You are on page 1of 21

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I

AMPHIBI

Oleh:

Oleh: Nama NIM Asisten Kelompok : Dian Octarina : 08081004023 : Meika Puspita Sari : I (Satu)

LABORATORIUM ZOOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2009

ABSTRAK Praktikum yang berjudul Amphibi bertujuan untuk mengenal, mengidentifikasi serta mempelajari beberapa sistem tubuh dari beberapa anggota kelas Amphibi. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 17 November 2009, pukul 08.30-10.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya. Alat yang digunakan adalah baki bedah, gunting bedah, jarum penusuk, pinset dan tissue. Dan bahan yang digunakan adalah Bufo sp dan Rana sp. Adapun hasil yang didapat yaitu gambar anatomi dan morfologi tubuh Bufo sp dan Rana sp. Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini yaitu tubuh Bufo sp dan Rana sp terbagi atas tiga bagian, yaitu caput, truncus, dan extreminitas baik posterior maupun anterior.

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Vertebrata pertama di darat adalah anggota kelas Amphibia. Saat ini kelas tersebut diwakili oleh kurang lebih 4000 spesies katak, salamander, dan caecilian (makhluk tak bertungkai yang membuat lubang untuk sarang di hutan tropis dan danau air tawar. Terdapat tiga ordo Kelas Amphibia yang masih hidup saat ini, yaitu Urodela (berekor salamander); Anura (tidak berekor katak, termasuk bangkong); dan Apoda (tak berkaki caecilian). Hanya ada sekitar 400 spesies dari ordo Urodela. Beberapa di antaranya hanya hidup di air, tetapi yang lain hidup di darat sebagai hewan dewasa atau bahkan sepanjang masa kehidupan. Sebagian besar salamander yang hidup di darat berjalan dengan pembengkokan badan dari sisi ke sisi yang mirip dengan cara berjalan tetrapoda awal (Campbell 2003). Paru-paru dan tulang anggota tubuh, yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana untuk lokomosi dan bernafas di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang mengandung oksigen terjadi dalam vertikel tunggal, jantung yang beruang tiga itu agaknya memberikan peningkatan yang berarti dalam efisiensi peredaran dan dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan yang keras dan lebih banyak berubah-ubah (Kimball 1983). Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok pegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil. Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun. Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong yang bertubuh mirip ikan gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup

di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor, dan bergantinya insang dengan paru-paru (Anonima 2009: 1). Banyak amphibia mempertihatkan perilaku sosial yang kompleks dan beraneka ragam, khususnya selama musim kawin, katak umumnya merupakan makhluk yang diam, tetapi banyak spesies mengeluarkan suara-suara untuk memanggil pasangan kawin selama musim kawin. Jantan bisa bersuara keras untuk mempertahankan daerah kawin atau untuk menarik betina. Pada beberapa spesies darat, migrasi ke tempat kawin yang spesifik bisa melibatkan komunikasi suara, navigasi angkasa, atau sinyal kimia (Campbell 2003).

1.2.

Tujuan Praktikum Praktikum kali ini bertujuan untuk mengenal, mengidentifikasi serta mempelajari beberapa sistem tubuh dari beberapa anggota kelas Amphibia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Amphibia berasal dari kata Amphi yang artinya rangkap, dan bios yang artinya kehidupan. Dan amphibia adalah hewan yang hidup dengan dua bentuk kehidupan, mula-mula dalam air tawar kemudian dilanjutkan di darat. Fase kehidupan di dalam air berlangsung sebelum alat reproduksinya masak, keadaan ini merupakan fase larva atau biasa disebut berudu. Hewan dewasa memiliki columna vertebralis dan biasa extremitates dengan digiti atau jari-jari yang berbeda-beda, sedang kulitnya lembut dan tidak berambut, tidak bersisik atau tidak berbulu (Radiopoetro 1996). Amphibia berarti dua kehidupan yang mengacu kepada metamorfosis banyak jenis katak. Kecebong yang merupakan tahapan larva dari seekor katak, umumnya adalah herbivore akuatik dengan insang, sistem gurat sisi yang mirip dengan ikan, dan ekor panjang bersirip. Kecebong tidak memiliki kaki dan berenang dengan cara menggeliat seperti leluhurnya yang mirip ikan. Selama metamorfosa yang berakhir dengan kehidupan kedua, kaki berkembang, insang, dan sistem gurat sisi menghilang. Tetrapoda muda dengan paru-paru untuk bernafas, sepasang gendang telinga eksternal, dan sistem pencernaan yang diadaptasikan untuk mengkonsumsi makanan sebagai hewan karnivora, merangkak ketepian dan memulai kehidupan di darat. Namun demikian, meskipun menyandang nama amphibia, banyak jenis katak tidak memalui tahapan kecebong akuatik, dan terrestrial (Campbell 2003). Amphibi mempunyai ciri-ciri, yakni sebagai berikut: (1) tubuhnya diselubungi kulit yang berlendir, (2) merupakan hewan berdarah dingin atau poikiloterm, (3) amphibi mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan, yaitu dua serambi dan satu bilik, (4) mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang di air, (5) matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat berfungsi saat menyelam di dalam air, (6) pernafasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernafasannya berupa paru-paru dan kulit,

