para anggota sidang adalah mengenai dasar negara bagi Negara yang akan segera

-10-

didirikan. Oleh Bung Karno diartikan sebagai dasarnya Indonesia Merdeka, yang dalam bahasa Belanda disebut philosofische grondslag, yang dalam pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 disebutnya Pancasila. Dalam sidang-sidang berikutnya yang dilanjutkan dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia disepakati oleh para anggota bahwa dasar negara tersebut adalah Pancasila, meskipun tidak disebut secara eksplisit, tetapi rumusan sila-silanya dicantumkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Begitu penting kedudukan dasar negara bagi Negara Republik Indonesia.

warganegara dalam hidup berbangsa dan bernegara, oleh karena itu perlu difahami dengan secara mendalam masalah dimaksud. Pancasila sebagai dasar negara ditransformasikan menjadi norma hukum yang bersifat memaksa, mengikat dan mengandung sanksi. Barang siapa yang tidak melaksanakan atau tidak mematuhinya akan ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku. Oleh karena itu perlu diselenggarakan law enforcement terhadap segala hukum yang merupakan penjabaran dari dasar Negara Pancasila.

2.4 Pancasila Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Manusia dalam hidupnya selalu berhadapan dengan berbagai fenomena, atau gejala yang tiada jarang fenomena tersebut berpengaruh atau memiliki akibat bagi kehidupannya. Untuk menghindari terjadinya akibat yang tidak diinginkan maka manusia memiliki kepedulian terhadap fenomena tersebut, bahkan ada juga yang ingin mengetahui lebih jauh, yakni memahami esensi dan makna fenomena tersebut baginya. Dengan selalu terjadinya fenomena yang sama secara berulang-ulang, manusia akhirnya dapat menemukan ketentuan yang berlaku bagi fenomena tersebut, yang kemudian dimanfaatkan oleh manusia dalam mengantisipasi fenomena tersebut. Pepatah petitih yang biasanya dipergunakan sebagai pedoman bersikap dan bertingkah laku suatu masyarakat pada umumnya lahir seperti yang digambarkan di atas. Kita kenal pepatah Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian, berkembang dari suatu fenomena akibat upaya manusia dalam ingin mencapai sukses. Bahwa suatu

-11-

sukses harus dicapai dengan kerja keras dan dengan usaha, dan bahwa sukses tidak datang dengan sendirinya. Apabila pepatah tersebut kemudian diyakini, dan dijadikan pegangan dalam hidup seseorang, maka berkembanglah menjadi pandangan hidup, yang oleh Bung Karno disebut sebagai levensbeschouwing. Apabila pandangan hidup seseorang memiliki kebenaran dan diyakini akan dapat mengantar kepada kehidupan yang sejahtera dan bahagia, dapat saja berkembang menjadi pandangan hidup masyarakat, bangsa dan negara, bahkan dunia. Pandangan hidup ini akhirnya berkembang menjadi pandangan dunia, yang oleh Bung Karno disebut Weltanschauung. Terdapat beberapa Welt- anschauung yang kemudian dijadikan dasar bagi negara-bangsa seperti Jerman pada zaman Hitler mengangkat nationalsozialistische Weltanschauung sebagai dasar negaranya, Jepang Tennoo Koodoo Seishin, Cina pada masa Sun Yat Sen San Min Chui, dan bagi bangsa Indonesia Pancasila Weltanschauung. Pancasila ini berkembang dari pandangan hidup yang terdapat dalam masyarakat yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, yang esensinya terdapat dalam Pancasila. Berikut disampaikan beberapa contoh pandangan hidup yang kemudian hakikatnya diangkat menjadi sila Pancasila. Hidup hendaknya rilo, narimo dan sabar, serta narimo ing pandum yang merupakan inti dari keimanan dan ketaqwaan, berserah diri pada Tuhan, yang merupakan nilai yang terdapat dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Terdapat suatu lagu, tembang Mijil, yang populer sebagai pandangan hidup bagi suku Jawa yang ingin sukses dalam mencapai cita-cita sebagai berikut : Dedalane guna lawan sekti, kudu andap asor. Wani ngalah, luhur wekasane. Tumungkulo lamun den dukani. Bapang den simpangi, ana catur mungkur. Terjemahan bebas : Jalan orang yang hendak mencapai ilmu, harus rendah diri (low profile). Berani mengalah, akhirnya akan berjaya. Jangan membantah bila dikritik, dimarahi. Bila ada beda pendapat lebih baik dihindari. Dengan gampang dapat kita temukan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang terdapat pula dalam Pancasila.

-12-

Terdapat pula suatu pandangan hidup yang berupa tembang Sinom karya R.Ng. Ronggowarsito, pujangga keraton Sala, sebagai pegangan dalam menghadapi situasi yang bergolak, kacau, terjadi banyak penyimpangan dalam masyarakat, sebagai berikut: Amenangi jaman edan, ewuh oyo ing pambudi. Melu edan ora tahan, yen tan melu anglakoni. Ora keduman milik, kaliren wekasanipun. nDilalah kerso Allah, begjo-begjane kang lali. Isih begjo sing eling lan waspodo. Terjemahan bebas : Mengalami jaman gila, hati menjadi bingung, bimbang. Mengikuti gila tidak sampai hati. Tetapi kalau tidak ikut gila tidak mendapat apa-apa, akhirnya menjadi nestapa. Tetapi kehendak Tuhan, bahwa seuntung-untungnya yang lupa, menggila, lebih baik yang selalu ingat pada Tuhan. Pandangan hidup semacam ini dapat diterapkan dalam menghadapi situasi yang koruptif, kolutif dan nepotis.

