You are on page 1of 12

PEMBAHASAN Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengenal,

mempraktekkan dan membandingkan daya analgetik dari asetosal/aspirin dengan parasetamol dengan menggunakan metode rangsang kimia. Analgetika adalah obat-obat yang dapat bekerja secara sentral dalam meningkatkan kemampuan untuk menghalangi, mengurangi, bahkan menghilangkan rasa nyeri tanpa menyebabkan tidur atau kehilangan kesadaran. Mekanisme analgetika secara umum yaitu dengan menghamvat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi endoperoksid PGG2/PGH terganggu dan sintesis prostaglandin menurun, akibatnya rasa nyeri/sakit dapat tertahan. Beberapa metode sering digunakan untuk menguji daya analgetik antara lain metode rangsang kimia, hot plate, juga metode Randall-Selito. Untuk percobaan kali ini, dipilih metode rangsang kimia. Metode rangsang kimia adalah metode yang menggunakan zat kimia untuk menimbulkan rasa sakit. Pada percobaan kali ini digunakan asam asetat sebagai rangsang sakit. Injeksi parasetamol diberikan secara peroral karena parasetamol cepat diabsorbsi di saluran cerna sehingga efek analgetik lebih mudah muncul. Untuk memberikan waktu bagi parasetamol agar terabsorbsi, maka ditunggu selama 5 menit, baru asam asetat diinjeksikan secara intra peritoneal. Pengamatan dilakukan dalam selang waktu 5 menit, dan yang diamati adalah banyak geliat yang muncul . pada percobaan pengamatan dilakukan dengan mengamati perut kejang pada mencit. Catat jumlah Kumulatif geliat yang timbul pada menit 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, dan 60 menit. Hitung %daya Analgetik dengan rumus : %daya analgetik = 100-(P/K x100) Dimana, P = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi obat analgetika K= jumlah kumulatif yang diberi tilosa (kontrol)

Parasetamol Dalam Percobaan ini digunakan Parasetamol sebagai penekan rasa nyeri. Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98 % dan tidak lebih dari 101,0 % C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian Parasetamol adalah serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Parasetamol disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya. Khasiat Parasetamol adalah sebagai analgetik dan antipiretik. Struktur Parasetamol (N-asetil para-amino fenol) adalah sebagai berikut :

Parasetamol (N-asetil para-amino fenol) merupakan derivat senyawa anilin dengan efek yang sama dengan asetosal yaitu-sebagai analgetikantipiretik.Tetapi yang menguntungkan disini adalah Parasetamol tidak mengiritasi lambung. Toksisitas Parasetamol berupa kerusakan sel darah, kerusakan sel hati dan ginjal, stimulasi SSP hingga konvulsi (tegang). Parasetamol merupakan metabolit Fenasetin dengan efek yang sama yang telah digunakan sejak tahun 1893. Efek antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan nama Parasetamol dan tersedia sebagai obat terbatas. Walaupun demikian laporan kerusakan fatal hepar akibat overdosis akut perlu diperhatikan. Reaksi alergi terhadap derivat para aminofenol (misalnya Parasetamol) jarang terjadi. Manifestasinya berUpa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam atau lesi pada mukosa. Eritem adalah kemerahan pada kulit yang dihasilkan oleh kongesti pembuluh kapiler, sedangkan urtikaria adalah reaksi vascular lapisan dermis bagian atas yang ditandai dengan gambaran sementara bercak yang menonjol yang lebih merah atau lebih pucat dari kulit sekitarnya dan sering disertai dengan gatal yang hebat. Parasetamol diabsorbsi lebih cepat melalui

saluran cerna. Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500mg atau sirup yang mengandung 120 mg/500mg. Selain itu Parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi tetap dalam bentuk tablet maupun

cairan. Dosis untuk dewasa 300mg-1g/1 kali minum dengan dosis maksimum 4g/hari. Untuk anak1-6 tahun : 60-120 mg/1 kali minum, pada keduanya diberikan maksimal 6 kali sehari. Asam Asetil Salisilat (Asetosal) Asam asetil salisilat dikenal dengan asetosal atau aspirin. Asam salisilat memiliki aktivias analgetik tetapi tidak digunakan secara oral karena bersifat toksik. Asetosal mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C9H8O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian asetosal adalah hablur putih, tidak berbau atau berbau lemah. Stabil di udara kering; di udara lembab akan terhidrolisis secara bertahap menjadi asam salisilat dan asam asetat. Struktur asetosal adalah sebagai berikut:

