You are on page 1of 24

PROFESI BIMBINGAN KONSELING PERAN ABKIN DALAM PENGEMBANGAN PROFESI BK

Oleh Kelompok 3 Kelas B I Putu Edi Sutarjo I Made Sumadiyasa I Gede Agus Wira Sanjaya M. Agus Santi Purnama Ni Luh Dian Sintadewi Ni Luh Ayuningtyas D. Ni Luh Hari Candhani D. Rusdy Sofiana I Wayan Andika Sari Putra Komang Budayasa ( 1011011087 ) ( 1011011103 ) ( 1011011084 ) ( 1011011082 ) ( 1011011130 ) ( 1011011063 ) ( 1011011101 ) ( 0711011047 ) ( 1011011105 ) ( 1011011067 )

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2011

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat beliaulah kami selaku kelompok 3 dapat menyelesaikan tugas kami yang berjudul Profesi Bimbingan Konseling. Pada makalah ini kami membahas khusus mengenai Peran ABKIN dalam Pengembangan Profesi BK. Suatu profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan pelatihan, keahlian, menggunakan teknik-teknik ilmiah serta dedikasi yang tinggi para anggota profesi tersebut. Suatu profesi yang dapat dikatakan profesonal adalah salah satunya harus memiliki suatu organisasi profesi yang mewadahi profesi tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak profesi mulai dari dokter, guru, polisi, dsb. Salah satunya adalah profesi bimbingan konselingmemiliki, yaitu profesi yang membantu individu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pelayanan yang diberikan dapat berupa pelayanan pada bidang pribadi, sosial, belajar dan karir. Individu yang mendapatkan pelayanan adalah individu normal yang memiliki gangguan. Orang yang bergelut dalam profesi ini biasanya disebut konselor bagi orang yang telah mengikuti program PPK. Suatu profesi memerlukan suatu pengembangan termasuk pula profesi Bimbingan Konseling. Suatu profesi perlu dilakukan suatu pengembangan adalah untuk menjadikan profesi tersebut menjadi lebih berkembang dan sesuai dengan kebutuhan jaman serta lingkungan yang ada. Untuk itulah maka tugas ini kami buat untuk membantu para pembaca sekalian untuk mengembangkan profesi bimbingan konseling. Terselesaikannya tugas ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang terlibat di dalamnya. Pada kesempatan ini pula kami menyampaikan rasa terimakasih kami kepada bapak dosen Drs. I Wayan Tirka, M.Pd., Kons. karena telah membimbing kami demi terselesaikannya tugas ini. Tak lupa kami mengucapkan rasa terimakasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam proses pembuatan makalah ini baik yang terlibat langsung maupun tidak.

ii

Kami sebagai manusia menyadari bahwa dalam penyampaian dan penyajian materi dalam tugas ini tidak terlepas dari kesalahan. Kami pun menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karenanya kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar kami dapat lebih menyempurnakan lagi tugas kami ini. Akhir kata kami berharap agar tugas ini dapat berguna bagi para pembaca sekalian terutama bagi pihak-pihak yang memiliki profesi yang sama demi kemajuan profesi bimbingan konseling.

Singaraja, 10 September 2011

Kelompok 3,

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 Latar Belakang ................................................................................. 1 Rumusan Masalah ............................................................................ 2 Tujuan ............................................................................................... 2 Manfaat ............................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3 Konsep-konsep profesi dan pengembangannya ................................ 3 Laporan Hasil Wawancara Anggota ABKIN tentang Peran ABKIN dalam Pengembangan Profesi Bimbingan Konseling ....................... 13 BAB III PENUTUP ...................................................................................... 16 Kesimpulan ....................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 17 LAMPIRAN ................................................................................................. 19 Foto-Foto yang Diambil Ketika Pelaksanaan Wawancara ............... 20

