You are on page 1of 34

POKOK PEMBAHASAN 5 : DASAR DASAR PERHITUNGAN DAYA

KOREKSI FAKTOR DAYA TRANSFER DAYA MAKSIMUM

1 TE 2 (Kelompok 4A & 4B)


M. RAUDY HIDAYAT NURIANA PUTRI RAMADHAN REZA WICAKSONO RIZKI NOTAYA CICI FARADILA DHANY YOGA PRATAMA ERISTA NOOR SUCI BIMANTARI INDRA REZKIANOOR

PERBAIKAN FAKTOR DAYA


PENDAHULUAN Sebelum membahas tentang perbaikan faktor daya dengan menggunakan kapasitor, ada baiknya kita mengingat kembali tentang pengertian umum dari Daya Semu, Daya Aktif dan Daya Reaktif. Dalam sistem listrik AC/Arus Bolak-Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: Daya semu (S, VA, Volt Amper) Daya aktif (P, W, Watt) Daya reaktif (Q, VAR, Volt Amper Reaktif) Untuk rangkaian listrik AC, bentuk gelombang tegangan dan arus sinusoida, besarnya daya setiap saat tidak sama, Maka daya yang merupakan daya rata-rata diukur dengan satuan Watt. Daya ini membentuk energi aktif persatuan waktu dan dapat diukur dengan kwh meter dan juga merupakan daya nyata atau daya aktif (daya poros, daya yang sebenarnya) yang digunakan oleh beban untuk melakukan tugas tertentu. Sedangkan daya semu dinyatakan dengan satuan Volt-Ampere (disingkat, VA), menyatakan kapasitas peralatan listrik, seperti yang tertera pada peralatan generator dan transformator. Pada suatu instalasi, khususnya di pabrik/industri juga terdapat beban tertentu seperti motor listrik yang memerlukan bentuk lain dari daya, yaitu daya reaktif (VAR) untuk membuat medan magnet, atau dengan kata lain daya reaktif adalah daya yang terpakai sebagai energi pembangkitan flux magnetik sehingga timbul magnetisasi dan daya ini dikembalikan ke sistem karena efek induksi elektromagnetik itu sendiri, sehingga daya ini sebenarnya merupakan beban (kebutuhan) pada suatu sistim tenaga listrik.

Gambar 1. Segitiga Daya.

Pengertian Faktor Daya / Faktor Kerja Faktor daya atau faktor kerja adalah perbandingan antara daya aktif (watt) dengan daya semu/daya total (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya semu/daya total (lihat gambar 1). Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil atau sama dengan satu. Secara teoritis, jika seluruh beban daya yang dipasok oleh perusahaan listrik memiliki faktor daya satu, maka daya maksimum yang ditransfer setara dengan kapasitas sistim pendistribusian. Sehingga, dengan beban yang terinduksi dan jika faktor daya berkisar dari 0,2 hingga 0,5, maka kapasitas jaringan distribusi listrik menjadi tertekan. Jadi, daya reaktif (VAR) harus serendah mungkin untuk keluaran kW yang sama dalam rangka meminimalkan kebutuhan daya total (VA). Faktor Daya / Faktor kerja menggambarkan sudut phasa antara daya aktif dan daya semu. Faktor daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban tinggi. Perbaikan faktor daya ini menggunakan kapasitor. Kapasitor untuk Memperbaiki Faktor Daya Faktor daya dapat diperbaiki dengan memasang kapasitor pengkoreksi faktor daya pada sistim distribusi listrik/instalasi listrik di pabrik/industri. Kapasitor bertindak sebagai pembangkit daya reaktif dan oleh karenanya akan mengurangi jumlah daya reaktif, juga daya semu yang dihasilkan oleh bagian utilitas. Sebuah contoh yang memperlihatkan perbaikan faktor daya dengan pemasangan kapasitor ditunjukkan dibawah ini: Contoh 1. Sebuah lampu 20Watt terhubung pada tegangan listrik 220V, (dengan faktor daya=0.766, kalau dihitung pakai kalkulator ketemu 40 derajat, dan sin =0.643) maka: Pnyata = V * I * cos Sehingga I = Pnyata / (V * cos ) = 20 / (220 * 0.766) = 0.119 Ampere Psemu = V * I = 220 * 0.119 = 26,11 VA Pbuta = V * I * sin = 220 * 0.119 * 0.643 = 16.83 VAR Kemudian dipasangkan kapasitor, sehingga faktor dayanya naik menjadi 0.940, (kalau dihitung

dengan kalkulator ketemu 20 derajat dengan sin = 0.342), maka kalau digambarkan lagi menjadi:

Pnyata = V * I * cos Sehingga I = Pnyata / (V * cos ) = 20 / (220 * 0.940) = 0.097 Ampere Psemu = V * I = 220 * 0.097 = 21.27 VA Pbuta = V * I * sin = 220 * 0.097 * 0.342 = 7.30 VAR Contoh 2. Sebuah pabrik kimia memasang sebuah trafo 1500 kVA. Kebutuhan parik pada mulanya 1160 kVA dengan faktor daya 0,70. Persentase pembebanan trafo sekitar 78 persen (1160/1500 = 77.3 persen). Untuk memperbaiki faktor daya dan untuk mencegah denda oleh pemasok listrik, pabrik menambahkan sekitar 410 kVAr pada beban motor. Hal ini meningkatkan faktor daya hingga 0,89, dan mengurangi kVA yang diperlukan menjadi 913 kVA, yang merupakan penjumlahan vektor kW dankVAr. Trafo 1500 kVA kemudian hanya berbeban 60 persen dari kapasitasnya. Sehingga pabrik akan dapat menambah beban pada trafonya dimasa mendatang. (Studi lapangan NPC)

Contoh 3. Sekelompok lampu pijar dengan tegangan 220V/58 W, digabungkan dengan 12

lampu TL 11 W, ada 30 buah lampu pijar dan lampu TL. Faktor daya terukur sebesar cos alpha1= 0,5. Hitunglah daya semu dari beban dan besarnya arus I1 sebelum kompensasi, Jika diinginkan faktor kerja menjadi cos alpha2=0,9. hitung besarnya arus I2 (setelah kompensasi). a) Besarnya daya lampu gabungan PG = (58 W x 18) + (11 W x 12) = 1176 watt = 1,176 kW Cos phi1 = PG/S1 ->> S1 = Pg/Cos phi1 = 1,176kW/0,5 = 2,352 kVA. I1 = S1/U = 2,352 kVA/220 V = 10,69 ampere (A)--> sebelum kompensasi b) besarnya daya setelah kompensasi (cos phi = 0,9) S2 = PG/Cos phi2 = 1,176 kW/0,9 = 1,306 kVA maka I2 = S2/U= 1,306 kVA/220 V = 5,94 A --> setelah kompensasi Keuntungan Perbaikan Faktor Daya dengan Penambahan Kapasitor adalah : 1. Bagi Konsumen, khususnya perusahaan atau industri: Diperlukan hanya sekali investasi untuk pembelian dan pemasangan kapasitor dan tidak ada biaya terus menerus. Mengurangi biaya listrik bagi perusahaan, sebab: (a) daya reaktif (kVAR) tidak lagi dipasok oleh perusahaan utilitas sehingga kebutuhan total(kVA) berkurang dan (b) nilai denda yang dibayar jika beroperasi pada faktor daya rendah dapat dihindarkan. Mengurangi kehilangan distribusi (kWh) dalam jaringan/instalasi pabrik. Tingkat tegangan pada beban akhir meningkat sehingga meningkatkan kinerja motor. 2. Bagi utilitas pemasok listrik Komponen reaktif pada jaringan dan arus total pada sistim ujung akhir berkurang. Kehilangan daya I kwadrat R dalam sistim berkurang karena penurunan arus. Kemampuan kapasitas jaringan distribusi listrik meningkat, mengurangi kebutuhan untuk memasang kapasitas tambahan. Mengapa PLN menetapkan batas faktor daya? Karena PLN ingin saluran transmisinya effisien. Berdasarkan contoh hitung-hitungan diatas sudah terbukti bahwa kalau untuk beban lampu yang 20Watt saja, dengan memperbaiki faktor daya, terdapat penurunan arus sebesar 0.022 Ampere. 1. Nilai Ampere ini berpengaruh terhadap besarnya kabel yang harus digunakan oleh PLN untuk menyalurkan dayanya. Dengan daya yang sama, apabila faktor dayanya jelek, maka arusnya akan lebih besar, tentunya harus digunakan kabel dengan ukuran diameter yang lebih besar yang artinya lebih mahal. 2. Dengan arus yang besar, rugi-rugi saluran yang timbul dalam saluran transmisi akan semakin besar juga, Sebuah instalasi listrik akan optimum baik dari segi teknis maupun ekonomis bila faktor daya mendekati 1.

Sbg tambahan PLN akan mendenda kita bila faktor daya rata-2 bulanan kurang dari 0.85. yang akan terjadi bila total KVARh > 0.62 x KWHr. Untuk memperbaiki faktor daya maka salah satunya dipakailah kapasitor yang berfungsi sbg kompensasi energi reaktif.