2.5 Pancasila Jatidiri Bangsa Indonesia


Dalam upaya untuk membahas dan memahami Pancasila sebagai jatidiri bangsa Indonesia, terdapat beberapa permasalahan mendasar yang memerlukan klarifikasi lebih dahulu, agar memudahkan dalam usaha implementasinya dalam kehidupan nyata. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut. Pertama-tama perlu difahami dan dibahas makna jatidiri, apakah jatidiri itu, apakah suatu bangsa memerlukan jatidiri untuk melestarikan eksistensinya. Apa kedudukan jatidiri bagi suatu bangsa. Bagaimana suatu bangsa yang tidak memiliki suatu jatidiri. Masalah yang kedua adalah menyangkut persoalan bangsa, apakah pada era globalisasi ini masih pada tempatnya untuk membicarakan peran dan kedudukan bangsa dalam percaturan global yang berindikasi tak bermaknanya batas-batas antar negara. Ada pihak-pihak yang mengatakan bahwa dengan globalisasi ini berakhirlah peran dan kedudukan negara bangsa. Apakah bangsa Indonesia perlu tetap eksis dalam menghadapi era globalisasi ini. Masalah ketiga adalah menyangkut Pancasila itu sendiri. Benarkah Pancasila sebagai jatidiri bangsa Indonesia. Apakah Pancasila ini bukan hanya

-13-

sekedar suatu rekayasa politik yang tidak memenuhi syarat sebagai suatu jatidiri. Prinsip dasar dan nilai dasar mana saja yang terdapat dalam Pancasila. Masalah terakhir adalah bagaimana implementasi Pancasila ini dalam kehidupan yang nyata. Kalau Pancasila memang merupakan jatidiri bangsa Indonesia, seharusnya telah ada dalam kehidupan yang nyata dalam masyarakat. Mengapa masih memerlukan sosialisasi. sekaligus berarti tetap tegaknya integritas bangsa Indonesia yang sejahtera dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

-14-

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan


Pedoman Umum Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Bernegara ini dimaksudkan agar konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat diaktualisasikan oleh setiap warganegara terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pedoman Umum ini dapat dipakai sebagai acuan perumusan berbagai kebijakan publik, agar tujuan implementasi Pancasila dalam segenap bidang kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara dapat secara bertahap terwujud sehingga masyarakat, bangsa dan negara dapat mewujudkan tujuan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945.

3.2 Saran
Dari Pembahasan diatas, saya menyarankan pada setiap pemecahan permasalahan aktual yang berkembang, perlu disiapkan pedoman khusus sebagai derivasi dari Pedoman umum yang disesuaikan dengan sasaran, kebijakan dan strategi dengan melibatkan institusi yang kompeten dan terkait dengan Untuk itu semua, diperlukan komitmen yang kuat, kerja keras dengan penuh kearifan dari segenap komponen bangsa, demi terwujudnya masa depan yang cerah dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Agar terwudunya Arti Penting Pancasila Bagi Bangsa Kita. permasalahannya.

-15-

DAFTAR PSUTAKA Sumber Buku


Bambang Noorsena, Religi dan Religiositas Bung Karno Keberagaman Mengokohkan ke Indonesiaan, Bali Jagadhito Press, Denpasar Bali 2001, Hasil lokakarya nasional tentang Implementasi Pancasila dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang diselenggarakan oleh LPPKB bekerjasama dengan Yayasan Sinar Wijaya Indonesia Cs, di Jakarta tanggal 9 Oktober 2004

Sumber internet
http://www.anneahira.com/artikel-demokrasi-pancasila.htm http://putracenter.net/2010/04/05/implementasi-pancasila-dalam-kehidupanberbangsa/

-16-

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah Penulis Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat dan karuniaNya lah penulis telah dapat menyelesaikan ini. Penulis Makalah ini berdasarkan hasil analisis yang penulis lakukan dari berbagai sumber bacaan dan Penelitian lainnya. Makalah ini diberi Judul Implementasi Pancasila dalam Masyarakat Dengan terselesainya penulisan Makalah ini, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pembimbing Yusron, SH. Yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis sehingga terselesainya Makalah ini., Serta kepada Orang tua dan temanteman yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsug dalam menyelesaikan Makalah ini. Penulis menyadari keterbatasan ilmu, Penelitian dan pengalaman dalam membuat Makalah ini, oleh karena itu, Masukkan berupa saran dan kritikan yang berguna sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini dan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga para pembaca.

Muara bungo , 09 November 2011 Penulis

-17-

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... .................................................................................................................................... I DAFTAR ISI.............................................................................................................. .................................................................................................................................... II BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... .................................................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................. .................................................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... .................................................................................................................................... 2 1.3 Tujuan ........................................................................................................ .................................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... .................................................................................................................................... 3 2.1 Pancasila Kesepakatan Bangsa indonesia................................................... .................................................................................................................................... 3 2.2 Pancasila ideologi Nasional Bangsa........................................................... .................................................................................................................................... 4 2.3 Pancasila Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia............................ .................................................................................................................................... 9

-18-

2.4 Pancasila Pandagan HidupBangsa.............................................................. .................................................................................................................................... 10 2.5 Pancasila Jati Diri Bangsa .......................................................................... .................................................................................................................................... 11 BAB III PENUTUP................................................................................................... .................................................................................................................................... 13 3.1 Kesimpulan................................................................................................. .................................................................................................................................... 13 3,2 Saran........................................................................................................... .................................................................................................................................... 13 DAFTAR PUTAKA.................................................................................................. .................................................................................................................................... 14

II

-19-

You might also like