You are on page 1of 11

Asap panas yang dihasilkan dari hisapan rokok dapat mempengaruhi aliran pembuluh darah pada gusi.

Perubahan aliran darah mengakibatkan penurunan air ludah (saliva) yang berada di dalam rongga mulut, ketika air ludah mengalami penurunan otomatis mulut cenderung kering dan ketika mulut cenderung kering maka rentan untuk munculnya carries (lubang gigi). Nikotin, dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah di gusi sehingga mudah sekali timbul penyakit gusi seperti peradangan pada gusi. Beberapa hal yang tampak pada perokok adalah bau mulut yang sangat mengganggu, timbul plak, timbul warna-warna yang melekat pada gigi yang sulit dibersihkan dengan sikat gigi Bahaya merokok ternyata sangat berakibat fatal bagi kesehatan gigi dan mulut. Terutama bagi perokok berat dapat menyebabkan kanker rongga mulut yang ganas yang disebut dengan "Squamous Cell Carcinoma" Kanker ini dicetuskan karena penggunaan tembakau dalam rokok yang dapat memicu mutasi genetik pada epitel saluran pernapasan atas sehingga terjadi aktivasi oncogen (sel kanker) dan pembentukan sel-sel menjadi tidak teratur gejalanya : adanya tampakan seperti bintik putih pada mukosa mulut/ pada rahang dan jika sudah parah disertai dengan gigi yang goyang & sakit umumnya prognosis pasien yang menderita penyakit ini buruk bahkan dapat menyebabkan kematian terapinya adalah dengan bedah reseksi (Pengangkatan jaringan yang terinfeksi) dan kemoterapi yang dikombinasikan dengan radioterapi

Antibodi Menurun Rongga mulut sangat mudah terpapar efek yang merugikan akibat merokok. Tejadinya perubahan dalam rongga mulut sangat masuk diakal karena mulut merupakan awal terjadinya penyerapan zat-zat hasil pembakaran rokok. Temperatur rokok pada bibir adalah 30 derajat C, sedangkan ujung rokok yang terbakar bersuhu 900 derajat C. Asap panas yang berhembus terus menerus ke dalam rongga mulut merupakan rangsangan panas yang menyebabkan perubahan aliran darah dan mengurangi pengeluaran ludan. Akibatnya rongga mulut menjadi kering dan lebih an-aerob (suasana bebas zar asam) sehingga memberikan lingkungan yang sesuai untuk tumbuhnya bakteri an-aerob dalam plak. Dengan sendirinya perokok berisiko lebih besar terinfeksi bakteri penyebab penyakit jaringan pendukung gigi dibandingkan mereka yang perokok.