Teori Dasar Perhitungan Unjuk Kerja Kompresor Sentrifugal


Unjuk kerja kompresor sentrifugal berkaitan dengan beberapa parameter utama, yaitu :

Head Efisiensi

Kapasitas Daya

Untuk dapat mengetahui harga masing-masing parameter berdasarkan kondisi operasi, maka digunakan berbagai rumus perhitungan dan proses pendekatan. Kompresor sentrifugal didalam proses kerjanya dapat ditinjau dengan menggunakan dua pendekatan : 1. Proses adiabatic (isentropic), yaitu proses dengan menggunakan asumsi ideal, dimana proses berlangsung pada entropi konstan (tidak ada panas yang masuk dan keluar) meskipun pada kenyataannya energi panas tidak bisa dirubah secara keseluruhan menjadi kerja, karena ada kerugian. 2. Proses Politropik adalah proses kerja aktual yang dihasilkan oleh kompresor itu sendiri.

1. Head 1.1 Head isentropik Head isentropik adalah kerja per satuan massa yang diperlukan oleh kompresor pada proses isentropic. Yang ditujukan dalam rumus :

1.2. Head Politropik Head politropik adalah kerja per satuan massa yang diperlukan oleh kompresor pada proses polytropik reversible dengan kondisi gas masuk dan keluar kompresor yang sama. Yang di tujukan dalam rumus :

Perbedaan head isentropik dan head aktual, ditunjukan pada gambar Isentropic Versus Actual Compression Proses.

Untuk mencari harga eksponen politropik (n) digunakan persamaan :

Dimana : T1 = Temperatur pada sisi suction. T2 = Temperatur pada sisi discharge. P1 = Tekanan pada sisi suction. P2 = Tekanan pada sisi discharge. Proses kompresi dalam kompresor dapat diasumsikan berlangsung secara isentropic, dimana gas masuk pada suhu dan tekanan tertentu (P1 dan T1), sehingga diperoleh harga entropi masuk (S1). Pada proses isentropic dimana S1 = S21, dapat ditentukan suhu gas keluar kompresor yaitu T21 sedangkan pada proses aktual gas keluar kompresor pada suhu T2. 2. Efisiensi

2.1. Efisiensi isentropik Effisiensi isentropic adalah perbandingan antara head isentropic dengan head aktual. Effisiensi isentropic dapat dihitung dengan persamaan :

2.2. Effisiensi Politropik Efisiensi politropik dari sebuah kompresor merupakan perbandingan antara head politropik dengan head isentropik. Rumus efisiensi politropik adalah :

3. Kapasitas

Kapasitas kompresor sentrifugal dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk seperti : 1. Inlet volume flow (ICFM) atau actual inlet volume flow (ACFM). 2. Standard inlet volume flow (SCFM) pada kondisi standard yaitu pada tekanan 14,7 psia dan suhu 60oF = 520o R. 3. Mass flow rate : kapasitas yang dihitung dalam laju aliran massa dengan satuan lbm/minute. Hubungan antara kondisi standard dengan kondisi inlet (actual), dapat digunakan persamaan gas ideal :

Dimana : Ps = Tekanan standard = 14,7 psia Ts = Temperatur standard = 60o F = 520o R maka didapat :

Bila kapasitas dihitung dalam laju aliran massa, maka harus dilihat hubungan kapasitas dan laju aliran massa.

Catatan : Angka 144 merupakan faktor konversi dari psia ke lb/ft2 . Karena 1 foot-pound = 12 inchpound, maka 1 lb/ft2 = 144 psi.

Bila dikoreksi terhadap faktor kompresibilitas, maka :

4. Daya Ada beberapa daya yang berhubungan dengan gas : 4.1 Daya gas Daya yang di terima oleh gas di namakan gas power atau aerodinamic power yang dapat dihitung dengan persamaan :

4.2. Daya kompresor Daya dihitung dengan persamaan :

4.3. Daya penggerak Dihitung dengan persamaan :

5. Perhitungan Gas Propertis Untuk menghitung gas propertis, digunakan langkah sebagai berikut : 1. Siapkan data komposisi gas campuran dengan setiap mol fraksinya. 2. Siapkan tabel berat molekul, tekanan kritis, dan temperatur kritis setiap fraksi gas. 3. Masukan juga nilai kalor spesifik pada tekanan konstan, Cp untuk setiap gas, pada temperatur kondisi campuran. (dengan satuan berbasis mol, seperti Btu/lbm mol atau J/k mol. K).

