You are on page 1of 3

1. Etika Belajar Guru Dan Murid Menurut al Ghozali, dad empat tahap dalamproses pencarian ilmu pengetahuan.

. Pertama, melewati tahap pencarian (thalab). Berikutnya tahap perolelahan (tashil). Jika telah mampu mengadakan analisis analisis, maka seseorang telahsampai pada tahap ketiga, yaitu istibsyar. Terakir tahab tabsyir,yakni jka ilmu diperolehnya itu diajarkan kepada orang lain. Tahap ini merupakan tahap yang paling mulia. Al Ghozali dalam buku Ihyaulumuddin, menyebutkan ada 8 etika guru yakni: Etika pertama, guru hendaknya merasa kasihsayangterhadap murid muridnya, sebagaimana ia memiliki kasih sayang terhadap anaknya. Etika kedua, seorang guru hendaknya meneladani Rasulullah SAW. Dalam hal tidak meminta imbalan apapun atas pelajaran yang diberikan. Ia mengajarkan ilmunya semata semata demi keridhaan Allah SWT. Dan sebagai upaya mendekatkan diri kepada Nya. Etika ketiga, hendaknya guru tidak lupa untuk memberikan nasehat kepada murid siswanya, bahkan dalam setiap kesempatan,petunjuk dan nasehat itu hendaknya bisa ia berikan. Etika ke empat, seorang guru hendaknya mencegah murid muridnya dari dekadensi moral dengan cara yang halus,seperti dengan sindiran, penuh kasih sayang dan tidak boleh menggunakan kata kata kasar atau menyakitkan hati. Etika kelima, seorang guru yang mempunyai spesialisasi dalam suatu bidang ilmu tertentu, hendaknya tidak menjelek njelekken bidang ilmu yanga lain di hadapan muridnya. Etika keenam, seorang guru hendaknya memperhatikan tingkat kemampuan murid dan mengajarkan materi yang sesuai dengan kemampuan mereka. Etika ketujuh, guru hendakya mengajarkan materi yang mudah,jelas dan layak pada murid yang lemah, dan tidak menjelaskan bahwa materi tersebut masih dibawah standart agar jiwanya tidak tergoncang. Ini dimaksutkan agar memperhatikan tingkat kemampusn murid. Etika kedelapan, seorang guru hendaknya mampu mengamalkan ilmu yang diajarkannya perbuatannya tidak menyimpang apa yang dikatakannya. 2. Etika Belajar Murid Etika belajar murid menurut al Ghozali dapat diperinci menjadi 10 bagian, yaitu: Etika pertama, sebelum belajar hendaknya murid terlebih dahulu dimulia dengan membersihkan hati dari sifat sifat kehinaan, sebabproses belajar mengajar trmasuk ibadah. Pemikiran itu senada dengan pemikiran Abi abdullah Muhammad dan Al Zarnuji.menambahkan yang terutama harus disingkirkan adalah sikap takabur dan sombong. Etika kedua, jika pikiran terpecah akan sulit untuk mengetahui berbagai ilmu. Karena itu dikatakan ilmu tidak akan memberikan padamu sebagiannya sebelum kamu menyerahka kepadanya seluruh jiwamu.

Untuk mempermudah supaya ilmu itu masuk kedalam hati, seseorang harus mengurangi keterikatan hati kepada kecintaan terhadap dunia dan pikiran juga tidak bercabang. Etika ketiga, murid hendaknya tidak bersifat sombong kepada orangyang berilmu dan tidak berilmu dan tidak bertindak sewenang wenang terhadap guru, bahkan ia harus menyerahkan seluruh urusannya serta mematuhi nasehatnya. Etika keempat, bagi pelajar awal hendaklahmenjaga diri dari mendengarkan prselisihan pendapat para ulama, karena dapat menimbulkan prasangka buruk dan kurang percaya pada kemampuan guru. Etika kelima, seorang murid tidak boleh meninggalkan suatu cabang ilmu yang terpuji, atau salah satu jenis ilmu, kecuali ia harus mempertimbangkan matang matang dan memperhatika tujuan dan maknanya. Etika keenam, murid hendaknya tidak menekuni semua cabang ilmu secara simultan, tetapi harus memerhaitkan skal prioritas dan tingkat kepentingannya. Etika ketujuh, murid tidak menekuni suatu cabang ilmu sebelum ia menguasai cabang ilmu yang ia pelajari sebelumnya. Etika kedelapan, mirud hendaknya mengetahui faktor penyebab yang menjadikan sesuatu menjadi semulia mulia ilmu. Menurut Al Ghozali, ini dapat diketahui dengan memperhatikan dua hal yaitu: kemuiaan buah (hasil) dari ilmu tersebut dan kemantapan maupun kekuatan dalil yang menopangnya. Sekalipun demikian, murid tidak boleh meremehkan ilmu ilmu lainnya, seperti ilmu fiqih, ilmu nahwu, ilmu dasardan ilmu- limu penting lainnya, sepanjang ilmu tersen\but dipelajari dan digunakan dalam rangka atau washilah sampai kepada Marifutullah. Etika kesembilan, seorang murid hendaknya menghias dan mempercantik batinya dengan segala aspek kebajikan, mendekatkan diri kepada Allah, dan mendekatkan diri kedalam lingkunag para malaikat Muqarrabin. Pada prinsipny, Allah mengangkat orang orang berilmu apapun ilmu yang dimilikinya, sepanjang ilmu itu digunakan untuk mendekantkan diri kepada Allah dan mendapatka ridha Nya. Sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. 58 ayat 11: .Allah akan meninggikan orang orang yang beriman diantaramu dan orang orang yang diberi ilmu pangetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan . Etika kesepuluh, seorang murid hendaknya mengetahui hubungan antara ilmu dengan tujuannya. Dengan demikian ia dapat mendahulukan mana yang lebih penting. Dari analisis pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa etika belajar itu dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Etika Belajar Murid Terhadap Dirinya Sendiri Murid harus membersihkan hatinya, sebagaimana diceritakan al Quran dalam kisah luqman al hakim kekita memberikan pengajaran terhadap anaknya.

Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberikan pelajaran terhadap anaknya, Hai anakku, jangan kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar benar kezaliman yang besar. Termasuk etika murid dapa dirinya adalah murid yangbersih hati,yaitu tidak mensekutukan Allah dengan suatu apapun. 2) Etika Murid kepada Guru Prinsip prinsip interaksi guru dan murid antara lain berupa humanisme,egaliter, keterbukaan, berorientasi kepada kebenaran,berorientasi kualitatif, yakni bahwa hubungan antara guru dan murid harus memiliki makna. Secara umum etika yang diletakkan murid kepada guru adalah berupa penghormatan. Penghormatan kepada guru selain karena ia adalah seorang pendidik dan memiliki kelebihan kekebihan yang menyebabkkan dihormatinya.secara kualitatif guru pun memiliki ilmu pengetahuan dan kelebihan spiritual. Kelebihan secara spiritual,

You might also like