iv

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang. Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan terhadap pengetahuan khusus yang akan mendukung profesi yang akan digelutinya tersebut. Dalam melaksanakan tugas-tugas profesi itu, dituntut adanya penguasaan terhadap pengetahuan atau teori dan praktis yang sesuai. Untuk dapat mencapai kesesuaian tersebut terkadang diperlukan kesesuaian antara perkembangan jaman dan kebutuhan yang ada di masyarakat. Berdasarkan pada hal tersebut, maka suatu profesi perlu melakukan pengembangan terhadap profesi tersebut. Pengembangan itu tentunya bertujuan agar profesi tersebut menjadi lebih baik lagi. Bimbingan Konseling sebagai suatu profesi juga perlu melakukan pengembangan. Salah satu hal yang dapat menunjukan pentingnya dilakukan pengembangan terhadap profesi Bimbingan Konseling adalah semakin kompleksnya masalah-masalah yang dihadapi oleh individu dalam kehidupannya serta adanya perbedaan kepribadian pada individu tersebut, berdasarkan pada hal tersebut diperlukan suatu metodemetode baru yang tepat untuk mengentaskan masalah yang semakin kompleks tersebut. Selain pengembangan untuk pelaksanaan tugas konselor, pengembangan profesi juga perlu untuk masa depan profesi tersebut melihat sekarang ini banyak sekali adanya miskonsepsi tentang profesi Bimbingan Konseling itu sendiri terutama terhadap Guru BK yang terdapat di sekolah-sekolah, tugas-tugas yang seharusnya tidak dikerjakan oleh Guru BK justru dikerjakan oleh Guru BK, ini tentunya bertentangan dengan tugas mereka. Hal-hal tersebut adalah sebagian kecil dari masalah yang dihadapi, melihat pada hal tersebutlah diperlukan suatu pengembangan terhadap profesi Bimbingan Konseling itu sendiri. Pengembangan ini selain untuk dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapi atau mungkin akan dihadapi, pengembangan ini juga untuk menjaga eksistensi profesi Bimbingan Konseling itu sendiri.

2. Rumusan Masalah. Berdasarkan pada penjelasan dalam latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam tugas ini adalah : Konsep-konsep profesi itu meliputi apa saja? Bagaimana peran ABKIN dalam pengembangan profesi BK?

3. Tujuan. Tujuan pembuatan tugas berdasarkan pada uraian latar belakang dan rumusan masalah ini adalah sebagai berikut : Memberikan pengetahuan mengenai konsep-konsep profesi. Bertujuan menjelaskan bagaimana peran ABKIN dalam pengembangan profesi BK. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi BK.

4. Manfaat. Sesuai dengan penjelasan pada latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan tugas ini, maka manfaat penulisan tugas ini adalah : Dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai konsepkonsep profesi. Pembaca mendapatkan pengetahuan tentang peran ABKIN dalam pengembangan profesi BK tersebut. Terpenuhinya tugas mata kuliah Profesi BK.

BAB II PEMBAHASAN Konsep-konsep profesi dan pengembangannya. Profesi adalah suatu kata yang menyangkut suatu pekerjaan. Istilah profesi sampai saat ini masih sangat sering digunakan namun masih memiliki berbagai varian pengertian. Berikut pengertian profesi yang penulis peroleh dari berbagai sumber : Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus, suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk profesi tersebut. ( Admin, 2011: http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi/ ). Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut profesi, tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu. ( Rudiniagara, 2011: http://rudiniagara. student.umm.ac.id/2011/03/26/bimbingan-dan-konseling-sebagai-profesi/ ). Profesi adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menafkahi diri dan keluarganya dimana profesi tersebut diatur oleh Etika Profesi dimana Etika Profesi tersebut hanya berlaku sesama Profesi tersebut. DE GEORGE memberikan pengertian profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. ( Sanjapra, 2009: http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=200910 25194556AAv5VT6 ). Dari berbagai uraian di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan profesi adalah suatu pekerjaan namun tidak semua pekerjaan dapat dikatakan sebagai suatu profesi, profesi ini memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan pekerjaan yang lainnya. Berikut adalah beberapa ciri-ciri dari profesi namun ciri ini tidak semuanya diterapkan pada setiap profesi : Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoritis : Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki

keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek. Asosiasi profesional : Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya. Pendidikan yang ekstensif : Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi. Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoritis. Pelatihan institutional : Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan. Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya. Otonomi kerja : Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar. Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan. Mengatur diri : Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi. Layanan publik dan altruisme : Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat. Status dan imbalan yang tinggi : Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya.
4

Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat. Adapun ciri-ciri lain yang penulis peroleh dari sumber lain adalah sebagai berikut : Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat. Izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi. Ciri profesi lain suatu profesi ( Erwadi, 2006 ) adalah sebagai berikut : Memiliki fungsi dan signifikasi sosial. Memiliki keahlian/keterampilan tertentu. Keahlian/keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah. Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas. Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama. Aplikasi dan sosialisasi nilai- nilai profesional. Memiliki kode etik. Kebebasan untuk memberikan judgement dalam memecahkan masalah dalam lingkup kerjanya. Memiliki tanggung jawab profesional dan otonomi. Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya.