4. Hitung dan buat daftar kontribusi dari setiap gas untuk berat molekul, tekanan kritis, temperatur kritis dan panas spesifik dengan mengalikannya dengan mol fraksi setiap gas. 5. Jumlahkan masing-masing kontribusi setiap gas hingga didapat parameter dalam kondisi campuran (BM mix, Pc mix, Tc mix dan Cp mix). 6. Hitung nilai perbandingan panas spesifik, K dengan persamaan :

7. Hitung nilai tekanan reduksi (Pr) dan temperatur reduksi (Tr) untuk mendapatkan faktor kompesibilitas, dengan persamaan :

8. Dimana P dan T adalah tekanan dan temperatur yang diukur (aktual). 9. Dapatkan nilai faktor kompesibilitas (Z) dengan memplotkan nilai Pr dan Tr pada grafik kompresibilitas.

6. PARAMETER YANG MEMPENGARUHI UNJUK KERJA Unjuk kerja kompresor centrifugal dipengaruhi oleh beberapa parameter, antara lain sebagai berikut : 1. Pengaruh Suhu Gas Masuk (T1) Bila suhu gas masuk naik menyebabkan :

Kerapatan massa gas menurun pada kapasitas yang sama. Laju aliran massa yang dihasilkan menurun. Daya yang dibutuhkan oleh kompresor naik. Pressure ratio menurun. Begitu pula sebaliknya.

2. Pengaruh Tekanan Gas Masuk (P1)

Pada kompresor yang beroperasi pada putaran konstan dan laju aliran volume yang sama, maka penurunan tekanan gas masuk menyebabkan :

Laju aliran gas keluar kompresor turun. Tekanan gas keluar kompresor turun. Kebutuhan daya kompresor turun. Untuk menjaga tekanan gas keluar kompresor yang konstan, maka kompresor diharuskan beroperasi dengan putaran tinggi, akibatnya daya yang dibutuhkan oleh kompresor bertambah.

3. Pengaruh Jenis Gas (S.G) Bila jenis gas berubah komposisinya dan spesific gravity (S.G) gas turun menyebabkan :

Laju aliran massa menurun. Daya yang dibutuhkan kompresor menurun.

4. Pengaruh Faktor Kompresibelitas (Z) Faktor kompresibelitas gas sangat dipengaruhi oleh jenis/komposisi gas dan tekanan dan temperatur. Bila Z naik dan kapasitas konstan menyebabkan :

Daya yang diperlukan kompresor naik. Pressure ratio menurun. Dan begitu pula sebaliknya.

5. Pengaruh Putaran Kompresor (n) Perubahan putaran kompresor akan berpengaruh banyak terhadap karakteristik kompresor. Dengan kenaikan putaran kompresor mengakibatkan :

Naiknya kapasitas/laju aliran massa sebanding dengan kenaikan putarannya. Naiknya head yang sesuai dengan perbandingan putaran pangkat 2. Naiknya kebutuhan daya yang diperlukan sesuai dengan perbandingan putaran pangkat 3 . Dan begitu pula sebaliknya.

Hal tersebut diatas dapat dilihat dari teori kesamaan sebagai berikut :

6. Pengaruh Perubahan Diameter Luar Impeler (D2) Perubahan ukuran diameter luar impeler mempunyai pengaruh yang sama dengan perubahan putaran. Bila ukuran diameter luar impeler diperbesar dimana kompresor beroperasi pada putaran tetap, maka menyebabkan :

Kenaikan kapasitas sebanding dengan perbandingan kenaikan diameter. Kenaikan head sebanding dengan perbandingan kenaikan diameter impeler pangkat 2. Kenaikan daya yang diperlukan kompresor sesuai dengan perbandingan kenaikan diameter impeller pangkat 3. Dan begitu pula sebaliknya.

Hal tesebut diatas dapat dilihat dari teori kesamaan sebagai berikut :

7. Pengaruh Laju Aliran Massa (m) Pada kondisi awal yang sama, maka kenaikan laju aliran massa mengakibatkan :

Kenaikan tenaga yang diperlukan kompresor. Dan begitu pula sebaliknya.