Pengaruh asap rokok secara langsung adalah iritasi terhadap gusi dan secara tidak langsung melalui produk-produk rokok seperti nikotin yang sudah masuk melalui aliran darah dan ludah, jaringan pendukung gigi yang sehat seperti gusi, selaput gigi, semen gigi dan tulang tempat tertanamnya gigi menjadi rusak karena terganggunya fungsi normal mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan dapat merangsang tubuh untuk menghancurkan jaringan sehat di sekitarnya. Pada perokok terdapat penurunan zat kekebalan tubuh (antibodi) yang terdapat di dalam ludah yang berguna untuk menetralisir bakteri dalam rongga mulut dan terjadi gangguan fungsi sel-sel pertahanan tubuh. Sel pertahanan tubuh tidak dapat mendekati dan memakan bakteri-bakteri penyerang tubuh sehinggal sel pertahanan tubuh tidak peka lagi terhadap perubahan di sekitarnya juga terhadap infeksi. Gusi seorang perokok juga cenderung mengalami penebalan lapisan tanduk. Daerah yang mengalami penebalan ini terlihat lebih kasar dibandingkan jaringan di sekitarnya dan berkurang kekenyalannya. Penyempitan pembuluh darah yang disebabkan nikotin mengakibatkan berkurangnya aliran darah di gusi sehingga meningkatkan kecenderungan timbulnya penyakit gusi. Tar dalam asap rokok juga memperbesar peluang terjadinya radang gusi, yaitu penyakit gusi yang paling sering tejadi yang disebabkan oleh plak bakteri dan faktor lain yang dapat menyebabkan bertumpuknya plak di sekitar gusi. Tar dapat diendapkan pada permukaan gigi dan akar gigi sehingga permukaan ini menjadi kasar dan mempermudah perlekatan plak. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan plak dan karang gigi lebih banyak terbentuk pada rongga mulut perokok dibandingkan bukan perokok. Penyakit jaringan pendukung gigi yang parah, kerusakan tulang penyokong gigi dan tanggalnya gigi lebih banyak terjadi pada perokok daripada bukan perkok. Pada perawatan penyakit jaringan pendukung gigi pasien perokok memerlukan perawatan yang lebih luas dan lebih lanjut. Padahal pada pasien bukan perokok dan pada keadaan yang sama cukup hanya dilakukan perawatan standar seperti pembersihan plak dan karang gigi. Keparahan penyakit yang timbul dari tingkat sedang hingga lanjut berhubungan langsung dengan banyaknya rokok yang diisap setiap hari berapa lama atau berapa tahun seseorang menjadi perokok dan status merokok itu sendiri, apakah masih merokok hingga sekarang atau sudah berhenti. Nikotin berperan dalam memulai terjadinya penyakit jaringan pendukung gigi karena nikotin dapat diserap oleh jaringan lunak rongga mulut termasuk gusi melalui aliran darah dan perlekatan gusi pada permukaan gigi dan akar. Nikotin dapat ditemukan pada permukaan akar gigi dan hasil metabolitnya yakni kontinin dapat ditemukan pada cairan gusi. Perlekatan jaringan ikat dan serat-serat kolagen terhambat, sehingga proses penyembuhan dan regenerasi jaringan setelah perawatan terganggu.

Tembakau kunyah sering disebut juga tembakau tanpa asap, tampaknya juga telah menjadi tren dan produknya banyak dimanfaatkan oleh kalangan muda, atletik dan wanita usia lanjut di Amerika. Di Indonesia mengunyah tembakau telah menjadi kebiasan sejak dulu. Walaupun tanpa asap kebiasaan mengunyah tembakau ini diduga sebagai penyebab terjadinya bercak putih (leukoplakia) dan terjadinya kanker rongga mulut. Kelainan biasanya terjadi di daerah pipi, tempat tembakau tanpa asap ini biasa disisipkan. * drg Amalia (sh) Jumlah karang gigi pada perokok cenderung lebih banyak daripada yang bukan perokok. Karang yang tetap melekat pada gigi dapat menimbulkan berbagai keluhan seperti gingivitis atau gusi berdarah. Hasil pembakaran rokok dapat menyebabkan gangguan sirkulasi peredaran darah ke gusi sehingga mudah terjangkit penyakit. Gigi dapat berubah warna karena tembakau. Perubahan warna pada gigi dianggap karena nikotin, tetapi sebetulnya adalah hasil pembakaran tembakau yang berupa ter. Nikotin sendiri tidak berwarna dan mudah larut. Warna coklat pada gigi terjadi pada perokok biasa, sedang warna hitam terjadi pada perokok yang menggunakan pipa. Noda tersebut mudah dibersihkan karena terdapat pada bagian luar gigi. Tetapi pada orang yang merokok selama hidupnya, noda tersebut dapat masuk ke lapisan email gigi sehingga sukar dihilangkan. Berbagai posting dan artikel mungkin susah banyak yang mengulas tentang rokok dan bahaya yang ditimbulkan. namun disini sayang ingin mengulas efek rokok khusu terhadap kesehatan mulut dan gigi. semuga bermanfaat dan selalu mohon saran dan kesan agar postingan ini makin sempurna. mengapa rokok sangat erat kaitannya dengan kesehatan gigi dan mulut? jelas secara gampang bisa dijawab, karena rokok dihisap melalui mulut ( saya rasa ga ada tempat lain untuk menghisap rokok ^^). Secara gampang bisa kita lihat bibir seorang perokok memang terlihat lebih gelap dibandingkan dengan bibir seorang yang bukan perokok, mengapa? Secara umum kita mengetahui rokok yang ada di Indonesia ada 2 jenis, rokok dengan filter dan tanpa filter ( lebih dikenal dengan rokok kretek). Rokok tanpa filter cenderung lebih cepat merubah warna gigi dari pada rokok dengan filter. Sekarang mari kita ikuti jejak asap rokok kenapa begitu banyak organ" tubuh yang dirugikan. Saat kita menghisap rokok asap yang keluar dari sebatang rokok menuju rongga mulut, beberapa detik asap rokok dengan jutaan zat" kimia berada dalam rongga mulut dan mempengaruhi jaringan dan organ yang ada dalam rongga mulut termasuk gigi itu sendiri. Asap panas yang berhembus terus menerus ke dalam rongga mulut merupakan rangsangan panas yang menyebabkan perubahan aliran darah dan mengurangi