Turunan asam salisilat digunakan untuk mengobati pening, sakit otot dan sakit yang berhubungan dengan rematik. Kurang efektif untuk mengobati sakit gigi, sakit pada waktu menstruasi dan pada kanker. Tidak efektif untuk mengurangi rasa sakit karena kram kolik dan migrain. Asam salisilat sangat iritatif. Aspirin (asam asetil salisilat) dan natrium salisilat merupakan sediaan yang paling banyak digunakan. Mekanisme salisilat analgetika adalah menghambat sintesis

prostaglandin melalui penghambatan aktivitas COX. Asetosal bekerja melalui asetilasi pada serin dalam pusat aktif pada siklooksigenasi, yang juga bekerja sebagai kompetitif antagonis. Dengan dimungkinkan akan mencegah sensivitas reseptor rasa sakit oleh mediator rasa sakit seperti

bradikinin, histamin, serotonin, prostaglandin, ion-ion H dan K yang dapat merangsang rasa sakit secara kimia atau mekanis. Efek yang ditimbulkan oleh salisilat antara lain: 1. Pernafasan Salisilat merangsang pernafasan. Pada dosis terapi salisilat dapat mempertinggi konsumsi O2 dan produksi CO2. Peningkatan tekanan CO2 akan merangsang pernafasan sehingga pengeluaran CO2 melalui alveoli bertambah, tekanan dalam plasma akan turun. 2. Urikosurik Pada dosis kecil (1 atau 2 gram sehari) menghambat ekskresi asam urat sehingga kadar asam urat dalam darah meningkat. Pada dosis lebih dari 5 gram per hari terjadi peningkatan ekskresi asam urat melalui urin, dan kadar asam urat dalam darah menurun. 3. Hati dan ginjal Salisilat bersifat hepatotoksik. Gejala yang sering terlihat hanya kenaikan SGOT dan SGPT, hepatomegali, anorexia, mual, ikterus dan sindrom Reye. Pada sindrom Reye terjadi kerusakan hati dan enselofati. 4. Darah Pada orang sehat, aspirin dapat menyebabkan perpanjangna masa pendarahan, karena asetilasi dari siklooksigenase trombosit sehingga pembentukan tromboksan A2 terhambat. 5. Pencernaan Menyebabkan efek iritasi pada lambung. Asam Asetat Asam asetat mengandung tidak kurang dari 36%dan tidak lebih dari 37 % b/b C2H4O2. Pemerian asam asetat adalah cairan jernih, tidak

berwarna, bau khas, menusuk, rasa asam yang tajam. Asam asetat disimpan dalam wadah yang tertutup rapat. Asam Asetat sebagai rangsang kimia bersifat iritatif (mampu merusak sel) dan merupakan irritator kuat pada jaringan peritoneal, sehingga menimbulkan nyeri yang ditandai dengan geliat pada hewan uji. Rangsang nyeri yang diberikan asam asetat dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediatormediator nyeri yang letaknya pada ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini, dialirkan impuls ke saraf-saraf pusat melalui sumsum tulang belakang ke thalamus, kemudian ke pusat nyeri di dalam otak besar dimana rangsangan yang diterima dirasakan sebagai nyeri. Pada percobaan ini pemberian asam asetat secara intraperitonial kepada masing-masing mencit akan menimbulkan rangsangan terhadap rasa nyeri yang pada mencit ditandai dengan timbulnya geliat yaitu perut kejang dan kaki ditarik ke belakang. Rangsangan terhadap rasa nyeri menimbulkan kerusakan pada membran sel. Dan sebagai konsekuensi terhadap hal tersebut, maka sel akan mengeluarkan prostaglandin sebagai mediator nyeri, lalu menghantarkan impuls ke pusat nyeri sehingga timbul rasa nyeri. Nyeri yang disebabkan

oleh pemberian asam asetat secara secara intraperitoneal termasuk kedalam nyeri dalaman yang termasuk nyeri somatik. Nyeri ini menyebabkan penghantaran impuls nyeri ke SSP sehingga menyebabkan timbulnya geliat pada mencit. Namun, dengan adanya perlakuan pada mencit yaitu pemberian secara per oral Parasetamol dalam tilosa 1% kepada mencit dimana Parasetamol berfungsi sebagai Analgetik, maka rasa nyeri yang disebabkan oleh mediator nyeri tersebut dapt dikurangi efeknya. Hal ini ditandai dengan jumlah geliat pada mencit yang diberi Parasetamol lebih sedikit daripada jumlah geliat pada mencit yang tidak diberi Parasetamol terlebih dahulu.