Elektromagnet
Listrik dan magnet adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, setiap ada listrik tentu ada magnet dan sebaliknya. Misalnya ada gulungan kawat tembaga dan pada gulungan tersebut kita alirkan listrik, maka akan timbul medan magnet, sebaliknya apabila kita menggerakkan magnet dekat gulungan tersebut, akan timbul listrik dalam gulungan itu. Kalau kita mempelajari sifat-sifat listrik, maka kita bayangkan listrik itu sebagai air. Ia dapat tertampung dan diam pada suatu tempat dan bisa juga mengalir melalui suatu pipa. Listrik akan mengalir bila ada perbedaan potensial atau perbedaan tekanan (voltage). Gaya yang menyebabkan listrik mengalir dinamakan Elektromotive Force (EMF). Kalau listrik mengalir akan timbul gaya yang menahan lajunya aliran itu, gaya ini disebut Resistansi. Bahan yang mudah sekali mengalirkan listrik dinamakan Konduktor dan yang tidak

bisa mengalirkan listrik dinamakan Isolator. Perak, tembaga, emas dan aluminum berturutturut adalah konduktor yang baik. Bahan yang pada kondisi tertentu menjadi konduktor dan pada kondisi lain menjadi isolator disebut Semikonduktor. Komponen elektronik yang dibuat untuk menahan aliran listrik dinamakan Resistor. Suatu Kondensator adalah komponen elektronik yang dibuat untuk dapat mewadahi listrik. Suatu kumparan kalau dialiri listrik bisa menimbulkan medan magnet dan timbulnya medan magnet, komponen elektronik ini disebut Induktor. Listrik bisa mengalir ke satu arah saja dinamakan arus searah atau DC dan bisa juga alirannya bolak balik disebut arus bolak balik atau AC. Jumlah bolakbalik arah setiap detiknya dinamakan Frekuensi. Magnet Apabila kawat tembaga yang dililitkan pada sebatang besi dialiri listrik, batang besi tersebut akan menjadi magnetis. Tetapi kalau aliran listrik diputus, besi tidak magnetis lagi. Batang besi itu disebut megnet temporer, misalnya terdapat pada reley. Bila setelah listrik diputus, besi masih magnetis, maka batang besi itu disebut magnet permanen.

Solenoid
Arah medan magnet sesuai hukum Corkscrew dari Maxwell, kalau diputar ke kanan menuju ke depan (yang depan itu kutub utara magnet).

Permeability
Permeability relatif bahan untuk inti lilitan adalah:

B = flux density H = gaya magnetik

Gelombang elektromagnet
Dalam perambatannya, gelombang magnet dan listrik selalu bersamasama. Medan magnet selalu tegaklurus dengan medan listrik dan kedua-duanya tegak lurus dengan arah perambatan.

Listrik
Untuk keperluan perhitungan listrik dan untuk pembuatan rumusrumus, digunakan symbol serta satuan-satuan listrik sebagai berikut ini. Simbol dan Satuan Listrik
NAMA Muatan Listrik Arus Voltage Waktu Resistansi Kapasitansi Induktansi Power Frekuensi Panjang Gelombang SYMBOL SATUAN SINGKATAN q I Coulomb Ampere A V s

E atau V Volt t R C L Detik Ohm Farad Henry

F H W Hz m

W atau P Watt f Hertz Meter

Ekspresi Numerik Dalam Elektronika


Agar rumus dan perhitungan menjadi lebih praktis, angkaangka yang besar sekali dan yang kecil sekali diberikan ekspresi ringkas.

GIGA (G) MEGA (M) KILO (k) MILLI (m) MIKRO () NANO (n) PIKO (p)

= 1.000.000.000 = 1.000.000 = 1.000 = 0.001 = 0.000.001 = 0.000.000.001 = 0.000.000.000.001

Dalam penulisan, singkatan-singkatan tersebut digunakan sebagai pengganti tanda baca koma, misalnya 1,5K dituliskan 1K5 dan sebagainya.

Hukum Ohm
Besarnya arus listrik yang mengalir dalam suatu konduktor sama dengan perbedaan potensial dibagi dengan resistansinya.

I = arus dalam Ampere E = emf dalam Volt R = resistansi dalam Ohm.

Hukum Kirchoff 1
Jumlah arus menuju suatu titik cabang sama dengan jumlah arus yang meninggalkannya.

Hukum Kirchoff 2
Jumlah EMF dan penurunan potensial dalam suatu circuit tertutup sama dengan nol.

Voltage Puncak dan Voltage RootMeanSquare (RMS)


Bila kita mengukur voltage arus bolakbalik, maka yang terukur adalah Voltage Root Mean Square (RMS) yang disebut juga Voltage effektif.
VP Vrms VP Vrms = 1.414 Vrms = 0.707 VP = Voltage puncak = Voltage rms

Daya Listrik (Power)


Untuk menghitung daya suatu arus listrik digunakan rumus.

P = power dalam Watt E = EMF dalam Volt I = arus dalam Ampere.

Pengertian dB (decibel)
Untuk menyatakan perbandingan dua power, misalnya P1 dan P2 dalam elektronika digunakan decibel.