Adapun syarat-syarat suatu profesi adalah sebagai berikut : Melibatkan kegiatan intelektual. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus. Memerlukan persiapan profesional. Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan. Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen. Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi. Memiliki organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat. Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik. Sedangkan menurut sejumlah ahli seperti McCully, 1963; Tolbert, 1972; dan Nugent, 1981 menyimpulkan adanya beberapa syarat utama suatu profesi antara lain : Suatu profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang memiliki fungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat menentukan. Untuk mewujudkan fungsi tersebut pada butir di atas para anggotanya ( petugasnya dalam profesi itu ) harus menampilkan pelayanan yang khusus yang didasarkan atas teknik-teknik intelektual dan ketrampilanketrampilan tertentu yang unik. Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin saja, melainkan bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang menuntut pemecahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah. Pada anggotanya memiliki kerangka ilmu yang sama yaitu didasarkan atas ilmu yang jelas, sistematis dan eksplisit bukan hanya didasarkan atas akal sehat ( common sense ) belaka. Untuk dapat menguasai kerangka ilmu itu diperlukan pendidikan dan latihan dalam jangka waktu yang cukup lama. Para anggotanya secara tegas dituntut memiliki kompetensi minimum melalui prosedur seleksi, pendidikan dan latihan, serta lisensi atau sertifikasi. Dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pihak yang dilayani, para anggota memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi dalam

memberikan pendapat dan pertimbangan serta membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan berkenaan dengan penyelenggaraan pelayanan profesional yang dimaksud. Para anggotanya, baik perorangan maupun kelompok, lebih mementingkan pelayanan yang bersifat sosial daripada pelayanan yang mengejar keuntungan yang bersifat ekonomi. Standar tingkah laku bagi anggotanya dirumuskan secara tersurat ( eksplisit ) melalui kode etik yang benar-benar diterapkan setiap pelanggaran atas kode etik dapat dikenakan sanksi tertentu. Selama berada dalam profesi tersebut, para anggotanya terus-menerus berusaha menyegarkan dan meningkatkan kompetensinya dengan jalan mengikuti secara cermat literatur dalam bidang profesi tersebut, menyelenggarakan dan memahami hasil-hasil riset, serta berperan serta secara aktif dalam pertemuan-pertemuan sesama anggota. Sebuah profesi hanya akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat apabila setiap anggota dari profesi tersebut mau melaksanakan etika profesi yang ada dalam profesi mereka ketika memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkannya. Berkaitan dengan hal tersebut berikut akan disajikan sedikit mengenai etika dalam profesi. Kata etik ( atau etika ) berasal dari kata ethos ( bahasa Yunani ) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, Pengertian Etika ( Etimologi ), berasal dari bahasa Yunani adalah Ethos, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan ( Custom ). Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok

sosial ( profesi ) itu sendiri. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat builtin mechanism berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian ( Wignjosoebroto, 1999 ). Pengertian etika yang penulis sampaikan sebenarnya hampir sama yaitu suatu norma atau aturan untuk membedakan antara yang baik dan buruk, self control dalam memberikan layanan profesinya tersebut. dari penjelasan tersebut, terdapat 3 jenis definisi yaitu sebagai berikut : Etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membahas mengenai nilai baik dan buruk prilaku manusia. Etika dipandang sebagai ilmu yang membahas tentang prilaku baik dan buruk manusia dalam kehidupan bersama. Definisi tersebut tidak memandang adanya perbedaan atau keberagaman norma karena tidak adanya kesamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik. Etika dipandang sebagai ilmu yang bersifat normatif dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik atau buruk terhadap prilaku manusia. Dalam hal ini tidak diperlukan fakta, cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih informatif, deskriptif dan reflektif. Prinsip umum etika profesi yaitu bertanggung jawab dalam hal ini bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya, serta terhadap dampaknya terhadap orang lain dan masyarakat pada umumnya. Keadilan berarti memberikan pelayanan kepada siapa pun yang merupakan haknya. Otonom berarti setiap anggota profesi tersebut memiliki kebebasan dalam dalam menjalankan profesinya. Dalam suatu profesi etika memiliki fungsi : Etika tersebut tidak hanya dimiliki satu atau dua orang saja melainkan milik setiap kelompok dalam masyarakat sampai pada kelompok yang terkecil seperti keluarga, dengan etika tersebut diharapkan kelompokkelompok tersebut memiliki tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama.