pengeluaran ludah. Akibatnya rongga mulut menjadi kering dan lebih an-aerob (suasana bebas zat asam) sehingga memberikan lingkungan yang sesuai untuk tumbuhnya bakteri an-aerob dalam plak. Dengan sendirinya perokok beresiko lebih besar terinfeksi bakteri penyebab penyakit jaringan pendukung gigi dibandingkan mereka yang perokok. Gusi seorang perokok juga cenderung mengalami penebalan lapisan tanduk. Daerah yang mengalami penebalan ini terlihat lebih kasar dibandingkan jaringan di sekitarnya dan berkurang kekenyalannya. Penyempitan pembuluh darah yang disebabkan nikotin mengakibatkan berkurangnya aliran darah di gusi sehingga meningkatkan kecenderungan timbulnya penyakit gusi. Tar dalam asap rokok juga memperbesar peluang terjadinya radang gusi, yaitu penyakit gusi yang paling sering terjadi disebabkan oleh plak bakteri dan factor lain yang dapat menyebabkan bertumpuknya plak di sekitar gusi. Tar dapat diendapkan pada permukaan gigi dan akar gigi sehingga permukaan ini menjadi kasar dan mempermudah perlekatan plak. Dari perbedaan penelitian yang telah dilakukan plak dan karang gigi lebih banyak terbentuk pada rongga mulut perokok dibandingkan bukan perokok. Penyakit jaringan pendukung gigi yang parah, kerusakan tulang penyokong gigi dan tanggalnya gigi lebih banyak terjadi pada perokok daripada bukan perokok. Pada perawatan penyakit jaringan pendukund gigi pasien perokok memerlukan perawatan yang lebih luas dan lebih lanjut. Padahal pada pasien bukan perokok dan pada keadaan yang sama cukup hanya dilakukan perawatan standar seperti pembersihan plak dan karang gigi. Keparahan penyakit yang timbul dari tingkat sedang hingga lanjut berhubungan langsung dengan banyaknya rokok yang diisap setiap hari berapa lama atau berapa tahun seseorang menjadi perokok dan status merokok itu sendiri, apakah masih merokok hingga sekarang atau sudah berhenti. Nikotin berperan dalam memulai terjadinya penyakit jaringan pendukung gigi karena nikotin dapat diserap oleh jaringan lunak rongga mulut termasuk gusi melalui aliran darah dan perlekatan gusi pada permukaan gigi dan akar. Nikotin dapat ditemukan pada permukaan akar gigi dan hasil metabolitnya yakni kontinin dapat ditemukan pada cairan gusi. Beberapa perawatan memang sangat menganjurkan pada pasien perokok untuk benrhenti merokok untuk sementara waktu, selama dalam proses perawatan. Seperti pasien yang dalam masa pemsangan implan. Dapat disimpulkan kerugian yang timbul akibat kebiasaan merokok pada kesehatan gigi dan mulut: 1. Perubahan warna gigi, gusi dan bibir. 2. Karies pada gigi akan semakin cepat terbentuk. 3. Kemungkinan kanker pada jaringan mulut sangat besar. 4. Bau nafas jelas beraroma rokok. 5. Berubahnya jaringan" dalam rongga mulut yang menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap kesehatan mulut itu sendiri seperti pemicu terbantuknya karies.