(7) hidungnya mempunyai katup yang berfungsi untuk mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam, (8) berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh jantang di luar tubuh induknya, yang disebut dengan pembuahan eksternal (Anonimb 2009: 1) Sistem saraf amphibi mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, benafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air (Anonimc 2009: 1) Katak betina bertelur di dalam air. Telur tersebut kemudian dibuahi oleh sperma katak jantan. Pembuahan terjadi dilur tubuh induknya, yaitu di air. Pembuahan demikian disebut dengan pembuahan eksternal (pembuahan luar). Telur yang telah dibuahi menetas menjadi berudu. Berudu hidup di air dan bernafas dengan insang. Bentuk berudu menyerupai ikan karena mempunyai ekor seperti sirip. Sejalan dengan perkembangannya, berudu pun mengalami perubahan bentuk. Struktur yang sesuai untuk hidup di air digantikan oleh struktur yang sesuai untuk hidup di darat. Pada berudu, tumbuh tungai dan ekornya menyusut. Selanjutnya mulutnya melebar dan mulai memakan makanan yang berbeda. Fungsi insang digantikan oleh paru-paru. Tahap akhir daur hidup katak adalah berupa katak dewasa. Katak dewasa bernafas dengan paru-paru dan mempunyai tungkai (Anonimd 2009: 1). Telur amphibi tidak mempunyai cangkang dan akan kehilangan air dengan cepat di udara kering, fertilisasi terjadi secara eksternal pada sebagian besar spesies dengan jantan mendekap betina dan menumpahkan spermanya di atas telur-telur yang dikeluarkan betina. Amphibi pada umumnya bertelur di kolam, rawa, atau paling tidak di lingkungan lembab.

Beberapa jenis bertelur sangat banyak di dalam kolam sementara dan angka kematiannya sangat tinggi. Sebaliknya beberapa jenis memperlihatkan berbagai macam pemeliharaan anak dan menelurkan telur dalam jumlah yang rekatif sedikit bergantung kepada spesies baik jantan atau betina bisa mengeram di punggungnya dalam mulut atau bahkan dalam perutnya. Bentuk luar dari katak adalah mempunyai leher ataupun ekor. Pada badan terdapat dua pasang anggota badan yaitu depan dan belakang. Kuliatnya berwarna kuning dengan bercak-bercak hitam, lembut, dan berlendir. Secara morfologi dapat dibedakan menjadi katak jantan dan katak betina. Pada bagian kulit ventral luar rongga mulut katak jantan terdapat bercak atau tanda hitam abu-abu tempat kantung suara, sednagkan pada katak betina tidak memiliki bercak atau tanda hitam tersebut (Radiopoetro 1996). Sistem genitalia jantan testi berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningann yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah caudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. Saluran reproduksi, tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa aferen merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian cranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai. Sistem genitalia betina, yakni ovariumnya berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak berwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupun korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium. Saluran reproduksinya adalah oviduk yang merupakan saluran berkelok-kelok dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut dengan oskum abdominal. Oviduk terletak disebelah caudal mengadakan pelebaran yang disebut duktus mesonefrus dan bermuara di kloaka (Anonime 2009: 1). Katak mempunyai tiga ruang jantung, yaitu dua atrium dan satu ventrikel. Atrium kiri menerima darah dari paru-paru dan kulit, sedangkan atrium kanan menerima darah dari jaringan tubuh melalui sinus venosus. Darah dari paru-paru dan kulit mengandung banyak

oksigen, sedangkan darah dari jaringan tubuh mengandung sedikit oksigen. Darah dari kedua atrium dipompa masuk ke dalam ventrikel. Dari ventrikel, darah yang mengandung banyak oksigen dipompa ke seluruh tubuh. Darah yang miskin oksigen dipompa kembali ke paru-paru dan kulit untuk mendapatkan oksigen. Dalam jantung katak masih terjadi sedikit pencampuran darah kaya oksigen dengan darah miskin oksigen. Di dalam rantai makanan, peranan amphibi cukup penting untuk mengatur populasi serangga. Amphibi juga merupakan makanan bagi berbagai vertebrata lainnya, misalnya ular atau burung. Sebagian orang menjadikan amphibi sebagai makanan, misalnya katak hijau untuk memperoleh asupan protein (Anonimd 2009: 2).