Secara ringkas daya analgetik dari Parasetamol adalah dengan menghambat kerja enzim Siklooksigenase yang berperan dalam pengubahan asam arakhidonat menjadi prostaglandin yang merupakan mediator nyeri. Sehingga dengan adanya efek penghambatan oleh senyawa Analgetik, maka respon yang ditimbulkan oleh mediator nyeri tersebut dapat dikurangi efeknya. Namun kerja dari analgetik tersebut tidak 100% dapat mengurangi efek yang ditimbulkan dari mediator nyeri tersebut, hal ini disebabkan kerja dari parasetamol tersebut tidak selektif terhadap penghambatan kerja enzim siklooksigenase 1 dan siklooksigenase 3. Secara umum Analgetika dikelompokkan menjadi besar,yakni: 1. Analgetika non narkotik(non-opioid). Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Sehingga tidak mengakibatkan ketagihan dan tidak menurunkan kesadaran. Efek samping sentral yang merugikan dari obat ini haya mengubah persepsi mobilitas sensoris nyeri, tidak mempengaruhi sensoris lainnya. Analgetika nonnarkotik secara kimiawi dibagi menjadi : a. Parasetamol b. Salisilat: Asetosal, salisilamida, dan benorilat c. Penghambat Prostaglandin :Ibuprofen d. Derivat-derivat Antranilat :Asam niflumat glafenin, floktafenin, mefenamat e. Derivat-derivat pirazolinon :aminofenazon,isopropilfenazon f. Lainnya,seperti bezidamin 2. Analgetika narkotik (opioid) Obat yang tercakup dalam golongan ini mempunyai daya penghilang nyeri yang kuat sekali dengan titik kerja yang terletak di SSP.Umumnya mengurangi kesadaran dan menyebabkan 2 kelompok

ketergantungan secara pisik maupun psikis.Analgetika narkotik

mempunyai aktivitas yang lebih besar dibandingkan dengan Analgetika non-narkotik. a. Turunan morfin, menimbulkan turunannya efek kecanduan oleh karena itu dicari yang masih berefek analgetik tetapi

kecanduannya lebih rendah. Contoh : morfin, kodein, dionin, heroin b. Turunan fenilpiperidin,mempunyai struktur mirip morfin. Contoh : difenoksilat dan loperamid c. Turunan difenilpropilamin (metadon),bersifat optis aktif dan biasa digunakan dalam garam HCl. Contoh : metadon, levanon, propoksifen d. Turunan lain-lain. Analgetika diberikan kepada pasien untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsang mekanis, kimiawi, dan fisik. Rangsang-rangsang ini memicu zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Nyeri adalah perasaan dan emosional yang tidak enak yang berkaitan dengan kerusakan jaringan. Keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit kepala dan memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsang nyeri. Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dan ambang toleransi (tingkat dimana nyeri dirasakan pertama kali atau intensitas rangsangan yang terendah saat seseorang merasa nyeri) berbeda-beda bagi setiap orang. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan yaitu pada 44-45 derajat Celcius. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang berfungsi melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsang mekanis, kimiawi atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangrangsang ini memicu zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri.

Mediator nyeri antara lain dapat menyebabkan reksi radang dan kejang-kejang yang menginaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nociceptor ini terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan diteruskan ke otak melalui jaringan lebat di tajuk-tajuk neuron dengan amat banyak sinaps via sumsum tulang belakang, sumsum lanjutan dan otak tengah. Dari thalamus kemudian impuls diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri. Mediator nyeri kini juga disebut autocoida dan terdiri dari antara lain histamin, serotonin, bradikinin, leukotrien dan prostaglandin. Bradikinin adalah polipeptida yang dibentuk oleh protein plasma. Prostaglandin mirip strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari asam arakhidonat. Menurut perkiraan, zat-zat ini meningkatkan kepekaan ujung-ujung saraf sensoris bagi rangsangan nyeri yang disebabkan oleh mediator lainnya. Zat-zat ini dan juga Bradikinin berkhasiat vasodilatasi kuat dan memperbesar permeabilitas kapiler yang mengakibatkan radang dan udema. Berhubung kerjanya dan inaktivasinya pesat dan bersifat local, mungkin sekali zat-zat ini juga bekerja sebagai mediator demam (Tan Han Tjai & Kirana Rahardja,hal 295) Mengenai Prostaglandin ini memiliki rumus asam lemak tak jenuh yang yang dihidroksilasi. Semula sintesanya diduga hanya didalam prostat, sehingga diberi namanya. Akan tetapi kemudian ternyata senyawa ini dapat dibentuk lokal di seluruh tubuh, misalnya di dinding lambung dan pembuluh, trombosit, ginjal, rahim, dan paru-paru. Obat ini memiliki sejumlah efek farmakologi dan fisiologi luas, antara lain terhadap otot polos (dinding pembuluh, rahim, bronchi, dan lambung-usus) agregasi trombosit, produksi hormon dan lypolisis di depot lemak dan SSP. Sintesanya bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsang kimiawi, fisik atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipida yang terdapat disitu menjadi asam arakhidonat. Asam lemak poli tak jenuh ini (C20, delta, 5,8,11,14) kemudian untuk sebagian diubah oleh enzim

siklooksigenase menjadi asam endoperoksida dan seterusnya menjadi zat-zat prostaglandin. Bagian lain dari arakhidonat diubah oleh enzim

lipooksigenase menjadi zat-zat leukotrien. Peroksida juga memegang peranan pada timbulnya rasa nyeri. Diagram perombakan asam arakhidonat menjadi prostaglandin denganleukotrien dengan titik-titik kerja (biosintesis prostaglandin)