Suatu kelompok yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan dalam kelompok tersebut adalah kelompok yang profesional. Kelompok ini biasanya menjadi pusat perhatian karena memiliki sistem nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis ( kode etik profesi ) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya. Pandangan masyarakat akan semakin tajam apabila anggota-anggota profesi tidak mengindahkan nilai-nilai yang telah disepakati ( tertuang dalam kode etik ) sehingga akan menimbulkan kemerosotan etik pada profesi tersebut. Kemudian berkaitan dengan profesi, Bimbingan Konseling dapat dikatakan sebagai suatu profesi dapat dilihat dari Undang-Undang dan ciri-ciri profesi itu sendiri : Menurut ( UU No.20 Tahun 2003 Pasal 39 Ayat 2 ) pendidik merupakan tenaga profesional dan dikuatkan oleh UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6 yang menyatakan bahwa keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur. Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri profesi diatas maka Bimbingan dan Konseling juga dapat dikatakan sebagai profesi sebagai berikut : Bimbingan dan Konseling dalam memberikan layanannya kepada individu mempunyai kebermaknaan sosial yakni melalui komponen layanan responsif dapat membantu individu memecahkan masalah ( pribadi, belajar, sosial dan karir ) yang dihadapi dan memerlukan pemecahan segera. Dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling baik melalui format klasikal, kelompok dan perorangan, guru pembimbing atau konselor menggunakan teknik-teknik spesifik seperti keterampilan dasar konseling.

Dalam penanganan masalah konseli, menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan pendekatan-pendekatan konseling yang berbeda sesuai kondisi dan keadaan konseli. Bimbingan dan konseling menggunakan kerangka ilmu yang jelas dan sistematis, yakni dengan tahap-tahap konseling itu sendiri dalam pemberian layanan. Untuk dapat menyelenggarakan bimbingan dan konseling, guru pembimbing atau konselor harus melalui pendidikan dan pelatihan dalam jangka waktu yang lama, yakni pendidikan bimbingan dan konseling strata satu ( S1 ) ditambah dengan pendidikan profesi guru ( PPG ) dan atau pendidikan profesi konselor ( PPK ) selama 1 tahun. Mempunyai lisensi dalam penyelenggaraan layanan BK yakni berupa Akta mengajar atau sertifikasi seorang konselor. Mempunyai Kode Etik Profesi Konselor, sebagai pedoman pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Mempunyai komponen dasar keilmuan yakni ilmu pendidikan, komponen substansi profesi yakni proses pembelajaran terhadap pengembangan diri / pribadi individu melalui modus pelayanan konseling dan komponen praktek profesi yakni penyelenggaraan proses pembelajaran terhadap sasaran pelayanan melalui modus pelayanan konseling. Profesi Bimbingan Konseling adalah profesi yang dipercaya mampu memberikan pelayanan kepada pihak yang membutuhkan pelayanan tersebut demi terselesaikannya masalah yang dihadapi pihak tersebut. profesi Bimbingan Konseling adalah profesi yang masih tergolong baru utamanya di Indonesia yang masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : Standarisasi unjuk kerja profesional konselor. Masih banyak orang yang memandang bahwa pekerjaan dan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa pun juga, asalkan mampu berkomunikasi dan berwawancara. Anggapan lain mengatakan bahwa