Dalam penelitian, perokok mempunyai 3-5 kali lebih besar kesempatan mempunyai kerusakan pada gusi dibandingkan yang bukan perokok. Rokok sudah menjadi benda yang melekat dalam diri manusia modern baik laki-laki maupun wanita di era modern ini,padahal rokok mengadung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 diantaranya beracun. Tar,Nikotin dan karbon monoksida adalah beberapa zat yang sangat beracun bagi tubuh kita. Akibat negatif rokok terhadap gigi bisa dirasakan dengan perubahan pada warna gigi yang berubah menjadi kecoklatan serta perubahan pada gusi dan jaringan sekitar mulut. Asap rokok yang besifat panas juga dapt mempengaruhi aliran darah yang ada pada gusi sehingga akan berakibat adanya penurunan air ludah (saliva). Dengan menurunnya air ludah dalam rongga mulut akan mengakibatkan mulut cenderung kering dan bisa memicu terjadinya caries (lubang gigi) ataupun sariawan. Untuk menjaga gigi kita tetap sehat, hindarilah merokok dan mulailah hidup sehat serta rajinlah mengosok gigi dan periksalah kesehatan gigi setiap enam bulan sekali ke dokter gigi. Merokok diketahui berbahaya bagi kesehatan dan kebanyakan dari perokok menyadarinya. Namun, banyak perokok cenderung mengabaikan dampak rokok terhadap kesehatan gigi. Mari kita analisa beberapa efek buruk rokok pada kesehatan mulut, seperti dibeberkan Dentalhealthsite. 1. Perubahan warna gigi Sebagian besar perokok umumnya sadar akan noda gigi yang disebabkan oleh aktivitasnya. Noda gigi ini akibat nikotin dan tar dalam rokok. Perubahan warna berkisar dari kuning ke cokelat gelap (bertahun-tahun merokok). Noda gigi sulit dihilangkan dengan menyikat normal. 2. Bau mulut Perokok berada pada risiko lebih besar terkena bau mulut daripada non-perokok. Kandungan nikotin dan tar menimbulkan bau mulut yang khas pada perokok. Merokok juga menyebabkan mulut kering yang mengakibatkan halitosis (bau mulut). 3. Karies gigi Merokok menempatkan Anda pada risiko lebih besar terhadap pertumbuhan karies gigi akibat plak yang terus menumpuk. 4. Penyakit gusi Merokok mengakibatkan penyakit gusi karena plak dan tartar yang terus tertimbun. Merokok juga mengganggu fungsi normal sel-sel dalam jaringan gusi. Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan jurnal Periodontology menyoroti bahwa perokok empat kali lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit gusi lanjut.

5. Gigi tanggal Penyakit gusi lanjut (Periodontitis) adalah penyebab utama gigi tanggal pada orang dewasa. 6. Kanker mulut Merokok kerap diasosiasikan dengan kanker paru-paru, padahal efek buruk utama lainnya adalah kanker mulut. Hampir 90 persen pasien kanker mulut adalah perokok. Beberapa efek buruk lain dari merokok adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tulang rahang keropos Pergeseran gigi Lidah berbulu Sinusitis Mengubah kepekaan indera perasa dan penciuman Penyembuhan luka lamban Bibir hitam