Asam arakhidonat yang terkandung dalam fosfolipid

Metabolit inaktif

Sel rangsang fosfolipid Asam arakhidonat Prostaglandin dan berbagai metabolitnya

Sel efektor yang terstimulasi

Sel efektor

Mediator lain untuk antiinflamasi Prostaglandin digolongkan dalam 3 kelompok, yakni: a. Prostaglandin A-F(PgA-PgF), yang dapat dibentuk oleh semua jaringan. Yang terpenting adalah PgE2 dan PgF2. PgE2a berdaya vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh dan membran sinovial,sehingga terjadi rangsang dan nyeri. b. Prostacyclin (PgI2) dibentuk terutama di dinding pembuluh. Berdaya vasodilatasi dan antitrombotis, juga memiliki efek protektif terhadap mukosa lambung.

c. Tromboxan, khusus dibentuk dalm trombosit. Berdaya vasokonstriksi dan menstimulasi dan menstimulasi agregasi pelat darah (trombotis). Bagian pelepasan dari prostaglandin: Trauma/luka pada sel

Gangguan pada membran sel

Fosfolipid Dihambat kortikosteroid enzim fosfolipase

Asam arakhidonat

Enzim lipooksigenase

Enzim siklooksigenase Dihambat obat NSAID

Hidropiroksid

Endopiroksid PGG2/PGH

Leukotrien PGE PGF3 PGD2 Tromboksan Protasiklin

Prostaglandin akan dilepaskan apabila sel mengalami kerusakan. Pada proses ini, asam arachionat dilepaskan dari membran fosfolipid sel yang dirangsang dan dioksigenasi, proses ini dikatalisis oleh enzim fosfolipase. Asam arachidonat dioksigenasi oleh enzim prostaglandin endoperoksida sintase (sikooksigenase) sehingga mengalami siklisasi cincin pentana membentuk suatu C15-hidroperoksi-C9 yang tidak stabil, C11endoperoksida (PGG2). Reaksi peroksidase yang dikatalisis oleh enzim yang sama kemudian mereduksi gugus C15-hidroperoksi menjadi suatu gugus hidroksil membentuk endoperoksida PGH2 yang merupakan substrat antara pada beragai jaringan untuk sintesis PG yang spesifik.

PGI2 PGI sintase PGH2 6-KETO-PGFI

PGE PGE 2 2 PGE sintase PGE 9-ketoreduktase PGF2

TXA sintase TXA2 PGD sintase PGD2 TXB 2

Terdapat 2 siklooksigenase (COX) yaitu COX 1 dan COX 2. Isoenzim ini memiliki keasaman 60% dan berbeda secara farmakologi. COX 1 secara fisiologis bertanggung jawab untuk memberikan efek proteksi pada mukosa gastrointestinal, sedangkan COX 2 bertanggung jawab terhadap terjadinya proses inflamasi. Pada keadaan normal, COX 1 terdapat dalam kadar yang konstan pada berbagai jaringan, antara lain mukosa gastrointestinal dan platelet yang berfungsi sebagai proteksi, misal lambung melalui COX 1 diproduksi PGE 2 yang melindungi dinding traktus gastrointestinal dari ulseri. COX 2 pada keadaan normal terdapat pada kadar yang rendah pada berbagai jaringan, namun kadar tersebut dapat meningkat dengan adanya stimuli seperti inflammatory cytokines: TNF dan IL1, mitogens: growth factor dan epidermal growth factor serta lipopoliskarida bakteri, karenanya dapat disimpulkan bahwa COX 2 adalah enzim yang dapat dipicu (inducible enzim) dan berperan dalam inflamasi, infeksi bakterial dan poliferasi sel. Rasa nyeri ini dapat dicegah oleh analgetika dengan : 1. Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh analgetik perifer atau oleh anastetik lokal. 2. Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam saraf sensoris.

3. Menghalangi pusat nyeri dalam SSP dengan analgetik narkotik atau dengan anastesi umum. Asam arachidonat

PGG-2

Prostaglandin

PGH-2

Tromboxan A2 FGD2, FGE2, PGF2, PGI1, PGI2

Langkah awal pada percobaan adalah penimbangan hewan uji mencit untuk menetapkan dosis obat sehingga sesuai dengan dosis yang dibutuhkan tiap mencit

You might also like