10

pelayanan bimbingan dan konseling semata-mata diarahkan kepada pemberian bantuan berkenaan dengan upaya pemecahan masalah dalam arti yang sempit saja. Ini jelas merupakan anggapan yang keliru. Di Indonesia memang belum ada rumusan tentang unjuk kerja profesional konselor yang standar. Usaha untuk merintis terwujudnya rumusan tentang unjuk kerja itu telah dilakukan oleh Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia ( IPBI ) pada Konvensi Nasional VII IPBI di Denpasar, Bali (1989). Upaya ini lebih dikonkretkan lagi pada Konvensi Nasional VIII di Padang (1991). Walaupun rumusan butir-butir ( sebanyak 225 butir ) itu tampak sudah terinci, namun pengkajian lebih lanjut masih amat perlu dilakukan untuk menguji apakah butir-butir tersebut memang sudah tepat sesuai dengan kebutuhan lapangan, serta cukup praktis dan memberikan arah kepada para konselor bagi pelaksanaan layanan terhadap klien. Hasil pengkajian itu kemungkinan besar akan mengubah, menambah merinci rumusan-rumusan yang sudah ada itu. Standarisasi penyiapan konselor. Tujuan penyiapan konselor ialah agar para ( calon ) konselor memiliki wawasan dan menguasai serta dapat melaksanakan dengan sebaik-baiknya materi dan keterampilan yang terkandung di dalam butir-butir rumusan unjuk kerja. Penyiapan konselor itu dilakukan melalui program pendidikan prajabatan, program penyetaraan, ataupun pendidikan dalam jabatan ( seperti penataran ). Khusus tentang penyiapan konselor melalui program pendidikan dalam jabatan, membutuhkan waktu yang cukup lama, dimulai dari seleksi dan penerimaan calon peserta didik yang akan mengikuti program sampai para lulusannya diwisuda. Program pendidikan prajabatan konselor adalah jenjang pendidikan tinggi. Akreditasi. Akreditasi ini dilaksanakan pada lembaga persiapan atau pengembangan profesi prajabatan. Pada umumnya diterimanya suatu lulusan dari suatu lembaga pencetak tergantung pada akreditasi lembaga tersebut. Akreditasi menunjukan tingkatan kualitas pendidikan yang dilaksanakan pada lembaga tersebut. Lembaga yang memperoleh akreditasi baik seperti A

11

atau B pada umumnya lulusannya akan lebih mudah diterima oleh masyarakat atau pengguna tenaga kerja suatu profesi. Sertifikasi dan lisensi. Sertifikasi adalah standarisasi secara profesional bagi mereka yang kompeten dalam profesi ini dan dikelola oleh organisasi profesi bukan pemerintah. Untuk dapat lulus sertifikasi seorang konselor harus lulus kriteria yang telah ditetapkan sehingga pada akhirnya ia dapat dikatakan profesional. Lisensi adalah izin yang berarti pemiliki izin atau dalam hal ini adalah konselor memiliki izin untuk melakukan praktek bimbingan dan konseling. Untuk memperoleh lisensi ini seorang konselor juga harus lulus beberapa kriteria yang telah ditentukan. Pengembangan organisasi profesi. Organisasi profesi sebagai wadah profesi yang digeluti anggotaanggotanya juga perlu dikembangkan, pengembangan ini tentunya bertujuan agar profesi tersebut semakin lebih baik lagi. Pengembangan yang dilakukan tentunya melihat keadaan yang sedang dihadapi hal ini untuk menjaga eksistensi organisasi profesi tersebut dan dapat menjaga hubungan antara anggota sesama profesi tersebut.

12

Berkenaan dengan pengembangan profesi BK, kami selaku kelompok 3 telah melakukan wawancara dengan seorang anggota ABKIN ( Bendahara ABKIN ) yang menjadi guru BK di SMA N1 Singaraja sekaligus sebagai Wakil Kepala Sekolah di sana. Berikut laporan hasil wawancaranya.

Laporan Wawancara Putu Edi Sutarjo dan I Made Sumadiyasa.


Di tengah kesibukannya, Guru BK SMA N1 Singaraja yang memiliki nama lengkap Ketut Sukenadi, S.Pd., M.Pd. menyediakan waktunya untuk kami wawancarai mengenai pengembangan profesi Bimbingan Konseling. Om Swastyastu salam pertama kami ketika memasuki ruang BK yang terdapat di lantai dua sekolah tempat Ibu Sukenadi mengajar. Ibu Sukenadi menjabat sebagai Bendahara ABKIN untuk periode 2009 2013 dan tergabung dalam Musyawarah Guru Pembimbing periode 2001 - 2013. Ibu Sukenadi memang sejak awal ingin menjadi seorang guru oleh karena itu beliau mengikuti pendidikan SPG dan kemudian melanjutkan mencari D3 di FKIP UNUD, dan S1 di Panji Sakti Singaraja. Ibu Sukenadi bersama-sama teman seprofesinya berusaha mengembangkan profesi yang mereka geluti untuk lebih memprofesionalkan profesi BK. Untuk lebih memprofesionalkan profesi BK, kami tidak menjadi guru Budi Pekerti karena untuk mengajar guru apapun dapat mengajar Budi Pekerti apakah itu guru Agama, Matematika, dll. Ini sudah kami usulkan dan syukur di kabulkan oleh kepala sekolah, tapi ini masih tergantung pada kebijakan sekolah masing-masing. Ibu Sukenadi memandang profesi BK adalah suatu profesi yang perlu dikembangkan karena merupakan suatu profesi yang sangat bagus dan bermanfaat, perannya sangat bermanfaat Profesi BK adalah profesi yang sangat bagus, perannya sangat dirasakan dalam membantu siswa memahami dirinya sehingga perlu diajegkan bersama agar tetap baik di mata siswa, guru,