Merokok tidak hanya menciptakan masalah kesehatan gigi, tetapi memperburuk kondisi gigi yang sudah ada. Jurnal Periodontology melaporkan korelasi langsung antara penyakit gusi dan jumlah rokok yang dihisap per hari. Ada kemungkinan peningkatan penyakit gusi bagi orang yang merokok lebih banyak. Orang yang merokok kurang dari setengah bungkus sehari tiga kali lebih besar menderita penyakit periodontal, orang yang merokok lebih dari satu setengah bungkus enam kali lebih mungkin untuk hal yang sama. Mengapa demikian? Penelitian terbaru menunjukkan, sistem pertahanan dan kemampuan tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri melemah pada perokok. Ada banyak efek berbahaya dari merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut. Jadi, tak ada alasan untuk Anda terus merokok! Jurnal Periodontology, Dentalhealthsite) PENGARUH MEROKOK TERHADAP LIDAHP a d a p e r o k o k b e r a t , m e r o k o k m e n y e b a b k a n r a n g s a n g a n p a d a papilafiliformis (tonjolan/juntai pada lidah bagian atas) sehingga menjadil e b i h p a n j a n g ( h i p e r t r o p i ) . D i s i n i h a s i l p e m b a k a r a n r o k o k y a n g b e r w a r n a hitam kecoklatan mudah dideposit, sehingga perokok sukar merasakan rasa pahit, asin, dan manis, karena rusaknya ujung sensoris dari alat perasa. PENGARUH MEROKOK TERHADAP GUSIJumlah karang gigi pada perokok cenderung lebih banyak daripada yang b u k a n p e r o k o k . K a r a n g g i g i y a n g t i d a k d i b e r s i h k a n d a p a t m e n i m b u l k a n berbagai keluhan seperti gingivitis atau gusi berdarah. Disamping itu hasil pembakaran rokok dapat menyebabkan gangguan sirkulasi peredaran darah kegusi sehingga mudah terjangkit penyakit.

PENEBALAN MUKOSA AKOBAT MEROKOK Merokok merupakan salah satu faktor penyebab Leukoplakia yaitu suatu bercak putih atau plak pada mukosa mulut yang tidak dapat dihapus. Hal ini b i s a d i j u m p a i p a d a u s i a 3 0 - 7 0 t a h u n y a n g m a y o r i t a s p e n d e r i t a n y a p r i a terutama yang perokok. Menurut penelitian Silverman dari semua kasusL e u k o p l a k i a 9 5 % adalah perokok. Iritasi yang terus menerus dari h a s i l pembakaran tembakau menyebabkan penebalan pada jaringan mukosa mulut.Sebelum gejala klinis terlihat, iritasi dari asap tembakau ini menyerangsel-sel epitel mukosa sehingga aktifitasnya meningkat. Gejala ini baru terlihat bila aktifitas selluler bertambah dan epitel menjadi tebal, terutama tampak pada mukosa bukal (mukosa yang menghadap pipi) dan pada dasar mulut.Perubahan mukosa mulut terlihat sebagai bercak putih. Bercak putih tersebutmungkin disebabkan karena epitel yang tebal jenuh dengan saliva (air ludah).Para ahli mengatakan bahwa leukoplakia merupakan lesi pra-ganas di dalammulut. Perubahan leukoplakia menjadi ganas 3-6%. NODA ATAU STAIN KARENA TEMBAKAUG i g i d a p a t b e r u b a h w a r n a k a r e n a t e m b a k a u . P a d a m u l a n y a n o d a i n i dianggap disebabkan oleh nikotin, tetapi sebetulnya adalah hasil pembakarantembakau yang berupa ter. Nikotin sendiri tidak berwarna dan mudah larut.S h a f e r d a n k a w a n k a w a n m e n g a t a k a n b a h w a w a r n a c o k l a t t e r j a d i p a d a perokok biasa, sedang warna hitam terjadi pada perokok yang menggunakan pipa. Nodanoda tersebut mudah dibersihkan karena hanya terdapat di dataranluar gigi. Tetapi pada orang yang merokok selama hidupnya, noda tersebutd a p a t m a s u k k e lapisan email gigi bagian superficial dan sukar untu dihilangkan. Kebiasaan merokok sangat mempengaruhi kesehatan m u l u t terutama perubahan mukosa (selaput lendir). Kebanyakan, kanker di dalammulut dimulai dengan perubahan mukosa. Perubahan ini tidak menimbulkanrasa sakit (lesi pra-ganas) sehingga tidak diperhatikan sampai keadaan menjadilanjut. Oleh karena itu jika terdapat bercak putih, sedini mungkin datang kedokter gigi. Biasakan memeriksa gigi setiap 6 bulan sekali, meskipun tidak m e n g a l a m i k e l u h a n . D a n y a n g p a l i n g p e n t i n g a d a l a h k e m a u a n y a n g k e r a s untuk menghilangkan kebiasaan merokok, jika perlu konsultasi dengan dokter.
Menurut peraih gelar doktor ketiga ilmu epidemiologi penyakit gigi FKM-UI ini, derajat kerusakan gigi itu dipengaruhi oleh lamanya merokok dan jumlah batang rokok yang diisap setiap hari. Hasil studi juga menunjukkan, kelompok umur di atas 50 tahun, dua kali lebih besar berisiko terkena karies dibanding usia di bawah 50 tahun. Sedangkan lamanya merokok 11-15 tahun mempunyai risiko relatif tiga kali lebih besar dari perokok 6-10 tahun. ''Sedangkan perokok yang merokok lebih dari 15 tahun, risiko relatifnya delapan kali lebih besar,'' katanya. Menurut Farida, risiko relatif kejadian karies spesifik pada perokok dengan jumlah rokok lebih dari 18 batang setiap harinya, tujuh kali lebih besar dibanding merokok 1-6 batang per hari. Pada perokok kretek dengan lama merokok lebih dari 15 tahun, umurnya di