Untuk menyatakan Gain suatu amplifier / penguat, bila impedansi input dan outputnya sama, digunakan.

atau

Resistansi
Tahanan terhadap mengalirnya arus listrik

Resistor Seri
Resistor yang dihubungkan secara seri, resitansi totalnya membesar.

Resistansi total adalah jumlah nilai tahanan.

Resistor Paralel
Resistor yang dihubungkan paralel, resitansi totalnya menjadi lebih kecil.

Kapasitansi
Kemampuan menyimpan muatan listrik dalam suatu dialekrik.

Kapasitor Paralel
Kapasitor yang dihubungkan paralel, kapasitansi totalnya membesar.

Kapasitansi total adalah jumlah nilai kapasitor yang di paralel.

Kapasitor Seri
Kapasiotor yang dihubungkan seri, kapasitansi totalnya menjadi kecil.

Capacitive Reactance
Tahanan arus listrik AC dalam kapasitor disebut reaktansi kapasitif ( Xc ) dalam Ohm

f = frekuensi dalam Hertz C = kapasitansi dalam Farad

Induktansi
Kemampuan conductor membangkitkan induksi listrik bila arus AC melewatinya

Induktor Seri
Induktor yang dihubungkan seri, induktansi totalnya menjadi lebih besar.

Induktor Paralel
Induktor yang dihubungkan paralel, induktansi totalnya menjadi lebih kecil.

Inductive Reactance
Tahanan arus listrik AC dalam induktor disebut reaktansi induktif ( XL ) dalam Ohm

f = frekuensi dalam Hertz L = induktansi dalam Henry

Impedansi
Kombinasi resistansi dengan reaktansi disebut Impedansi (Z). Resistansi dan reaktansi tersebut dapat paralel dan dapat juga seri.

Circuit Seri

Circuit Paralel

Efek Piezoelectric
Jenis-jenis kristal tertentu mempunyai sifat dapat membangkitkan muatan listrik bila pada permukaannya diberikan tekanan mekanik dan sebaliknya akan dapat menimbulkan tegangan mekanik bila pada permukaan tersebut diberikan muatan listrik, sifat in disebut efek piezoelectric.

Transformator
Trafo adalah dua kumparan di atas suatu inti. Kumparan input disebut primer (p) dan kumparan output disebut sekunder (s).

I = arus dalam Ampere V = voltage dalam Volt N = jumlah lilitan.

Circuit Rectifier atau Penyearah Frequency pada Resonance Circuit


Dalam resonance circuit jumlah capacitive dan inductive reactansinya nol, frekuensi resonansinya adalah:

Faktor Q suatu Resonance Circuit


Faktor Q suatu resonance circuit menggambarkan kualitasnya. Yang berpengaruh besar terhadap faktor Q adalah induktornya.

atau

Dimana .

Bila resistansi kawat induktor kecil, maka faktor Q menjadi besar, berarti kualitas resonance circuit makin tinggi.

Antena
Panjang gelombang radio di udara adalah :

Panjang gelombang radio pada logam (antena) adalah:

= panjang gelombang dalam meter.

f = frekuensi dalam MHz.

Radiation Resistance
Antena yang ideal merupakan resonance circuit, hanya mempunyai resistansi murni yang disebut Radiation Resistance. Misalnya radiation resistance suatu antena diketahui 50 OHM, sedangkan arus antena sebesar 1 Ampere, maka didapatkan Power pancaran antena adalah:

Amplifier
Berbagai circuit dasar amplifier transistor adalah common base, common emitor dan common colector, sebagai berikut ini.

Oscilator
Suatu bagian penting pada pesawat radio adalah osilator. Osilator dapat dibuat dengan kristal atau dengan LC circuit, ada dua jenis osilator LC yang terkenal, yaitu,
Osilator Hartley

Oscilator Colpitts

[edit] Circuit Dasar Filter


Beberapa circuit dasar lowpass, high pass dan bandpass filter terlihat pada gambar berikut ini.
[edit] Low Pass Filter

High Pass Filter

Band Pass Filter

Kelas RF Amplifier
Kelas A Kelas AB Kelas B Kelas C : Output linear satu gelombang penuh. : Output setengah gelombang lebih : Output setengah gelombang : Output kurang dari 1/2 gelombang, efisiensi sampai 80%.

Kelas A biasanya digunakan untuk signal kecil atau power RF amplifier single ended, sedangkan kelas B dab AB digunakan pada RF amplifier pushpull. Kelas C lebih banyak digunakan di pemancar frekuensi tinggi terutama jika digunakan modulasi FM.