13

masyarakat, dll. Walaupun ada oknum-oknum yang setengah-setengah dalam menjalankan profesi sebagai guru BK sehingga menimbulkan citra buruk, namun tetap kita banggakan profesi yang kami geluti ini, ilmu BK ini tidak hanya bermanfaat di sekolah tetapi juga di rumah. Dalam pengembangan profesi BK ini, ABKIN telah berperan serta di dalamnya dengan membuat program-program seperti workshop, pendataan anggota, dll. ABKIN telah membuat program dalam pengembangan profesi BK namun sebagian belum jalan, ada program yang sudah jalan seperti kegiatan workshop, pendataan anggota, dll. ABKIN telah melakukan usaha-usaha dalam pengembangan profesi BK namun terbentur pada kesibukan guru BK. Sudah ada, tetapi belum jalan karena kesibukan guru BK. Bagaimana usaha-usaha yang anda lakukan dalam mengembangkan profesi anda ? Usaha saya salah satunya adalah dengan tidak mematikan HP, yaitu menjawab setiap telepon atau SMS dari siswa yang ingin berkonsultasi dengan saya ini merupakan salah satu teknik layanan yang saya berikan, namun untuk SMS harus menunggu karena kan saya tidak mau menjawab SMS ketika masih di jalan. Kemudian Ibu Sukenadi bersama rekan-rekan seprofesinya juga telah memiliki program yang dilaksanakan di sekolahnya Kami di sekolah juga mempunyai sebuah program dimana setiap anak di sekolah ini dapat mencurahkan isi hatinya, dan kami melaksanakannya setiap senin. Arahnya sejenis sentuhan kasih seperti valentine kami membeli bunga, cokelat, dsb dan keuntungannya kami berikan kepada cleaning service, ada juga event konseling, game, nonton bareng, Out Bond. Selain itu, guru BK di SMA N1 Singaraja juga memiliki kultur yaitu Keteladanan lebih baik dari seribu nasihat yang artinya lebih banyak memberikan contoh daripada teori-teori, kultur lain yang juga mereka terapkan adalah On Time Full Time yang artinya mereka selalu datang tepat waktu dan pulang tepat waktu Maksudnya ini untuk menghilangkan persepsi orang terutama teman sejawat mengenai guru BK 79 yang artinya datang jam 7 pulang jam 9 Menurut Ibu Sukenadi mengenai miskonsepsi terhadap profesi BK telah membaik Sudah semakin membaiknya profesi BK hal ini dikarenakan adanya pengakuan dari Mentri dan juga Permen terhadap profesi BK. Bagaimana dengan pengembangan profesi dengan pengangkatan guru BK di SD ? Masukan mengenai hal tersebut sudah ada sejak dulu, namun masih belum terlaksana,

14

menurut saya hal itu penting untuk mendata siswa mulai dari jenjang yang paling rendah seperti perkembangan, minat & bakat hal ini dapat digunakan oleh pendidik untuk memperbaiki cara mengajarnya. Dengan adanya program PPG dan PPK tersebut apakah lulusannya akan dijamin profesional ? Mengenai hal itu tergantung pada individunya masing-masing karena seberapa banyaknya materi yang diberikan hanya akan bermanfaat jika individunya mau menggunakannya secara profesional. Hambatan-hambatan yang dialami guru BK dalam menjalankan profesi adalah tidak adanya jam Hambatan kami disini adalah tidak adanya jam, kami tidak mau menggunakan jam kosong, kami meminta kepada guru lain untuk diisi tentang Bimbingan Konseling, oleh karena itu hubungan antara guru perlu dijaga, guru BK adalah guru yang luwes. Harapan kedepannya mengenai profesi BK ? Semoga pemerintah memperhatikan guru BK terutama yang sudah tamat agar segera diangkat karena kekurangan guru BK dengan sertifikasi 24 jam. Untuk lulusannya sudah bagus materi perkuliahan yang diberikan sudah sangat bagus terutama untuk praktek di sekolah. Terakhir Ibu Sukenadi juga memberikan kesimpulan kepada kami yaitu Kalau menjadi guru jangan hanya teori, karena ketika praktek berbeda lagi. Demikianlah laporan hasil wawancara yang kami lakukan terkait dengan peran ABKIN dalam pengembangan profesi BK