atas 50 tahun dan merokok lebih dari 18 batang per hari diperkirakan mengalami kerusakan berat sebesar 89%. Kejadian ini terjadi pada rokok kretek dengan kadar eugenol 12,92 mg per batang. Farida menambahkan, rokok kretek dengan filter atau tanpa filter yang komposisi campuran cengkehnya 30% juga mempunyai efek psikotropik dan adiksi. Mengenai tingkat konsumsi rokok, Farida menilai bahwa orang Indonesia sudah dalam kategori sangat mengkhawatirkan. Hal itu terbukti semakin bertambahnya jumlah perokok pemula. "Bahkan, sekitar 85-90% jenis rokok yang dikonsumsi adalah kretek," katanya. Namun, lanjutnya, bukan berarti rokok putih yang banyak dikonsumsi masyarakat internasional aman. Terbukti, rokok putih juga bisa menimbukan penyakit kronis antara lain kanker paru, jantung koroner. Berdasarkan hasil penelitiannya, dia mengharapkan Departemen Perdagangan dan Perindustrian mengoreksi Standar Industri Indonesia terhadap jumlah kandungan cengkeh yang diizinkan dalam rokok kretek. Sedangkan kepada Badan POM (Pengawasan Obat dan Makanan), Farida meminta agar dapat menetapkan batas maksimal kadar eugenol dalam rokok kretek untuk tidak melebihi 1,5 mg per batang rokok kretek dan memberikan label tentang bahaya kerusakan gigi, selain lebel bahaya serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan, dan janin.