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 17 November 2009, pukul 08.30-10.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.

3.2.

Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah baki bedah, gunting bedah, jarum penusuk, pinset dan tissue. Dan bahan yang digunakan adalah Bufo sp dan Rana sp.

3.3.

Cara Kerja Diletakkan amphibi yang akan diamati di atas baki bedah. Diperhatikan morfologi amphibi tersebut. Digambar di buku gambar, diberi keterangan dan dituliskan klasifikasi beserta deskripsi. Kemudian dibedah amphibi tersebut, diperhatikan dan diamati anatomi dari dalam tubuhnya, digambar dan diberi keterangan pada kertas kerja.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapat hasil sebagai berikut: a. Rana sp (Dorsal) Klasifikasi Kingdom Phylum Classis Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Amphibia : Anura : Raniidae : Rana : Rana cancrivora

Nama Umum : Katak Keterangan


1.

Caput 13. Digiti

2.

Cervix 14. Web

3. 4. 5. 6.

Truncus Nares anteriores Rima oris Organon visus

7. 8. 9. 10. 11. 12. Deskripsi :

Membran tympani Dorsal Manus Branchium Kloaka Femur

Rana sp hidup merupakan Amphibia yang mampu hidup di dua jenis habitat, yakni di air dan di darat. Katak cenderung memiliki permukaan kulit yang lebih licin. Mampu melompat dengan jarak yang jauh karena memiliki kaki kelakang yang panjang. Ukuran tubbuhnya lebih kecil dibandingkan Bufo sp. Hal ini sesuai dengan pendapat Brontowijoyo (1996) bahwa Rana sp memiliki badan yang licin karena berlendir, bentuk kepalanya segitiga sama kaki. Pada punggungnya terdapat tonjolan, badannya lebih langsing dari Bufo sp dan pada kakinya terdapat selaput renang yang berfungsi untuk berenang di air. Lidahnya bercabang yang digunakan untuk menangkap mangsa/makanannya, yaitu berbagai jenis serangga. Tungkai depan lebih pendek serta tidak terdapat pigmen melanofor.

b. Rana sp (Ventral)

Klasifikasi Kingdom Phylum Classis Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Amphibia : Anura : Raniidae : Rana : Rana cancrivora

Nama Umum : Katak

Keterangan 1. 2. 3. Septum mandibularis Septum pectoralis Septum biancialis

4. 5. 6. 7.
a.

Septum abdominalis Septum lateralis Septum femoralis Septum cruralis Septum Sumandibularis Septum pectoralis Septum abduminale

b. c.

Deskripsi : Bagian ventral pada Rana sp terdiri dari septum mandibularis, septum pectoralis, septum biancialis, septum abdominalis, septum lateralis, septum femoralis, septum cruralis, septum submandibularis, septum pectoralis, dan septum abduminale. Rana sp berbeda dengan Bufo sp meskipun sama-sama termasuk dalam satu kelas amphibia. Hal ini sesuai dengan pendapat Radiopoetro (1996) bahwa bagian ventral (sisi bawah tubuh). berwarna putih-abu-abu, dengan kulit yang licin (halus). Sepasang runcingan kulit yang lain, yang lebih kecil terdapat di ujung-ujung rahang. Memiliki garis yang simetris pada dagu, berbeda dengan Bufo sp, Rana sp tidak memiliki bintik-bintik atau tonjolan-tonjolan pada permukaan kulit. Terdapat bagian leher, tangan dan kaki serta memiliki selaput renang kaki yang lebih jelas dan panjang untuk berenang saat berada di air.

c. Anatomi Rana sp Klasifikasi Kingdom Phylum Classis Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Amphibia : Anura : Raniidae : Rana : Rana cancrivora

Nama Umum : Katak

Keterangan 1. 2. 3. Cor Hepar Vesika felea

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Deskripsi :

Ventriculus Lien Intestium Pankreas Kloaka Pulmo Ovarium Mesonephrus Oviduct Ureter Uterus Vesika urinaria

Rana sp memiliki sistem Genitalia yakni pada Rana sp jantan dan betina yang berperan dalam sistem reproduksinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimf (2009 : 1) bahwa Rana sp memiliki sistem Genitalia Jantan, testisnya berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. Pada saluran reproduksi, tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa aferen merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal.

Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai. Sistem Genitalia betina Rana sp, di mana ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak berwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium. Saluran reproduksi berupa oviduk, oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus dan akhirnya bermuara di kloaka.

d. Bufo sp (Dorsal) Klasifikasi Kingdom Phylum Classis Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Amphibia : Anura : Bufoniidae : Bufo : Bufo sp

Nama Umum : Kodok Keterangan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. tympani 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Caput Cervix Truncus Nares anteriores Rima oris Organon visus Membran Dorsal Manus Branchium Kloaka Femur Crus Digiti

Deskripsi : Bufo sp mempunyai tubuh yang terbagi menjadi 3 bagian yaitu caput, cervix yang tidak nampak jelas dan truncus. Bufo sp pada umumnya mampu bertahan pada habitat yang lebih kering yakni di daratan. Memiliki kulit yang kasar dan tubuhnya cenderung lebih gempal atau bulat dibandingkan dengan amphibi dari famili Raniidae. Oleh karena kondisi kakinya yang pendek, Bufo sp kurang pandai melompat jauh. Hal ini sesuai dengan pendapat Brontowijoyo (1996) bahwa umumnya Bufo sp dapat beradaptasi lebih baik kondisi lingkungan (habitat) yang lebih kering, mempunyai permukaan kulit yang tidak rata atau terdapat tonjolantonjolan keras dan kasar serta suara yang keras dan nyaring. Punggungnya rata dan

lebih besar daripada Rana sp, mampu menghasilkan sekret yang cukup berbahaya bila terkena mulut atau mata manusia, sekret tersebut mampu menimbulkan rasa gatal-gatal bila terkena kulit manusia. Bufo sp memakan semua serangga dengan ukuran sesuai, laba-laba, ulat, siput dan masih banyak yang lain. Bentuk lidah Bufo sp runcing biasanya digunakan untuk menangkap mangsa, dan mempunyai mempunyai pigmen melanofor.

e. Bufo sp (ventral)

Keterangan 1. Septum

mandibularis 2. Septum

pectoralis 3. Septum

brancialis

4.

Septum

abdominalis 5. 6. 7. a. b. c. Septum lateralis Septum Septum cruralis Septum Septum Septum

femoralis

Subandibularis pectoralis abduminale

Deskripsi : Bufo sp hidup menyebar luas pada daerah tropis yang memiliki hawa yang panas. Bufo sp termasuk hewan berdarah dingin atau poikiloterm, yang membutuhkan panas pada lingkungan untuk menjaga metabolisme dalam tubuhnya dalam mempertahankan hidupnya. Bufo sp memiliki kulit yang kasar, dengan tidak adanya lendir pada kulit dan kulit yang berwarna tidak mencolok yakni abu-abu hingga kecoklatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rediopoetro (1996) bahwa bagian tubuh ventral Bufo sp berwarna abu-abu sampai keputihan, dengan bintil-bintil hitam yang kurang lebih simetris di dagu, leher, tangan dan kaki. Memiliki selaput renang, namun sangat pendek hingga tak terlihat.

BAB V

KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Amphibi merupakan hewan berdarah dingin atau poikiloterm yang hidup di dua habitat yakni darat dan air. 2. Rana sp dan Bufo sp mengalami metamorfosa dalam siklus perkembangbiakannya. 3. Rana sp memiliki permukaan kulit yang licin mengandung lender, dan cenderung berwarna lebih terang. 4. Bufo sp memiliki permukaan kulit yang kasar dengan bintil-bintil, dan kulit berwarna tidak mencolok yakni abu-abu hingga kecoklatan. 5. Rana sp memiliki selaput renang yang lebih panjang yang berfungsi untuk berenang saat berada di perairan. 6. Sistem Genitalia Amphibi jantan, testisnya berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. 7. Sistem Genitalia betina Amphibi, ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranial dijumpai jaringan lemak berwarna kuning (korpus adiposum).

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2009. Sistem Reproduksi Amphibi. Http://sains.wordpress.com. Diakses tanggal 14 November 2009 jam 21:20 WIB Anonimb. 2009. Amphibia. Http://id.wikipedia.org/wiki/Amfibia. Diakses tanggal 14 November 2009 jam 22:33 WIB Anonimc. 2009. Amphibia. Ksh.biologi.ugm.ac.id/index.php. Diakses tanggal 14 November 2009 jam 22:38 WIB Anonimd. 2009. Vertebrata. Http://www.scribd.com/. Diakses tanggal 14 November 2009 jam 21:08 WIB Anonime. 2009. Amphibi. Http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/Biologypages/. Diakses tanggal 14 November 2009 jam 22:47 WIB Anonimf. 2009. Anatomi Katak. Http://iqbalali.com/2007/04/29/sistem-reproduksi/. Diakses tanggal 18 November 2009 jam 20:46 WIB Campbell, N A. 2003. Biologi Edisi kelima Jilid II. Erlangga. Jakarta Kimball, J W. 1983. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta. Erlangga Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta. Erlangga

You might also like