15

BAB III PENUTUP Kesimpulan. Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan pada Bab sebelumnya, maka kami dapat menarik kesimpulan yaitu profesi adalah suatu pekerjaan yang mana setiap anggotanya dipersiapkan melalui suatu pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi agar ia siap untuk menjalankan profesi tersebut. Suatu profesi dapat dikatakan profesional apabila profesi tersebut memiliki etika yang berlaku di dalam profesi yang dimaksud. Etika yang berlaku di suatu profesi biasanya disebut dengan kode etik. Untuk tetap dapat menjaga eksistensi suatu profesi, maka pengembangan terhadap profesi tersebut perlu dilakukan. Pengembangan profesi BK selain melibatkan pihak-pihak atau anggota profesi tersebut, organisasi profesi juga turut berperan serta dalam pengembangan profesi. Keikutsertaan anggota seprofesi dan organisasi profesi Bimbingan Konseling dalam hal ini ABKIN dalam pengembangan profesi BK telah disinggung sedikit pada bagian laporan hasil wawancara mengenai peran ABKIN dalam pengembangan profesi BK walaupun mengalami sedikit hambatan dalam pelaksanaannya.

16

DAFTAR PUSTAKA Sanjapra. 2009. Pengertian Profesi Menurut Para Ahli. Diambil pada 7 Mei 2010 dari http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20091025194556AA v5VT/. Rudiniagara. 2011. Bimbingan dan Konseling sebagai Profesi. Diambil pada 7 Mei 2011 dari http://rudiniagara.student.umm.ac.id/2011/03/26/bimbingan -dan-konseling-sebagai-profesi/. Admin. 2011. Profesi. Diambil pada 7 Mei 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/ Profesi/. Muhash. 2008. Pentingnya Etika Profesi. Diambil pada 7 Mei 2011 dari http://www.scribd.com/. Syam. 2008. Beberapa Pengertian dalam Etika Profesi. Diambil pada 7 Mei 2011 dari http://www.scribd.com/. Admin. 2011. Pengembangan Profesi BK. Diambil pada 7 Mei 2011 dari http://www.lintasberita.us/topic/pengembangan+profesi+BK/. Irianto, Miko. 2010. Pengertian Profesi. Diambil pada 7 Mei 2011 dari http://mikoajah.blogspot.com/2010/10/pengertian-profesi.html. Admin. 2011. Lisensi. Diambil pada 12 Mei 2011 dari http://id.wikipedia.org/ wiki/Lisensi/. S. Wicaksana, I Wayan. 2008. Profesi. Diambil pada 7 Mei 2011 dari http://etikaprofesidanprotokoler.blogspot.com/2008/03/. Anonim. 2010. Konsep Umum Etika Profesix. Diambil pada 7 Mei 2011 dari http://www.scribd.com/. Yulihaningsih, Wiwik. 2011. Konsep Dasar Profesionalisme. Diambil pada 7 Mei 2011 dari http://wiwikyulihaningsih.wordpress.com/2011/04/13/konsepdasar-profesionalisme/. Admin. 2003. Pengertian Sertifikasi. Diambil pada 12 Mei 2011 dari http://sertifikasi.iagi.or.id/. Setiyo P., Adi. 2010. Profesi. Diambil pada 7 Mei 2011 dari http://www.nuansahati.co.cc/2010/10/profesi.html.

17

Paputungan, Zulkifli & Bulota, Yurniati. 2010. Bimbingan dan Konseling sebagai Profesi. Diambil pada 7 Mei 2011 dari http://kiflipaputungan. wordpress.com/2010/06/13/bimbingan-dan-konseling-sebagai-profesi-2/. Hendra. 2011. Profesi Bimbingan dan Konseling. Diambil pada 7 Mei 2011 dari http://www.scribd.com/. User. 2011. Pengertian Profesi. Diambil pada 7 Mei 2011 dari http://www.scribd.com/.

18

LAMPIRAN

19

Foto-Foto yang Diambil Ketika Pelaksanaan Wawancara

20

You might also like