You are on page 1of 6

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP FUNGSI ORGAN SIRKULASI

Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten : Iva Akmalasari : B1J008113 : IV :4 : Mei Lita Fitriani

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tabel1. Data pengamatan kerja jantung ikan gurami Perlakuan kelompok 1 2 3 4 5 6 Rumus : Denyut jantung per menit Denyut jantung per menit pada suhu normal Denyut jantung permenit pada suhu dingin Denyut jantung permenit pada suhu panas =jumlah denyut jantung x 4 =59 x4=236 denyut/menit =35 x4 =140 denyut/menit =62 x4=248 denyut/menit normal Suhu DJ 280 104 280 150 280 136 280 236 0 28 132 280 124 dingin Suhu DJ 130 124 130 84 130 128 130 140 0 13 128 130 92 panas Suhu DJ 780 124 780 64 780 140 780 248 0 78 152 780 96 alkohol Suhu DJ 5% 140 5% 60 5% 132 5% 264 5% 160 5% 108

Denyut jantung permenit dengan pengaruh zat kimia=66 x4=264 denyut/menit

B. Pembahasan Gurami merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih lebar, keluarga bagian punggung berwarna merahsawo dan dan bagian perut berwarnakekuningkuningan atau keperak-perakan. Ikan gurame merupakan Anabantidae, keturunan Helostoma bangsa Labyrinthici. Pertumbuhan ikan gurami agak lambat dibanding ikan air tawar jenis lain. Jenis gurami yang sudah dikenal masyarakat diantaranya: gurami angsa, gurami jepun, blausafir, paris, bastar dan porselen. Empat terakhir banyak dikembangkan di Jawa Barat, khususnya Bogor. Dibanding gurami jenis lain, porselen lebih unggul dalam menghasilkan telur. Induk bastar dalam tiap sarangnya hanya mampu menghasilkan 2000-3000 butir telur, porselen mampu 10.000 butir, karena itu masyarakat menyebutnya sebagai top of the pop, dan paling banyak diunggulkan. Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip ekor membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Tinggi badan

2,0-2,1 kali dari panjang standar. Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 sampai dengan 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat (Mudjiman, 1985). Berdasarkan data pengamatan kelompok 4, denyut jantung larva ikan gurami pada keadaan normal adalah 236 denyut/menit hal ini tidak sesuai dengan pendapat Barnes (1963), detak jantung larva ikan gurami pada keadaan normal sekitar 160 denyut/menit. Sedangkan menurut Guyton (1976), menyatakan bahwa dalam keadaan normal denyut jantung larva ikan gurami permenitnya sekitar 120-160 kali. Perlakuan temperatur terhadap kerja jantung larva ikan gurami saat suhu 130C dan 780C masing-masing 140 dan 248 detak/menit hal ini sesuai dengan pernyataan Soetrisno (1987), bahwa semakin rendah suhu maka denyut jantung akan semakin rendah. Namun pada kondisi lingkungan yang tinggi, suhunya mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan pada suhu tinggi proses metabolisme tinggi, sehingga kerja jantung akan cepat. Frekuensi denyut jantung pada larva ikan gurami juga dipengaruhi oleh faktor kimiawi. Dalam hal ini diberi rangsangan alkohol 5%. Dengan perlakuan ini, denyut jantung larva ikan gurami pada kelompok 4 naik menjadi 264 denyut/menit, sehingga dapat membuktikan bahwa rangsangan yang kuat (berupa zat kimia) memberi pengaruh pada aktivitas denyut jantung larva ikan gurami, hal ini sesuai dengan pernyataan Soegiri (1988), yang menyatakan bahwa rangsangan yang kuat (suhu atau zat kimia) mempengaruhi denyut jantung hewan. Menurut Barnes (1963), detak jantung larva ikan gurami pada keadaan normal sekitar 160 denyut/menit. Sedangkan menurut Guyton (1976), menyatakan bahwa dalam keadaan normal denyut jantung larva ikan gurami permenitnya sekitar 120 160 kali. Suhu yang rendah mengakibatkan aktivitas metabolisme menurun serta menurunnya kebutuhan oksigen (Webber, 1991). Metabolisme yang rendah menyebabkan kerja jantung lambat karena suplai energi dan hasil-hasil metabolisme rendah sehingga denyut jantung menjadi turun di bawah keadaan normal (Guetta et al., 2005). Whaley (1964), menyatakan bahwa kecepatan detak jantung dipengaruhi oleh suhu, kenaikan kecepatan metabolisme, kecepatan populasi dan rangsangan dalam berbagai variasi kondisi. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut jantung adalah sebagai berikut : 1.Denyut jantung lebih cepat pada siang hari.

2.Kenaikan kecepatan metabolisme menstimulir jantung untuk bekerja lebih cepat. 3.Aktivitas jantung bertambah setelah makan atau dalam keadaan tegang. 4.Umur dan ukuran yang besar cenderung mempunyai denyut jantung yang lambat. 5.Denyut jantung cenderung bertambah dengan kenaikan temperatur dalam lingkungan yang normal. 6.Keadaan yang gelap akan membuat denyut jantung menurun. 7.Penambahan zat kimia seperti alkohol menyebabkan denyut bertambah. Hubungan antara metabolisme dan kacapatan angka rata-rata ikan meliputi luas permukaan insang, tingginya tingkat peredaran darah dan penguasaan mekanisme seluler keluaran oksigen kejantung, konsentrasi hemoglobin yang diangkut dari saluran pernapasan. Ikan dapat digunakan sebagai indikator dalam menguji untuk menentukan waktu peredaran darah dan untuk membandingkan interstitial pengaturan jarak (Richard et al, 1998).

KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :

1. 2. 3.

Denyut jantung larva ikan gurami pada suhu 280C, 130C dan 780C masingmasing 236, 140 dan 248 denyut/menit. Denyut jantung tercepat terjadi pada alkohol 5% dengan jumlah denyut jantung 264 denyut/menit. Denyut jantung pada gurami dipengaruhi oleh faktor kimia ion-ion, adrenalin, CO2, O2, temperature, ukuran tubuh dan umur.

DAFTAR REFERENSI

Barnes, R. D. 1963. Invertebrata Zoology. W. B. Saunders Company Philadelphia. London. Guetta, E. L.G.Abo, and G. Barkai. 2005. Trophoblasts Isolated from the Maternal Circulation: In Vitro Expansion and Potential Application in Noninvasive Prenatal Diagnosis. Journal of Histochemistry & Cytochemistry 53(3): 337339. Guyton. 1976. Fisiologi Kedokteran. Buku Kedokteran ECG. Jakarta. Richard, W. B., Katerine, L. C,. David, R. J,. Peter, G. B,. And John, F. S,. 1998. Blood Volume, Plasma Volume, and Cirkulator Time in a High EnergyDemand Teleost, The Yellowfin Tuna (Thunnus albacores). 201, 647-654. Mudjiman, A. 1985. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. Soegiri, N. 1988. Zoologi Umum. Erlangga. Jakarta. Soetrisno. 1987. Fisiologi Hewan. Fakultas Peternakan Unsoed. Purwokerto. Webber, H. 1991. Marine Biology. Harper Collins Publisher Inc. New York Whaley. 1964. Principle of Biology. Harper and Roropublisher. New York.

You might also like