Gusi berdarah bisa disebabkan oleh berbagai hal. Penyebab yang paling sering adalah adanya plak dan karang gigi (kalkulus) yang menempel pada permukaan gigi. Gigi kita dilapisi oleh lapisan transparan licin yang disebut pellicle. Pellicle yang dikolonisasi oleh bakteri disebut plak. Selanjutnya, bila tidak dibersihkan maka plak dapat mengalami mineralisasi (pengerasan) sehingga membentuk karang gigi yang melekat pada permukaan gigi. Biasanya karang gigi dijumpai pada leher gigi. Karang gigi tidak hanya melekat pada permukaan gigi yang tampak (terletak di atas garis gusi) tapi juga dapat melekat pada permukaan gigi yang tertutup oleh gusi. Pada permukaan karang gigi biasanya juga terdapat koloni bakteri. Koloni bakteri pada plak dan karang gigi inilah yang mengakibatkan kerusakan jaringan penyangga gigi, yang dimulai dari gingiva (bagian gusi yang dapat kita lihat). Keadaan ini disebut gingivitis (radang gusi). Karena ada peradangan maka gusi menjadi mudah berdarah apabila terkena trauma mekanis, misalnya sikat gigi atau tusuk gigi. Jadi, gusi berdarah adalah tanda awal adanya kerusakan gusi. Apabila tidak segera ditangani maka karang gigi dapat terus bertambah sehingga perlekatan gusi pada permukaaan gigi menjadi lepas dan terbentuk adanya kantung pada gusi (disebut periodontal pocket). Kondisi ini disertai juga dengan perdarahan gusi dan kerusakan tulang penyangga gigi. Akibatnya bila tidak segera ditangani gigi menjadi goyang dan akhirnya tanggal. Keadaan ini disebut periodontitis. Karena penyebabnya adalah koloni bakteri pada plak dan karang gigi, maka solusi masalah ini adalah dengan melakukan pembersihan plak dan karang gigi. Plak dapat dibersihkan dengan cara menyikat gigi secara teratur dan benar. Frekuensi menyikat gigi minimal dua kali tiap hari, pagi setelah makan pagi dan malam sebelum tidur. Arah menyikat gigi adalah dari gusi ke arah gigi. Penyikatan gigi dalam arah horizontal tidak dibenarkan karena akan menyebabkan abrasi leher gigi dan resesi gingiva (gusi rahang

atas tampak naik, gusi rahang bawah tampak turun, sehingga permukaan akar gigi terlihat). Karang gigi tidak dapat dibersihkan dengan menyikat gigi. Jadi apabila terdapat karang gigi maka perlu datang ke dokter gigi untuk dilakukan scaling (pembersihan karang gigi). Selanjutnya dokter gigi akan melihat sampai mana kerusakan jaringan penyangga gigi yang terjadi. Apabila hanya terjadi gingivitis, maka tindakan scaling biasanya sudah mencukupi. Tapi bila sudah terjadi periodontitis, maka akan dilakukan perawatan periodontal lebih lanjut. Sebaiknya kita datang ke dokter gigi setiap enam bulan sekali untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh sehingga masalah dapat ditangani sejak dini. Selain karang gigi dan plak, perdarahan gusi juga berhubungan dengan beberapa penyakit, antara lain kekurangan vitamin C dan kelainan darah. Kekurangan vitamin C terjadi pada orang yang tidak makan sayur atau buah dalam jangka waktu lama. Gusi pada penderita kekurangan vitamin C menjadi bengkak, berwarna keunguan dan terjadi perdarahan. Keadaan kekurangan vitamin C ini dinamakan Scurvy. Cara penanganannya adalah dengan memberikan vitamin C. Kelainan darah yang biasanya berkaitan dengan perdarahan gusi adalah leukemia dan trombositopenia. Leukemia adalah keganasan sel darah putih sedangkan trombositopenia adalah kondisi di mana terjadi penurunan jumlah trombosit dalam darah. Pada penderita leukemia, gusi terinfiltrasi oleh sel-sel darah putih ganas. Secara klinis gusi tampak membesar. Karena pada leukemia umumnya juga terjadi trombositopenia maka gusi penderita leukemia juga mudah berdarah. Trombosit adalah salah satu elemen darah yang diperlukan untuk pembekuan darah. Apabila jumlahnya menurun sampai di bawah batas normal maka kemungkinan terjadi perdarahan lebih besar. Trombositopenia dapat merupakan penyakit yang berdiri sendiri atau bagian dari penyakit lain, misalnya demam berdarah. Jadi, apabila didapati gusi berdarah disertai gejala-gejala lain seperti badan mudah lelah, demam, penurunan berat badan, berkeringat di waktu malam dan lain-lain sebaiknya segera datang ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Gingivitis dapat disebabkan beberapa hal, diantaranya kebersihan mulut yang buruk, penumpukan karang gigi (kalkulus/tartar), dan efek samping dari obat-obatan tertentu yang diminum secara rutin. Sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan secara seksama menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Dengan meningkatnya kandungan mineral dari air liur, plak akan mengeras menjadi karang gigi (kalkulus). Karang gigi dapat terletak di leher gigi dan terlihat oleh mata sebagai garis kekuningan atau kecoklatan yang keras dan tidak dapat dihilangkan hanya dengan menyikat gigi.