Menghitung Daya Listrik Saya punya cara tersendiri untuk menghitung daya listrik dari beberapa peralatan elektronik yang terpasang, caranya yaitu cukup menggunakan stopwatch dan kalkulator saja, simpel kan!!. Stopwatch digunakan untuk menghitung waktu putaran piringan pada meteran listrik PLN. Mungkin cara ini tidak 100% benar tapi kalo membandingkannya dengan daya yang tertera pada peralatan elektronik tersebut nilainya hampir sama. Di meteran Listrik PLN ada keping piringan yang berputar, biasanya di meteran itu ada tulisan 1200 putaran/1KW. Artinya dalam 1200 putaran itu menghasilkan daya 1000 Watt. Langkah

yang perlu dilakukan yaitu mengukur waktu yang dibutuhkan piringan itu dalam satu putaran dengan menggunakan stopwatch. Misalnya ; waktu yang di butuhkan piringan itu berputar satu kali yaitu 6 detik, maka : {3600 s : 6 s} x { 1000 watt : 1200 put } = 500 Watt Jadi artinya dalam satu jam pemakaian listrik maka akan memakan daya sebesar 500 watt. Kalo mau membuktikannya silahkan, pertama-tama cukup nyalakan satu buah barang elektronik saja misalnya TV (peralatan yang lainnya di matikan dan kalo perlu di cabut dari stekernya), di belakang TV biasanya tertera daya listriknya, setelah itu ukur deh waktu putaran piringan di meteran Listrik PLN lalu kalkulasi mengunakan rumus diatas, dan lihat hasilnya sama tidak dengan daya yang tertulis di TV. Untuk membantu dalam mengetahui konversi satuan dalam daya atau energy dan lain-lain dapat di download file "Convert" dari Ziddu. Dan untuk memahami Teori Dasar Listrik pelajari file berikut ini. Dapatkan Booklet Hemat Listrik di Rumah dan Kantor sebagai solusi dalam menghemat pemakaian energy listrik.

Koreksi Faktor daya (Cos ) dan Rangkaian

Thursday, November 11, 2010


By imroee @ 11:45 PM Label: ELECTRICAL, Motor Induksi Koreksi Faktor daya (Cos ) dan Rangkaian - imroee.blogspot.com - Faktor daya yang rendah kebanyakan dihasilkan oleh peralatan yang digunakan dalam suatu perusahaan atau industry, seperti motor-motor listrik (terutama pada beban rendah), unit-unit ballast dari lampu pelepas serta transformator. Peralatan-peralatan seperti ini memerlukan daya reaktif induktif, yaitu daya listrik yang dibutuhkan untuk menghasilkan medan magnet. Tanpa daya reaktif induktif, daya listrik tidak dapat ditransfer melalu celah udara pada motor-motor listrik. Untuk mencatu beban dengan kilowatt tertentu pada faktor daya yang rendah akan memerlukan arus yang lebih besar dibandingkan apabila faktor dayanya satu. Karena kerugian saluran dalam setiap saluran daya yang mencatu beban berbanding lurus dengan arus saluran, maka makin rendah faktor

daya, kerugian saluran akan makin tinggi. Oleh karena itu, setiap perbaikan dalam faktor daya akan dapat menaikkan efisiensi sistem dan memperbaiki karakteristik kerja sistem tersebut. Sistem tenaga listrik pada sebuah gedung-gedung besar seperti mall misalnya, yang sehari-hari sebagian besar menggunakan motor-motor listrik dan alat induktif lainnya, menyebabkan faktor daya menjadi sangat rendah misalnya berada pada rentang 0.6 - 0.8 sehingga kerugian saluran akan terasa sekali. Selain kerugian teknis, hal ini juga menyebabkan kerugian ekonomis, yaitu adanya kewajiban membayar tagihan rekening listrik kepada PT. PLN dalam jumlah yang cukup besar pada setiap bulannya. Prinsip dasar dari peningkatan faktor daya adalah menyuntikkan suatu arus dengan fase mendahului ke dalam rangkaian agar menetralisir efek arus magnetisasi yang ketinggalan fase. Dalam kondisi ini energi yang dibutuhkan oleh medan magnet bersikulasi di antara peralatan koreksi dan instalasi yang dikoreksi sebagai pengganti antara instalasi dan sumber. Untuk mengoreksi faktor daya yang rendah tersebut dapat menggunakan kapasitor statik yang dihubungkan ke sistem yang dicatu oleh PT. PLN maupun genset. Pemasangan kapasitor ini dapat menghindari overload dari tranformator, jatuh tegangan, naiknya suhu pada kabel (mengurangi rugirugi) dan memperbesar pemakaian daya aktif. Kapastitor-kapasitor statik ini terdiri dari elemen-elemen yang dipasang paralel dan dihubung delta. Kapasitor-kapasitor ini dilengkapi dengan tahanan pengosongan guna menjamin pengosongan otomatik jika sumber diputuskan. Apabila ingin menggunakan Kapasitor Bank untuk mengoreksi faktor daya dapat menggunakan intalasi kapasitor bank dengan kompensasi terpusat. Contoh rangkaian pemasangan kapasitor bank dapat dilihat pada gambar berikut:

Perbaikan (Kompensasi) Faktor Daya Listrik

Perbaikan Faktor Daya Faktor Daya Listrik merupakan salah satu materi yang harus dikuasai oleh mahasiswa teknik elektro. Permasalahan faktor daya sangat menentukan kualitas dan efektivitas pemanfaatan energi listrik. Kurangnya pemahaman tentang faktor daya listrik menyebabkan sistem tenaga listrik tidak dapat bekerja secara optimal dan menimbulkan biaya-biaya yang seharusnya dapat ditekan Postingan berikut ini akan membahas tentang contoh perhitungan perbaikan faktor daya. Nah bagi yang belum familiar dengan perhitungan perbaikan faktor daya listrik dapat melihat contoh sbb: Sudut phi dapat dihitung dengan calculator atau pakai MS Excell atau dapat dilihat pada tabel Trigonometri. Cara menghitung adalah sbb: Cos phi1 = 0,4 maka sudut phi1 = 1,159 radian Cos phi2 = 0,93 maka sudut phi2 = 0,395 Sehingga tan phi1 = 2,291 dan tan phi2 = 0,395

TEORI TRANSFER DAYA MAKSIMUM


Teorema ini menyatakan bahwa : Transfer daya maksimum terjadi jika nilai resistansi beban sama dengan nilai resistansi sumber, baik dipasang seri dengan sumber tegangan ataupun dipasang paralel dengan sumber arus dan nilai reaktansi sumber adalah negatif dari nilai reaktansi beban. Daya listrik ditransfer dari satu tempat ke tempat lainnya melalui saluran transmisi. Saluran transmisi meliputi impedansi, oleh sebab itu arus listrik yang mengalir akan menimbulkan rugi daya yang sepanjang saluran. Pada umumnya dikehendaki meminimalkan rugi daya tersebut, sehingga daya yang sampai ke tujuan semaksimal mungkin. Perhatikan gambar rangkaian yang merupakan suatu model sistem transfer daya maksimum.

ZS adalah impedansi saluran yang sudah ada jadi tetap. Hendak ditentukan beban ZB supaya daya yang diterimanya maksimum. Biarkan ZS = RS+jXS dan ZB = RB+jXB . RS dan XS sudah ada, jadi dianggap tetap, RB dan XB dapat diubah secara bebas. Daya aktif beban adalah :

Supaya PB maksimum, penyebut suku terakhir haruslah minimum yaitu salah satu persyaratan haruslah XB = -XS. Persoalan menjadi : maksimumkan PB dengan merubah-rubah RB. Haruslah dipenuhi persyaratan : dPB/dRB = 0.

Jadi persyaratan yang harus dipenuhi supaya daya yang ditransfer maksimum adalah ZB = ZS* Yaitu impedansi beban dan impedansi saluran transmisi (termasuk impedansi sumber) saling berkonyugasi. Karena RB =RS maka rugi daya pada saluran = daya beban atau daya luaran sehingga efisiensi maksimum sistem adalah 50%. Tentu hal ini tidak baik bagi suatu sistem penyaluran daya besarbesaran. Karena itu untuk sistem penyaluran daya besar tidak digunakan prinsip transfer daya maksimum, yang diperlukan adalah supaya rugi rugi daya dan jatuh tegangan pada saluran transmisi seminimal mungkin untuk memenuhi permintaan daya beban yang sudah tertentu. Ini dilakukan dengan jalan meminimalkan impedansi saluran ZS, tentu dengan memperhatikan kriteria biaya dan konstruksi saluran. Untuk menyalurkan daya tertentu, jalan yang lazim ditempuh ialah menaikkan tegangan saluran transmisi sehingga untuk menyalurkan suatu daya tertentu besar arus turun, sehingga rugi daya turun sebanding dengan kuadrat arus. Untuk sistem telekomunikasi, besar daya yang ditransferkan relatif kecil, yang penting adalah informasi yang disalurkan dapat diterima dengan jelas. Karena itu prinsip transfer daya maksimum dapat digunakan. Menyamakan impedansi beban (misalnya impedansi penerima telepon) dengan konyugat saluran disebut penyelarasan impedansi (impedance matching).

You might also like