Kalkulus juga dapat terbentuk di bagian dalam gusi (saku gusi/poket). Kalkulus adalah tempat pertumbuhan yang baik bagi bakteri, dan dapat menyebabkan radang gusi sehingga gusi mudah berdarah. Jadi apa yang harus dilakukan untuk menjaga agar gusi selalu sehat? Sisa makanan yang melekat di sela-sela dan permukaan gigi harus dibersihkan dengan seksama sehingga tidak terakumulasi dan mengeras menjadi kalkulus. Supaya memberikan hasil yang efektif, sikat gigi harus dilakukan dengan cara dan waktu yang tepat. Gigi yang menghadap pipi disarankan disikat dengan gerakan memutar dari atas ke bawah, diawali dengan bulu sikat ditempatkan pada permukaan gusi dan mengarah ke akar gigi. Gerakan menyikat sebaiknya jangan horizontal (dari kiri ke kanan) karena ruang di sela-sela gigi tidak terjangkau oleh bulu sikat gigi. Selain itu, gerakan horizontal yang disertai dengan tekanan yang berlebihan dapat merusak perlekatan gusi dengan gigi sehingga menyebabkan resesi gusi. Menyikat gigi tidak perlu dengan tekanan yang berlebihan, asalkan seluruh permukaan gigi telah terjangkau. Pilih bulu sikat yang halus, dan ujung kepala sikat gigi yang kecil agar dapat menjangkau ke bagian gigi paling belakang. Kadang-kadang menyikat gigi saja tidak cukup. Plak di sela-sela gigi (ruang interdental) sulit dibersihkan, terutama pada gigi yang tumpang tindih dan berjejal. Untuk itu diperlukan dental floss atau benang gigi untuk membersihkannya. Mengapa banyak anjuran sikat gigi malam sebelum tidur? Pada saat seseorang sedang tidur, produksi air liur menurun, sehingga alirannya pun jauh berkurang. Padahal air liur memiliki efek self-cleansing, yaitu berfungsi untuk membilas plak yang melekat di gigi. Tidur malam bisa memakan waktu hingga 8 jam. Pada rentang waktu selama itu, plak mengalami maturasi, di mana jumlah bakterinya lebih banyak. Pada waktu itulah gigi rentan terhadap proses karies atau gigi berlubang. Mereka yang mempunyai kebersihan gigi buruk dan mengalami peradangan gusi serta gusi berdarah, lebih berisiko menderita gangguan ingatan yang berkaitan dengan penyakit alzheimer (kepikunan) dan bentuk demensia lainnya. Hal ini merupakan hasil studi dilakukan para peneliti dari Columbia University di New York dan peneliti menyarankan menjaga kebersihan gigi untuk membantu menjaga ketajaman otak hingga usia lanjut. Bagimana prosesnya? Menurut peneliti, kuman-kuman yang bersembunyi di dalam gusi akan merusak arteri. "Dan kerusakan arteri telah dihubungkan dengan kepikunan." Selain itu, lanjut peneliti, kuman tersebut juga memicu peradangan, yang telah dikaitkan dengan gangguan otak termasuk alzheimer. Menurut peneliti, semakin buruk kondisi gusi mereka, maka risiko mereka mengalami

gangguan daya ingat juga semakin besar. Selain itu, terang peneliti, studi ini menambah bukti mengenai pentingnya menggosok gigi secara teratur, flossing, dan memeriksakan diri ke dokter gigi setidaknya 6 bulan sekali. Penelitian sebelumnya telah menyatakan kalau kuman-kuman dibalik penyakit gusi juga menjadi pemicu berbagai gangguan kesehatan lainnya termasuk penyakit jantung, diabetes dan rendahnya jumlah sperma. Dan studi terbaru ini, terang peneliti, menemukan bukti kalau kuman-kuman tersebut juga bisa merusak kemampuan manusia untuk berpikir jernih.

You might also like